Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) (Studi Kasus : Desa Jambur Pulau, Kec. Perbaungan, Kab. Serdang Bedagai)

(1)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI PADI SAWAH

DENGAN PELAKSANAAN PENGATURAN POLA TANAM

DAN TERTIB TANAM (P2T3)

(Studi Kasus : Desa Jambur Pulau, Kec. Perbaungan, Kab.

Serdang Bedagai)

SKRIPSI

OLEH :

MULYADI SYAHPUTRA 070309033

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PETANI PADI SAWAH

DENGAN PELAKSANAAN PENGATURAN POLA TANAM

DAN TERTIB TANAM (P2T3)

(Studi Kasus : Desa Jambur Pulau, Kec. Perbaungan, Kab.

Serdang Bedagai)

SKRIPSI

MULYADI SYAHPUTRA 070309033

PKP

Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi dari Syarat Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Progran Studi Agribisnis,

Fakultas Pertanian,Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh :

Ketua Anggota

(Ir.H.Hasman Hasyim.Msi) (Ir. Asmi Tiurland Hutajulu.MS) NIP : 195411111981031001 NIP:19460681980032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RIWAYAT HIUDP

Mulyadi Syahputra dilahirkan di Medan pada tanggal 24 September 1989, anak pertama dari dua bersaudara dari ayahanda Krismanto dan Ibunda Srimulyati. Jenjang Pendidikan yang ditempuh penulis :

1. Tahun 1995 masuk SDN 060810 Medan dan tamat tahun 2001 2. Tahun 2001 masin SLTPN 3 Medan dan tamat tahun 2004

3. Tahun 2004 masuk SMA Swasta ERIA Medan dan tamat tahun 2007

4. Tahun 2007 diterima di Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Tanggal 27 Juni-Juli 2011 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanjung Mulia, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara. 6. Bulan September-November melaksanakan penelitian di Desa Jambur


(4)

ABSTRAK

Mulyadi Syahputra (070309033), Dengan Judul Skripsi “Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)”. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir.H.Hasman Hasyim.Msi dan ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu.MS.

Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2011. Tujuan Penelitian penulis adalah untuk melihat dan menganalisis Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3), bagaimana Pelaksanaan P2T3 di daerah penelitian, melihat dan menganalisis masalah P2T3, serta bagaimana cara memecahkan masalah tersebut di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu dengan sengaja di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling (metode pengambilan sampel acak berstrata) berdasarkan luas lahan. Sedangkan jumlah sampel yang diambil yaitu 30 sampel penelitian. Untuk melihat bagaimna hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan pelaksanaan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) di gunakan uji rank spearman dengan bantuan program SPSS 15 for windows.

Hasil penelitian yang didapat yaitu, adanya hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan pelaksanaan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) di daerah penelitian. Sementara untuk pelaksanaan P2T3 di daerah penelitian umumnya sudah berjalan baik. Untuk masalah P2T3 didaerah penelitian yaitu tunda jual petani, keterbatasan modal, serta upah tenaga kerja yang meningkat.


(5)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan, keselamatan dan kesempatan hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

Adapun judul usulan penelitian ini " Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)” dengan studi kasus di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ir. H. Hasman Hasyim. Msi, selaku ketua komisi Pembimbing yang telah

memberi masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ir. Asmi Tiurland Hutajulu. MS, selaku anggota komisi Pembimbing yang juga telah memberi masukan dan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Ibu Dr.Ir.Salmiah, MS selaku ketuan Departemen Agribisnis Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak dan Ibu dosen Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Zainal Sitepu selaku PPL, dan bapak Zulkifli Yunus selaku kontak tani Desa Jambur Pulau yang banyak memberikan informasi dalam penyelasain skripsi ini.

6. Seluruh responden yang terkait dalam penelitian ini yang telah banyak membantu penulis memperoleh data.

Segala hormat serta ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Krismanto dan ibunda Srimulyati, atas motivasi, kasih sayang, dan dukungan baik secara materi maupun doa yang diberikan kepada penulis

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada rekan-rekan dan semua pihak yang telah membantu baik moril maupun materil dalam penyeselsaian skripsi ini.


(6)

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih banyak dan semoga skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, November 2011


(7)

DAFTAR ISI

RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah ... 2

Tujuan Penelitian ... 3

Kegunaan Penelitian ... 3

Hipotesis Penelitian ... 3

TINJAUAN PUSTAKA Pola Tanam ... 4

Landasan Teori ... 6

1.Sifat inovasi ... 7

2. Jenis keputusan ... 8

3.Saluran komunikasi. ... 9

4. Sistem sosial ... 10

5. Kegiatan promosi ... 11

6. Urgensi masalah ... 12

Kerangka Pemikiran ... 12 METODOLOGI PENELITIAN


(8)

Metode Penentuan Daerah Sampel ... 16

Metode Penentuan Sampel ... 17

Metode Pengumpulan Data ... 18

Metode Analisis Data ... 19

Definisi Dan Batasan Operasional ... 25

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis ... 27

Tata Guna Lahan ... 27

Kondisi Demografis ... 28

1. Kondisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 28

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan umur... 29

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ... 30

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama ... 31

6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku ... 32

7. Potensi Desa ... 32

8. Sarana dan Prasarana... 33

Karakteristik Petani Sampel ... 34

Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai ... 35

Analisis Faktor Pengambilan Keputusan ... 37

1. Sifat Inovasi ... 37

1a. Keuntungan Relatif ... 37

1b. Kesesuain ... 38

1c. Mudah Dicoba ... 39

1d.Dapat Dilihat. ... 39

1e. Kerumitan ... 39

2. Jenis Keputusan ... 40

3. Saluran Komunikasi ... 41

4. Sistem Sosial... 42

5. Kegiatan Promosi ... 43


(9)

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 45

1. Pengolahan Tanah ... 46

2. Pemilihan Benih ... 46

3. Penanaman ... 47

4. Pemupukan ... 47

5. Pengendalian Hama Penyakit ... 49

6. Panen ... 50

7. Pasca Panen ... 50

Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Sawah Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) ... 53

Hubungan Antara Sifat Inovasi Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) ... 54

Hubungan Antara Jenis Keputusan Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) ... 55

Hubungan Antara Saluran Komunikasi Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)... 55

Hubungan Antara Sistem Sosial Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) ... 56

Hubungan Antara Kegiatan Promosi Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) ... 57

Hubungan Antara Urgensi Masalah Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) ... 57

Masalah masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Desa Jambur Pulau ... 60

Upaya upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Desa Jambur Pulau ... 61


(10)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ... 62 Saran ... 62 DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

No. Hal

Tabel 1. Daftar Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Kabupaten

Serdang Bedagai Tahun 2010 ... 16

Tabel 2. Penentuan Sampel Penelitian ... 18

Tabel 3. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 19

Tabel 4. Skoring yang mempengaruhi pengambilan keputusan ... 21

Tabel 5. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) ... 22

Tabel 6. Luas Lahan Menurut Peruntukan Di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 28

Tabel 7. Luas Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 28

Tabel 8. Luas Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Jambur Pulau Tahun 2011... 29

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 30

Tabel 10. Luas Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 31

Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Agama Yang Dianut di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 31

Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 32


(12)

Tabel 14. Prasarana di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 33

Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 ... 34

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Keuntungan Relatif P2T3 ... 38

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Keserasian P2T3 ... 38

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Apakah P2T3 Dapat Dicoba... 39

Tabel 19. Jumlah dan Persentase P2T3 Dapat Disaksikan ... 40

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Kerumitan P2T3 ... 40

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Jenis Keputusan Dalam Pelaksanaan P2T3 ... 41

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Saluran Komunikasi P2T3 ... 42

Tabel 23. Jumlah dan Persentase Sistem Sosial ... 42

Tabel 24. Jumlah dan Persentase Kegiatan Promosi P2T3 ... 43

Tabel 25. Jumlah dan Persentase Urgensi P2T3... 44

Tabel 26. Skor Tingkat Pengambilan Keputusan Tahun 2011 ... 44

Tabel 27. Kriteria Penilaian Tingkat Pengambilan Keputusan Petani ... 45

Tabel 28. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran... 46

Tabel 29. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemilihan Benih Sesuai dengan Anjuran... 47

Tabel 30. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Penanaman Sesuai dengan Anjuran... 47

Tabel 31. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemupukan Sesuai dengan Anjuran... 49


(13)

Tabel 32. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengendalian Hama dan Penyakit Sesuai dengan Anjuran ... 49 Tabel 33. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Panen Sesuai dengan Anjuran ... 50 Tabel 34. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pasca Panen Tanah Sesuai dengan Anjuran... 51 Tabel 35. Skor Tingkat Pelaksanan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Sesuai dengan Anjuran Tahun 2011 ... 52 Tabel 36. Kriteria Penilaian Keberhasilan Pelaksanaan Program P2T3

Berdasarkan Skor Jumlah Sampel yang Melaksanakan Anjuran ... 53 Tabel 37. Hubungan Antara Sifat Inovasi Dengan Pelaksanaan Program

Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 54 Tabel 37. Hubungan Antara Sifat Inovasi Dengan Pelaksanaan Program

Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 54 Tabel 38. Hubungan Antara Jenis Keputusan Dengan Pelaksanaan Program

Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 55 Tabel 39. Hubungan Antara Saluran Komunikasi Dengan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 56 Tabel 40. Hubungan Antara Sistem Sosial Dengan Pelaksanaan Program

Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 56 Tabel 41. Hubungan Antara Kegiatan Promosi Dengan Pelaksanaan Program

Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 57 Tabel 42. Hubungan Antara Urgensi Masalah Dengan Pelaksanaan Program


(14)

Tabel 42. Hubungan Antara Faktor Pengambilan Keputusan Dengan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 58


(15)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

Gambar 1 Kerangka Pemikiran ... 15 Gambar 2. Pola Tanam dan Tertib Tanam di Desa Jambur Pulau, Kecamatan


(16)

DAFTAR SINGKATAN

Giltan : Giliran Tanam Gilvar : Giliran Varian

P2T3 : Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam PNS : Pegawai Negri Sipil

POLRI : Polisi Republik Indonesia

PPL : Penyuluhan Pertanian Lapangan SERGAI : Serdang Bedagai

SMA : Sekolah Menengah Atas SMP : Sekolah Menengah Pertama

SPSS : Statistical Product and Service Solution TNI : Tentara Nasional Indonesia

UPT-BP3K : Unit Pelayanan Teknis Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Lampiran 2 : Jumlah dan Persentase Keuntungan Relatif Lampiran 3 : Jumlah dan Persentase Keserasian P2T3

Lampiran 4 : Jumlah dan Persentase Apakah P2T3 Dapat Dicoba Lampiran 5 : Jumlah dan Persentase P2T3 Dapat Disaksikan Lampiran 6 : Jumlah dan Persentase Kerumitan P2T3

Lampiran 7 : Jumlah dan Persentase Jenis Keputusan Dalam Pelaksanaan P2T3 Lampiran 8 : Lampiran 8 Jumlah dan Persentase Saluran Komunikasi P2T3 Lampiran 9 : Jumlah dan Persentase Sistem Sosial

Lampiran 10 : Jumlah dan Persentase Kegiatan Promosi P2T3 Lampiran 11 : Jumlah dan Persentase Urgensi P2T3

Lampiran12 :Jumlah dan Persentase Perbandingan Skor Harapan dan Ketercapaian Pengambilan Keputusan

Lampiran 13 : Jumlah dan Persentase Pengambilan Keputusan

Lampiran 14 : Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran

Lampiran 15 : Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemilihan Benih Sesuai dengan Anjuran

Lampiran 16 : Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Penanaman Sesuai dengan Anjuran

Lampiran 17 : Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemupukan Sesuai dengan Anjuran

Lampiran 18 : Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengendalian Hama Penyakit Sesuai dengan Anjuran

Lampiran 19 : Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Panen Sesuai dengan Anjuran

Lampiran 20 : Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pasca Panen Sesuai dengan Anjuran

Lampiran 21 : Jumlah dan Persentase Harapan dan Ketercapaian Pelaksanaan P2T3

Lampiran 22 : Jumlah dan Persentase Pelaksanaan P2T3

Lampiran 23 : Hubungan Antara Sifat Inovasi Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)

Lampiran 24 : Hubungan Antara Jenis Keputusan Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)

Lampiran 25 : Hubungan Antara Saluran Komunikasi Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)

Lampiran 26 : Hubungan Antara Sistem Sosial Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)

Lampiran 27 : Hubungan Antara Kegiatan Promosi Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)

Lampiran 28 : Hubungan Antara Urgensi Masalah Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)

Lampiran 29 : Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Dengan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)


(18)

ABSTRAK

Mulyadi Syahputra (070309033), Dengan Judul Skripsi “Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3)”. Penelitian ini dibimbing oleh bapak Ir.H.Hasman Hasyim.Msi dan ibu Ir. Asmi Tiurland Hutajulu.MS.

Penelitian ini dilakukan pada bulan September-November 2011. Tujuan Penelitian penulis adalah untuk melihat dan menganalisis Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Padi Sawah Dengan Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3), bagaimana Pelaksanaan P2T3 di daerah penelitian, melihat dan menganalisis masalah P2T3, serta bagaimana cara memecahkan masalah tersebut di daerah penelitian.

Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu dengan sengaja di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai. Metode penentuan sampel dilakukan dengan metode stratified random sampling (metode pengambilan sampel acak berstrata) berdasarkan luas lahan. Sedangkan jumlah sampel yang diambil yaitu 30 sampel penelitian. Untuk melihat bagaimna hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan pelaksanaan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) di gunakan uji rank spearman dengan bantuan program SPSS 15 for windows.

Hasil penelitian yang didapat yaitu, adanya hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan pelaksanaan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) di daerah penelitian. Sementara untuk pelaksanaan P2T3 di daerah penelitian umumnya sudah berjalan baik. Untuk masalah P2T3 didaerah penelitian yaitu tunda jual petani, keterbatasan modal, serta upah tenaga kerja yang meningkat.


(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha pertanian di Indonesia dicirikan oleh dua hal yaitu usaha pertanian sekala besar yang lazim dikelola perkebunan negara atau swasta dan skala kecil yang lazim disebut usaha pertanian rakyat. Pada usahatani kecil atau usaha pertanian rakyat umumnya komoditi diusahakan adalah tanaman pangan seperti padi dan palawija(Soekartawi, 2005).

Pengembangan produksi pertanian perlu lebih diarahkan kepada pada pemberdayaan petani dan masyarakat, sehingga mereka mampu mengelola dan mengembangkan usahatani secara tangguh dan mandiri tanpa tergantung pada pihak lain serta posisi tawar yang seimbang dengan pelaku ekonomi lain. Pada peningkatan produksi harus diubah dengan pendekatan peningkatan kualitas petani, karena sering kali petani yang sudah mendapatkan hasil yang bagus dalam panenya, namun mengecewakan dalam harga jualnya tanpa mengurangi sasaran produksi yang telah ditetapkan (Sriyani, 1999).

Pada masa pembangunan pertanian sekarang ini persaingan disektor pertanian semakin tidak lagi ditentukan oleh kepemilikan sumber daya alam, tetapi juga ditentukan oleh kualitas dari sumber daya manusianya. Oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya yang dilakukan baik oleh instansi terkait maupun lembaga swadaya masyarakat. Departemen pertanian melalui badan pendidikan dan pelatihan pertanian dalam meningkatkan sumber daya manusia pertanian dapat dilakukan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan latihan dalam bentuk kegiatan yaitu pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (Supriaman, 2003).


(20)

Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan pada petani hendaknya dapat menyampaikan pesan-pesan yang mengubah perilaku petani kearah ciri-ciri manusia modern atau setidaknya mendekati ciri-ciri dari manusia modern, seperti berpikiran positif terhadap perubahan, bersifat rasional, mempunyai wawasan yang luas, optimis dan berani mengambil resiko (Sinar Tani, 2001).

Salah satu pendidikan yang diberikan kepada petani, untuk dapat meningkatkan produksi hasil panen adalan program pola tanam dan tertib tanam (P2T3). Pola dan waktu tanam yang baik diharapkan dapat menjamin penyediaan produksi secara merata sepanjang tahun serta peningkatan produktivitas yang pada gilirannya diharapkan juga akan mengurangi fluktuasi harga (Sofa, 2007).

Pola tanam dan tertib tanam diterapkan tidak hanya akan mengoptimalkan pengendalian hama dan penyakit, tetapi juga akan memaksimalkan produksi hasil panen dan produktivitas pada persawahan petani (Andoko, 2008).

Untuk menentukan jenis tanaman yang akan diusahakan pada musim tertentu seorang petani harus memperhatikan ketersediaan air, produksi untuk masing-masing jenis tanaman juga bervariasi. Akibatnya keputusan yang diambil dalam pengusahaan komoditas berpengaruh pada kesempatan yang tersedia untuk musim tanam berikutnya. Kesemuanya itu pada akhirnya menentukan keuntungan usahatani yang dapat diraih serta resiko yang harus diambil dalam usahatani yang mereka hadapi (Sudaryanto, dkk 2002).

Desa Jambur Pulau yang memiliki area fungsional dengan 197 Ha, memiliki potensi air yang cukup dan petani yang memiliki pola tanam palawija-padi-padi pola : IP3 (indeks pertanaman 3 kali setahun). Naik dan turunnya


(21)

produksi padi sangat ditentukan oleh dua faktor yaitu luas panen dan produktifitas, dan dalam hal ini program pola tanam dan tertib tanam (P2T3) sangat menentukan dalam peningkatan produksi dan produktifitas hasil panen.

Petani di Desa Jambur Pulau pada umumnya adalah petani tanaman pangan khususnya tanaman padi sawah. Sehingga dari aspirasi petani seperti itu perlu dilakukan suatu studi pola tanam yang dapat dibuat sebagai rekomendasi untuk pengaturan pola tanam dan tertib tanam di Desa Jambur Pulau, yang bertujuan untuk pencapaian produksi dan produktifitas hasil panen yang optimal.

Program pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) bukanlah hal baru, namun dalam penerapanya dilapangan masih banyak petani yang belum menerapkan dengan baik. Dalam penelitian ini penulis ingin menganalisis hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan penerapan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) di Desa Jambur Pulau, apa saja masalah dan upaya apa saja yang dapat dilakukan untuk mengoptimalkan penerapan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3). Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu : bagaimanakah hubungan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dengan penerapan pengaturan program pola tanam dan tertib tanam (P2T3). Apakah ada masalah dalam pelaksanaan program P2T3 di Desa Jambur Pulau. Apakah upaya-upaya yang dapat mengatasi masalah yang timbul dalam pelaksanaan program P2T3.


