Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

5 ditetapkan pemerintah. kabupaten dan kotamadya dibagi dalam wilayah-wilayah kecamatan. Pasal 120 ayat 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menentukan bahwa perangkat daerah kabupatenkota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan dan kelurahan. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka kecamatan merupakan perangkat daerah kabupatenkota yang bertugas membantu kepala daerah dalam melaksanakan sebagian tugas-tugas kepala daerah. Pasal 126 ayat 1 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menentukan bahwa kecamatan dibentuk di wilayah kabupatenkota dengan Peraturan Daerah berpedoman pada peraturan pemerintah. Selanjutnya Pasal 126 ayat 2 menentukan bahwa kecamatan dipimpin oleh Camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang Bupati atau Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Tugas umum pemerintahan yang diselenggarakan oleh Camat tidak dimaksudkan sebagai pengganti urusan pemerintahan umum, karena Camat bukan lagi sebagai kepala wilayah. Selain itu, intinya juga berbeda. Tugas umum pemerintahan sebagai kewenangan atributif mencakup tiga jenis kewenangan yakni kewenangan melakukan koordinasi yang meliputi lima bidang kegiatan, kewenangan melakukan pembinaan serta kewenangan melaksanakan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan koordinasi dan pembinaan merupakan bentuk pelayanan secara tidak langsung indirect services, karena yang dilayani adalah entitas pemerintahan lainnya sebagai pengguna users, meskipun pengguna akhirnya 6 end users tetap masyarakat. Sedangkan kewenangan pemberian pelayanan kepada masyarakat, pengguna users maupun pengguna akhirnya end users sama yakni masyarakat. Jenis pelayanan ini dapat dikategorikan sebagai pelayanan secara langsung direct services Wasistiono, 200:33. Camat diangkat oleh BupatiWalikota atas usul Sekretaris Daerah dari Pegawai Negeri Sipil PNS yang dianggap menguasai pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundangundangan. Sebagai salah seorang perangkat daerah Camat mempunyai tugas dan kewenangan berdasarkan pelimpahan tugas dari walikota dalam menangani sebagian urusan otonomi daerah dan urusan pemerintahan umum lainnya. BupatiWalikota yang paham tentang penyelenggaraan pemerintahan, akan melakukan delegasi kewenangan yang luas kepada Camat sehingga fungsinya menjadi lebih besar dan luas dibanding pada waktu Camat masih menjadi kepala wilayah. Pendelegasian sebagian kewenangan BupatiWalikota kepada Camat sebenarnya menguntungkan BupatiWalikota bersangkutan, karena mereka tidak dibebani oleh urusan-urusan elementer berskala kecamatan yang dapat diselesaikan oleh Camat. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 15 ayat 1 dan 2 mengatur ketentuan Camat dalam menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi : 1. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; 3. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundangundangan; 4. mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 7 5. mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; 6. membina penyelenggaraan pemerintahan desa danatau kelurahan; 7. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya danatau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2008 Pasal 15 ayat 1 dan 2 di atas, maka kewenangan yang secara langsung didapatkan oleh camat hanya sebatas mengkoordinir beberapa bidang saja, selain yang telah disebutkan harus melalui pelimpahan wewenang yang bersifat delegasi dari kepala daerah. Pelimpahan wewenang dari kepala daerah kepada camat dan kecamatan akan memberikan ruang gerak yang cukup luas dalam melaksanakan tugasnya, namun kebanyakan pelimpahan wewenang ini tidak disertai dengan sarana dan prasarana yang mendukung, sehingga pelaksanaannya belum terlalu maksimal. Secara ringkas ada beberapa alasan tidak maksimalnya camat menjalankan fungsinya terkait dengan kewenangan di atas. Pertama, kewenangan tetap berada pada kepala daerah dan didistribusikan kepada SKPD pendukung pemerintahan, dalam hal ini camat tidak dapat berbuat banyak kalau terjadi kekosongan intervensi di wilayahnya karena camat tidak mendapatkan kewenangan penuh, kedua, camat tidak mempunyai political will di wilayahnya dengan keterbatasan wewenang yang dimilikinya, dan yang ketiga, camat kalaupun ada pelimpahan wewenang yang lebih luas dari kepala daerah, biasanya tidak didukung oleh dana, SDM dan sarana yang memadai dalam melaksanakan pelayanan pada masyarakat Muluk, 2006:27. 8 Berdasarkan pengamatan di lapangan, kedudukan dan peran camat pada saat ini, masih rendah kualitasnya dibanding dengan apa yang harus diselenggarakannya, begitu juga masyarakatnya belum banyak yang bisa mengurus kebutuhannya apalagi yang menyangkut dengan urusan-urusan pemerintahan. Mereka memer- lukan pelayanan, bimbingan dan arahan. Aparatur pemerintah daerah kabupatenkota belum dapat secara langsung menangani persoalan di tingkat desakelurahan karena begitu banyak persoalan yang timbul di tingkat terbawah itu tidak dapat diketahui aparatur kabupatenkota secara langsung. Keterbatasan waktu dan tenaga aparatur pemerintah daerah kabupatenkota mempengaruhi pula terhadap pelaksanaan urusan pemerintahan di tingkat desakelurahan. Pemecatan yang dilakukan Walikota Bandarlampung terhadap Kepala Lingkungan I Kelurahan Pinang Jaya tentu tidak akan terjadi jika ada pendelegasian kewenangan yang maksimal kepada camat untuk menyelesaikannya di tingkat kecamatan. Tetapi pada kenyataannya, meskipun camat sudah mengakui kekeliruannya dan bersedia mengangkat yang bersangkutan untuk kembali menjadi kepala lingkungan, walikota tetap bersikukuh untuk melakukan pemecatan. Lemahnya kewenangan camat dimana masalah di tingkat paling bawah sekalipun tidak dapat diputuskan oleh camat, menunjukkan pendelegasian kewenangan yang sangat terbatas oleh walikota. Keberadaan kecamatan sebagai SKPD dalam pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan daerah layak untuk ditingkatkan kewenangannya, karena disamping sebagai pembantu kepala daerah dalam melakukan pelayanan, juga sangat berguna dalam hal pembinaan aparatur pemerintahan desa yang belum bisa 9 maksimal. Namun perlu digaris bawahi, perluasan kewenangan camat harus juga diimbangi dengan peningkatan sumber dana, infrastruktur, SDM serta perhatian yang besar dari pemerintah daerah terhadap wilayah kecamatan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: “Bagaimana kedudukan dan peran Camat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dilihat dari pendekatan New Public Service ?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: Mendeskripsikan dan menganalisis kedudukan dan peran Camat dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat: 1. Secara teoritis, memberikan sumbangan pemikiran bagi Ilmu Manajemen Pemerintahan, yaitu menemukan model camat dalam penyelenggaraan pemerintahan. 2. Secara praktis dan aplikatif dapat memberikan masukan bagi praktisi pemerintahan dalam melaksanakan pemerintahan di tingkat kecamatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sebelum melakukan pembahasan lebih jauh, terlebih dahulu akan diuraikan dan dijelaskan tentang beberapa konsep dan teori yang berkaitan dengan kedudukan dan peran camat dalam penyelenggaraan pemerintahan.

