Viabilitas Benih TINJAUAN PUSTAKA
15 Kalium diserap tanaman dalam bentuk K
+
. Unsur ini meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel. Kalium
berperan dalam proses pembentukan dan pengisian benih bersama dengan fosfor Sutejo,1999.
Menurut Syafrudin et al. 1996 dalam Akil 2009, unsur K selain diperlukan
untuk mempertinggi vigor tanaman di lapang, juga berperan dalam meningkatkan mineral dalam fitin, memperbaiki integritas membran dan kulit biji, sehingga daya
simpannya meningkat. Kalium dalam biji yang tinggi dapat menurunkan kapasitas absorbsi air dan kelarutan gula dalam benih, sehingga benih yang
dihasilkan mempunyai viabilitas tinggi. Kalium yang cukup akan menekan serapan Ca yang berlebihan karena Ca yang berlebih dalam biji dapat menurunkan
integritas membran dan biji mudah pecah. 2.3
Pengaruh Stadia Kemasakan Pada Vigor Benih
Menurut Robert 2002, salah satu faktor yang mempengaruhi viabilitas benih adalah stadia kemasakan. Benih yang berasal dari benih yang terlalu tua atau
terlalu muda mempunyai viabilitas yang rendah. Daya kecambah benih pada saat awal pembentukan biji sangat rendah, akan tetapi semakin bertambahnya umur
benih yang berhubungan dengan akumulasi bahan-bahan cadangan makanan, kemampuan benih untuk berkecambah meningkat. Makin tua umur benih
kandungan bahan kering di dalamnya akan semakin tinggi. Kandungan bahan kering merupakan akumulasi bahan cadangan makanan yang terbentuk melalui
proses fotosistesis.
16
Justice dan Bass 2002 menyatakan bahwa vigor benih tertinggi tercapai saat benih masak secara fisiologis, setelah itu benih akan kehilangan vigor secara
perlahan-lahan. Moore 1955 dalam Justice dan Bass 2002 menyimpulkan bahwa suatu benih mencapai puncak vigor pada saat benih masak, setelah itu
vigor akan berkurang karena benih mengalami proses penuaan. Salah satu penyebab berkurangnya vigor benih setelah masak fisiologis karena adanya
deraan cuaca di lapang akibat keterlambatan panen
.
Menurut Shellavantar et al. 1998 dalam Marliah 2009, akumulasi bahan kering
maksimum pada benih terjadi pada saat masak fisiologis. Selanjutnya benih yang dipanen setelah lewat masak fisiologis menghasilkan benih dengan berat kering
dan viabilitas yang menurun. Hal ini disebabkan oleh cadangan makanan yang dimiliki telah mulai berkurang akibat proses katabolisme yang terus berlangsung,
sementara suplai makanan dari tanaman telah terhenti pada saat masak fisiologis. Menurut Sadjad 1993, benih mencapai viabilitas maksimum dan vigor
maksimum diperoleh pada saat telah mencapai masak fisiologis. Selanjutnya ditambahkan oleh Sutopo 2002 bahwa benih yang telah mencapai masak
fisiologis mempunyai cadangan makanan yang lengkap dan embrionya telah terbentuk sempurna.
Suseno 1974 menyatakan bahwa cadangan makanan yang terkandung dalam biji
berbeda berdasarkan ukuran dan bobot biji serta tingkat kemasakan biji. Dengan demikian pada kondisi benih yang berada pada masak fisiologis akan memenuhi
berbagai kriteria yang dibutuhkan untuk mendapatkan viabilitas maupun vigor bernih yang tinggi.
17