TRADE LOADING DAN CHANNEL STUFFING

yang mungkin mengalami tingkat retur yang tinggi adalah agen makanan yang mudah rusak, distributor yang menjual ke toko-toko eceran, perusahaan rekaman dan kaset, serta beberapa pabrikan makanan dan barang-barang olahraga. Retur dalam industry ini sering dilaksanakan sebagai praktek yang melibatkan perjanjian “penjualan bergaransi” atau konsinyasi. Tersedia tiga metode pengakuan pendapatan alternative apabila penjual menanggung risiko kepemilikan yang berkepanjangan karena pengembalian produk, yaitu: 1. Tidak mencatat penjualan sampai seluruh hak retur habis masa berlakunya 2. Mencatat penjualan tetapi mengurangi penjualan dengan estimasi retur di masa depan 3. Mencatat penjualan serta memperhitungkan retur pada saat terjadi FASB menyimpulkan bahwa jika suatu perusahaan menjual produknya tetapi memberikan pembeli hak untuk mengembalikan produk itu, maka pendapatan dari transaksi penjualan akan diakui pada saat penjualan jika kondisi berikut terpenuhi: 1. Harga penjual kepada pembeli pada hakikatnya tetap atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan 2. Pembeli sudah membayar penjual , atau pembeli berkewajiban membayar penjual , dan kewajiban itu tidak tergantung pada penjualan kembali produk tersebut 3. Kewajiaban pembeli kepada penjual tidak akan berubah apabila terjadi pencurian atau kerusakan atau rusaknya fisik produk 4. Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali memiliki substansi ekonomi yang terpisah dari yang diberikan oleh penjual 5. Penjual tidak memiliki kewajiabn yang signifikan atas kinerja masa depan yang secara langsung menyebabkan penjualan kembali produk itu oleh pembeli 6. Jumlah retur di masa depan dapat diestimasi penjual secara layak Jika keenam kondisi tersebut tidak terpenuhi maka pendapatan penjualan dan harga pokok penjualan harus diakui ketika hak retur secara substansial telah habis masa berlakunya. Apabila penjualan yang dilaporkan dalam laporan laba rugi harus dikurangi untuk melaporkan estimasi retur.

F. TRADE LOADING DAN CHANNEL STUFFING

a. Trade Loading dan Channel Stuffing Beberapa perusahaan mencatat pendapatna pada tanggal penyerahan tanpa membuat penyisihan untuk pembelian kembali ataupun retur yang tak terbatas. Walaupun perusahaan ini kelihatannya mengikuti pengakuan pada saat penjualan yang berlaku , namun sebenarnay mereka mengakui pendapatn dan laba sebelum waktunya. Sebagai contoh , industry rokok domestic AS pada suatu waktu melakukan praktedistribusi yang dikenal sebagai trade loading. Trade Loading merupakan praktek yang gila , tidak ekonomis dan licik . Melalui praktek ini pabriakan yang mencoba menunjukkan penjualan, laba, dan pangsa pasar yang sebenarnya tidak mereka miliki , mereka membujuk para pedagang grosir yang menjadi pelanggan mereka yang dikenal sebagai trade untuk membeli lebih banyak produk daripada yang dapat mereka jual kembali denagn cepat. Secara keseluruhan, industry rokok ini tampaknya dalam waktu dua tahun telah menetapkan terlalu tinggi laba operasinya sebesar 600juta karena mengambil laba dari tahun-tahun yang akan dating Dalam industry perangkat lunak computer, praktek yang sama disebut sebagai channel stuffing . Ketika sebuah produsen perangkat lunak ingin membuat hasil-hasil keuangannya kelihatan bagus, mereka menawarkan diskon atau potongan yang besar kepada distributornya agar membeli lebih banyak dan mencatat pendapatan ketika perangkat lunak tersebut meninggalkan dermaga.Persediaan distributor akan membengkak dan saluran pemasaran menjadi penuh sesak tetapi laporan keuangan produsen perangkat lunak terlihat baik meskipun hal itu akan merusak hasil periode mendatang, kecuali jika proses tersebut diulang. Trade loading dan channel stuffing menyimpangkan hasil operasi dan menghias laporan keuangan . Jika digunakan tanpa ketentuan yang tepat untuk retur penjualan, channel stuffing merupakan contoh klasik pembukuan hari ini atas pendapatan yang akan datang.

G. PENDAPATAN MENURUT PSAK NO 24 DAN NO 34