(22)

Tujuan Penelitian

Berdasarakan masalah yang telah dirumuskan maka penelitian bertujuan untuk menganalisis tingkat hubungan faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dengan penerapan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3). Mengetahui dan menganalisis permasalahan dalam P2T3. Serta Mengetahui dan menganalisis upaya yang dilakukan dalam memecahkan masalah dalam P2T3 di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini yaitu sebagai pertimbangan bagi pemerintah maupun lembaga penyuluhan pertanian dan lembaga lainnya yang terkait, khususnya di Desa Jambur Pulau dalam menentukan strategi pendekatan kepada petani dalam melaksanakan program P2T3. Serta sebagai referensi dan bahan informasi bagi siapa saja yang membutuhkan.

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah, yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dengan penerapan program (P2T3).


(23)

TINJAUAN PUSTAKA

Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3)

Pola tanam adalah pengaturan penggunaan lahan pertanaman dalam kurun waktu tertentu, tanaman dalam satu areal dapat diatur menurut jenisnya. Ada pola tanam monokultur, yakni menaman tanaman sejenis pada satu areal tanam. Ada pola tanam campuran, yakni beragam tanaman ditanam pada satu areal. Ada pula pola tanam bergilir, yaitu menanam tanaman secara bergilir beberapa jenis tanaman pada waktu berbeda di aeral yang sama (Mahmudin, 2008).

Menurut Purba (2008) pola tanam merupakan suatu urutan tanam pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan tanah. Pelaksanaan pola tanam dari suatu daerah irigasi teknis dalam satu tahun, biasanya dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Kepala Daerah setempat. Disamping pertimbangan untuk mendukung kebijakan pangan nasional, penentuan pola tanam tersebut juga dibuat berdasarkan faktor ketersediaan air dan aspirasi petani.

Pola tanam dapat digunakan sebagai landasan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Hanya saja dalam pengelolaannya diperlukan pemahaman kaedah teoritis dan keterampilan yang baik tentang semua faktor yang menentukan produktivitas lahan tersebut. Biasanya, pengelolaan lahan sempit untuk mendapatkan hasil/pendapatan yang optimal maka pendekatan pertanian terpadu, ramah lingkungan, dan semua hasil tanaman merupakan produk utama adalah pendekatan yang bijak (Andoko, 2008).

Pola tanam juga bertujuan untuk meminimalisasi serangan hama, sehingga produktivitas hasil panen yang diinginkan dapat tercapai. Dalam pelaksanaannya,


(24)

program P2T3 didaerah-daerah sering terkendala oleh sistem sosial masyarakat yang tradisional, sehingga petani cenderung enggan merubah komoditi tanam yang sesuai dengan anjuran pemerintah. Hal ini disebabkan oleh mereka belum terlalu percaya dengan keuntungan-keuntungan yang dapat dicapai oleh inovasi baru tersebut (Sudaryanto, dkk 2002).

Tertib tanam adalah kesepakatan tanam masyarakat pada penentuan waktu tanam, gilvar (giliran varians), dan (giltan) giliran tanam pada suatu lahan usaha tani yang disepakati bersama dan dituangkan dalam RDK (rencana definitif kelompok) (Hasibuan, 2008).

Menurut Pramono (2010) petani sebagai pengelola usahatani dapat memilih dan mengambil keputusan terhadap usahataninya. Tujuan P2T3sendiri secara khusus yaitu pengaturan pola tanam dan tertib tanam untuk pengendalian hama wereng batang coklat, hama tikus, serta memperoleh jadwal panen, guna mengisi persaingan pasar pada bulan tertentu. Tujuan umum dari P2T3 yaitu mendayagunakan sumber daya lahan, tenaga kerja, agroklimat, modal serta keterampilan, produksi dan produktivitas yang lebih tinggi.

Menurut (Hasibuan, 2008) adapun tujuan dilaksanakanya penerapan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) adalah sebagai berikut :

1. Memperdayagunakan pemanfaatan air irigasi. 2. Meningkatkan kestabilan kesuburan lahan.

3. Memotong siklus hidup hama / penyakit dan organisme pengganggu tanaman (OPT).

4. Menambah peluang lapangan pekerjaan di perdesaan. 5. Mengurangi resiko gagal panen.


(25)

6. Mengoptimalkan peningkatan produktivitas hasil tanaman. 7. Menjaga kestabilan harga jual hasil panen.

8. Membuka peluang pengembangan usaha agribisnis perdesaan. Landasan Teori

Mardikanto (1988) menyebutkan, terdapat beberapa variabel pengambilan keputusan petani. Variabel-variabel tersebut antara lain adalah:

1.Sifat-sifat inovasi

Ray (1998) menyebutkan terdapat lima atribut yang menandai setiap gagasan atau cara-cara baru dan diadosi dalam pengambilan keputusan, yaitu: a. Keuntungan-keuntungan relatif (relatif advantages) : yaitu apakah cara-cara

atau gagasan baru ini memberikan suatu keuntungan relatif daripada inovasi sebelumnya. Sejalan dengan hal tersebut, Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa sebenarnya keuntungan tersebut tidak hanya terbatas pada keuntungan dalam arti ekonomi, tetapi mencakup:

• Keuntungan teknis, yang berupa: produktivitas tinggi, ketahanan terhadap resiko kegagalan dan berbagai gangguan yang menyebabkan ketidakberhasilannya.

• Keuntungan ekonomis, yang berupa: biaya lebih rendah, dan atau keuntungan yang lebih tinggi.

• Pemanfaatan sosial-psikologis, seperti: pemenuhan kebutuhan fisiologis (pangan), kebutuhan psikologis (pengakuan/ penghargaan dari lingkungannya, kepuasan, dan rasa percaya diri), maupun kebutuhan-kebutuhan sosiologis (pakaian, papan, status sosial dan lain-lain).


(26)

b. Keserasian (compatibility); yaitu apakah inovasi mempunyai sifat lebih sesuai dengan nilai yang ada, pengalaman sebelumnya, dan kebutuhan yang diperlukan penerima.

c. Kerumitan (complexity); yakni apakah inovasi tersebut dirasakan rumit. Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) menambahkan bahwa inovasi baru akan sangat mudah untuk dimengerti dan disampaikan manakala cukup sederhana, baik dalam arti mudahnya bagi komunikator maupun mudah untuk dipahami dan dipergunakan oleh komunikasinya.

d. Dapat dicobakan (triability); yaitu suatu inovasi akan mudah diterima apabila dapat dicobakan dalam ukuran kecil.

e. Dapat dilihat (observability); jika suatu inovasi dapat disaksikan dengan mata.

2. Tipe keputusan inovasi

Wayne Lamble dalam Ibrahim dkk (2003) menyatakan bahwa tingkat adopsi suatu inovasi sangat dipengaruhi oleh oleh keputusan untuk mengadopsi atau menolak suatu inovasi. Tipe keputusan ini diklasifikasikan menjadi:

a. keputusan opsional, yaitu keputusan yang dibuat seseorang dengan mengabaikan keputusan yang dilakukan orang-orang lainnya dalam suatu sistem sosial. Dalam kaitannya dengan hubungan individual antara penyuluh dengan adopter, Rejeki, dkk (1999) menambahkan bahwa penyuluh sangat berperan dalam pengambilan keputusan yang diambil secara individual. Penyuluh berperan sebagai akseleran pengambilan keputusan secara opsional.


(27)

b. keputusan kolektif, yaitu keputusan yang dilakukan individu-individu dalam suatu sistem sosial yang telah dimufakati atau disetujui bersama.

c. keputusan otoritas, yaitu keputusan yang dipaksakan oleh seseorang yang memiliki kekuasaan lebih besar kepada individu lainnya.

Hanafi (1987) menyatakan bahwa tipe keputusan inovasi mempengaruhi kecepatan adopsi. Secara umum kita dapat mengharapkan bahwa inovasi yang diputuskan secara otoritas akan diadopsi lebih cepat karena orang yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan inovasi lebih sedikit. Akan tetapi, jika bentuk keputusan itu tradisional mungkin tempo adopsinya juga lebih lambat. Keputusan opsional biasanya lebih cepat daripada keputusan kolektif, tetapi lebih lambat daripada keputusan otoritas. Barangkali yang paling lambat adalah tipe keputusan kontingen karena harus melibatkan keputusan inovasi atau lebih.

3. Saluran Komunikasi

Rogers dalam Mardikanto (1988) menyatakan bahwa saluran komunikasi sebagai sesuatu melalui mana pesan dapat disampaikan dari sumber kepada penerimanya. Saluran komunikasi dapat dibedakan menjadi saluran interpersonal dan media massa.

a. Saluran kumunikasi antarpribadi (interpersonal). Cangara (2009) menyebutkan, saluran komunikasi antarpribadi (interpersonal) ialah saluran yang melibatkan dua orang atau lebih secara tatap muka. Mardikanto (1988) menyebutkan bahwa saluran antarpribadi merupakan segala bentuk hubungan atau pertukaran pesan antar dua orang atau lebih secara langsung (tatap muka),


(28)

dengan atau tanpa alat bantu yang memungkinkan semua pihak yang berkomunikasi dapat memberikan respons atau umpan balik secara langsung. b. Saluran komunikasi media massa. Rogers (1983) mendefinisikan, saluran

media massa adalah alat-alat penyampai pesan yang memungkinkan sumber mencapai suatu audiens dalam jumlah besar yang dapat menembus batasan waktu dan ruang. Misalnya radio, televisi, film, surat kabar, buku, dan sebagainya.

