Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.29 dapat diketahui bahwa adanya perubahan nyata dalam mata pencairan responden setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam
perempuan yakni mayoritas beralih profesi menjadi wiraswasta, berkat modal yang didapatkan dari keiatan simpan pinjam perempuan dan pembentukan usaha, seperti olahan
makanan ringan dari singkong, membuka kedai kecil didepan rumah sehingga dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan meningkatkan kesejahteraan hidup, perubahan
pada mata pencaharian pokok responden setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam perempuan yakni 10 orang 20 responden bekerja sebagai petani, sebanyak 30 orang
60 responden bekerja sebagai wirastasta, sebanyak 10 orang 20 responden memiliki mata pencahairan sebagai buruh harian dan tukang bagunan.
2. Intensitas Menabung Tabel 5.30
Distribusi Responden Berdasarkan Intensitas Menabung
No Kategori
Sebelum Mengikuti Program Setelah Mengikuti Program
Frekuensi F Persentase
Frekuensi F Persentase
Universitas Sumatera Utara
1 2
3 Sering
sesekali Tidak pernah
17 25
8 34
50 16
27 20
3 54
40 6
Jumlah 50
100 50
100 Sumber Data: Data Primer 2014
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.30 dapat diketahui bahwa responden pada tinggkat menabung sebelum mengikuti kegiatan simpan pinjam perempuan sebanyak 17
orang 34 responden mengatakan sering menabung, sebanyak 25 orang 50 responden menyatakan kadang-kadang menabung sebelum mengikuti kegiatan simpan pinjam
perempuan, sebanyak 8 orang 16 responden menyatakan tidak pernah menabung Berdasarkan Tabel 5.30 sebanyak 27 orang 54 responden menyatakan setelah
mengikuti kegiatan simpan pinjam perempuan sering menabung dan hasil produksi yang meningkat dengan bantuan dana dari kegiatan simpan pinjam perempuan responden dapat
menanbung, untuk kebutuhan yang tidak terduga. dengan keuntungan usaha-usaha yang dibentuk, sebanyak 20 orang 40 responden menyatakan kadang-kadang menabung setelah
mengikuti kegiatan simpan pinjam perempuan, hal ini karena keuntungan dari usaha hanya mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, sebanyak 3 orang 6 tidak pernah menabung
karena kebutuhan untuk membayar uang sekolah anak responden.
3. Sumber Pinjaman Tabel 5.31
Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Pinjaman
No Kategori
Sebelum Mengikuti Program Setelah Mengikuti Program
Frekuensi F Persentase
Frekuensi F Persentase
Universitas Sumatera Utara
1 2
3 Saudara
Koperasi Lainnya
35 2
13 70
4 16
- 5
45 -
10 90
Jumlah 50
100 50
100
Sumber Data : Data Primer 2014
Berdasarkan data yang disajikan pada tabel 5.31 dapat diketahui bahwa sumber pinjaman responden sebelum mengikuti kegiatan simpan pinjam perempuan adalah saudara-
saudara meraka yang mempunyai perekonomian yang cukup dari responden tersebut, sebanyak 35 orang 70, sebanyak 2 orang 4 responden menyatakan sebelum mengikuti
kegiatan simpan pinjam dari koperas,sebanyak 13 orang 16 responden menyatakan mendapatkan pinjaman dari lainnya.
Berdasarkan tabel 5.31 setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam perempuan responden menyatakan sumber pinjaman dari koperasi sebanyak 5 orang 10, sebanyak 25
orang 90 setelah mengikuti kegiatan simpan pinjam sumber pinjaman dari lainnya seperti,dari kas kelompok responden dengan bunga yang kecil
BAB VI PENUTUP
Bab ini berisikan kesimpulan dan saran, yang didapat dari hasil penelitian. Kesimpulan yang terdapat di bab ini adalah merupakan hasil yang dicapai dari analisis data
dalam penelitian tentang Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan di Desa Longkotan
Universitas Sumatera Utara
Kecamatan Silima Pungga-Pungga Kabupaten Dairi. Responden dalam penelitian ini adalah 50 orang yang menjadi penerima program kegiatan simpan pinjam perempuan program
nasional pemberdayaan masyarakat mandiri pedesaan pada tahun anggaran 2012
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis data,maka dapat disimpulkan: Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan,melihat masalah, mengamati dalam
penelitian atas Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Di desa Longkotan Kecamatan Silima
Pungga- Pungga Kabupaten Dairi, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Dana kegiatan simpan pinjam perempuan yang diberikan kepada kelompok
Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan, yang di desa Longkotan yang ditunjukkan bagi rumah tangga miskin yang produktif dan membutuhkan penambahan modal usaha.
