Penggunaan Hormon IBA Terhadap Pertumbuhan Stek Ekaliptus Klon Ind 48
PENGGUNAAN HORMON IBA TERHADAP
PERTUMBUHAN STEK EKALIPTUS
KLON IND 48
HASIL PENELITIAN
DELIMA NABABAN
041202031/BUDIDAYA HUTAN
DEPARTEMEN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009
(2)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Penggunaan Hormon IBA terhadap Pertumbuhan Stek
Ekaliptus Klon IND 48
Nama : Delima Nababan
NIM : 041202031
Departemen : Kehutanan
Program Studi : Budidaya Hutan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Afifuddin Dalimunthe, SP, MP
Ketua Anggota
Dr. Budi Utomo, SP, MP
Mengetahui :
Ketua Departemen Kehutanan Dr. Ir. Edy Batara Mulya Siregar, MS.
(3)
ABSTRACT
Delima Nababan. The Use of IBA Hormone to the Growth Eucalyptus Clone
IND 48. Under Academic Supervision by Afifudin Dalimunthe and Budi Utomo. This research purposed to get the affect of using IBA hormone to the growth eucalyptus clone IND 48. This research was hold on September until December 2008 in Nursery Asahan PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Porsea. The research is the use the non factorial chuster random design with ten time replay. The parameter that observed in this research is the clone loring percentage the rootted clone percentage the shoot height, the shoot diameter and dried root weighten the research of result showed that in giving the IBA hormone in kinds of concentration will affect different unread in the shoot length and shoot diameter from that clone and in 2000 ppm concentration will be better the result than in 4000 ppm and 8000 ppm concentration.
(4)
ABSTRAK
Delima Nababan. Penggunaan Hormon IBA terhadap Pertumbuhan Stek
Ekaliptus Klon IND 48. Dibimbing oleh Afifudin Dalimunthe dan Budi Utomo. Penelitian ini untuk melanjutkan respon penggunaan hormon IBA terhadap pertumbuhan stek ekaliptus klon IND 48. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2008 di lokasi Nursery Asahan PT. Toba Pulp Lestari Tbk, Porsea. Penelitian ini memakai pola rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan hanya sepuluh kali. Parameter yang diamati dari penelitian ini adalah persentase hidup dari stek, persentase stek berakar, tinggi tunas, diameter tunas dan berat kering akar. Hasil penelitian menunjukan bahwa dengan adanya pemberian hormon IBA dalam berbagai konsentrasi akan berpengaruh tidak berbeda nyata pada panjang tunas dan diameter dari stek pucuk tersebut dan pada konsentrasi 2000 ppm akan lebih baik hasilnya dibanding pada konsentrasi 4000 ppm dan 8000 ppm.
Kata Kunci : Stek pucuk, hormon IBA, ekaliptus, konsentrasi, klon.
(5)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah penggunaan hormon IBA dapat meningkatkan persentase tumbuh stek ekaliptus.
Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Afifuddin Dalimunthe, SP, MP dan Bapak Dr. Budi Utomo, SP,
MP selaku pembimbing yang telah banyak memberikan saran.
2. Ayahanda Amser Nababan dan Ibunda Rosintan Lubis serta seluruh
keluarga penulis atas segala doa dan perhatiannya.
3. PT. Toba Pulp Lestari yang telah memberikan izin buat penulis untuk
melakukan penelitian dan pihak Nursery and Plantation Departemen.
4. Kepada seseorang yang telah memberikan motifasi, semangat, dan
dukungan doa kepada penulis dari awal sampai berakhirnya skripsi ini.
5. Teman-teman mahasiswa Departemen Kehutanan terkhusus angkatan
2004.
Penulis menyadari kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
Atas semua bantuan tersebut diatas penulis tidak dapat membalasnya, doa penulis kiranya Tuhan Yang Maha Kuasalah yang selalu memberkati dan yang akan membalaskannya.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.
Medan, Maret 2009
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRACT ... ii
ABSTRAK ... iii
RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 2
Hipotesis Penelitian ... 2
Manfaat Penelitian ... 2
TINJAUAN PUSTAKA ... 3
Penyebaran dan Syarat Tumbuh Ekaliptus ... 3
Taksonomi IND 48 ... 4
Sistem Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif ... 5
Peranan Hormon atau Zat Pengatur Tumbuh dalam Perakaran Stek ... 11
Manfaat Penggunaan Hormon IBA (Indole Butyric Acid) ... 13
METODOLOGI ... 14
Waktu dan Tempat Penelitian ... 14
Alat dan Bahan ... 14
Metode Penelitian ... 14
Prosedur Penelitian ... 15
1. Persiapan Media Perakaran ... 15
2. Pengisian Tube ... 15
3. Pemanenan Coppice ... 16
4. Pemberian Hormon Akar ... 17
5. Penanaman ... 17
6. Parameter Penelitian ... 18
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20
Hasil ... 20
1. Persentase Hidup ... 20
2. Persentase Stek Berakar ... 21
3. Tinggi Tunas ... 22
4. Diameter Tunas ... 23
5. Berat Kering Akar ... 24
(7)
Halaman
KESIMPULAN DAN SARAN ... 29
Kesimpulan ... 29 Saran ... 29
DAFTAR PUSTAKA ... 30 LAMPIRAN ... 32
(8)
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Shedule Penyiraman Bibit pada Cuaca ... 18 2. Hasil dari Parameter Pengamatan dan Notasi... 25
(9)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Grafik Persentase Hidup Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)... 20
2. Grafik Persentase Stek Berakar pada Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus
grandis x Eucalyptus pellita) ... 21 3. Grafik Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita) ... 22
4. Grafik Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita) ... 23
5. Grafik Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita... 24
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Rataan, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik Ragam Persentase
Hidup Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita) ... 33
2. Rataan, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik Ragam Persentase
Stek yang Berakar pada Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita) ... 34
3. Rataan, Missing Data, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik Ragam
Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita) ... 35
4. Rataan, Missing Data, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik
Ragam Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita) ... 36
5. Rataan, Missing Data, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik
Ragam Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita) ... 37
6. Data Perkembangan Akar ... 38
7. Data Pengamatan Suhu... 39
8. Dokumentasi Penelitian... 40
(11)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan kayu sebagai bahan baku dalam pembuatan kertas terus mengalami peningkatan. Meningkatnya kebutuhan kayu seiring dengan bertambahnya penduduk setiap tahun. Peningkatan kebutuhan ini harus diimbangi dengan ketersediaan produksi kayu yang mencukupi dengan memperhatikan keseimbangan alam. Untuk mengatasi hal tersebut salah satu alternatif pemecahannya adalah dengan pengembangan Hutan Tanaman Industri atau HTI (Khaerudin, 1993).
Dengan bertambahnya permintaan terhadap kayu ekaliptus maka perlu dilakukan penyediaan bibit yang cukup dan berkualitas serta tepat guna produksinya dan pemenuhan kebutuhan akan permintaan kayu ekaliptus dapat berjalan dengan baik. Agar bibit tetap tersedia maka perlu dilakukan tindakan perbanyakan atau pembudidayaan tanaman. Menurut Widarto (1999) secara garis besar perbanyakan tanaman dapat digolongkan menjadi perbanyakan secara generatif dan secara vegetatif.
Perkembangbiakan secara vegetatif merupakan alternatif yang perlu diperhatikan, salah satunya adalah dengan cara stek. Perkembangbiakan dengan cara stek diharapkan dapat menjamin sifat-sifat yang sama dengan induknya. (Astuti, 2000).
Salah satu usaha untuk meningkatkan persentase pertumbuhan stek adalah dengan menggunakan jenis hormon atau zat pengatur tumbuh. IBA (Indole
(12)
Butyric Acid) merupakan salah satu jenis hormon yang digunakan untuk merangsang pembentukan akar. Saat ini dosis hormon IBA yang digunakan di PT. Toba Pulp Lestari adalah 10.000 ppm dengan pertumbuhan 60-70 %. Hingga kini belum ada penelitian tentang dosis IBA yang tepat untuk pertumbuhan ekaliptus.
Menurut penelitian yang sudah pernah dilakukan sebelumnya di PT. Toba Pulp Lestari, bahwa hasil persilangan stek Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita mempunyai tingkat pertumbuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan jenis ekaliptus lainnya. Untuk itu pemberian hormon IBA sangat berperan penting dalam pertumbuhannya.
Tujuan Penelitian
Mencari dosis hormon IBA yang tepat untuk meningkatkan persentase tumbuh stek ekaliptus.
Hipotesis Penelitian
Penggunaan dosis 10.000 ppm masih terlalu tinggi, masih ada dosis yang lebih rendah yang mampu meningkatkan pertumbuhan stek ekaliptus tetapi dosis belum diketahui.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai bahan informasi ataupun masukan bagi PT. Toba Pulp Lestari untuk mendapatkan dosis yang tepat untuk merangsang pertumbuhan stek ekaliptus dan mendapatkan bibit ekaliptus dalam jumlah yang besar dan waktu yang tepat.
