Pada tanggal 15 sampai 18 oktober 2014 muktamar dilakukan oleh kubu Romi di surabaya, dari 33 DPW dihadiri oleh 25 DPW, sementara dari sekitar 500 DPC
yang hadir mencapai 405 DPC. Hasil muktamar ini selanjutnya didaftarkan dan mendapat pengesahan kepegurusan dari Menteri Hukum dan HAM Nomor
M.HH-07.AH.11.01 tertanggal 28 Oktober 2014, di samping itu, kubu Suryadharma Ali juga melangsungkan muktamar pada tanggal 30 oktober 2014
sampai 2 november 2014 di Jakarta dengan memenangkan Djan Faridz, serta menyatakan bahwa muktamar yang diselenggarakan oleh kubu Romi adalah tidak
sah. Adanya Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH-07.AH.11.01
tertanggal 28 Oktober 2014 menegenai pengesahan kepengurusan partai berdasarkan muktamar yang diselenggarakan oleh kubu Romi, maka kubu
Suryadharma Ali mengajukan Gugatan pada Pengadilan Tata Usaha Negara Jakarta dengan Nomor Perkara 217G2014PTUN-JKT, yang selanjutnya diputus
pada tanggal 6 November 2014 dengan pokok putusan diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Memerintahkan kepada Tergugat untuk menunda pelaksanaan Surat
Keputusan Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor : M.HH-07.AH.11.01 Tahun2014, tertanggal 28 Oktober 2014 tentang
Pengesahan Perubahan Susunan Kepengurusan Dewan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan, selama proses pemeriksaan perkara ini berlangsung
sampai dengan putusan dalam perkara ini memperoleh kekuatan hukum tetap.
2. Memerintahkan kepada Tergugat untuk tidak melakukan tindakan-tindakan
Pejabat Tata Usaha Negara lainnya, yang berhubungan dengan Keputusan Tata Usaha Negara objek sengketa, termasuk dalam hal ini penerbitan Surat-
surat Keputusan Tata Usaha Negara yang baru mengenai hal yang sama, sampai dengan adanya islah diantara para elite PPP yang bersengketa
Amunisi News.com.html, Diakses pada tanggal 18 Maret 2015.
VI. SIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Partai politik sebagai wadah atau muara bertemunya banyak kepentingan sudah
barang tentu rawan terjadi konflik. Partai politik sebagai organisasi modern akan selalu dihadapkan pada realitas konflik. Berdasarkan uraian di atas, maka
penulis menyimpulkan bahwa: 1.
Pengetahuan Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Provinsi Lampung atas mekanisme input dan output sistem pengambilan
keputusan DPP, termasuk dalam pengetahuan hak dan kewajiban selaku DPW dalam konflik yang terjadi di tingkat pusat sudah baik, dimana Dewan
Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Provinsi Lampung mengetahui pengetahuan, latar belakang, dan kronologi konflik serta yang
terjadi pada Derwan Pimpinan Pusat Partai Persatuan Pembangunan PPP. 2.
Perasaan Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan Pembangunan Provinsi Lampung terhadap sistem kepemimpinan DPP termasuk peran aktor politisi
dan pengurusan partai politik, dimana Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan
Pembangunan Provinsi
Lampung menganggap
bahwa kepemimpinan yang sah adalah kepemimpinan DPP PPP dan pengurusan
partai politik oleh Djan Faridz.
3. Keputusan dan pendapat individu Dewan Pimpinan Wilayah Partai Persatuan
Pembangunan Provinsi Lampung tentang kepemimpinan DPP yang secara tipikal yang melibatkan standar nilai, kriteria informasi dan perasaan, dimana
dalam setiap proses pengambilan keputusan DPW berdasarkan pada keputusan yang diambil dari Dewan Pimpinan Pusat. Keputusan dan pendapat anggota
Dewan Pimpinan Wilayah PPP Lampung mengesahkan kepemimpinan Djan Faridz.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, menunjukkan
bahwa terjadinya konflik di Internal Partai Persatuan Pembangunan PPP khususnya di DPW Partai Persatuan Pembangunan PPP Lampung terjadi akibat
tidak adanya komunikasi yang kuat baik itu di tingkat pusat maupun di tingkat wilayah sehingga menghasilkan perbedaan-perbedaan pandangan antara petinggi,
anggota maupun kader Partai Persatuan Pembangunan PPP. Untuk mengatasi hal tersebut ada beberapa saran yang dianggap penting untuk penulis sampaikan.
1. Jika kedepannya Partai Persatuan Pembangunan PPP tidak ingin kembali
terjadi konflik mengenai hal-hal yang sudah disepakati sebelumnya seperti konflik mengenai ide dasar ataupun platform, Partai Persatuan Pembangunan
PPP perlu melakukan Penanaman ideologi yang lebih jelas sampai ke akar, mulai dari tingkat pusat, wilayah, sampai ke tingkat daerah.
2. Partai Persatuan Pembangunan PPP perlu mengadakan dialog demokrasi di
dalam tubuh partai, sehingga nantinya mulai dari tingkat pusat, wilayah,sampai ke daerah bisa meresapi berbagai prinsip dan kebijakan yang