2.Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa penggunaan dana simpan pinjam perempuan dilihat dari kelima kategori yaitu:
1. Pemahaman Responden terhadap program: kegiatan simpan pinjam perempuan program nasional pemberdayyan masyarakat mandiri pedesaan sudah berjalan dengan baik,
masyarakat di Desa Longkotan pemahaman adanya program dan memberikan manfaat bagi kehidupan sosial.
2. Ketepatan Sasaran: dari program kegiatan simpan pinjam perempuan ini adalah masyarakat miskin yang membutuhkan permodalan untuk membuka usaha.
Universitas Sumatera Utara
3.Tercapainya Tujuan: dari kegiatan simpan pinjam perempuan ini adalah meningkat keberadaan dan kemandirian masyarakat, meningkatnya perekonomian masyarakat Di Desa
Longkotan 4. Ketepatan Waktu: dari kegiatan simpan pinjam perempuan di Desa Longkotan berjalan
dengan lancar. 5. Perubahan Nyata: dari kegiatan simpan pinjam perempuan di Desa Longkotan perubahan
nyata dapat dilihat masyarat dalam peningkatan kesejahteraan sosial Pelaksanaan kegiatan simpan pinjam perempuan di Desa Longkotan kecamatan
Silima Pungga-pungga kabupaten Dairi sudah efektif dari kelima indikator tersebut.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan maka saran penelitian adalah sebagai berikut:
1.Disarankan kepada penyelenggara PNPM-MP di desa Longkotan supaya lebih mengkoordinir penggunaan dana simpan pinjam perempuan, bagi penerima kegiatan simpan
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas 2.1.1 Pengertian Efektivitas
Pengertian efektivitas mempunyai banyak arti yang berbeda bagi setiap orang, efektivitas di nilai menurut ukuran seberapa jauh tujuan tersebut tercapai, rumusan mengenai
efektifitas kegiatan atau program bergantung pada masalah seberapa berhasilnya pencapaian sasaran yang dinyatakan.
Dalam setiap organisasi, efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Dengan kata
lain suatu organisasi dikatakan efektif bila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.
Menurut Cambel J.P 1989:121 Pengukuran efektivitas secara umum dan saling menonjol adalah:
a. Keberhasilan Program
b. Keberhasilan sasaran
c. Kepuasaan terhadap program
d. Tingkat output dan input
e. Pencapaian tujuan menyeluruh
Efektivitas adalah hubungan antara input dan tujuan. Dalam artian efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output, kebijakan dan prosedur dari oragnisasi mencapai tujuan
yang ditetapkan. Berbagai pandangan yang dikemukakan oleh para ahli berbeda-beda tentang
Universitas Sumatera Utara
pengertian dan konsep ekektivitas dipengaruhi oleh latar belakang dan keahlian yang berbeda pula.
Beberapa pengertian yang diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh suatu aktivitas kegiatan yang mencapai target
atau sasaran yang dimana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu. Apabila tujuan dan target dapat dicapai sesuai dengan yang telah ditentukan sebelumnya, maka kegiatan
tersebut dikatakan efektif, sebaliknya apabila tujuan dan target tidak dapat tercapai sesuai dengan tujan yang telah ditetapkan sebelumnya maka efektivitas itu dikatakan tidak efektif.
2.1.2 Pendekatan Terhadap Efektivitas
Pendekatan untuk mengukur efektivitas organisasi dapat dilakukan dengan 3 pendekatan yaitu:
Pendekatan pertama, pendekatan sumber daya ekternal, yaitu menilai kemampuan organisasi untuk menyelamatkan, mengatur, mengendalikan skill dan sumber daya
langka.Pendekatan kedua, yaitu pendekatan internal adalah kemampuan organisasi terhadap motivasi dan fungsi yang cepat.Pendekatan ketiga, adalah pendekatan teknis adalah
mengevaluasi kemampuan organisasi untuk mengubah skill dan sumber daya menjadi barang dan jasa secara efisen.