(13)
TINJAUAN PUSTAKA
Penyebaran dan Syarat Tumbuh Ekaliptus
Daerah penyebarannya meliputi Australia, New Britain, Papua dan Tasmania. Namun ada juga beberapa spesies yang ditemukan di Irian Jaya, Sulawesi, Nusa Tenggara Timur dan Timor-timur. Tanaman ini bertajuk tidak rapat, tingginya bervariasi menurut jenisnya (Khaerudin, 1993).
Umumnya Eucalyptus sp. tumbuh baik pada jenis alluvial kecuali E. saligna yang memerlukan jenis tanah podsol, kelembaban tinggi dan tergenang air. Ketinggian tempat yang sesuai untuk ekaliptus berbeda-beda. Untuk tumbuh baik, ekaliptus menghendaki iklim yang berbeda-beda menurut jenisnya. Jenis Eucalyptus grandis dan Eucalyptus pellita menghendaki daerah beriklim kering dan tipe iklim C, D, dan E menurut Shmidt dan Ferguson (Khaerudin, 1993).
Menurut Nurcahyaningsih (2004) Eucalyptus pellita merupakan jenis tanaman cepat tumbuh yang berpotensi besar dalam pembangunan hutan tanaman industri (HTI). Ukuran pohon bervariasi dari pohon kerdil dengan percabangan yang banyak sampai pohon besar dengan tinggi mencapai 10 m dengan diameter lebih dari 100 cm.
Taksonomi IND 48
Klon IND 48 merupakan hasil perkawinan silang Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita. IND 48 merupakan varieras tanaman ekaliptus yang ditemukan oleh pihak R & D PT. Toba Pulp Lestari (Sirait K. 24 September 2008, komunikasi pribadi).
(14)
Taksonomi dari clone IND 48 adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermathophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Dikotyledon
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Eucalyptus
Species : Eucalyptus pellita
Varietas : Eucalyptus pellita x Eucalyptus grandis (IND 48)
Sistem Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif
Perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah perbanyakan tanaman tanpa melalui proses perkawinan. Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan mengambil bagian dari tanaman, misalnya batang, daun, umbi, spora, dan lain-lain. Perbanyakan secara vegetatif dapat dilakukan mulai dari cara yang paling sederhana seperti stek, cangkok, merunduk, dan lain-lain, hingga cara yang rumit, misalnya perbanyakan tanaman dengan sistem kultur jaringan (Widarto, 1995).
Umumnya semua jenis tanaman dapat dibiakkan secara generatif atau vegetatif. Berbeda dengan perbanyakan generatif yang pada dasarnya semua jenis
(15)
tanaman dapat melakukannya secara alami, tetapi pada perbanyakan vegetatif beberapa jenis pohon memerlukan kondisi khusus untuk dapat melaksanakan secara vegetatif (Subiakto et al., 2000 diacu dalam Veronica, 2005).
Penggunaan teknologi perbanyakan vegetatif umumnya didasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut ini: (1) sulitnya diperoleh benih secara kesinambungan akibat ketidak teraturan musim pembungaan serta masa simpan benih singkat, (2) mendapatkan perolehan genetik (genetic gain) secara maksimum khususnya dalam program penghutanan klonal (clonal forest), (3) pembangunan kebun benih klonal dari pohon induk unggul dan (4) konservasi genetik melalui bank clone (Subiakto et al., 2000 diacu dalam Veronica, 2005).
Bibit stek diperoleh dengan memisahkan atau memotong beberapa bagian dari tanaman, seperti akar, batang, daun, dan tunas dengan maksud agar bagian-bagian tersebut membentuk akar. Kelebihan dari cara perbanyakan ini adalah caranya sederhana (tidak memerlukan teknik-teknik tertentu yang rumit) dan bibit yang diperoleh mewarisi sifat-sifat yang dimiliki induknya. Kelemahannya adalah tidak banyak jenis tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini sehingga penggunaannya terbatas (Setiawan, 2001).
Menurut Adjers dan Otsamo (1996), perbanyakan vegetatif memiliki keunggulan antara lain sebagai alternatif metoda lain guna menanggulangi masalah pembuahan yang tidak teratur dan kehilangan daya kecambah secara cepat pada biji, memiliki peluang memperbaiki produksi tanaman dari seleksi pohon induk dan untuk meningkatkan keuntungan dari tingginya produktifitas tanaman. Untuk dapat mengambil bahan stek secara terus menerus maka dapat
(16)
dibuat kebun pangkas (hedge orchad) dimana dari kebun pangkas ini bahan stek dapat diambil setiap periode tertentu tergantung dari kecepatan dan kemampuan dari suatu jenis untuk membentuk pucuk baru dan waktunya stek diperlukan (Irwanto, 2003).
Bahan tanam untuk perbanyakan secara vegetatif sebaiknya berasal dari pohon induk yang telah diketahui silsila, tingkat pertumbuhan, serta kualitas dan kuantitas produksi buahnya. Untuk stek, bagian vegetatif yang digunakan adalah batang, daun, akar, umbi. Pohon induk adalah tanaman yang dijadikan bahan awal untuk kegiatan perbanyakan tanaman. Pohon induk dipilih dari tanaman yang sudah jelas asal usul dan keunggulan sifatnya, baik dari segi pertumbuhan, kuantitas dan kualitas potensi produksi, maupun ketahanannya terhadap hama dan penyakit (Redaksi Agromedia, 2007).
Seperti halnya mencangkok, dari perbanyakan dengan cara stek juga diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanan terhadap hama dan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainya. Tetapi bila dibandingkan dengan cangkokan, stek mempunyai kelebihan. Kalau cangkok memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu berdiri sendiri, tetapi stek tidak demikian. Stek dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dan mampu menghasilkan bunga dan buah (Wudianto, 2000).
Kusumo (1984), menyatakan perakaran yang timbul pada stek disebabkan oleh dorongan auksin yang berasal dari tunas dan daun. Tunas yang sehat pada
(17)
batang adalah sumber auksin dan merupakan faktor penting dalam perakaran. Stek sering didefenisikan sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian tanaman (akar, batang, daun, tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Berdasarkan itu munculah istilah stek akar, stek daun, stek batang, stek umbi dan sebagainya (Wudianto, 2000).
Stek pucuk merupakan metoda perbanyakan vegetatif dengan cara menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas aksilar pada media tumbuh dipersemaian hingga tunas tersebut berakar (rooted cutting) sebelum semai yang dihasilkan ditransfer ke lapangan. Keberhasilan stek pucuk tergantung beberapa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah tingkat ketentuan donor stek, kondisi fisiologi stek, waktu pengumpulan stek dan lain sebagainya. Adapun yang termasuk faktor luar antara lain adalah media perakaran, suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan hormon pengatur tumbuh (Na’iem, 2000).
Jumlah kadar auksin yang terdapat pada organ stek bervariasi. Pada stek yang memiliki kadar auksin lebih tinggi, lebih mampu menumbuhkan akar dan menghasilkan persen hidup stek lebih tinggi daripada stek yang memiliki kadar yang rendah. Sebagaimana diketahui bahwa auksin adalah jenis hormon penumbuh yang dibuat oleh tanaman dan berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan berperan sebagai penyebab perpanjangan sel (Alrasyid dan Widiarti, 1990).
Produksi bibit dalam jumlah yang banyak dapat diperoleh melalui stek pucuk. Stek merupakan perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan memanfaatkan bagian dari tanaman yang telah dipotong atau dipisahkan dari
(18)
tanaman induknya, kemudian diusahakan untuk menumbuhkan tunas aksiler pada media tumbuh di persemaian, setelah stek tersebut berakar menjadi tanaman yang tumbuh sebagai bibit sebelum dipindahkan ke lapangan. Stek biasanya dilakukan pada tanaman yang berkayu, karena tanaman tersebut memiliki lapisan xylem, floem dan kambium sebagai terbentuknya akar. Stek pucuk adalah stek yang dibuat dari hasil pangkasan bagian pucuk/jaringan tanaman yang berumur muda (juvenil). Bahan stek pucuk biasanya diambil dari tanaman donor stock plant di kebun pangkas yang ada di persemaian (Basiang, 2008).
Menurut Basiang (2008), pada saat pembuatan bahan stek pucuk yang harus diperhatikan adalah hal-hal sebagai berikut:
1. Bahan untuk stek diambil pada saat intensitas cahaya dan suhu relatif
masih rendah karena bahan stek pucuk sangat rentan terhadap udara panas.
2. Panjang tunas untuk bahan stek pucuk biasanya cukup satu ruas dan yang
jaringan tanamannya telah kuat (tidak lunak) atau 2 bulan - 4 bulan setelah pemangkasan.
3. Daun pada stek harus dikurangi dengan cara dipotong dan disisakan
sekitar 25% pada pangkal daun, hal ini untuk mengurangi terjadinya penguapan yang berlebihan pada bahan stek yang dapat menyebabkan kematian pada stek.
4. Penggunaan hormon/ZPT (zat pengatur tumbuh) dengan bahan aktif,
sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan bahan stek (dilihat dari jenis tanaman bahan stek serta jenis dan konsentrasi hormon/ZPT yang digunakan).
(19)
5. Untuk mencegah bahan stek agar terhindar dari penyakit yang bisa disebabkan oleh cendawan/jamur maupun mikroba-mikroba pengganggu lainnya, sebaiknya dilakukan sterilisasi media yang akan digunakan, yaitu dengan cara pemanasan/penjemuran, pembakaran atau dimasak pada suhu tertentu atau bisa juga dengan menggunakan fungisida berbahan aktif.