Sumber dan saluran komunikasi memberi rangsangan (informasi) kepada seseorang selama proses keputusan inovasi berlangsung. Seseorang pertama kali mengenal dan mengetahui inovasi terutama dari saluran media massa. Pada tahap persuasi, seseorang membentuk persepsinya terhadap inovasi dari saluran yang lebih dekat dan antar pribadi. Seseorang yang telah memutuskan untuk menerima inovasi (pada tahap keputusan) ada kemungkinan untuk meneruskan atau menghentikan penggunaannya (Hanafi, 1987).

4. Sistem Sosial

Hal lain yang perlu dipertimbangkan juga mempengaruhi kecepatan pengadopsian suatu inovasi adalah sistem sosial, terutama norma-norma sistem. Dalam hal ini Mardikanto (1988) menyebutkan ada dua sistem soisal yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan petani yaitu :

a. Tradisional. Dalam masyarakat tradisional yang masih memegang teguh apa yang mereka yakini benar. Bukan merupakan hal gampang untuk membuat suatu program inovasi dapat berjalan lancar dalam pelaksanaanya. Perlu pendekatan persuasif agar tujuan penyuluhan yang diharapkan dapat tercapai


(29)

dengan tidak membuat sitem sosial kemasyarakatan yang sudah tertanam lama berubah (Ban dan Hawkins , 1999).

b. Modern. Dalam suatu sistem modern, tempo adopsi mungkin lebih cepat karena di sini kurang ada rintangan sikap diantara para penerima, sedangkan dalam sistem yang tradisional, tempo adopsi juga lebih lambat . Adopsi inovasi di dalam masyarakat modern relatif lebih cepat dibanding dengan adopsi inovasi di dalam masyarakat yang masih tradisional. Demikian pula adopsi dalam masyarakat lokalit akan lebih lambat bila dibandingkan di dalam masyarakat kosmopolit (Mardikanto dan Sri Sutarni, 1982).

5. Kegiatan Promosi

Hanafi (1987) juga menyebutkan bahwa kecepatan adopsi juga dipengaruhi oleh gencarnya usaha-usaha promosi yang dilakukan oleh agen pembaru. Usaha keras agen pembaru itu ditandai dengan lebih seringnya mereka berada di lapangan daripada di kantor. Mereka lebih sering mengadakan kontak dengan kliennya, terutama kontak-kontak pribadi untuk menyebarkan ide baru. Lebih banyak anggota masyarakat yang mereka hubungi, dan lebih beragam jalan yang ditempuh untuk menyampaikan pesan-pesan inovasi. Sejalan dengan hal tersebut Mardikanto (1993) menambahkan bahwa semakin rajin penyuluh menawarkan inovasi, maka kecepatan adopsi suatu inovasi juga akan meningkat. Mardikanto dan Sri Sutarni (1982) menyebutkan pula bahwa semakin intensif dan seringnya intensitas atau frekuensi yang dilakukan oleh agen pembaharuan (penyuluh) setempat dan atau pihak-pihak lain yang berkompeten dengan adopsi inovasi tersebut sepeti lembaga penelitian produsen, pedagang, dan atau sumber informasi (inovasi) tersebut.


(30)

6. Urgensi Masalah

Urgensi ataupun tingkat kepentingan suatu masalah mempengaruhi dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh petani. Petani akan mempertimbangkan keputusan mana yang akan dia ambil dikaitkan dengan urgensi masalah dalam usaha taninya (Suprapto dan Fahrianoor, 2004).

Pola tanam dan tertib tanam (P2T3) merupakan tata urutan tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah tertentu selama satu jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh kondisi agroklimat, tanah, jenis tanaman, teknik budidaya dan sosial ekonomi. Pengaturan pola tanam dan tertib tanam terhadap musim yang berlangsung sangat penting untuk mengantisipasi gagal panen akibat curah hujan yang terlalu tinggi ataupun kekeringan apabila masuk musim kemarau. Selain itu dalam pelakasanan pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) selalu di selaraskan dengan 7 komponen inovasi budidaya yaitu pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pasca panen. (Sinar Tani, 2001).

Kerangka Pemikiran

Inovasi merupakan segala sesuatu menyangkut ide-ide, cara-cara ataupun obyek yang dianggap baru bagi seseorang. Inovasi ini dapat berupa barang (bersifat fisik) dan bukan barang bersifat non-fisik. Inovasi yang bersifat fisik yang menimbulkan konsekuensi tindakan-tindakan konkret yang mudah dalam menilai keberhasilannya. Sedangkan inovasi yang bersifat non fisik menimbulkan tindakan-tindakan yang sulit menilai tingkat keberhasilannya. Disamping itu resiko akan ketidakpastian akan mempengaruhi keputusan yang akan diambil.


(31)

Dalam penyuluhan pertanian masalah tentang adopsi teknologi sering kali terjadi, hal ini dikarenakan setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda pula, serta sistem sosial masyarakat setempat yang belum tentu mau ataupun mampu menerapkan inovasi tersebut (Ibrahim dkk, 2003).

Baum dan Stokes M. Tolbert (1988) menyebutkan bahwa para petani pada umumnya adalah pengambil keputusan yang rasional. Mereka menyeleksi teknologi yang paling produktif yang dapat mereka pakai, dengan sumberdaya yang tersedia untuk mereka, pengetahuan yang terakhir, dan keprihatinan mereka pada resiko. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi petani untuk tidak memanfaatkan teknologi terbaik yang tersedia. Pertama, masukan yang melekat pada teknologi baru. Kedua, teknologi tersedia di pusat penelitian, namun petani tidak diberi penyuluhan. Ketiga, kemungkinan biaya untuk membuat teknologi baru tidak terjangkau. Keempat, teknologi baru tidak cocok dengan keadaan dan situasi mereka. Peranan petani sebagai pengelola usahatani berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor produksi yang diketahui.

Sebenarnya program P2T3 bukanlah sesuatu atau inovasi baru namun dalam penerapanya dilapangan masih banyak petani yang belum menerapkanya dengan baik, sehingga dirasa perlu untuk menganilisis faktor apa saja yang menyebabkan petani enggan menerapkan program P2T3.

Dalam pengambilan keputusan dalam usahataninya apakah petani akan menerapkan program P2T3 dengan baik dan benar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya beberapa variabel penjelas kecepatan adopsi suatu inovasi yaitu terdiri dari sifat inovasi, jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial, kegiatan promosi, serta urgensi masalah. Jika lingkungan sosial dan lingkungan


(32)

ekonomi mendukung situasi yang memungkinkan untuk bertanam padi sawah sesuai dengan anjuran P2T3, maka petani akan lebih mudah memilih bertanam padi sawah dengan pengaplikasian program P2T3. Jika pengaplikasian program P2T3 mempunyai keuntungan yang tinggi, sesuai dengan kondisi setempat, mudah dilaksanakan maka program P2T3 itu akan mudah diadopsi oleh petani. Sehingga dalam penelitian ini dapat dibuat suatu kerangka pemikiran sebagai berikut :

Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan :

: menyatakan hubungan FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGAMBILAN

KEPUTUSAN : 1. Sifat inovasi

a. Keuntungan relatif b. Kesesuaian c. Dapat dicoba d. Dapat dilihat e. Kerumitan 2. Jenis Keputusan

a. Opsional b. Kolektif c. Otoritas

3. Saluran Komunikasi a. Mass media b. Interpersonal 4. Sistem Sosial

a. Tradisional b. Modern

5. Kegiatan Promosi 6. Urgensi Masalah

MASALAH

UPAYA UNTUK MENGATASI

MASALAH PELAKSANAAN P2T3 : 1. Pengolahan Tanah 2. Pemilihan Benih 3. Penanaman 4. Pemupukan

5. Pengendalian Hama Penyakit 6. Panen


(33)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Jambur Pulau Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu secara sengaja. Penentuan daerah penelitian dilakukan dengan pertimbangan desa tersebut merupakan salah satu wilayah yang memiliki luas produksi panen dan produktifitas yang cukup tinggi. Sehingga hal ini menarik untuk diteliti, tentang bagaimana pelaksanaan program P2T3 didaerah tersebut . Beikut ini tabel rencana pelaksanaan program P2T3 ditahun 2011 di Desa Jambur Pulau.

Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Ags Sep Okt Nov Des

Keterangan gambar :

1. Januari sampai Maret : Tanaman Palawija 2. April sampai Juli : Tanaman Padi Sawah 3. Agustus sampai September : Bero (Istirahat) 4. September sampai Desember : Tanaman Padi Sawah

Gambar 2 : Pola Tanam dan Tertib Tanam di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Musim Tanam 2011 Tabel 1. Daftar Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah

Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

No Kecamatan Luas panen

(ha)

Produktivitas (kw/ha)

Produksi (ton)

1 Kotarih 347 25,68 891

2 Dolok Masihul 3.521 46,71 16.443

3 Sipispis 755 48,02 3.628

Palawija

Padi sawah

Bero


(34)

4 Dolok Merawan 0 0,00 0

5 Tebing Tinggi 3.172 34,93 11.078

6 Bandar Khalifah 7.045 48,01 33.826 7 Tanjung Beringin 8.556 47,37 40.530

8 Teluk Mengkudu 6.020 45,79 27.570

9 Sei Rampah 5.970 45,90 27.406

10 Perbaungan 10.889 49,40 53.793

11 Pantai Cermin 7.221 47,95 34.627

12 Silinda 471 35,81 1.686

13 Bintang Bayu 214 48,52 1.040

14 Serba Jadi 2.266 46,11 10.450

15 Tebing Syahbandar 1.689 35,14 5.934

16 Sei Bamban 13.077 45,93 60.059

17 Penggajahan 3.247 33,86 10.992

Jumlah 74.459 47,31 339.954

Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai.

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Perbaungan memiliki produktivitas panen tertinggi di Kabupaten Serdang Bedagai, sehingga hal ini menarik diteliti tentang bagaimakah program P2T3 di daerah tersebut.

Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan metode penentuan sampel stratified random sampling (sampel random berstrata), dan menurut Soepomo (1997) di dalam penelitian korelasional, paling sedikit diambil 30 sampel dari elemen populasi. Sehingga dari populasi 317 petani padi sawah di Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, dipilih 30 petani sebagai sampel berdasarkan stratified random sampling. Untuk menentukan strata luas lahan dalam penelitian ini mengacu kepada Karsiadi (2001) dimana berdasarkan luas lahannya petani digolongkan kedalam 3 kategori, yaitu petani gurem untuk luas lahan <0,5 Ha, petani menengah antara 0,5 Ha sampai 1 Ha, dan petani luas >1 Ha.. Sementara itu untuk perhitungan jumlah sampel perstrata luas lahan dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu :


(35)

Dimana :

Spl = Sampel

n = Jumlah sampel per strata populasi berdasarkan luas lahan N = Total populasi

Js = Jumlah sampel

Spl starata luas lahan I = x 30 = 15 Spl starata luas lahan II = x 30 = 13 Spl starata luas lahan III = x 30 = 2 Tabel 2. Penentuan Sampel Penelitian

No. Strata Luas Lahan Populasi Petani Sampel Penelitian

I. <0,5 Ha 157 15

II. 0,5 - 1 Ha 137 13

III. >1 Ha 23 2

Jumlah 317 30

Sumber : Hasil Pengamatan Pra Survey Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpukan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh dari hasil observasi (pengamatan) dan wawancara langsung dengan responden di daerah penelitian dengan menggunakan kuisioner yang telah disediakan, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi atau lembaga terkait dan literatur.

No. Jenis Data Sumber Metode pengambilan data

Wawancara Observasi Pencatatan dokumen

I Identitas Sampel PPL - - √

II. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan :

1.sifat inovasi :


(36)

Tabel 3. Spesifikasi pengumpulan data Metode Analisis Data

Untuk hipotesis pertama yaitu untuk melihat hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dengan pelaksanaan program P2T3 digunakan metode analisis korelasi rank spearman (rs), dengan bantuan software SPSS. Menurut Supriana dan Barus (2010) adapun rumus dari Korelasi Rank Spearman (rs) adalah :

rs = 1- 1d n (n2-1) dimana :

rs = nilai koefisien korelasi Spearman di = perbedaan setiap pasangan ranking n = jumlah pengamatan

Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel digunakan uji t

b. Kesesuaian Petani Sampel √ - √

c. Kerumitan Petani Sampel √ - √

d. Ketercobaan Petani Sampel √ - √

e. Keteramatan Petani Sampel √ - √

2.jenis keputusan

a. Opsional Petani Sampel √ - √

b. Kolektif Petani Sampel √ - √

c. Otoritas Petani Sampel √ - √

3.Saluran Komunikasi

a. Mass media Petani Sampel √ - √

b. Interpersonal Petani Sampel √ - √

4.Sistem sosial

a. Tradisional Petani Sampel √ - √

b. Modern Petani Sampel √ - √

5.Kegiatan promosi Petani Sampel √ - √


(37)

t =

r

Dimana hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : tidak ada hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan pelaksanaan P2T3. Kriteria pengambilan keputusan petani adalah H0 diterima jika nilai signifikansi ≥ α (α0,05).

H1 : ada hubungan antara faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani padi sawah dengan pelaksanaan P2T3. Kriteria pengambilan keputusan petani adalah H0diterima jika nilai signifikansi < α (α0,05)

Untuk melihat tingkat pengambilan keputusan petani digunakan skoring dengan menggunakan indikator dan parameter sebagai berikut :

Tabel 4. Skoring yang mempengaruhi pengambilan keputusan

Indikator Parameter Pengukuran Skor

1. Sifat inovasi 1a. Keuntungan Relatif Lebih Tinggi 3

Sama 2

Lebih Rendah 1

1b. Keserasian Sangat Cocok 3

Cocok 2

Tidak Cocok 1

1c. Mudah Dicoba Cepat diterapkan 3

Cukup Cepat 2

Lambat 1

1d. Dapat Dilihat Mudah Dilihat 3 Tidak Terlalu Mudah Dilihat 2

Sulit Dilihat 1

1e. Kerumitan Mudah 3

Sedang 2

Sulit 1

2. Jenis Keputusan Kelompok 3

Individual 2

Pengaruh orang lain 1

3. Saluran Komunikasi Media massa 3


(38)

Menurut Irianto (2004) untuk mengukur range dari dua variabeldigunakan rumus : Range

Range =

=

6

Tingkat Pengambilan Keputusan Rendah : 10-16 Tingkat Pengambilan Keputusan Sedang : 17-23 Tingkat Pengambilan Keputusan Tinggi : 24-30

Untuk melihat ketercapaian pelaksanaan program pengaturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) digunakan skoring sebagai berikut :

Tabel 5. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3).

Indikator Parameter Pengukuran Skor

1. Pengolahan Tanah

a. Pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam

b. Dengan menggunakan traktor tangan c. Kedalaman 20-30 cm, sampai terbentuk

struktur lumpur

d. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air

Pengaplikasian Sesuai dengan 4 poin anjuran

3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran

1

Petani lain 1

4. Sistem sosial Modern 3

Tradisional 1

5. Kegiatan Promosi Media massa 3

PPL 2

Petani lain 1

6. Urgensi Masalah Penting 3

Tidak Terlalu Penting 2


(39)

2. Pemilihan Benih

a. Menggunakan benih unggul yang bersertifikat

b. Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan

c. Penyemaian 20-21 hari d. Penanaman bibit 25kg/Ha

Pengaplikasian Sesuai dengan 4 poin anjuran

3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran

1

Tabel 5. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) (Lanjutan).

Indikator Parameter Pengukuran Skor

3. Pengolahan Tanah

e. Pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam

f. Dengan menggunakan traktor tangan g. Kedalaman 20-30 cm, sampai terbentuk

struktur lumpur

h. Permukaan tanah diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air

Pengaplikasian Sesuai dengan 4 poin anjuran

3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran

1

4. Pemilihan Benih

e. Menggunakan benih unggul yang bersertifikat

f. Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan

g. Penyemaian 20-21 hari h. Penanaman bibit 25kg/Ha

Pengaplikasian Sesuai dengan 4 poin anjuran

3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran

1


(40)

pola tanam yaitu palawija-padi-padi

b. Bibit padi ditanam pada kedalaman 3-5 cm c. Penanaman bibit 3-4 batang/lubang

d. Sistem tanam legowo 4 : 1

Sesuai dengan 4 poin anjuran Pengaplikasian Sesuai dengan 2-3poin anjuran

2

Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran

1

Tabel 5. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) (Lanjutan).

Indikator Parameter Pengukuran Skor

6. Panen a. Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah menunduk b. Menggunakan sabit pemotong

c. Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk

meminimalisasi gabah banyak terbuang

Pengaplikasian Sesuai dengan 3 poin anjuran

3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran

1

7. Pasca Panen a. Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.

b. Dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling

c. Penyimpanan beras dilakukan setelah pengemasan dalam karung plastik.

Pengaplikasian Sesuai dengan 3 poin anjuran

3 Pengaplikasian Sesuai dengan 2poin anjuran 2 Pengaplikasian Sesuai dengan 1 poin anjuran


(41)

Sumber : Unit Pelaksana Teknis Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan (UPT-BP3K) Serdang Bedagai.

Range Range =

= 4

Tingkat Ketercapain P2T3 Rendah : 7-11 Tingkat Ketercapain P2T3 Sedang : 12-16 Tingkat Ketercapain P2T3 Tinggi : 17-21

Untuk identifikasi masalah kedua, apa saja masalah yang dihadapi petani dalam pengambilan keputusan pada programP2T3 di daerah penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriktif yaitu dengan mengamati masalah yang dihadapi oleh petani.

Untuk identifikasi masalah ketiga, apa saja upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan petani dalam pengambilan keputusan pada program P2T3. Dianalisis dengan menggunakan analisis dekskriktif dengan mengamati masalah yang dihadapi petani serta upaya untuk mengatasinya.