Adapun yang
menjadi kriteria
ukuran efektivitas
organisasi menurut
Sutrisno,2010:149-150 yaitu: 1.
Produksi, merupakan gambaran kemampuan organisasi untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat di lingkungannya.
2. Efesiensi, diartikan sebagai perbandingan antara keluaran dan masukan seperti bahan
baku, uang dan manusia yang diperlukan untuk memperoleh tingkat keluaran yang ditentukan ataupun tujuan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Adaptasi, Sejauh manaa organisasi mampu menterjemahkan perubahan-perubahan
internal dan ekternal yang ada, kemudian akan ditanggapi oleh oraganisasi yang bersangkutan . jika organisasi tidak mampu menyesuaikan diri maka keberlangsungan
hidup bisa terancam. 4.
Perkembangan, merupakan suatu fase setelah keberlangsungan hidup terus dalam jangka panjang. untuk itu organisasi harus bisa memperluas kemampuannya.
Sehingga bisa berkembang dengan baik dan sekaligus akan melewati fase hidupnya. Sutrisno,2010:149-150
2.2 Kemiskinan
Secara umum istilah kemiskinan dapat diartikan sebagai suatu kondisi yang berkurang atau minim. Dalam hai ini konsep kurang mampu minim dilihat secara komperatif antara
kondisi nyata kehidupan pribadi atau sekelompok orang di satu pihak dengan kebutuhan pribadi atau sekelompok orang lain di lain pihak. Pengertian minim disini bersifat relatif,
dapat berbeda dengan rentang waktu yang berbeda. Dapat pula berbeda dengan lingkungan yang berbeda.Siagian,2012:4-5.
Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang sangat penting saat ini di Indonesia, sehingga menjadi fokus perhatian bagi pemerintah. Masalah kemiskinan ini
sangat kompleks dan bersifat multidimensional, dimana berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya dan aspek lainnya. Kemiskinan di identik dengan suatu penyakit. Tidak
seorang pun yang mengingkan dirinya miskin, sebaliknya merupakan cita-cita setiap orang untuk mampu memenuhi kebutuhan hidup dan dapat hidup secara layak dan baik.
Kemiskinan berarti berbicara tentang harkat dan martabat manusia.oleh karena itu langkah awal yang perlu di lakukan dalam mengatasi masalah dari kemisikan.
Kemisikinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau sekelopok
Universitas Sumatera Utara
tersebut,dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka telah mampu mencapai kehidupan yang layak Mencher dalam siagian, 2012:5
Kemiskinan dapat disimpulkan bahwa tidak bisa hanya dipandang dari sisi kekuranganya pemenuhan kebutuhan pokok semata sebagai akibat kerentanan dan
ketidakberdayaan seperti yang selama ini banyak didefenisikan dalam kebijakan-kebijakan tentang pengetasaannya. Kemiskinan juga harus dipandang dari pengertian relatif sehingga
kebijakan yang diambil dapat memberikan solusi terhadap akar permasalahan kemiskinan yang sebenarnya
2.3 Ciri- Ciri Kemiskinan
Suatu studi menunjukan ada 5 ciri-ciri kemiskinan, yaitu: 1.
Mereka yang hidup dibawah kemiskinan pada umumnya tidak memiliki faktor produksi, seperti tanah yang cukup luas, modal yang memadai, ataupun
keterampilan yang memadai untuk melakukan suatu aktivitas ekonomi sesuai dengan mata pencairan.
2. Mereka pada umumnya tidak mempunyai kemungkinan atau peluang untuk
memperoleh aset produksi dengan kekuatan sendiri. 3.
Tingkat pendidikan pada umumnya rendah, misalnya tidak tamat SD, atau hanya tamat SD. Kondisi seperti inilah yang akan berpengaruh terhadap wawasan
mereka. 4.
Pada umumnya mereka masuk kedalam kelompok penduduk dengan kategori setengah menganggur.
