52 sistem bagi hasil, pada Bank Syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah DPS
yang mengawasi jalannya operasional bank sehari-hari agar selalu sesuai dengan ketentuan-ketentuan syariah sedangkan pada Bank Konvensional tidak ada.
Di Indonesia wacana pendirian bank Islam baru dilakukan pada tahun 1990. Majelis Ulama Indonesia MUI pada tanggal 18-20 Agustus 1990
menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam pada musyawarah
nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid Jaya, 22-25 agustus 1990.Berdasarkan amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk
mendirikan bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja tersebut disebut Tim Perbankan MUI.
Hasil kerja Tim Perbankan MUI adalah lahirnya Bank Muamalat Indonesia, pada awal pendiriannya keberadaan bank syariah belum mendapat
perhatian yang optimal dalam industri perbankan nasional. Landasan hukum operasi bank yang menghunakan sistm syariah ini hanya dikategorikan sebagai
“bank dengan sistem bagi hasil”; tidak terdapat rincian landasan hukumnya serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan, hal ini sangat tercermin dari UU no.7 tahun
1992.
4.2 Perkembangan Perbankan Syariah di Kota Medan
Otoritas Jasa Keuangan OJK Regional 5 Sumatera meresmikan gerakan kampanye keuangan syariah nasional bertajuk Aku Cinta Keuangan Syariah
ACKS di Kota. gerakan ini dibuat untuk meningkatkan pemahaman dan penggunaan produk dan layanan keuangan syariah di masyarakat. Sistem
53 keuangan syariah telah berkembang pesat selama dua dasawarsa sejak kelahiran
bank syariah pertama di Indonesia. Bahkan tidak hanya sebatas perbankan syariah tetapi melingkupi juga
industri keuangan non-bank syariah seperti asuransi syariah, dana pensiun syariah, perusahaan pembiayaan syariah, obligasi syariah sukuk, reksadana syariah dan
aktivitas pasar modal syariah lainnya Data OJK per Maret 2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 bank umum syariah, 22 unit usaha syariah yang
dimiliki oleh bank umum konvensional dan 163 BPRS dengan total aset sebesar Rp 264,81 triliun dengan pangsa pasar 4,88 persen. Sementara jumlah pelaku
Industri Keuangan Non Bank IKNB syariah 98 lembaga di luar LKM, yang terdiri atas usaha jasa takaful asuransi syariah yang mengelola aset senilai Rp
23,80 triliun, di samping usaha pembiayaan syariah yang mengelola aset senilai Rp 19,63 triliun.
Secara nasional, pangsa pasar IKNB syariah hingga kuartal I 2015 telah mencapai 3,93 persen dibanding total aset IKNB, dengan porsi terbesar
diperankan oleh perusahaan asuransi jiwa syariah Rp 19,387 miliar dan perusahaan pembiayaan syariah Rp 19,630 miliar, 375 perwakilan perusahaan
IKNB selain pasar modal yang ada di Sumatera Utara dapat berperan dalam mendukung pengembangan manfaat jasa keuangan syariah bagi masyarakat
Sumut. Di sektor pasar modal syariah, tercatat bahwa diver sifikasi produk pasar
modal syariah semakin intensif. Hal ini mendorong frekuensi perdagangan di pasar modal syariah yang mencapai Rp 2,946,89 triliun posisi Maret 2015 untuk
54 saham, sukuk korporasi mencapai Rp 7,1 triliun dan reksadana syariah sebesar Rp
11,16 triliun. http:www.jurnalasia.com20150615pasar-keuangan-syariah-di-medan
potensialsthash.gFfKC7jz.dpuf
4.3 Uji Validitas dan Uji Reabilitas