6. Rentang waktu antara pengambilan, pembuatan bahan stek pucuk sampai
ke penanamannya pada media sebaiknya jangan terlalu lama.
Persyaratan media yang baik bagi pertumbuhan adalah ringan, tidak mahal, mempunyai komposisi yang seragam serta mudah tersedia. Selain itu harus mempunyai kapasitas tukar kation (KTK) yang tinggi, mampu menyimpan air serta bebas hama penyakit (Veronika, 2005).
Jenis media stek yang digunakan dapat berupa media padat ataupun cair. Media padat yang biasanya digunakan adalah pasir, tanah, gambut, vermikulit. Persyaratan penting adalah kegemburannya dan pH media sekitar 5-6. Dibanding sifat kimia media sifat fisik dari media menentukan keberhasilan sistem stek. Media yang baik haruslah mempunyai sifat fisik yang baik. Media yang mempunyai sifat fisik yang baik yaitu memiliki struktur yang remah, daya serap serap dan daya simpan air baik, serta kapasitas udaranya cukup. Selain itu media tersebut haruslah mengandung bahan organik (Khaeruddin, 1999).
Media stek harus selalu dijaga kelembabannya. Stek yang ditanam dalam wadah, tingkat kelembaban medianya dapat dilihat dari titik-titik air yang menempel pada plastik atau kaca penutupnya. Tidak adanya titik air pada tempat itu menandakan bahwa media telah kering. Cara mengatasinya dengan menyirami media (Wudianto, 2000).
(20)
Menurut Sukandarrumidi (1995) dibanding dengan peranan media top soil
(tanah lapisan atas) yang sekarang masih digunakan sebagai media semai, lahan gambut lebih baik sebagai media semai. Kelemahan media top soil antara lain sistem perakaran bibit kurang kompak dengan medianya, berat persatuan bibit relatif tinggi, banyak terjadi kerusakan/kematian pada saat pengangkutan bibit ke lapangan. Partikel-partikel pasir ukurannya jauh besar dibandingkan dengan partikel-partikel debu dan liat. Jika semakin tinggi persentase pasir dalam tanah, semakin banyak ruang pori-pori diantara partikel-partikel tanah semakin memperlancar gerakan udara dan air (Hakim et al., 1986).
Menurut Kosasih et al., (1997) selain itu ada juga beberapa faktor penentu keberhasilan stek pucuk yaitu:
1. Cahaya dan Kelembaban
Cahaya dan kelembaban merupakan faktor lingkungan yang utama yang juga menetukan keberhasilan pembentukan akar pada stek pucuk. Cahaya yang memadai berjumlah 5000 lux dengan intensitas optimum sekitar 50 persen diperlukan untuk proses fotosintesis dan kelembaban tinggi >80% adalah kondisi ideal untuk menekan transpirasi yang berlebihan.
2. Temperatur
Temperatur media ideal bagi pembentukan akar berkisar 200C – 300C,
(21)
Peranan Hormon atau Zat Pengatur Tumbuh dalam Perakaran Stek
Hormon tumbuh (plant hormon) adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman, yang dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Hormon biasanya bergerak dari bagian tanaman yang menghasilkan menuju tanaman lainnya. Zat pengatur tumbuh pada tanaman (plant regulator), adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat, dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan. Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok yaitu auksin, gibbellerin, cytokinin, ethylene, dan inhibitor dengan ciri khas dan pengaruh yang berlainan terhadap proses fisiologis (Abidin, 1982).
Hormon auksin banyak disusun di jaringan-jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman seperti tunas, kuncup bunga, pucuk daun, dan lain-lainnya lagi. Maka auksin yang dibuat di beberapa tempat tertentu didistribusikan di seluruh bagian tanaman, akan tetapi tidak semua bagian mendapatkan bagian yang sama. Pusat pembentukan auksin adalah ujung koleoktil (ujung tunas). Auksin yang terbentuk di puncak koleoktil beredar ke bagian-bagian yang ada dibawah koleotil, jadi auksin mengalir dari puncak ke dasar. Auksin berfungsi untuk pembentukan akar, perkembangan tunas, pembentukan buah dan juga untuk pengembangan sel (Dwidjoseputro, 1994).
Menurut Lakitan (1995), setelah semakin banyak hormon yang berhasil diidentifikasi dan setelah pengaruh serta konsentrasi internalnya dipelajari, maka semakin jelas bahwa hormon tidak hanya berpengaruh pada banyak bagian tanaman, tetapi juga pengaruh tersebut tergantung pada konsentrasinya dan
(22)
interaksi dengan hormon - hormon lain yang telah diketahui dan mungkin juga interaksi dengan hormon lain yang belum diketahui. Jika auksin digunakan secara
eksternal pada tumbuhan tertentu, pada konsentrasi yang jauh lebih tinggi daripada konsentrasi untuk mendorong pertumbuhan, maka faktor
pertumbuhan ini mengganggu metabolisme dan perkembangan dari tumbuhan itu (Heddy, 1983). Pada kadar rendah tertentu hormon/zat tumbuh akan mendorong
pertumbuhan, sedangkan pada kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan, meracuni, bahkan mematikan tanaman (Kusumo, 1984).
Menurut Abidin (1982), bahwa dengan membuang pucuk tanaman akan terjadilah hambatan pada pertumbuhan pucuk tanaman tersebut. Tetapi keadaan sebaliknya terjadi pada akar. Apabila ujung akar dibuang, ternyata keadaan tersebut tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan akar. Di dalam pola pertumbuhan tanaman, pertumbuhan ujung batang yang dilengkapi dengan daun muda apabila mengalami hambatan, maka pertumbuhan tunas akan tumbuh kea rah samping yang dikenal dengan “tunas lateral”. Misalnya saja terjadi pemotongan pada ujung batang/pucuk, maka akan tumbuh tunas pada ketiak daun. Fenomena ini kita namakan “apical dominance”.
Jumlah kadar auksin yang terdapat pada organ stek bervariasi. Pada stek yang memiliki kadar auksin lebih tinggi, lebih mampu menumbuhkan akar dan menghasilkan persen hidup stek lebih tinggi daripada stek yang memiliki kadar yang rendah. Sebagaimana diketahui bahwa auksin adalah jenis hormon penumbuh yang dibuat oleh tanaman dan berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan berperan sebagai penyebab perpanjangan sel (Alrasyid dan Widiarti, 1990).
(23)
Kusumo (1984) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang turut mempengaruhi keberhasilan pemberian hormon diantaranya adalah:
(a) Kondisi pohon induk seperti umur, kesuburan dan bagian stek yang diambil.
(b) Faktor dalam seperti rhizokalin dan zat makanan organik.
Manfaat Penggunaan Hormon IBA (Indole Butyric Acid)
Menurut Wattimena (1987), zat pengatur tumbuh dapat dibagi beberapa golongan, yaitu auksin, sitokinin, gibberellin, ethylene, dan inhibitor. Hormon-hormon ini masuk dalam golongan auksin yaitu IAA (Asam Indol Asetat), NAA (Asam Naftalena Asetat), dan IBA (Asam Indol Butirat). Hormon yang ada pada tanaman ini jumlahnya sedikit, maka perlu ditambah. Dengan demikian, pertumbuhan tanaman menjadi lebih cepat (Wudianto, 1999).
Indole-3-Butyric Acid (IBA) kelihatan sangat lebih praktis dari jenis auksin (IAA) dan sangat efektif dalam inisiasi akar dan merangsang pertumbuhan batang dan daun. IBA berbentuk tepung berwarna putih atau kristal-kristal yang bersatu, dimana menunjukkan suatu reaksi yang mempunyai karakteristik dari senyawa anorganik lain. IBA tidak dapat dicairkan dengan air biasa tapi dapat dipecahkan dengan larutan organik alkali dan karbon. Dalam bidang pertanian IBA digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar tanaman dan pematangan buah (Wikipedia, 2007).
(24)
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Desember 2008 di lokasi Nursery Asahan PT. Toba Pulp Lestari, Tbk Desa Sosor Ladang Kecamatan Porsea Kabupaten Toba Samosir Sumatera Utara.
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ayakan, lempengan kuali, mesin pengaduk semen, tube, gunting stek, alat untuk mengontrol waktu penyiraman (watery timer control), ember, timbangan elektrik, gelas ukur, oven, jangka sorong, penggaris, alat tulis, termometer bola basah-bola kering serta kamera. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanaman induk (Mother plant) IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita), hormon IBA, air, media pasir, media cocopeat, kantong dari kain kasa.
Metode Penelitian
Percobaan ini dilakukan dangan menggunakan pola rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial, dengan ulangan dilakukan sebanyak sepuluh kali. Tanaman induk yang digunakan adalah hasil produksi klon yang dikembangkan di
(25)
Hutan Tanaman Industri PT. Toba Pulp Lestari yang di dapat dari media sand box 1-4 pada teras II.