5. Banyak diantara mereka yang hidup dikota masih berusia muda, tetapi tidak
memiliki keterampilan atau pendidikan yang memadai. Sementara itu kota tidak siap menampung gerakan urbanisasi didesa yang makin deras. Artinya, laju
Universitas Sumatera Utara
investasi diperkotaan tidak sebanding dengan laju pertumbuhan tenaga kerja sebagai akibat langsung dari derasnya arus urbanisasi Siagian,2012: 22-23
2.4 Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan masyarakat berasal dari kata power kekuasaan dan pemberdayaan. Pemberdayaan menujukkan pada kemampuan orang, khususnya
kelompok yang rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuasaan atau kemampuan dalam.
Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan dirinya secara proporsional dan menjadi pelaku utama
dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable
devopment dimana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat utama serta diibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat menuju suatu keberlanjutan
secara ekonomi, sosial,dan ekologi yang dinamis. Melalui upaya pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan
untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimilikinya secara optimal serta terlibat secara sepenuh dalam mekanisme produksi, ekonomi dan sosial. Pemberdayaan masyarakat terkait
dengan faktor internal dan ekternal. Tanpa mengkecilkan arti dan peranan salah satu faktor, sebenarnya kedua faktor tersebut saling berkontribusi dan mempengaruhi serta sinergis dan
dinamis. Meskipun dari beberapa contoh kasus yang disebutkan sebelumnya faktor internal sangat penting sebagai salah satu wujud self-organizing dari masyarakat namun kita juga
perlu memberikan perhatian pada faktor ekternalnya.
Universitas Sumatera Utara
Pemberdayaan masyarakat sebagai salah satu tema sentral dalam pembagunan masyarakat seharusnya diletakkan dan diorentasikan searah dan selangkah dengan paradigma
baru pendekatan pembagunan. Paradigma pembagunan lama bersifat top-down perlu diorentasikan menuju pendekatan bottom-up yang menempatkan masyarakat atau petani di
pedesaan sebagai pusat pembagunan atau oleh Chambers dalam Anholt 2001 sering dikenal “ Put The farmers firts”Mardikanto 2012, 42-44
Nagel 1997 mengumakan bahwa pendekatan pemberdayaan masyarakat yaitu: a.Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiataan pemberdayaan
b. Sistem transfer teknologi yang akan dilakukan c. Pengembangan sumberdaya manusia\ fasilitator yang akan melakukan pemberdayaan
d. Alternatif organisasi pemberdayaan yang akan diterapkan. Konsep pemberdayaan tidak mempertentangkan pertumbuhan dan pemerataan, tetapi
konsep ini dipandang bahwa pemerataan tercipta landasan yang lebih luas untuk pertumbuhan yang akan menjamin pertumbuhan yang berlanjutan.
Ada 5 prinsip dasar konsep pemberdayaan masyarakat sebagai berikut: 1.
Pemberdayaan masyarakat memperlukan break-even dalam setiap kegiatan yang dikekolanya, meskipun orientasinya berbeda dari organisasi bisnis, dimana dalam
memperdayaan masyarakat keuntungan yang diperoleh di distribusikan kembali dalam bentuk program atau kegitan pembagunan lainnya.
2. Pemberdayaan masyarakat selalu melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam
memperencanakan maupun pelakanan yang dilakukan. 3.
Dalam melakasanakan program pemberdayaan masyarakat. kegiatan pelatihan merupakan unsur yang bisa dipisahkan dari usuha pembaguanan fisik.
Universitas Sumatera Utara
4. Dalam implementasinya, usaha pemberdayaan harus dapat memaksimalkan sumber
daya, khususnya dalam pembiayaan baik yang berasal dari pemerintah, swasta maupun sumber-sumber lainnya.
5. Kegiataan pemberdayaan masyarakat harus dapat berfungsi sebagai penghubung
antara kepentingan pemerintahan yang bersifat makro yang berkepentingan masyarakat yang bersifat Rubin, dalam Adi 2003:55
Pendekataan pemberdayaan dapat pula diformulasikan dengan mengacu kepada landasan filosofi dan prinsip-prinsip pemberdayaan ,yaitu:
1. Pendekatan Partisipatif, dalam arti selalu menempatkan masyarakat sebagai titik pusat
pelaksaan pemberdayaan yang cukup. a.
Pemberdayaan selalu bertujuan untuk pemecahan masalah masyarakat, bukan untuk mencapai tujuan-
tujuan “ orang luar” atau penguasa. b.