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari salah penafsiran dalam penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani adalah orang yang mengusahakan dan mengelola usahatani di daerah penelitian.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani terdiri sifat inovasi, jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial, kegiatan promosi, urgensi masalah.


(42)

3. Sifat inovasi : merupakan jenis inovasi mana yang ingin diterapkan olehpetani.

4. Jenis keputusan : berbagai keputusan dalam menentukan adopsi program. 5. Saluran komunikasi : jalur komunikasi petani.

6. Sistem sosial : tatacara atau kebudayaan yang mempengaruhi keptusan petani.

7. Kegiatan promosi : suatu kegiatan yang bertujuan mempublikasikan suatu program tertentu, yang pada giliranya akan mempengaruhi keputusan petani.

8. Urgensi masalah : kepentingan masalah yang mempengaruhi keputusan petani

9. Pengambilan Keputusan adalah keputusan yang diambil dalam penerapan program Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3).

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Jambur Pulau Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.

2. Waktu penelitian tahun 2011.

3. Petani sampel adalah petani di daerah penelitian dilakukan di Desa Jambur Pulau Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.


(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis

Desa Jambur Pulau berada di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara terdiri dari 4 Dusun. Topografi daerah umumnya datar, ketinggian tempat berkisar 6 meter diatas permukaan laut dan Desa Jambur Pulau mempunyai luas wilayah 263 ha. Secara geografis Desa Jambur Pulau berada pada wilayah dataran rendah dengan suhu 30-32 °C, curah hujan tinggi pada bulan Oktober sampai Desember sedangkan musim kemarau pada bulan Januari sampai September. Desa Jambur Pulau sebagai daerah pertanian tanaman pangan yang cukup subur ditanami sepanjang tahun, serta potensi peternakan yang cukup baik. Desa Jambur Pulau berjarak 2km dari ibukota Kecamatan Perbaungan, 15km dari ibukota Kabupaten Sei Rampah, dan 40km dari ibukota Provinsi Medan

Secara administratif, batas-batas daerah penelitian ini adalah sebagai berikut :

• Sebelah Utara : Desa Sukajadi

• Sebelah Selatan : Desa Simpang Tiga Pekan

• Sebelah Barat : Desa Batang Terap dan Perkebunan PTPN IV Adolina

• Sebelah Timur : Sungai Baungan dan Desa Kota Galuh

Tata Guna Tanah

Desa Jambur Pulau yang memiliki luas wiayah 263 ha dimana penggunaan lahan terluas adalah persawahan yaitu 197 ha, ladang dan perkebunan seluas 5 Ha dan selebihnya yaitu 66 ha adalah untuk pemukiman dan prasarana lainnya. Secara rinci peruntukan lahan dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.


(44)

Tabel 6. Luas Lahan Menurut Peruntukan di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Peruntukan Lahan Luas (Ha) Persentase

1 Sawah 199 75,66%

2 Tegalan/Ladang 5 1,9%

3 Perkebunan - -

4 Kolam/Tambak 1 0,38%

5 Permukiman 50 19,01%

6 Perkantoran 0,02 0,02%

7 Sekolahan 0,23 0,08%

8 Pertokoan - -

9 Tempat ibadah 0,2 0,07%

10 Makam 5,45 2,07%

11 Jalan 2,1 0,79%

Jumlah 263 100,00%

Kondisi Demografis

1. Kondisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

Desa Jambur Pulau memilki penduduk sebanyak 3387 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 963 kk , pada tabel dibawah ini dapat dilihat bagaimana jumlah penduduk di daerah penelitian berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki laki 1929 49,69

2 Perempuan 1953 50,31

Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 7 diatas, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki sebanyak 1929 jiwa (49,69%) dan perempuan sebanyak 1953 jiwa (50,31%). Dapat dilhat bahwa jumlah populasi antara perempuan dan laki-laki tidak terlalu jauh berbeda.


(45)

2. Keadaan Penduduk Berdasarkan umur

Secara terperinci distribusi jumlah penduduk menurut kelompok umur dijelaskan pada Tabel 8 dibawah ini :

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Umur di Desa Jambur Pulau Tahun 2011 No Kelompok Umur

(tahun)

Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

Laki-laki Perempuan L+P

1 0-1 38 44 82 2,03

2 2-4 96 103 199 3,11

3 5-6 123 126 249 3,74

4 7-12 126 139 265 7,30

5 13-15 261 262 523 6,54 6 16-18 288 295 583 10,66 7 19-24 283 280 563 10,09 8 25-44 337 325 756 23,79 9 45 ke atas 377 379 662 32,74 Jumlah 1929 1953 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Pada Tabel 8 diatas, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut umur yang terbesar adalah 25-44 tahun keatas yaitu sebanyak 756 jiwa (32,74%) dan yang terkecil adalah kelompok umur 0-1 tahun yaitu 82 jiwa (2,03%), dan usia produktif antara 16-45 tahun sebanyak 1981 jiwa. Berdasarkan data komposisi penduduk menurut umur, ternyata penduduk perempuan lebih banyak daripada penduduk. Keadaan ini merupakan akibat dari penduduk pria usia muda (usia produktif) yang merantau atau bermigrasi ke daerah lain. Para migrant yang bersal dai Desa Jambur Pulau ini pada umumnya memilih ke kota-kota besar, seperti : Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Mulai tahun 2000 semakin banyak pula penduduk desa ini yang merantau ke luar negeri sebagai TKI.


(46)

3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menunjang kemajuan suatu masyarakat. Penduduk yang memiliki pendidikan yang tinggi umumnya memiliki wawasan yang lebih luas, pola pikir yang lebih rasional serta terbuka terhadap suatu perubahan. Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikanya dapat dilihat pada Tabel 9 dibawah ini.

Tabel 9. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Jambur Pulau Tahun 2011.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 Belum/Tidak Sekolah 738 19,01

2 TK/PAUD 45 1,16

3 SD 1176 30,29

4 SLTP 550 14,17

5 SMA 1103 28,41

6 Perguruan Tinggi 270 6,95

Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Jambur Pulau bervariasi, dan tingkat pendidikan yang terbanyak yaitu SLTP sebanyak 1176 jiwa (30,29%), dan tingkat pendidikan terkecil yaitu TK/PAUD dengan 45 jiwa (1,16%).

4. Keadaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Kegiatan perekonomian masyarakat setempat dapat dilihat dari mata pencahariannya, di Desa Jambur Pulau masyarakatnya memiliki jenis mata pencaharian yang bervariasi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 10


(47)

Tabel 10. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Jenis Pekerjaan/Mata Pencaharian

Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%)

1 Buruh tani 104 7,07

2 Petani 317 21,57

3 Peternak 58 3,95

4 Nelayan 91 2,34

5 Buruh bangunan 86 5,85

6 Pedagang 191 13,00

7 Karyawan swasta 385 26,21

8 Karyawan pemerintah 73 4,96

9 Pegawai Negri Sipil (PNS) 110 7,48

10 Pensiunan 17 1,15

11 TNI/POLRI 32 2,38

12 Perangkat desa 5 0,34

Jumlah 1469 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2010

Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbanyak penduduk di daerah penelitian yaitu karyawan swasta yaitu sebanyak 385 jiwa (26,21%), dan yang terendah yaitu perangkat desa yaitu 5 jiwa (0,34%).

5. Keadaan Penduduk Berdasarkan Agama

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada Tabel 11 dibawah ini :


(48)

Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Agama yang dianut Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Islam 3569 91,93

2 Kristen Protestan 139 3,58

3 Kristen Katolik - -

4 Budha 174 4,82

5 Hindu - -

Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau Tahun 2011

Berdasarkan Tabel 11 diatas, diketahui bahwa penduduk Desa Jambur Pulau mayoritas menganut agama Islam yaitu sebanyak 3569 jiwa (91,93%), Kristen Protestan 139 jiwa (13,25%), dan Budha 174 jiwa (1,56%).

6. Keadaan Penduduk Berdasarkan Suku

Adat istiadat di Desa Jambur pulau masih terjaga dengan baik, hal itu dapat dilhat dari rasa kekeluargaan yang masih terasa erat di desa ini. Begitu juga dengan rasa saling menghormati diantara ras dan suku. Pada Tabel 12 berikut ini dapat dilihat distribusi penduduk berdasarkan suku di daerah penelitian :

Tabel 12. Distribusi Penduduk Menurut Suku Bangsa di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Suku Bangsa Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Jawa 2879 74,16

2 Banjar 686 17,67

3 Batak 105 2,70

4 Cina 73 1,88


(49)

6 Minang 42 1,08

Jumlah 3882 100

Sumber : Kantor Kepala Jambur Pulau Tahun 2011

Dari Tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Desa Jambur Pulau yaitu bersuku Jawa yaitu sebanyak 2879 jiwa (74,16%) dan yang terkecil yaitu suku Minang yaitu hanya 42 jiwa (1,08%).

7. Potensi Desa

Di desa jambur pualu terdapat irigasi yang mendukung pengairan di lahan persawahan milik petani, selain itu jalan yang sudah beraspal menuju ibu kota Kecamatan yang tidak jauh juga merupakan potensi letak desa, sehingga petani dapat dengan mudah memasarkan hasil pertanianya.