2.1 Teori Kewenangan

Secara konseptual, istilah wewenang atau kewenangan sering disejajarkan dengan istilah Belanda “bevoegdheid”. Berdasarkan pendapat Henc van Maarseveen, bahwa teori kewenangan digunakan di dalam hukum publik yaitu, wewenang terdiri atas sekurang-kurangnya tiga komponen yaitu; pengaruh, dasar hukum dan konformitas hukum. Komponen pengaruh, ialah bahwa penggunaan wewenang dimaksudkan untuk mengendalikan prilaku subjek hukum. Komponen dasar hukum bahwa wewenang itu harus ditunjuk dasar hukumnya, dan komponen komformitas hukum mengandung adanya standar wewenang, yaitu standard umum semua jenis wewenang, dan standar khusus untuk jenis wewenang tertentu. Pada konsep wewenang pemerintahan, tidak semua komponen wewenang yang ada dalam hukum publik, karena wewenang hukum publik memiliki cakupan luas termasuk wewenang dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan Suriata, 2009. 11 Kewenangan merupakan kekuasaan formal yang berasal dari undang-undang, artinya barang siapa subyek hukum yang diberikan kewenangan oleh undang- undang, maka ia berwenang untuk melakukan sesuatu yang tersebut dalam kewenangan itu.Kewenangan yang dimiliki oleh organ institusi pemerintahan dalam melakukan perbuatan nyata riil, mengadakan pengaturan atau mengeluarkan keputusan selalu dilandasi oleh kewenangan yang diperoleh dari konstitusi secara atribusi, delegasi, maupun mandat Pungus, 2011. 1. Atribusi adalah pemberian kewenangan pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan tersebut. Artinya kewenangan itu bersifat melekat terhadap pejabat yang dituju atas jabatan yang diembannya. Atribusi merupakan kewenangan yang diberikan kepada suatu organ institusi pemerintahan atau lembaga Negara oleh suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini adalah asli, yang tidak diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya. Badan legislatif menciptakan kewenangan mandiri dan bukan perluasan kewenangan sebelumnya dan memberikan kepada organ yang berkompeten. 2. Delegasi adalah pelimpahan kewenangan pemerintahan dari organ pemerintahan yang satu kepada organ pemerintahan lainnya. Atau dengan kata lain terjadi pelimpahan kewenangan. Jadi tanggung jawab tanggung gugat berada pada penerima delegasi delegataris.Kewenangan delegasi dialihkan dari kewenangan atribusi dari suatu organ institusi pemerintahan kepada organ lainnya sehingga delegator organ yang telah memberi kewenangan dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya. 12 3. Mandat terjadi jika organ pemerintahan mengizinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. Pada mandat tidak terjadi peralihan tanggung jawab, melainkan tanggung jawab tetap melekat pada sipemberi mandat. Pada mandat, tidak terdapat suatu pemindahan kewenangansehingga mandat tidak perlu ada ketentuan peraturan perundang-undangan yang melandasinya karena mandat merupakan hal rutin dalam hubungan hirarkis organisasi pemerintahan. Ada perbedaan mendasar antara kewenangan atribusi dan delegasi. Pada atribusi, kewenangan yang ada siap dilimpahkan, tetapi tidak demikian pada delegasi. Berkaitan dengan asas legalitas, kewenangan tidak dapat didelegasikan secara besar-besaran, tetapi hanya mungkin dibawah kondisi bahwa peraturan hukum menentukan mengenai kemungkinan delegasi tersebut. Delegasi harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut Hadjon,2010: a. Delegasi harus definitif, artinya delegans tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah dilimpahkan itu; b. Delegasi harus berdasarkan ketentuan perundang-undangan, artinya delegasi hanya dimungkinkan jika ada ketentuan yang memungkinkan untuk itu dalam peraturan perundang-undangan; c. Kewajiban memberi keterangan penjelasan, artinya delegans berwenang untuk meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang tersebut; d. Peraturan kebijakan beleidsregel, artinya delegans memberikan instruksi petunjuk tentang penggunaan wewenang tersebut. 13

