51
3.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Disiplin Kerja
Dalam pendisiplinan kerja ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan Haidjrachman, dkk, 2002: 241:
1. Pembagian tugas dan pekerjaan telah dibuat lengkap dan dapat diketahui dengan sadar oleh para pekerja.
2. Adanya petujuk kerja yang singkat, sederhana dan lengkap. 3. Kesadaran setiap pekerjaan terhadap suatu tugas atau pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya. 4. Perlakuan adil terhadap setiap penyimpangan oleh manajer.
5. Adanya keinsyafan para pekerja bahwa akibat dari kecerobohan atau kelalaian dapat merugikan organisasi dan dirinya serta ada kemungkinan
membahayakan orang lain.
3.2.4. Pentingnya Disiplin Kerja
Keteraturan adalah ciri utama organisasi dan disiplin adalah salah satu metode untuk memelihara keteraturan tersebut. Tujuan utama disiplin adalah
untuk menigkatkan efisiensi semaksimal mungkin dengan cara mencegah pemborosan. Singkatnya, disiplin dibutuhkan untuk tujuan organisasi yang lebih
jauh, guna menjaga efisiensi dengan mencegah dan mengoreksi tindakan-tindakan individu dalam iktikad tidak baiknya terhadap kelompok. Lebih jauh lagi, disiplin
berusaha untuk melindungi perilaku yang baik dengan menetapkan respons yang dikehendaki. Tohardi, 2002 Disiplin kerja dapat dilihat sebagai sesuatu yang
besar manfaatnya, baik bagi kepentingan organisasi maupun bagi karyawan. Bagi organisasi adanya disiplin kerja akan menjamin terpeliharanya tata tertib dan
52
kelancaran pelaksanaan tugas, sehingga di peroleh hasil yang optimal. Adapun bagi karyawan akan diperoleh suasana kerja yang menyenangkan sehingga akan
menambah semangat kerja dalam melaksanakan pekerjaannya.
3.2.5. Hubungan Disiplin Dengan Produktivitas Kerja
Disiplin pegawai memainkan peranan yang dominan, krusial, dan kritikal dalam keseluruhan upaya untuk meningkatkan produktivitas kerja para pegawai.
Disiplin kerja para pegawai sangat penting. Disiplin kerja merupakan hal yang harus ditanamkan dalam diri tiap karyawan, karena hal ini akan menyangkut
tanggung jawab moral karyawan itu pada tugas kewajibannya. Seperti juga suatu tingkah laku yang bisa dibentuk melalui kebiasaan. Selain itu, disiplin kerja dapat
ditingkatkan apabila tedapat kondisi kerja yang dapat merangsang karyawan untuk berdisiplin. Disiplin kerja atau kebiasaan-kebiasaan baik yang harus ditanamkan
dalam diri karyawan sebaiknya bukan atas dasar paksaan semata, tetapi harus lebih di dasarkan atas kesadaran diri dalam diri karyawan. Menurut Tohardi
2002, ketidakdisiplinan individu atau karyawan dapat memengaruhi produktivitas kerja organisasi.
Kegiatan pendisiplinan yang dilaksanakan untuk mendorong para karyawan agar meengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan-
penyelewengan dapat di cegah. Sasaran pokoknya dalah untuk mendorong disiplin diri di antara para karyawan untuk datang di kantor tepat waktu. Dengan datang
ke kantor tepat waktu dan melaksanakan tugas sesuai dengan tugasnya, maka diharapkan produktivitas kerja akan meningkat. Dari penjelasan tersebut di atas
dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja pegawai dalam suatu organisasi
53
sangat di pengaruhi oleh disiplin pegawai. Apalagi di antara pegawai sudah tidak menghiraukan kedisiplin kerja, maka dapat dipastikan produktivitas kerja akan
menurun. Padahal untuk mendapatkan produktivitas kerja sangat di perlukan kedisiplinan dari para pegawai.
54
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
Setelah dilakukan penelitian pada Kantor Wilayah Kementeriaan Agama Provinsi Sumatera Utara, maka ditarik kesimpulan dan saran terhadap penerapan
komunikasi sebagai berikut: 4.1.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan yang berkaitan dengan Peranan
Kepemimpinan Dalam Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Pegawai Kementrian Agama Wilayah Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai berikut:
1. Dengan adanya Peran Kepemimpinan didalam instansi akan menghasilkan kepuasan kerja peningkatan kinerja yang lebih bagus
terhadap pegawai dalam melaksanakan tugasnya. 2. Peran Pemimpin sangat berpengaruh dalam peningkatan kedisiplinan kerja
pegawai. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin bagus Peran Kepemimpinan yang dimiliki di tempat kerja berpengaruh terhadap hasil
dari peningkatan kinerja yang dilakukan oleh pegawainya. 3. Pimipinan pada Kementrian Agama Wilayah Sumatera Utara adalah
pimpinan yang menerapkan gaya kepemimpinan Demokratis, hal ini terlihat dari kemampuan pimpinan dalam melaksanakan fungsi-fungsi
serta tugasnya dengan baik dan selalu diiringi dengan sikap menghargai bawahannya.
4.2. Saran
1. Hendaknya masing-masing pimpinan berusaha mempertahankan Gaya Kepemimpinan yang dimiliki untuk meningkatkan kepuasan kerja.
2. Pemimpin hendaknya memperhatikan perannya dalam meningkatkan disiplin kerja pegawai Pada Kementrian Agama Wilayah Sumatera Utara
guna mencapai keberhasilan kerja sebagaimana tujuan awal instansi. 3. Agar keharmonisan ataupun kebersamaan tetap terjalin, pimpinan harus
tetap mengadakan komunikasi yang baik dengan para pegawainya.