17
KPA, langsung dipimpin oleh Muzakkir Manaf yang merupakan panglima angkatan militer GAM. Penunjukan itu dimaksudkan agar KPA
selain menjadi wadah peralihan pasukan menjadi warga sipil, juga dapat memberikan sanksi apabila ada kombatan yang melanggar. Perwakilan
GAM di AMM juga menyatakan bahwa KPA akan diarahkan menjadi partai politik setelah proses amandemen partai politik di lakukan.
D. Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai politik Hukum Mantan Kombatan Sebuah Studi Hukum mengenai Kisruh Pemilukada Aceh 2014 adalah karya asli penulis
bukan merupakan karya orang lain baik sebagian maupun seluruhnya. Fokus kajian Tesis ini adalah bagaimana politik hukum judicial review
pasal 256 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh UUPA dan implikasinya terhadap kondisi sosial politik di Aceh.
Sebagai pembanding, dapat diajukan beberapa penelitian terdahulu sebagai berikut :
1. Nama : Firdaus Mirza Nusuary
NPM : 11322708psp04161
Lembaga : Program Studi Magister Sosiologi Pembangunan Demokrasi Pasca sarjana Sosioligi fakultas Ilmu sosial dan Politik
Universitas Gajah Mada Judul
: Polemik Calon Independen Pada Pemilukada Aceh 2012 Dalam Framing Media Lokal.
18
a. Rumusan masalah : Bagaimana Serambi Indonesia dan Modus Aceh memberitakan realitas politik tentang aktor, partai politik, peristiwa
politik dan demokrasi pada polemik calon independen dalam Pemilukada Aceh 2012.
b. Tujuan Penelitian : Terbukanya ruang demokrasi melalui momentum perdamaian di Aceh, sehingga berkembangnya nilai-nilai demokrasi
dengan kehadiran media yang mendorong partisipasi masyarakat dalam demokrasi yang berlangsung di Aceh. Bentuk kongkritnya
melalui keinginan masyarakat membaca tema atau isu yang berkaitan dengan demokrasi, khususnya Pemilukada Aceh 2012.
c. Hasil Penelitian : Dalam setiap pemberitaannya, Serambi Indonesia melakukan konstruksi secara berbeda dan memberikan citra positif.
Pemberitaan yang berkenaan dengan penolakan calon independen dalam pengkonstruksian pemberitaan realitas politik yang terjadi telah
memberi dampak terhadap memanasnya perpolitikan di Aceh, sampai ke tingkat nasional sehingga mendorong adanya kebijakan untuk
mengundurkan Pemilukada. Serambi Indonesia memperlihatkan keberpihakannya sebagai sebuah media lokal Aceh terhadap
kepentingan nasional pemerintah pusat dari penegasan dan pemberitaan keputusan MK yang mengakomodir calon independen
pada Pemilukada Aceh 2012 di setiap pengkonstruksian realitas pemberitaannya. Sedangkan Modus Aceh, dalam pengkonstruksian
19
terhadap pemberitaan realitas juga memberikan citra positif dan penekanan mendalam di setiap berita. Namun, Modus Aceh dalam
pemberitaannya terhadap PA Partai Aceh, yang merupakan partai lokal representatif kepentingan lokal lebih menekankan pada posisi
bahwa Partai Aceh merupakan partai lokal mendominasi seluruh wilayah Aceh yang telah bertransformasi dari gerakan perlawanan
menjadi gerakan
politik telah
memperlihatkan bagaimana
keberpihakannya secara tak langsung. Selain itu, Modus Aceh menilai bahwa, ketegangan politik yang menunda masuknya independen itulah
yang menunda jadwal Pemilukada.
2. Nama : Dwi Putra Nugraha
NPM : 0906580786
Lembaga : Fakultas Hukum Pasca Sarjana Universitas Indonesia 2012 Judul
: Partai Politik Lokal Di Indonesia Analisis Kedudukan dan fungsi partai politik lokal 1955- 2012
a. Rumusan Masalah : Bagaimanakah peraturan yang ideal mengenai kedudukan dan fungsi partai politik lokal di Indonesia ke depannya?.
b. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran akan kedudukan dan fungsi partai politik lokal dalam
ketatanegaraan Indonesia sebelum amandemen undang undang dasar republik Indonesia 1945 yang berada pada era orde lama dan
20
kedudukan serta fungsi partai politik lokal pasca di amandemennya undang undang dasar 1945 republik Indonesia pasca reformasi.
c. Hasil Penelitian : Pasca amandemen UUD 1945 pada era reformasi partai politik lokal hadir dalam konteks otonomi khusus atau
desentralisasi asimetris partai politik lokal akhirnya dapat lahir di Aceh setelah UUPA UU 112006 disahkan partai politik menjadi
kekuatan utama dalam konfigurasi politik lokal dilihat dari hasil pilkada 2006 yang menempatkan calon independen yang merupakan
kader GAM dan SIRA Sentral Informasi Rakyat Aceh sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh. Begitu juga dengan hasil
pemilu2009 menunjukkan partai politik lokal merupakan kekuatan politik yang nyata di Aceh, kemenangan partai politik lokal menjadi
mengkhawatirkan karna kekuasaan yang tidak dibarengi kemampuan yang mumpuni hanya akan menciptakan anomali politik.
3. Nama : Muhammad Jafar. AW
NPM : D 4B 006 070
Lembaga : Magister Ilmu Politik pada Program Pascasarjana
Universitas Diponegoro 2009 Judul
: Perkembangan dan prospek Partai Politik Lokal Di Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam
21
a. Rumusan Masalah : Bagaimana prospek ke depan partai politik lokal dalam penyerapan aspirasi dari masyarakat Aceh ?
b. Tujuan Penelitian: Untuk mendeskripsikan perkembangan dan prospek partai politik lokal di Propinsi Aceh dan mendeskripsikan
proses penyerapan aspirasi masyarakat lokal oleh partai politik lokal di Aceh.
c. Hasil Penelitian : eksistensi partai politik lokal dalam perspektif transformasi politik yang saat ini sedang berlangsung merupakan
conditio sine qua non, sesuatu yang tidak dapat ditawar-tawar lagi. Ibarat matahari terbit dari timur, sesuatu yang secara alamiah akan dan
harus terjadi karena hal itu merupakan bagian dari proses demokratisasi. Keniscayaan hadirnya partai politik lokal berkaitan
dengan dua alasan pokok. Pertama, masyarakat Indonesia yang plural dan wilayah yang amat luas harus mempunyai instrumen politik yang
dapat menampung seluruh aspirasi masyarakat daerah. Partai politik berskala nasional tidak akan dapat menampung dan mengagregasikan
kepentingan rakyat di daerah yang sedemikian beragam. Lembaga seperti Dewan Perwakilan Daerah DPD, yang berfungsi sebagai
institusi yang mewakili wilayah dalam proses pengambilan keputusan di tingkat nasional, tidak cukup memadai. Lebih-lebih dewasa ini
peran dan fungsinya masih dimandulkan oleh peraturan perundangan yang berlaku. Kedua, dengan diselenggarakannya pemilihan kepala
daerah langsung, seharusnya masyarakat di daerah harus diberi
22
kesempatan membentuk partai lokal agar calon-calon kepala daerah benar-benar kandidat yang mereka kehendaki. Tidak seperti praktik
yang selama ini terjadi, kepentingan masyarakat lokal harus disesuaikan dan tunduk dengan kepentingan elite partai di Jakarta.
Ketiga, tidak kalah penting, kehadiran partai lokal dapat mendorong proses demokratisasi internal partai politik.
E. Manfaat Penelitian