Menurut Hanafiah (2003), model rancangan acak kelompok non faktorial yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
Yij= µ + i+ j+ ij
dimana : Yij = respon tanaman yang diperoleh dari faktor hormon IBA ke-i pada
ulangan ke-j
µ = nilai rerata (mean) harapan
i = pengaruh perlakuan ke-i dari faktor hormon IBA
j = pengaruh ulangan ke-j dari faktor hormon IBA
ij = pengaruh galat (experimental eror)
Hormon IBA, dengan 6 taraf yaitu :
A = 0 ppm C = 1000 ppm E = 4000 ppm
B = 500 ppm D = 2000 ppm F = 8000 ppm
Apabila hasil sidik ragam menunjukkan adanya perbedaan yang nyata maka akan dilanjutkan dengan uji lanjutan Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan indeks sebesar 5 %.
(26)
Prosedur Penelitian
1. Persiapan Media Perakaran
Media yang dipakai adalah campuran 80% cocopeat dan 20% pasir. Sebelum dipakai sebagai media stek, pasir diayak dengan ayakan 5 mesh dan
disterilisasi dengan cara menggonseng selama 20 – 30 menit pada suhu 60 0C di
atas lempengan kuali. Sedangkan media cocopeat dihaluskan dan dijemur di bawah sinar matahari untuk menghindari fungi. Pencampuran cocopeat dan pasir dilakukan dengan mesin pengaduk semen.
2. Pengisian Tube
Tube yang dipakai berukuran diameter 3 cm, tinggi 12 cm dengan volume 38 cc. Tube ini dibersihkan dengan mesin pembersih tube dan disetrilkan dengan
cara direndam ke dalam air panas (suhu 700C- 900C) selama 5 menit dan diisi
secara manual ke dalam rak. Kemudian tube itu diisi dengan campuran media cocopeat dan pasir yang telah disiapkan sebelumnya.
3. Pemanenan Coppice
Coppice merupakan cabang dari tanaman induk, dimana bagian cabang ini akan diambil sebagai bahan yang akan distekkan. Coppice siap panen biasanya ditandai dengan panjang rata-rata coppice adalah 10-15 cm. Jumlah yang dipanen biasanya lebih kurang antara 10-12 coppice per pohon induk. Pohon induk atau mother plant yang dipilih untuk diambil coppice-nya adalah pohon induk yang mempunyai coppice dari segi morfologi (penampakan dari luar) hampir sama, baik dari segi jumlah coppice-nya maupun panjang coppice-nya.
(27)
Kriteria coppice yang baik untuk digunakan sebagai bahan stek adalah :
• Panjang 25-40 cm
• Daunnya tidak ada gejala serangan penyakit maupun serangan hama.
• Batang masih lentur, belum berkayu.
Coppice yang sudah memenuhi kriteria tersebut dipanen dengan cara memotong coppice tersebut dengan menggunakan gunting stek. Coppice yang telah dipanen dimasukkan ke dalam ember yang berisi air setinggi 10-15 cm sebelum dibawa ke tempat pemotongan. Setelah bahan stek dipisahkan dari pohon induk, bagian pangkal segera direndam dengan air bersih. Tujuannya agar jaringan pengangkut tidak berisi udara, dengan demikian bahan stek akan cepat menyerap air dan mineral dari media.
Coppice yang sudah dipanen diantar ke tempat pemotongan cutting. Cara kerja :
• Panjang coppice yang dipakai menjadi stek antara 7-12 cm
• Batang coppice berwarna merah tua atau hijau tua
• Batang coppice tidak berbentuk petak
• Cutting sebagai bibit stek ditinggalkan minimal 3 pasang daun sudah
termasuk pucuk dan masing-masing dibuang ½ bagian kecuali daun pucuk
• Coppice harus dijaga agar tidak layu
4. Pemberian Hormon Akar
Ujung cutting yang telah dipotong dicelupkan dengan hormon IBA dalam waktu singkat dengan berbagai konsentrasi.
(28)
5. Penanaman
Setelah ujung cutting dicelupkan dengan hormon akar, maka cutting itu ditanam ke dalam tube dan dilakukan di lokasi mist house. Penyiraman dilakukan dengan sistem pengabutan (kelembaban diatur). Cutting berada dalam mist house selama 25 hari. Selama cutting di mist house harus tetap diperhatikan kelembaban daun cutting tersebut. Penyiraman dengan watery timer controller diprogramkan dengan mengatur interval dan lama penyiraman sehingga kelembaban udara dalam mist house antara 80-90 % seperti yang terdapat pada Tabel 1.
Apabila cuaca terlalu panas, penyiraman dilakukan secara manual agar kelembaban tetap terjaga dan daun tidak kering dan apabila cuaca terlalu dingin, maka penyiraman dapat dikontrol agar mist house dan media tidak terlalu lembab. Untuk menghindari perkembangan jamur, setiap hari daun yang gugur dan cutting yang mati dikeluarkan dari lokasi penanaman dan di buang. Sesudah stek berumur 25 hari maka stek tersebut akan dipindahkan ke lokasi yang terbuka (open growing area).
Tabel 1. Schedule Penyiraman Bibit pada Cuaca Normal di Mist House Umur Bibit
(hari)
Durasi (detik)
Rotasi (menit)
1 - 15 25 5
(29)
6. Parameter Penelitian
Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Persentase Hidup
Persentase yang hidup dapat dihitung pada akhir penelitian dengan mengguanakan rumus sebagai berikut :
% hidup = x100
stek semua
hidup yang stek
∑
∑
%2. Persentase Stek Berakar
Persentase stek berakar dapat dihitung pada akhir penelitian dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
% stek berakar = x100%
stek semua
berakar yang
stek
∑
∑
3. Tinggi Tunas
Untuk parameter tinggi tunas, pengambilan data dilakukan apabila umur stek sudah mencapai 25 hari setelah hari tanam dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tinggi tunas diukur dari bibir tube sampai titik tumbuh tertinggi. Tunas yang tumbuh diamati dan diukur panjangnya seminggu sekali untuk setiap kombinasi perlakuan. Apabila tunas yang lain tumbuh diketiak daun, harus segera dipotong dengan menggunakan gunting stek untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan stek.
(30)
4. Diameter Tunas
Pengukuran diameter tunas yang tumbuh pada setiap kombinasi perlakuan dilakukan dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran dilakukan pada bibir tube yaitu salah satu titik yang telah ditetapkan. Pengambilan data dilaksanakan sekali dalam seminggu bersamaan dengan pengambilan data parameter tinggi tunas.
5. Berat Kering Akar
Berat kering akar ditimbang dengan menggunakan timbangan elektrik yang dilakukan pada akhir penelitian. Sebelumnya bibit yang telah diukur parameternya dicuci dengan air bersih dan dibersihkan dengan tissue. Kemudian masing-masing bagian dipisahkan akar, batang, dan daun. Lalu dimasukkan kedalam kantong kain kasa dari masing-masing bagian. Setelah itu dimasukkan ke
(31)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Persentase Hidup
Setelah jangka waktu 3 bulan, persen hidup stek pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita) mencapai 93.33 persen. Persen tertinggi dalam setiap ulangan dapat mencapai 100 persen pada tingkat konsentrasi 500 ppm, 2000 ppm, dan 8000 ppm, sedangkan persen hidup terendah adalah 80 persen pada tingkat konsentrasi 1000 ppm. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
Gambar 1. Grafik Persentase Hidup Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
(32)
Pada Gambar 1 dapat dilihat grafik pengaruh perlakuan tingkat konsentrasi hormon IBA terhadap persentase hidup stek pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita). Hasil pengujian statistik pada Lampiran 1 dari persentase hidup menunjukkan bahwa perlakuan hormon IBA tidak memberikan pengaruh nyata.
2. Persentase Stek Berakar
Persentase stek berakar pada stek pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita) mencapai 73,33 persen. Persen tertinggi dalam setiap ulangan mencapai 90 persen pada tingkat konsentrasi 2000 ppm, sedangkan persen terendah adalah 60 persen pada tingkat konsentrasi 0 ppm atau tanpa pemberian hormon IBA. Data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
(33)
Gambar 2. Grafik Persentase Stek Berakar pada Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Pada Gambar 2 dapat dilihat grafik pengaruh perlakuan tingkat konsentrasi hormon IBA terhadap persentase stek berakar stek pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita). Hasil pengujian statistik pada Lampiran 2 dari persentase stek berakar menunjukkan bahwa perlakuan hormon IBA tidak memberikan pengaruh nyata.
3. Tinggi Tunas
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan, ada beberapa stek yang mengalami pertambahan tinggi tetapi tidak mempunyai perakaran. Rata-rata pertambahan tinggi stek yang berakar mencapai 16,4907 cm, dan dalam setiap satuan percobaan berkisar antara 0,7071 cm sampai dengan 3,6878 cm . Hal ini dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan hasil pengujian statistik pada Lampiran 3 bahwa rata-rata pertambahan tinggi stek, menunjukkan bahwa pemberian hormon IBA tidak berpengaruh terhadap pertambahan tinggi stek pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita).
(34)
Gambar 3. Grafik Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Pada Gambar 3 dapat dilihat grafik tinggi tunas stek pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita). Rata-rata tinggi tunas tertinggi terdapat pada perlakuan E (4000 ppm) yaitu 3.2200 cm sedangkan rata-rata tinggi tunas terendah terdapat pada perlakuan B (500) ppm 2.4907 cm.