Pilihan kegiatan, metoda maupun teknik pembedayaan, maupun teknologi yang ditawarkan harus berbasis pada pilihan masyarakat.
c. Ukuran keberhasilan pemberdayaan bukanlah ukuran yang “dibawa “ oleh fasilitator
atau asal dari “luar” tetapi berdasarkan ukuran-ukuran masyarakat sebagai penerima manfaat.
2. Pendekatan Kesejahteraaan, dalam arti bahwa apapun kegiatan yang dilakukan, dari
mana pun sumberdaya teknologi yang akan digunakan, dan siapapun yang akan dilibatkan, pemberdayaan masyarakat harus memberikan manfaat terhadap perbaikan
masyarakat yang harus memberikan manfaat terhadap perbaikan mutu –hidup atau
kesejahteraan masyarakat penerima manfaatnya. 3.
Pendekatan Pembaguan berlanjutan, dalam arti bahwa kekegiataan pemberdayaan masyarakat harus terjamin berkelanjutan, oleh sebab itu pemberdayaan masyarakat
tidak boleh menciptakan ketergantungan, tetapi harus mampu menyiapkan masyarakat
Universitas Sumatera Utara
penerima manfaat agar pada suatu saat mereka akan mampu mandiri untuk melanjutkan kegiataan pemberdayaan masyarakat sebagai proses pembagunan yang
berlanjutan. Mardikanto,2012 :161-162 Swanso dan clear 1984 merangkum ada 6 pendekatan pemberdayaan, yaitu:
1. Pendekataan pemberdayaan masyarakat yang konvensional.
2. Pendekataan latihan dan kunjungan.
3. Pemberdayaan masyarakat yang diorganisasikan perguruan tinggi.
4. Pendekataan pembagunan masyarakat terpadu.
5. Pendekatan pembagunan perdesaan terpadu.
6. Pelaksanaan kegiataan Mardikanto,2012:165
Averroes 2009
menyatakan bahwa
pemberdayaan masyarakat
Community Empowerment kadang-kadang sangat sulit dibedakan dengan penguatan masyarakat serta
pembangunan masyarakat Comunity Devolopment sebagai suatu hal yang di miliki pusat perhatian dalam membantu masyarakat pada berbagai tingkatan umur untuk tumbuh dan
berkembang melalui berbagai fasilitas dan dukungan agar mereka mampu memutuskan, merencanakan dan mengambil tindakan untuk mengelola dan mengembangkan lingkungan
fisiknya serta kesejahteraan sosialnya Mardikanto,2012: 167-170
2.5. Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat adalah bagaimana individu, kelompok atau komunitas berusaha mengkontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusakan untuk membentuk masa
depan sesuai keinginan mereka. Perubahan tidaklah selalu membawa suatu kemajuan. Akan tetapi, suatu kemajuan pastilah membutuhkan suatu perubahan.
Pengembangan masyarakat memiliki fokus terhadap upaya membantu anggota masyarakat yang memiliki kesamaan minat untuk bekerja sama dengan kebutuhan bersama
dan kemudian melakukan kegiatan-kegiatan bersama untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Pengembangan masyarakat didefenisikan sebagai suatu gerakan yang merancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari
masyarakat
2.5.1 Tahap-Tahapan Pengembangan Masyarakat
Tahap dalam pengembangan masyarakat yang biasa dilakukan pada beberapa organisasi pelayanan masyarakat, beberapa perbedaan dan kesamaan akan tetapi, secara
umum dari beberapa variasi yang ada, dapat dirumuskan tahap-tahap pengembangan masyarakat yaitu:
1. Tahap Persiapan.
Tahap persiapan ini di dalamnya terdapat tahap, Persiapan petugas ini terutama diperlukan untuk menyamakan persepsi antara anggota tim sebagai pelaku perubahan mengenai
pendekatan apa yang akan dipilih dalam melakukan pengembangan masyarakat. Tahap persiapan lapangan, Petugas Commmunity worker akan melakukan penyiapan lapangan.
Pada awal dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.
2. Tahap Assesment
Dalam tahap proses assesment dilakukan pengidentifikasian masalah kebutuhan yang dirasakan atau felt needs ataupun kebutuhan yang diekspresikan expressed needs dan juga
sumber daya yang memiliki.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan.