LATAR BELAKANG ACONG DI RUMAH JOKO Dinamika Kehidupan Masyarakat Tionghoa di Surakarta

commit to user

BAB I LATAR BELAKANG

Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda – beda tetapi tetap satu, semboyan negara yang harus selalu kita junjung tinggi. Pluralitas atau perbedaan adalah suatu hal yang pasti ada dan menjadi keniscayaan dimanapun manusia berpijak di dunia ini. Bahkan ketika teknologi telah berkembang begitu pesatnya, peradaban manusia telah begitu majunya, pluralitas telah menjadi takdir yang tidak bisa dihindarkan inevitable desteny di berbagai komunitas. Namun, ada catatan penting yang diungkapkan oleh Martin Luther King Jr., bahwa meskipun secara fisik kita tinggal bersama dalam masyarakat majemuk, tetapi secara sosial- spiritual kita belum memahami makna sesunguhnya dari hidup bersama dengan orang yang memiliki perbedaan kultur, yang antara lain mencakup perbedaan agama dan etnisitas. Begitu pula di Indonesia, dengan keadaan geografis Indonesia yang berpulau-pulau menjadikan kebudayaan di Indonesia sangat beragam. Satu pulau dengan pulau yang lain berbeda adat istiadat dan budayanya. Bahkan dalam satu pulau pun terdapat banyak perbedaan adat istiadat dan budaya antara satu daerah dengan daerah yang lain. Adalah suatu kenyataan bahwa masyarakat Indonesia sangat majemuk, ditandai dengan beragamnya penduduk Indonesia. Disamping penduduk asli Indonesia terdapat juga golongan keturunan asing seperti golongan etnis Tionghoa 1 commit to user Cina, Arab, Pakistan, India dan lain-lain. Masing-masing golongan etnis memiliki kebudayaan tersendiri baik dalam hal bahasa, adat istiadat, agama, maupun latar belakang kehidupan sosial budaya. culture is a way of being, thinking and feeling. As a driving force in society it unites individuals by language, custom, habit and experience...for our purpose, cultural activities are the creative elements of our existence - expressions of who we are, where we come from, and where we wish to go. 1 Keberagaman ini bisa menjadi kekuatan dan nilai lebih bagi bangsa kita sekaligus menjadi tantangan untuk menjaga agar tetap bisa hidup selaras, seimbang dan damai dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Adanya berbagai macam golongan etnis yang berdiam di Indonesia seringkali memicu munculnya masalah rawan yang merupakan konsekuensi dari kebhinekaan masyarakat kita, seperti masalah primordial terhadap suku, agama, dan ras. Satu sisi, pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan tidak dimaksudkan dan tidak mungkin menghilangkan kebhinekaan di republik ini tetapi agar pembangunan nasional dapat berjalan lancar, segala potensi timbulnya masalah atau konflik yang dapat timbul dari kebhinekaan tersebut perlu diantisipasi agar tidak mengganggu jalannya pembangunan. Selain itu juga berpotensi memunculkan masalah yang lebih besar yaitu terjadinya krisis persatuan dan kesatuan bangsa. 1 M. Sharon Jeannotte Dick Stanley, Journal: How Will We Live Together, Department of Canadian Heritage, Canada, 2002. commit to user Merupakan kewajiban setiap Warga Negara Republik Indonesia untuk menjaga persatuan dan kesatuan. Untuk menjaga agar kebhinekaan ini dapat terjaga hingga terwujud ke-tunggal ika-an maka harus diwujudkan suatu toleransi antar golongan etnis yang ada termasuk pribumi. Salah satu wujud toleransi tersebut dengan adanya asimilasi budaya. Asimilasi merupakan suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan proses-proses mental dengan memperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama. Proses asimilasi terjadi jika ada kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaannya; orang perorangan sebagai warga kelompok-kelompok tadi saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang cukup lama sehingga kebudayaan-kebudayaan dari kelompok-kelompok manusia tersebut masing-masing berubah dan saling menyesuaikan diri. 2 Jadi masalah asimilasi yang terpenting adalah penggabungan golongan- golongan yang berbeda latar belakang kebudayaannya menjadi satu kebulatan 2 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Raja Grafindo, Jakarta, 1990. commit to user sosiologis dan budaya. Hal ini berarti pula ingin diambil secara fleksibel unsur kebudayaan mana yang dibuang dan yang diambil dapat berpadu dengan harmonis dengan unsur kebudayaan lain yang kemudian pantas disebut kebudayaan bangsa Indonesia. Social cohesion is the ongoing process of developing a community to shared value, shared chalanges and equal opportunity within, based on a sense of trust, hope and reciprocity among all. 3 Biasanya golongan-golongan yang tersangkut dalam suatu proses asimilasi adalah golongan mayoritas dan beberapa golongan minoritas. Dalam hal itu golongan-golongan minoritas itulah yang mengubah sifat khas dari unsur-unsur kebudayaannya dan menyesuaikannya dengan kebudayaan dari golongan mayoritas sedemikian rupa sehingga lambat alun kehilangan kepribadian kebudayaannya, dan masuk ke dalam kebudayaan mayoritas. 4 Dilihat dari realitas kehidupan sosial, proses asimilasi itu sendiri tidak mudah dan memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari dimana golongan-golongan etnis terutama di Surakarta telah bergaul secara luas dan intensif dengan penduduk sekitarnya yang mayoritas suku Jawa, namun belum menjadikan mereka terintegrasi sepenuhnya ke dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia. 3 Jane Jenson, Journal : Identifying the Links : Social Cohesion and Culture, Universite de montreal, Canada, 2002 4 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, PT Rineka Cipta, Jakarta, 2000. hal. 255 commit to user Dari berbagai etnis yang ada, etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis terbesar di Indonesia. Disamping sebagai etnis terbesar, etnis Tionghoa memiliki mobilitas yang tinggi. Tingginya mobilitas etnis inilah yang menyebabkan terjadinya interaksi antar etnis ini dengan etnis-etnis yang ada, khususnya dengan etnis pribumi. Hal ini terjadi merata hampir di seluruh wilayah Nusantara. Semakin sering terjadi interaksi maka kemungkinan yang bisa terjadi adalah terjadinya akulturasi dan asimilasi budaya antara masyarakat pribumi di suatu daerah tertentu dengan masyarakat Tionghoa, selain itu juga muncul suatu kemungkinan atau potensi terjadinya konflik antar golongan jika komunikasi antar budaya tidak terjalin dengan baik. Menilik sejarah Tionghoa di Indonesia, WNI keturunan Cina ini telah mengalami tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh pemerintahan Republik Indonesia pra Reformasi 1998. Setelah sekian lama hidup di bawah tekanan dan pembatasan-pembatasan ruang gerak, Tionghoa kembali mendapatkan hak-haknya sebagai WNI setelah era pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid mencabut undang-undang dan peraturan-peraturan yang diskriminatif terhadap etnis Tionghoa di Indonesia. Setelah mendapatkan ruang gerak dan hak-hak yang sama sebagai WNI, bagaimana WNI keturunan Tionghoa di Solo pada khususnya menjalin kembali hubungan yang merenggang dengan masyarakat Jawa. Melupakan trauma masa lalu, menjalani masa ke depan yang lebih baik tanpa dendam. commit to user

BAB II KERANGKA PEMIKIRAN