4. Diameter Tunas
Pada Lampiran 4 dapat dilihat bahwa rata-rata diameter tunas adalah 7,9286 cm dan nilai tertinggi dari setiap satuan percobaan mencapai 1,6432 cm sedangkan nilai terendah adalah 0,7071 cm. Hasil pengujian statistik dari rata-rata jumlah akar stek pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita) pada
(35)
Lampiran 4 menunjukkan pengaruh tidak nyata dari perlakuan hormon IBA terhadap diameter tunas.
Gambar 4. Grafik Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Gambar 4 memperlihatkan bahwa rata-rata diameter tunas tertinggi terdapat pada perlakuan D (2000) ppm yaitu 1.4533 cm, sedangkan rata-rata diameter tunas terendah terdapat pada perlakuan B (500) ppm yaitu 1.2383 cm.
5. Berat Kering Akar
Pada Lampiran 5 dapat dilihat rata-rata berat kering akar dapat mencapai 5,5000 gram dan untuk setiap satuan percobaan berkisar antara 0,7071 gram
(36)
sampai dengan 1,1651 gram. Hasil pengujian statistik rata-rata berat kering akar menunjukkan tidak ada pengaruh yang sangat nyata dari pemberian hormon IBA. Hal tersebut disajikan dengan jelas pada Lampiran 15.
Gambar 5. Grafik Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita
Gambar 5 menunjukkan bahwa rata-rata berat kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan F (8000) ppm yaitu 0.9793 gram, sedangkan rata-rata berat kering akar terendah terdapat pada perlakuan A (0 ppm) yaitu 0.8797.
(37)
Pembahasan
Tabel 2. Hasil dari Parameter Pengamatan dan Notasi
Parameter 0 ppm 500 ppm 1000 ppm 2000 ppm 4000 ppm 8000 ppm Notasi Persentase Hidup
90 100 80 100 90 100 tn
Persentase Stek
Berakar 60 70 70 90 70 80 tn
Tinggi Tunas
2.7580 2.4907 2.7793 2.9185 3.2200 2.8213 tn Diameter Tunas
1.2731 1.2383 1.3231 1.4533 1.4399 1.3352 tn Berat Kering
Akar 0.8797 0.8891 0.9232 0.9582 0.9089 0.9793 tn
Dari hasil sidik ragam dapat dilihat bahwa pemberian hormon IBA berpengaruh tidak nyata terhadap peningkatan tinggi tunas dan diameter tunas. Hal ini bisa terjadi karena auksin yang sudah ada di dalam stek (hormon endogen) sudah cukup tersedia dan hormon yang diberikan (hormon eksogen) belum bekerja pada jaringan target.
Pemberian hormon pada berbagai konsentrasi tidak memberikan pengaruh karena diduga manfaat hormon yang diberikan tidak bermanfaat dalam proses perakaran stek. Lampiran 1 menunjukkan bahwa dosis 0 ppm atau kontrol, persentase tumbuhnya mencapai 90%. Hal ini sesuai dengan pendapat Dwidjoseputro (1990); Wudianto (1993); Kusumo (1984), yang mengemukakan bahwa manfaat dari hormon sangat tergantung dari dosis yang diberikan, jika dosisnya tepat akan sangat membantu dan didapatkan sistim perakaran yang baik dalam waktu relatif singkat.
(38)
Grafik persentase hidup dan persentase stek berakar pada Gambar 1 dan 2, ada stek yang hidup dan berakar walaupun tanpa diberikan hormon IBA (konsentrasi 0 ppm). Hal ini bisa terjadi karena pada batang bahan stek terdapat cadangan makanan yang mengandung karbohidrat. Cadangan makanan ini akan diambil oleh tanaman yang distek untuk pembentukan sel baru termasuk untuk pembentukan akar. Kemampuan stek untuk hidup dipengaruhi oleh keberhasilan dari stek untuk membentuk akar. Budianto (2000), mengatakan bahwa karbohidrat dalam batang sebagai bahan pembangun merupakan hasil fotosintesis yang dilakukan daun dan disimpan pada seluruh bagian vegetatif tanaman sebagai cadangan makanan. Cadangan makanan ini akan digunakan kembali pada saat terjadi keadaan yang kurang menguntungkan atau untuk pembentukan sel maupun organ baru. Apabila akar yang berfungsi untuk menyerap air dan unsur hara dalam tanah tidak segera dibentuk maka bahan stek akan mati. Untuk itu perlu diketahui faktor keberhasilan stek dari dalam maupun dari luar seperti suhu, kelembaban, kondisis fisiologi stek dan lain sebagainya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Na’iem (2000), yang menyatakan bahwa Keberhasilan stek pucuk tergantung beberapa faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam diantaranya adalah kondisi fisiologi stek, waktu pengumpulan stek dan lain sebagainya. Adapun yang termasuk faktor luar antara lain adalah media perakaran, suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan hormon pengatur tumbuh.
Kadar auksin yang tinggi akan lebih cepat perkembangan akarnya daripada kadar auksin yang rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh pada berat kering akar, dimana berat kering tertinggi terdapat pada konsentrasi 8000 ppm sebesar 0.9793 gram dan berat kering terendah terdapat pada konsentrasi 0
(39)
ppm sebesar 0.8797 gram. Pernyataan ini sesuai dengan Alrasyid dan Widiarti (1990) yang menyatakan bahwa jumlah kadar auksin yang terdapat pada organ stek bervariasi. Pada stek yang memiliki kadar auksin lebih tinggi, lebih mampu menumbuhkan akar dan menghasilkan persen hidup stek lebih tinggi daripada stek yang memiliki kadar yang rendah. Sebagaimana diketahui bahwa auksin adalah jenis hormon penumbuh yang dibuat oleh tanaman dan berfungsi sebagai katalisator dalam metabolisme dan berperan sebagai penyebab perpanjangan sel.
Suhu dan kelembaban di mist house harus diperhatikan karena mempengaruhi kecepatan pertumbuhan akar. Lampiran 7 menunjukkan bahwa suhu dan kelembaban yang normal dan tidak berfluktuasi menyebabkan stek bertahan hidup sebelum dipindahkan ke open growing area (OGA). Dari pengamatan yang dilakukan selama 3 bulan, tanaman yang mati lebih banyak pada saat berada di OGA daripada di mist house. Hal ini terjadi karena perbedaan suhu dan kelembaban yang sangat berfluktuasi serta faktor cuaca yang berbeda.
Pemilihan stek pucuk sebagai bahan stek dikarenakan pada bagian pucuk auksin lebih banyak karena biasanya kandungan auksin lebih banyak berada jaringan meristem di dalam ujung tanaman. Menurut Dwijoseputro (1994) mengatakan bahwa auksin banyak tersusun di jaringan-jaringan meristem di dalam ujuna-ujung tanaman. Dimana pusat pembentukan auksin adalah ujung koleoptil atau ujung tunas sehingga pertumbuhan stek akan cepat berkembang walaupun tanpa diberikan hormon. Karena pada dasarnya, auksin yang berada pada bahan stek sudah tersedia sebagai cadangan makanan dan untuk pembentukan akar.
(40)
Waktu yang diambil untuk menentukan persen hidup stek pada penelitian ini yaitu pada akhir penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Akbar (1998), persen hidup tertinggi suatu stek dicapai bila stek sudah berumur tiga sampai empat minggu yang merupakan waktu minimum untuk menyatakan stek hidup atau mati. Pada awal penanaman kondisi dari stek masih dalam keadaan segar dan mempunyai daun serta batang yang memiliki cadangan makanan, akan tetapi mulai dari minggu kedua hingga akhir penelitian batang dari sebagian stek tidak mampu memberikan suplai makanan untuk membantu terbentuknya akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wudianto (2000), untuk bahan stek, batang dari stek sebagian atau seluruhnya harus diikutkan karena persediaan makanan memang sangat diperlukan mengingat akar stek belum ada atau belum siap untuk memperoleh makanan dari lingkungannya.
Pada Gambar 4 memperlihatkan bahwa diameter tunas terbesar terdapat pada perlakuan D (2000 ppm) sebesar 1.4533 cm sedangkan diameter tunas terendah terdapat pada perlakuan B (500 ppm) sebesar 1.3231 cm, walaupun keduanya tidak memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan stek. Hal ini disebabkan oleh sudah mulai terbentuknya organ tanaman berupa daun dan mulai tumbuhnya akar sehingga akan mempengaruhi perbesaran sel tunas. Bahan makanan yang sudah mulai tersedia akan digunakan meristem batang tunas untuk melakukan perbesaran pada dinding sel sehingga diameter batang akan semakin membesar. Jumlah daun akan mempengaruhi perbesaran diameter tunas karena akan terbentuk bahan makanan yang akan digunakan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel. Perkembangan daun dalam jumlah yang cukup pada awal pertumbuhan stek merupakan kondisi yang baik untuk proses fisiologi tanaman
(41)
pada tahap-tahap pertumbuhan berikutnya karena jumlah daun yang cukup dapat menstimulir proses fosintesis (Jayusman, 1997).