2.1.1 Pelimpahan Kewenangan

Pendelegasian kewenangan adalah pelimpahan kewenangan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diberikan dari pihak atasan kepada bawahan. Dalam pendelegasian kewenangan, ada beberapa ketentuan yang harus diperhatikan Wasistiono, 2009:51 : 1. Kewenangan tersebut tidak beralih menjadi kewenangan si penerima delegasi; 2. Penerima delegasi wajib bertanggung jawab kepada pemberi delegasi; 3. Pembiayaan untuk melaksanakan wewenang tersebut berasal dari pemberi delegasi kewenangan. kecamatan memiliki beberapa fungsi dasar yaitu koordinasi, pembinaan, serta pelayanan publik. UU 322004 pasal 126 menyebutkan berbagai tugas camat yaitu: 1. mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat 2. mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum 3. mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang- undangan Bagan Nomor: 1 Alur Pendelegasian Sebagian Kewenangan BupatiWalikota kepada camat Wasistiono, 2009:59 Bupati Walikota Delegasi Kewenangan Kepada camat Bentuk kewenangan: 1. Perizinan 2. Rekomendasi 3. Penetapan 4. Fasilitasi 5. Pembinaan 6. Pengawasan 7. Koordinasi 8. Pengumpulan data 9. Penyampaian informasi Bidang-bidang kewenangan Susunan organisasi yang sesuai dengan kewenangan Pemberian pelayanan prima kepada masyarakat Kepuasan masyarakat Dukungan: - Personil - Logistik - Anggaran Dukungan politik

Dokumen yang terkait

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN GAMPONG (Studi Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

2 25 29

ANALISIS TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA CAMAT DALAM PEMERINTAHAN DAERAH (Studi di Kecamatan Katibung Kabupaten Lampung Selatan)

3 22 42

PERGESERAN KEDUDUKAN CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH (Perspektif Normatif)

0 3 31

Tugas dan Fungsi Camat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (Studi Kecamatan Medan Johor)

2 16 93

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO.

0 0 10

KEDUDUKAN KECAMATAN BERDASARKAN UU NOMOR 32 TAHUN 2004 DALAM RANGKA MEWUJUDKAN PEMERINTAHAN YANG AKUNTABEL MELALUI OPTIMALISASI MANAJEMEN PEMERINTAHAN (STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KECAMATAN DI KECAMATAN GIRITONTRO KABUPATEN WONOGIRI).

0 0 17

PERAN CAMAT DALAM PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PEMERINTAHAN DESA (Suatu Studi di Kecamatan Tenga Kabupaten Minahasa Selatan) | Manengkey | JURNAL EKSEKUTIF 16326 32730 1 SM

0 2 11

104 Implementasi Fungsi Koordinasi Camat dalam Penyelenggaraan Kegiatan Pemerintahan di Kecamatan Lima Puluh Kota Pekanbaru

0 0 20

KEDUDUKAN PERATURAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA RYAN APRILIANTO AMINUDDIN KASIM LELI TIBAKA Abstrak - KEDUDUKAN PERATURAN DESA DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

0 0 18

KEDUDUKAN DAN PERAN CAMAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 (Studi Kasus Kantor Camat Pallangga, Kabupaten Gowa)

0 0 81