8. Sarana Dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan faktor penting dalam kemajuan suatu wilayah, di Desa Jambur sarana dan prasarana cukup menunjang kegiatan ekonomi dan sosial di daerah tersebut. Berikut sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 13 dan 14 dibawah ini

Tabel 13. Sarana di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Sarana desa Jumlah

1 Jalan desa 3000m

2 Irigasi 2000m

3 Terminal 1

4 Pasar 1

5 Gedung sekolah 3

6 Rumah ibadah 2

7 PAM Tidak ada

8 PLN Ada


(50)

Tabel 14. Prasarana di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No. Prasana desa Jumlah

1 Puskesmas 1

2 Perkantoran 1

3 Poskamling 3

4 Posyandu 1

5 Kilang padi 2

6 Kios/usaha toko Ada

7 Toko pupuk Ada

Sumber : Kantor Kepala Desa Jambur Pulau 2011

Dari Tabel dapat diketahui keadaan sarana dan prasarana di Desa Jambur Pulau sudah cukup terpenuhi. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan masyarakat setempat.

Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel yang dimaksud yaitu petani yang mengusahakan padi sawahnya di Desa Jambur Pulau.Dalam penelitian ini didapat data berupa karakteristik sosial ekonomi petani sampel, yaitu tercantum pada Tabel 15 sebagai berikut :

Tabel 15. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel di Desa Jambur Pulau Tahun 2011

No Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Satuan Range Rerata

1 Umur Tahun 27-71 51,1

2 Tingkat pendidikan Tahun 6-12 8 3 Lamanya berusaha tani Tahun 12-50 29,73 4 Frekuensi mengikuti penyuluhan kali/tahun 0-2 0,96

5 Luas lahan Ha 0,2-5 1,17

6 Produksi Ton 1,4-37,5 8,12

7 Produktivitas ton/ha 6,5-7,5 7,02 8 Jumlah tangggungan keluarga Jiwa 1-6 2,81 9 Modal Rupiah 889340-22233500 5054415


(51)

Pada Tabel 15 diatas diketahui bahwa umur petani sampel di Desa Jambur Pulau berkisar antara 27-71 tahun dengan rata rata 50,76 tahun, tingkat pendidikan petani sampel berkisar antara 6-12 tahun dengan rata rata 8 tahun, lamanya berusaha tani petani sampel berkisar antara 12-50 tahun dengan rata rata 29,73 tahun, frekuensi mengikuti penyuluhan petani sampel berkisar antara 0-2 kali/tahun dengan rata rata 0,96 kali/tahun, jumlah tanggungan keluarga petani sampel berkisar antara 1-6 orang dengan rata rata 3 orang, luas lahan petani sampel berkisar antara 0,2-5 ha dengan rata rata 1,17 ha, produksi petani sampel berkisar antara 1,4-37,5 ton dengan rata rata 7,26 ton, produktivitas petani sampel berkisar antara 6,5-7,5 ton/ha dengan rata rata 7,02 ton/ha, dan modal yang dikeluarka petani dalam satu musim tanam berkisar antara Rp.889.340-22.233.500.

Pelaksanaan Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam Desa Jambur Pulau, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai) sangat berpotensi untuk berswasembada pangan. Hal ini dapat dilihat dari luas lahan pertanian di daerah ini cukup memadai. Kabupaten Serdang Bedagai memiliki areal pertanian seluas 41.981 hektar (sawah beririgasi 35.546 hektar dan tidak beririgasi 6.453 hektar), merupakan daerah penghasil beras terbesar keempat di Provinsi Sumatera Utara setelah Kabupaten Simalungun, Langkat dan Deli Serdang.

Potensi Sergai untuk pengembangan sektor pertanian cukup besar yang didukung agroklimat, topografi dan jumlah penduduk yang bermata pencahariannya kurang lebih 60 persen berusaha di bidang pertanian.

Guna meningkatkan dan mempertahankan swasembada beras dan ketahanan pangan, maka sangat diperlukan pembinaan kepada para petani melalui kelompok tani harus secara terus menerus dan berkesinambungan. Untuk itu perlu sumberdaya manusia penyuluh yang berkualitas agar dapat merubah dan meningkatkan pengetahuan,


(52)

keterampilan dan sikap petani sehingga tahu, mau dan mampu menggali potensi pertanian yang ada.

Pendekatan penyelenggaraan penyuluhan pertanian di Kabupaten Serdang Bedagai sesuai dengan pendekatan pembangunan pertanian yaitu agribisnis yang berorientasi pada ketahanan pangan yang terpadu dan berkelanjutan serta pendekatan berbasis sumberdaya pertanian yang diselaraskan dengan aspirasi dan dukungan kegiatan petani dan kontak tani serta memperhatikan sumberdaya daerah, sumberdaya manusia dan agroekosistem.

Pemberlakuan pola dan tertib tanam serentak sangat menguntungkan kalangan petani karena tanaman jauh dari serangan berbagai hama dan kalaupun ada hama yang menyerang tanaman padi penduduk akan berbagi karena umur padi yang ditanam di areal persawahan seragam. Pola tertib tanam di kalangan petani diperlukan dalam meningkatkan produksi. Pola ini, lanjutnya berperan dalam menurunkan hama dan penyakit tanaman.

Kerja sama antara penyuluh, pemerintah, aparat desa, kelompok tani serta masyarakat tani diperlukan dalam membina petani, sehingga wawasan petani dalam mengelola lahan pertaniannya, semakin peka terhadap inovasi inovasi terbaru teknologi pertanian. Desa Jambur Pulau yang memiliki area fungsional dengan 197 Ha, memiliki potensi air yang cukup dan petani yang memiliki pola tanam palawija-padi-padi pola : IP3 (indeks pertanaman 3 kali setahun), dan dalam pelaksanaanya diselaraskan dengan 7 komponen budidaya yaitu :

1. Pengolahan tanah 2. Pemilihan benih 3. Penanaman 4. Pemupukan


(53)

5. Pengendalian hama dan penyakit 6. Panen, dan

7. Pasca panen

Dimana dari keseluruhan komponen inovasi petani diharapkan tahu, mau dan mampu menerapkannya sesuai dengan anjuran yang diberikan PPL. Untuk itu PPL juga dituntut agar mampu menghimbau dan mensosialisasikan inovasi P2T3 dengan baik dan tepat sehingga petani mau menerapkan inovasi tersebut. Setelah inovasi P2T3 yang dianjurkan PPL diterapkan petani maka diharapkan tujuan program penyuluhan (target) dapat tercapai yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.

Analisis Faktor Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan merupakan faktor penting dalam menjalankan usatanani, dikarenakan hal itulah yang menentukan keberhasilan atau tidaknya suatu usatani yang akan dijalankan. Dalam penelitian ini peneliti menganalisis enam variabel faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani yaitu : sifat inovasi, jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial, kegiatan promosi, dan urgensitas masalah. Dan berikut ini uraianya :

1. Sifat Inovasi

Sifat inovasi dalam suatu usahatani sangat perlu dipertimbangkan pelaksanaanya, dan faktor dalam pengambilan keputusannya dibagi atas lima bagian yaitu :


(54)

1a. Keuntungan relatif

Petani selalu mempertimbangkan sutau inovasi dalam usatanainya apakah akan memberikan keuntungan atau tidak. Dalam hasil penelitian di Desa jambur Pulau di dapat bahwa sebahagian besar petani menganggap bahwa pelaksanaan P2T3 memiliki pengaruh baik dalam usahatani mereka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 16 dibawah ini :

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Keuntungan Relatif P2T3 Uraian Penerapan P2T3

Keutungan Lebih Tinggi

Penerapan P2T3 Keutungan

sama

Penerapan P2T3 Keutungan Lebih Rendah

Total

Jumlah (sampel)

28 2 0 30

Persentase (%) 93,33 6,67 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 2

Dari Tabel 16 diatas dapat dilihat bahwa 28 petani sampel menganggap program P2T3 memberikan keuntungan yang lebih tinggi dan hanya 2 petani sampel yang menganggap pelaksanaan program P2T3 memberikan keuntungan yang sama dalam usahaaninya. Petani di daerah penelitian menganggap program P2T3 lebih menguntungkan karena umumnya petani dapat menghasilkan produksi yang lebih jika dibandingkan dengan tidak melaksanakan program P2T3.

1b. Keserasian

Keserasian program P2T3 sudah dirasakan sesuai dalam usahatani petani di daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini :


(55)

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Keserasian P2T3 Uraian Penerapan P2T3

Sangat serasi Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Serasi Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Tidak Serasi Dalam Usahatani Total Jumlah (sampel)

24 6 0 30

Persentase (%) 80 20 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 3

Dari Tabel 17 diatas menunjukkan bahwa 24 petani menganggap program P2T3 sangat serasi dalam usahatani mereka dan 6 petani menganggap serasi dalam usahataninya., hal ini menunjukkan bahwa memang program P2T3 serasi dengan usaahatani petani setempat.