Pemberian hormon IBA oleh pihak PT. TPL dengan dosis 10.000 ppm diperoleh persentase tumbuh sekitar 60%, sementara dengan dosis 2000 ppm diperoleh persentase tumbuh sebesar 100%. Hal ini mungkin disebabkan karena hormon auksin yang berasal dari tanaman tersebut sudah cukup untuk proses pertumbuhannya. Sehingga jika diberikan tambahan hormon lagi akan menyebabkan residu bagi tanaman itu sendiri, ataupun menghambat pertumbuhan tanaman itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kusumo (1994) pada kadar rendah hormon akan mendorong pertumbuhan tanaman, sementara pada kadar yang lebih tinggi akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya hormon yang berasal dari stek sudah cukup membantu dalam proses pertumbuhan stek tersebut, sehingga pemberian hormon tidak perlu dengan taraf yang lebih tinggi dari 2000 ppm.
(42)
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemberian hormon IBA pada berbagai konsentrasi berpengaruh tidak berbeda
nyata pada panjang tunas dan diameter tunas dari stek pucuk bagi keberhasilan stek pada IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita).
2. Pemberian hormon IBA ternyata hanya tepat digunakan pada konsentrasi 2000
ppm karena hormon IBA yang tidak tepat dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Saran
Pemberian konsentrasi 2000 ppm merupakan konsentrasi yang lebih baik dalam pertumbuhan stek ekaliptus. Tetapi pada dosis 0 ppm persentase tumbuh mencapai 90%. Untuk itu, pemberian hormon pada klon IND 48 tidak perlu
dilakukan karena akan merugikan kepada PT. Toba Pulp Lestari.
(43)
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Z. 1982. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung.
Adjers, G. dan Otsama, A. 1996 dalam Veronika, I. 2005. Pengaruh berbagai Media dan Jumlah Ruas terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Eucalyptus grandis. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Astuti, P. 2000. Pengaruh Lama Pengeratan Bahan Stek dan Konsentrasi Rotone F terhadap Pertumbuhan Stek Kopi Robusta (Coffea canephora). www.unmul.ac.id/dat/pub/frontir/puji.pdf [18 Februari 2008]
Basiang, H. A. 2008. Pengaruh Manipulasi Lingkungan dan Media Perakaran terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Pulai Rawa (Alstonia pneumatophora).
Dwidjoseputro, D. 1994. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Hakim, N.M.Y, Nyakpa A.M, S.G. Lubis, M.A. Nugroho. Diha,G.B. Hong dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Hanafiah, K.A. 2003. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Edisi Ketiga. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Harahap, R. Jayusman, dan Cica, A. Prosiding Peranan Kehutanan dalam Penyelenggaraan Otonomi Daerah di Sumatera Utara bagian Utara. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pematang Siantar.
Heddy, S. 1983. Hormon Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Khaerudin, 1993. Hormon Tumbuhan. Rajawali. Jakarta.
Latifah, S. 2004. 2004. Pertumbuhan dan Hasil Tegakan Eucalyptus grandis di
Hutan Tanaman Industri
Na’iem, M. 2000. Prospek Pertumbuhan Klon Jati di Indonesia. Seminar Nasional Status Silvikultur 1999. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Nurcahyaningsih, 2004. Perbanyakan Eucalyptus pellita secara Kultur Jaringan.
(44)
Redaksi Agromedia, 2007. Kunci Sukses Memperbanyak Tanaman. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Setiawan, A.I. 2001. Kiat Memilih Bibit Tanaman Buah. Penebar Swadaya. Jakarta.
Subiakto,A., Ika H., dan Hani S.N. 2000 dalam Veronika, I. 2005. Pengaruh Berbagai Media dan Jumlah Ruas terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Eucalyptus grandis. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Sutisna, U., T. Kalima dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N.W dan Soekotjo. Yayasan Porsea Bogor dan Pusat Diklat Pegawai dan SDM Kehutanan. Bogor. Veronika, I. 2005. Pengaruh berbagai Media dan Jumlah Ruas terhadap
Pertumbuhan Stek Pucuk Eucalyptus grandis. Skripsi. Tidak Dipublikasikan.
Widarto, L. 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambungan, Okulasi, dan Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta.
Wikipedia, 2007. Indole-3-Butyric Acid (IBA) atau Indol Asam Butirat . Jerman
Wudianto, R. 1996. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Penebar Swadaya. Jakarta.
(45)
Lampiran 1. Rataan, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik Ragam Persentase
Hidup Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
a. Rataan Persentase Hidup Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 100 100 100 100 100 100 100 0 100 100 900 90
B 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1000 100
C 100 100 100 100 100 100 100 0 0 100 800 80
D 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1000 100
E 100 100 100 100 100 100 100 100 100 0 900 90
F 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 1000 100
Total 600 600 600 600 600 600 600 400 500 500 5600 560
b. Transformasi Akar Kuadrat Persentase Hidup Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 10.0250 10.0250 90.9321 9.0932 B 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 100.2500 10.0250 C 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 0.7071 10.0250 81.6142 8.1614 D 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 100.2500 10.0250 E 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 90.9321 9.0932 F 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 100.2500 10.0250 Total 60.1500 60.1500 60.1500 60.1500 60.1500 60.1500 60.1500 41.5142 50.8321 50.8321 564.2284 56.4228
c. Sidik Ragam Persentase Hidup Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5%
Kelompok 9 63.67039097 7.074487885 1.375 2.050
Perlakuan 5 28.9410868 5.788217361 1.125 2.425
Galat 45 231.5286944 5.145082098
(46)
Lampiran 2. Rataan, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik Ragam Persentase
Stek yang Berakar pada Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
a. Rataan Persentase Stek yang Berakar pada Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 600 60 B 0 0 100 100 100 100 100 0 100 100 700 70 C 100 100 100 100 100 0 100 0 0 100 700 70 D 100 100 100 100 100 100 100 0 100 100 900 90 E 0 100 100 100 0 100 100 100 100 0 700 70 F 100 100 100 100 0 100 100 100 100 0 800 80 Total 400 500 600 600 400 500 500 200 400 300 4400 440
b. Transformasi Akar Kuadrat Persentase Stek yang Berakar pada Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Perlakuan
Kelompok
Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 0.7071 0.7071 0.7071 62.9784 6.2978 B 0.7071 0.7071 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 10.0250 10.0250 72.2963 7.2296
C 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 10.0250 0.7071 0.7071 10.0250 72.2963 7.2296 D 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 10.0250 10.0250 90.9321 9.0932 E 0.7071 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 72.2963 7.2296 F 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 10.0250 10.0250 10.0250 10.0250 0.7071 81.6142 8.1614 Total 41.5142 50.8321 60.1500 60.1500 41.5142 50.8321 50.8321 22.8784 41.5142 32.1963 452.4136 45.2414
c. Sidik Ragam Persentase Stek yang Berakar pada Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5%
Kelompok 9 208.375825 23.15286944 1.363636364 2.050 Perlakuan 5 46.30573889 9.261147777 0.545454545 2.425
Galat 45 764.0446916 16.97877092
(47)
Lampiran 3. Rataan, Missing Data, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik
Ragam Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
a. Rataan Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus
pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 11.6 5.4 8.9 10.1 8.5 7.3 - 7.0 0.0 9.5 68.3 6.8300
B 0.0 0.0 11.6 9.5 9.4 8.4 10.0 0.6 9.5 10.2 69.2 6.9200
C 11.6 7.8 10.3 0.0 0.0 13.1 6.7 11.7 9.2 13.6 84.0 8.4000
D 7.8 10.2 11.0 8.5 5.8 8.8 8.5 2.7 9.3 9.5 82.1 8.2100
E 9.9 9.0 7.0 12.3 6.4 9.6 9.1 12.2 13.0 - 88.5 8.8500
F 7.5 10.4 11.4 8.5 0.0 11.5 9.9 10.5 8.8 3.0 81.5 8.1500
Total 48.4 42.8 60.2 48.9 30.1 58.7 44.2 44.7 49.8 45.8 473.6 47.3600
b. Missing Data Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 11.6 5.4 8.9 10.1 8.5 7.3 8.2 7.0 0.0 9.5 76.5 7.6500
B 0.0 0.0 11.6 9.5 9.4 8.4 10.0 0.6 9.5 10.2 69.2 6.9200
C 11.6 7.8 10.3 0.0 0.0 13.1 6.7 11.7 9.2 13.6 84.0 8.4000
D 7.8 10.2 11.0 8.5 5.8 8.8 8.5 2.7 9.3 9.5 82.1 8.2100
E 9.9 9.0 7.0 12.3 6.4 9.6 9.1 12.2 13.0 11.3 99.8 9.9800
F 7.5 10.4 11.4 8.5 0.0 11.5 9.9 10.5 8.8 3.0 81.5 8.1500
Total 48.4 42.8 60.2 48.9 30.1 58.7 52.4 44.7 49.8 57.1 493.1 49.310 0
c. Transformasi Akar Kuadrat Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 3.4785 2.4290 3.0659 3.2558 3.0000 2.7928 2.9496 2.7386 0.7071 3.1623 27.5796 2.7580 B 0.7071 0.7071 3.4785 3.1623 3.1464 2.9833 3.2404 1.0488 3.1623 3.2711 24.9073 2.4907 C 3.4785 2.8810 3.2863 0.7071 0.7071 3.6878 2.6833 3.4928 3.1145 3.7550 27.7934 2.7793 D 2.8810 3.2711 3.3912 3.0000 2.5100 3.0496 3.0000 1.7889 3.1305 3.1623 29.1846 2.9185 E 3.2249 3.0822 2.7386 3.5777 2.6268 3.1780 3.0984 3.5637 3.6742 3.4351 32.1996 3.2200 F 2.8284 3.3015 3.4496 3.0000 0.7071 3.4641 3.2249 3.3166 3.0496 1.8708 28.2126 2.8213 Total 16.5984 15.6719 19.4101 16.7029 12.6974 19.1556 18.1966 15.9494 16.8382 18.6566 169.8771 16.9877
d. Analisis Sidik Ragam Tinggi Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5 %
Kelompok 9 6.047594165 0.67195 0.90933 2.050
Perlakuan 5 2.828207835 0.56564 0.76546 2.425
Galat 45 33.2531485 0.73896
(48)
Lampiran 4. Rataan, Missing Data, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik
Ragam Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
a. Rataan Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus
pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1.2 1.3 1.3 1.4 1.4 1.5 - 0.9 0.0 1.2 10.2 1.02
B 0.3 0.4 1.7 1.1 1.7 1.4 1.9 0.0 1.6 1.0 11.1 1.11
C 1.6 1.3 1.8 0.1 0.7 1.7 1.4 1.9 1.4 1.1 13.0 1.3
D 1.4 1.6 2.1 1.6 1.8 1.3 2.0 0.4 2.1 2.2 16.5 1.65
E 1.6 1.4 1.5 2.0 1.3 1.9 1.3 1.6 1.8 - 14.4 1.44
F 1.6 1.6 1.8 1.3 0.3 2.0 1.8 1.5 1.5 0.1 13.5 1.35
Total 7.7 7.6 10.2 7.5 7.2 9.8 8.4 6.3 8.4 5.6 78.7 7.9
b. Missing Data Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1.2 1.3 1.3 1.4 1.4 1.5 1.4 0.9 0.0 1.2 11.6 1.16
B 0.3 0.4 1.7 1.1 1.7 1.4 1.9 0.0 1.6 1.0 11.1 1.11
C 1.6 1.3 1.8 0.1 0.7 1.7 1.4 1.9 1.4 1.1 13.0 1.3
D 1.4 1.6 2.1 1.6 1.8 1.3 2.0 0.4 2.1 2.2 16.5 1.65
E 1.6 1.4 1.5 2.0 1.3 1.9 1.3 1.6 1.8 1.4 15.8 1.58
F 1.6 1.6 1.8 1.3 0.3 2.0 1.8 1.5 1.5 0.1 13.5 1.35
Total 7.7 7.6 10.2 7.5 7.2 9.8 9.8 6.3 8.4 7.0 81.5 8.2
c. Transformasi Akar Kuadrat Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus
grandis x Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 1.303
8 1.341 6 1.341 6 1.378 4 1.378 4 1.414 2 1.378 4 1.183 2 0.707 1 1.303 8 12.730
5 1.2731
B 0.894
4 0.948 7 1.483 2 1.264 9 1.483 2 1.378 4 1.549 2 0.707 1 1.449 1 1.224 7 12.382
9 1.2383
C 1.449
1 1.341 6 1.516 6 0.774 6 1.095 4 1.483 2 1.378 4 1.549 2 1.378 4 1.264 9 13.231
4 1.3231
D 1.378
3 1.449 1 1.612 5 1.449 1 1.516 6 1.341 6 1.581 1 0.948 7 1.612 5 1.643 2 14.532
7 1.4533
E 1.449
1 1.378 4 1.414 2 1.581 1 1.341 6 1.549 2 1.341 6 1.449 1 1.516 6 1.378 4 14.399
3 1.4399
F 1.449
1 1.449 1 1.516 6 1.341 6 0.894 4 1.581 1 1.516 6 1.414 2 1.414 2 0.774 6 13.351
5 1.3352 Total 7.923
8 7.908 5 8.884 7 7.789 7 7.709 6 8.747 7 8.745 3 7.251 5 8.077 9 7.589 6 80.628
3 8.0628
d. Sidik Ragam Diameter Tunas Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5% Kelompok 9 0.455871857 0.050652429 0.984960199 2.050
Perlakuan 5 0.378642383 0.075728477 1.472575701 2.425 Galat 45 2.314164 0.051425863
(49)
Lampiran 5. Rataan, Missing Data, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik
Ragam Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x Eucalyptus pellita)
a. Rataan Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0.3070 0.2064 0.3406 0.4246 0.3991 0.3574 - 0.1702 0.0686 0.2225 2.4964 0.2496
B 0.0168 0.0456 0.4136 0.2733 0.4205 0.5448 0.3858 0.2021 0.3669 0.3212 2.9906 0.2991 C 0.5739 0.5487 0.4211 0.3157 0.5384 0.2978 0.3382 0.0000 0.0000 0.6386 3.6724 0.3672 D 0.4938 0.3440 0.3767 0.4328 0.5913 0.5037 0.3840 0.1415 0.4084 0.5477 4.2239 0.4224
E 0.0214 0.4714 0.3156 0.5924 0.1180 0.4760 0.2319 0.3137 0.4730 - 3.0134 0.3013
F 0.2838 0.6352 0.7041 0.5896 0.1790 0.8574 0.5689 0.2853 0.5047 0.1227 4.7307 0.4731 Total 1.6967 2.2513 2.5717 2.6284 2.2463 3.0371 1.9088 1.1128 1.8216 1.8527 21.1274 2.1127
b. Missing Data Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0.3070 0.2064 0.3406 0.4246 0.3991 0.3574 0.2800 0.1702 0.0686 0.2225 2.7764 0.2776 B 0.0168 0.0456 0.4136 0.2733 0.4205 0.5448 0.3858 0.2021 0.3669 0.3212 2.9906 0.2991 C 0.5739 0.5487 0.4211 0.3157 0.5384 0.2978 0.3382 0.0000 0.0000 0.6386 3.6724 0.3672 D 0.4938 0.3440 0.3767 0.4328 0.5913 0.5037 0.3840 0.1415 0.4084 0.5477 4.2239 0.4224 E 0.0214 0.4714 0.3156 0.5924 0.1180 0.4760 0.2319 0.3137 0.4730 0.3378 3.3512 0.3351 F 0.2838 0.6352 0.7041 0.5896 0.1790 0.8574 0.5689 0.2853 0.5047 0.1227 4.7307 0.4731 Total 1.6967 2.2513 2.5717 2.6284 2.2463 3.0371 2.1888 1.1128 1.8216 2.1905 21.7452 2.1745
c. Transformasi Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0.8983 0.8405 0.9168 0.9616 0.9482 0.9260 0.8832 0.8187 0.7541 0.8500 8.7974 0.8797 B 0.7189 0.7386 0.9558 0.8794 0.9594 1.0222 0.9412 0.8379 0.9311 0.9062 8.8907 0.8891 C 1.0363 1.0241 0.9597 0.9032 1.0190 0.8932 0.9155 0.7071 0.7071 1.0671 9.2323 0.9232 D 0.9969 0.9187 0.9363 0.9658 1.0447 1.0018 0.9402 0.8009 0.9531 1.0236 9.5820 0.9582 E 0.7221 0.9856 0.9031 1.0452 0.7861 0.9879 0.8555 0.9021 0.9864 0.9153 9.0893 0.9089 F 0.8853 1.0655 1.0973 1.0438 0.8240 1.1651 1.0339 0.8862 1.0023 0.7891 9.7925 0.9793 Total 5.2578 5.5730 5.7690 5.7990 5.5814 5.9962 5.5695 4.9529 5.3341 5.5513 55.3842 5.5384
d. Analisis Sidik Ragam Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus
grandis x Eucalyptus pellita)
SK db JK KT F Hitung F Tabel 5%
Kelompok 9 0.1330224 0.01478 1.6117 2.050 Perlakuan 5 0.0762376 0.01525 1.6627 2.425
Galat 45 0.4126768 0.00917
(50)
Lampiran 6. Data Perkembangan Akar
Tanggal A B C D E F Ket
25-Sep-08 - - - - - - -
- - - -
12-Oct-08 - - - 13-Oct-08 2 2 1 3 4 1 14-Oct-08 3 6 6 9 7 1
15-Oct-08 5 8 11 14 10 5 16-Oct-08 21 18 18 23 17 11 17-Oct-08 35 32 25 41 30 17 18-Oct-08 57 54 36 57 47 36 19-Oct-08 74 67 53 69 63 54
20-Oct-08 88 79 63 83 81 65 21-Oct-08 92 91 81 92 94 77 22-Oct-08 103 108 100 118 115 96
23-Oct-08 111 113 113 131 125 107 24-Oct-08 120 115 119 142 138 108 25-Oct-08 126 131 132 147 149 119 26-Oct-08 132 141 145 153 156 127
27-Oct-08 141 150 160 163 162 135 28-Oct-08 152 158 162 174 173 150 29-Oct-08 155 170 173 182 175 157 30-Oct-08 161 181 179 192 181 158 31-Oct-08 165 184 185 195 184 164
1-Nov-08 166 194 186 200 185 164 2-Nov-08 167 199 186 206 186 168 3-Nov-08 167 205 187 209 187 170
4-Nov-08 168 206 189 211 187 174 5-Nov-08 169 207 189 211 187 176
(51)
Lampiran 7. Data Pengamatan Suhu
Tanggal Min Max Suhu Kelembaban Ket
Pagi Siang Sore Pagi Siang Sore
25-Sep-08 16 28 24 30 31 78 86 92 26-Sep-08 16 26 26 30 32 77 74 92 27-Sep-08 17 23 23 31 33 84 80 79 28-Sep-08 17 27 27 31 33 78 74 92 29-Sep-08 18 26 26 31 29 84 92 91 30-Sep-08 18 28 28 28 27 84 92 92 1-Oct-08 18 28 28 30 29 85 92 92 2-Oct-08 18 27 27 29 29 85 74 92 3-Oct-08 17 27 27 29 27 85 86 91 4-Oct-08 19 22 22 30 29 92 93 91 5-Oct-08 17 30 30 33 32 85 86 91 6-Oct-08 18 22 22 28 27 91 92 92 7-Oct-08 17 27 27 29 30 91 92 91 8-Oct-08 16 24 24 29 30 84 92 91 9-Oct-08 18 24 24 29 29 91 92 92 10-Oct-08 18 23 23 31 30 83 92 91 11-Oct-08 19 29 29 32 30 84 92 92 12-Oct-08 18 29 29 31 30 85 92 92 13-Oct-08 17 31 31 31 30 83 92 92 14-Oct-08 16 23 23 29 29 92 93 92 15-Oct-08 18 24 24 31 30 91 92 92 16-Oct-08 21 26 26 34 30 91 93 92 17-Oct-08 17 24 24 34 30 84 92 92 18-Oct-08 20 24 24 34 34 91 93 92 19-Oct-08 21 26 26 35 35 85 86 92 20-Oct-08 22 26 26 31 31 91 92 92 21-Oct-08 19 29 29 30 28 91 85 92
(52)
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Media Cocopeat
Gambar 2. Hormon IBA
(53)
Gambar 4. Hasil Cutting
Gambar 5. Stek di Mist House
(54)
Gambar 7. Penanaman Stek
Gambar 8. Pengkabutan Mist House
(1)
Lampiran 5. Rataan, Missing Data, Transformasi Akar Kuadrat, dan Sidik
Ragam Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis
x Eucalyptus pellita)
a.
Rataan Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0.3070 0.2064 0.3406 0.4246 0.3991 0.3574 - 0.1702 0.0686 0.2225 2.4964 0.2496 B 0.0168 0.0456 0.4136 0.2733 0.4205 0.5448 0.3858 0.2021 0.3669 0.3212 2.9906 0.2991 C 0.5739 0.5487 0.4211 0.3157 0.5384 0.2978 0.3382 0.0000 0.0000 0.6386 3.6724 0.3672 D 0.4938 0.3440 0.3767 0.4328 0.5913 0.5037 0.3840 0.1415 0.4084 0.5477 4.2239 0.4224 E 0.0214 0.4714 0.3156 0.5924 0.1180 0.4760 0.2319 0.3137 0.4730 - 3.0134 0.3013 F 0.2838 0.6352 0.7041 0.5896 0.1790 0.8574 0.5689 0.2853 0.5047 0.1227 4.7307 0.4731 Total 1.6967 2.2513 2.5717 2.6284 2.2463 3.0371 1.9088 1.1128 1.8216 1.8527 21.1274 2.1127
b.
Missing Data Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0.3070 0.2064 0.3406 0.4246 0.3991 0.3574 0.2800 0.1702 0.0686 0.2225 2.7764 0.2776 B 0.0168 0.0456 0.4136 0.2733 0.4205 0.5448 0.3858 0.2021 0.3669 0.3212 2.9906 0.2991 C 0.5739 0.5487 0.4211 0.3157 0.5384 0.2978 0.3382 0.0000 0.0000 0.6386 3.6724 0.3672 D 0.4938 0.3440 0.3767 0.4328 0.5913 0.5037 0.3840 0.1415 0.4084 0.5477 4.2239 0.4224 E 0.0214 0.4714 0.3156 0.5924 0.1180 0.4760 0.2319 0.3137 0.4730 0.3378 3.3512 0.3351 F 0.2838 0.6352 0.7041 0.5896 0.1790 0.8574 0.5689 0.2853 0.5047 0.1227 4.7307 0.4731 Total 1.6967 2.2513 2.5717 2.6284 2.2463 3.0371 2.1888 1.1128 1.8216 2.1905 21.7452 2.1745
c.
Transformasi Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus grandis x
Eucalyptus pellita)
Perlakuan Kelompok Total Rerata
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 0.8983 0.8405 0.9168 0.9616 0.9482 0.9260 0.8832 0.8187 0.7541 0.8500 8.7974 0.8797 B 0.7189 0.7386 0.9558 0.8794 0.9594 1.0222 0.9412 0.8379 0.9311 0.9062 8.8907 0.8891 C 1.0363 1.0241 0.9597 0.9032 1.0190 0.8932 0.9155 0.7071 0.7071 1.0671 9.2323 0.9232 D 0.9969 0.9187 0.9363 0.9658 1.0447 1.0018 0.9402 0.8009 0.9531 1.0236 9.5820 0.9582 E 0.7221 0.9856 0.9031 1.0452 0.7861 0.9879 0.8555 0.9021 0.9864 0.9153 9.0893 0.9089 F 0.8853 1.0655 1.0973 1.0438 0.8240 1.1651 1.0339 0.8862 1.0023 0.7891 9.7925 0.9793 Total 5.2578 5.5730 5.7690 5.7990 5.5814 5.9962 5.5695 4.9529 5.3341 5.5513 55.3842 5.5384
d.
Analisis Sidik Ragam Berat Kering Akar Stek Pucuk IND 48 (Eucalyptus
grandis x Eucalyptus pellita)
SK
db
JK
KT
F Hitung
F Tabel 5%
Kelompok
9
0.1330224
0.01478
1.6117
2.050
Perlakuan
5
0.0762376
0.01525
1.6627
2.425
Galat
45
0.4126768
0.00917
(2)
Lampiran 6. Data Perkembangan Akar
Tanggal
A
B
C
D
E
F
Ket
25-Sep-08
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12-Oct-08
-
-
-
-
-
-
13-Oct-08
2
2
1
3
4
1
14-Oct-08
3
6
6
9
7
1
15-Oct-08
5
8
11
14
10
5
16-Oct-08
21
18
18
23
17
11
17-Oct-08
35
32
25
41
30
17
18-Oct-08
57
54
36
57
47
36
19-Oct-08
74
67
53
69
63
54
20-Oct-08
88
79
63
83
81
65
21-Oct-08
92
91
81
92
94
77
22-Oct-08
103
108
100
118
115
96
23-Oct-08
111
113
113
131
125
107
24-Oct-08
120
115
119
142
138
108
25-Oct-08
126
131
132
147
149
119
26-Oct-08
132
141
145
153
156
127
27-Oct-08
141
150
160
163
162
135
28-Oct-08
152
158
162
174
173
150
29-Oct-08
155
170
173
182
175
157
30-Oct-08
161
181
179
192
181
158
31-Oct-08
165
184
185
195
184
164
1-Nov-08
166
194
186
200
185
164
2-Nov-08
167
199
186
206
186
168
3-Nov-08
167
205
187
209
187
170
4-Nov-08
168
206
189
211
187
174
(3)
Lampiran 7. Data Pengamatan Suhu
Tanggal
Min
Max
Suhu
Kelembaban
Ket
Pagi
Siang
Sore
Pagi
Siang
Sore
25-Sep-08
16
28
24
30
31
78
86
92
26-Sep-08
16
26
26
30
32
77
74
92
27-Sep-08
17
23
23
31
33
84
80
79
28-Sep-08
17
27
27
31
33
78
74
92
29-Sep-08
18
26
26
31
29
84
92
91
30-Sep-08
18
28
28
28
27
84
92
92
1-Oct-08
18
28
28
30
29
85
92
92
2-Oct-08
18
27
27
29
29
85
74
92
3-Oct-08
17
27
27
29
27
85
86
91
4-Oct-08
19
22
22
30
29
92
93
91
5-Oct-08
17
30
30
33
32
85
86
91
6-Oct-08
18
22
22
28
27
91
92
92
7-Oct-08
17
27
27
29
30
91
92
91
8-Oct-08
16
24
24
29
30
84
92
91
9-Oct-08
18
24
24
29
29
91
92
92
10-Oct-08
18
23
23
31
30
83
92
91
11-Oct-08
19
29
29
32
30
84
92
92
12-Oct-08
18
29
29
31
30
85
92
92
13-Oct-08
17
31
31
31
30
83
92
92
14-Oct-08
16
23
23
29
29
92
93
92
15-Oct-08
18
24
24
31
30
91
92
92
16-Oct-08
21
26
26
34
30
91
93
92
17-Oct-08
17
24
24
34
30
84
92
92
18-Oct-08
20
24
24
34
34
91
93
92
19-Oct-08
21
26
26
35
35
85
86
92
20-Oct-08
22
26
26
31
31
91
92
92
(4)
Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Media Cocopeat
(5)
Gambar 4. Hasil Cutting
Gambar 5. Stek di Mist House
(6)