1c. Dapat Dicoba

Program P2T3 sebenarnya sudah dilaksanakan oleh semua petani didaerah penelitian namun penerapanya belumlah sempurna. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18 dibawah ini :

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Apakah P2T3 Dapat Dicoba Uraian Penerapan P2T3

Cepat Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Cukup Cepat Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Lambat Diterapkan Dalam Usahatani Total Jumlah (sampel)

14 16 0 30

Persentase (%) 46,67 54,33 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 4

Dari Tabel 18 diatas menunjukkan bahwa 16 petani cukup cepat menerapkan program P2T3 dalam usahatani mereka dan 14 petani cepat menerapkan program P2T3 dalam usahatani. Hal ini menunjukkan bahwa program P2T3 diadopsi cukup baik di daerah penelitian.


(56)

1d. Dapat Dilihat

Pelaksanaan program P2T3 memang dapat dilihat dengan baik oleh petani di daerah penelitian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 19 dibawah ini :

Tabel 19. Jumlah dan Persentase P2T3 Dapat Disaksikan Uraian Penerapan P2T3

Mudah Dilihat Penerapan P2T3 Tidak Terlalu Mudah Dilihat Penerapan P2T3 Sulit Dilihat Total Jumlah (sampel)

30 0 0 30

Persentase (%) 100 0 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 5

Dari Tabel 19 diatas menunjukkan bahwa seluruh petani dapat melihat dengan baik program P2T3 yang diterapkan.

1e. Kerumitan

Dalam pelaksanaan program P2T3 dianggap petani didaerah penelitian tidaklah terlalu sulit untuk dilaksanakan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 20 dibawah ini :

Tabel 20. Jumlah dan Persentase Kerumitan P2T3 Uraian Penerapan P2T3

Mudah Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Tidak Terlalu Mudah Diterapkan Dalam Usahatani Penerapan P2T3 Sulit Diterapkan Dalam Usahatani Total Jumlah (sampel)

8 22 0 30

Persentase (%) 26,67 73,33 0 100


(57)

Dari Tabel 20 diatas menunjukkan bahwa 22 petani menganggap pelaksanaan program P2T3 tidak terlalu mudah untuk diterapkan dalam usahatani mereka. dan 8 petani menganggap pelaksanaan program P2T3 mudah diterapkan dalam usahataninya. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaanya program P2T3 belum dapat diterapkan oleh semua petani, namun bukanlah merupakan sesuatu hal yang sulit untuk dilaksanakan. Kemampuan modal petani serta kurangnya pelatihan dan pendidikan yang menjadi faktor mengapa tidak semua petani menganggap program P2T3 tersebut mudah untuk dilaksanakan.

2. Jenis Keputusan

Pada umumnya petani didaerah penelitian mengambil keputusan dalam pelaksanaan P2T3 bersama-sama dengan kelompok tani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21 dibawah ini :

Tabel 21. Jumlah dan Persentase Jenis Keputusan Dalam Pelaksanaan P2T3 Uraian Bersama Dengan

Kelompok Tani

Individual Dipengaruhi Orang Lain

Total Jumlah

(sampel)

24 6 0 30

Persentase (%) 80 20 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 7

Dari Tabel 21 diatas menunjukkan bahwa 24 petani dalam mengambil keputusan P2T3 mereka melakukanya bersama-sama kelompok tani dan 6 petani melakukanya secara individual. Pada umunya petani yang mengambil keputusan bersama kelompok tani namun sebahagian kecil mengambil keputusan sendiri karena merasa mereka memiliki pengalaman yang lebih baik dan tidak jarang juga karena kebiasaan dan modal juga mempengaruhi dalam hal ini.


(58)

3. Saluran Komunikasi

Program P2T3 diberikan oleh penyuluh bermula dari kontak tani setempat dan kemudian petani lain melihat percontohan dari kontak tani. Namun PPL didaerah penelitian biasanya selama hari kerja selalu ada dilapangan untuk memberikan pengarahan kepada petani. Untuk lebih jelasnya bagaimana saluran komunikasi dalam pelaksanaan program P2T3 di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 22 dibawah ini :

Tabel 22. Jumlah dan Persentase Saluran Komunikasi P2T3

Uraian Media Massa PPL Petani Lain Total

Jumlah (sampel)

0 20 10 30

Persentase (%) 0 66,67 33,33 100

Sumber : Diolah dari lampiran 8

Dari Tabel 22 diatas menunjukkan bahwa 20 petani menriman program P2T3 dari PPL dan 10 mendapatkan informasinya dari petani lai. Hal ini menunjukkan bahwa informasi program P2T3 hanya terbatas dari PPL dan sesama petani saja namun tidak ada informasi dari media massa.

4. Sistem sosial

Pada daerah penelitian sistem sosial usatani setempat sudahlah modern itu dicerminkan dari pada umumnya petani sudah menggunakan alat atau mesin pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 23 dibawah ini :

Tabel 23. Jumlah dan Persentase Sistem Sosial

Uraian Modern Tradisional Total

Jumlah (sampel) 30 0 30


(59)

Sumber : Diolah dari lampiran 9

Dari Tabel 23 diatas menunjukkan bahwa keseluruahn sistem sosial usaha tani pada umunya sudah modern itu terlihat dari pembajakan yang tidak lagi dengan cara manual menggunakan cangkul ataupun sapi atau kerbau tetapi sudah menggunakan hand traktor, dan untuk pemannenanya sudah menggunakan mesin power thresser untuk perontokan biji padi.

5. Kegiatan Promosi

Promosi program P2T3 dilakukan oleh PPL, kemudian kepada kontak tani dan selebihnya petani mengetahuinya dari mulut-kemulut atau melihat dari petani lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 24 dibawah ini :

Tabel 24. Jumlah dan Persentase Kegiatan Promosi P2T3

Uraian Media Massa PPL Petani Lain Total

Jumlah (sampel)

0 20 10 30

Persentase (%) 0 66,67 33,33 100

Sumber : Diolah dari lampiran 10

Dari Tabel 24 diatas menunjukkan bahwa 20 petani menerima informasi atau promosi program P2T3 dari PPL dan 10 petani menerima promosinya dari petani lain. Tidak semua petani menerima informasi atau promosi P2T3 dari PPL dikarenakan bisa dikatakan tidak ada pertemuan PPL dengan kelompok. PPL biasanya mempromosikan program P2T3 secara induvidul kepada kontak tani terlebih dahulu, atau pada setiap hari kerjanya kelapangan langsung ke lahan pertanian petani secara langsung, sehingga tidak semua petani mengetahuinya dari PPL.


(60)

6. Ugensi Masalah

Urgensi program P2T3 pada umumnya dirasakan petani penting untuk dilaksanakan, karena memberikan pengaruh nyata dalam peningkatan produksi usahataninya. Untuk lebih jelasnya diuraikan pada Tabel 25 dibawah ini :

Tabel 25. Jumlah dan Persentase Urgensi P2T3 Uraian Penting Tidak Terlalu

Penting

Tidak Penting Total Jumlah

(sampel)

30 0 0 30

Persentase (%) 100 0 0 100

Sumber : Diolah dari lampiran 11

Dari tabel diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa petani menyadari bahwa pelaksanaan program P2T3 penting dalam usahataninya. Karena hal ini berkaitan langsung dalam mempengaruhi produksi panen usahataninya.

Setelah dari uraian diatas dianalisis bagaimana tingkat pengambilan keputusan di daerah penelitian, sehingga dapat dibuat rekapitulasi. Pada Tabel 26 berikut ini dapat dilihat bagaimana rekapitulasi persentase dan perbandingan skor harapan dan ketercapaian tingkat pengambilan keputusan oleh petani didaerah penelitian.

Tabel 26. Skor Tingkat Pengambilan Keputusan Tahun 2011 No Parameter Skor Harapan Skor Rerata

yang Tercapai

Persentase Ketercapaian

1 Keuntungan Relatif 1-3 2,93 97,67 2 Keserasian 1-3 2,87 95,55 3 Mudah Dicoba 1-3 2,47 82,22 4 Dapat Dilihat 1-3 3 100 5 Kerumitan 1-3 2,27 75,67 6 Jenis Keputusan 1-3 2,80 93,33 7 Saluran Komunikasi 1-3 1,67 55,55 8 Sistem Sosial 1-3 3 100 9 Kegiatan Promosi 1-3 1,67 55,55 10 Urgensi Masalah 1-3 3 100


(1)

petani di daerah penelitian merasa pelaksanaan P2T3 penting dalam usahatani

mereka.

Masalah Masalah Yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Pengaturan Pola

Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Desa Jambur Pulau

1. Keterbatasan Modal

Masalah keterbatasan modal merupakan masalah klasik, yang biasa dihadapi petani. Sering kali modal menjadi penghambat dalam pelaksanaan program P2T3, misalnya saja untuk pemilihan benih, penggunaan pestisida dan pemupukan masih banyak petani yang masih tergantung dengan modal yang dimilikinya, dan mengakibatkan petani tidak melaksanakan P2T3 sesuai anjuran.

2. Tunda Jual Petani

Sering kali petani yang medapatkan hasil panen yang baik, namun memperoleh pendapatan yang kurang memuaskan. Di daerah penelitian rata-rata hasil produksi perhektar petani mencapai 7ton/ha, dengan produktifitas yang cukup baik seperti ini, seharusnya petani mendapatkan pendapatan yang lumayan. Namun hal yang terjadi sebaliknya, karena pada umumnya petani didaerah penelitian langsung menjualnya kea agen-agen setempat, dan hal ini menyebabkan mereka tidak bisa menentukan kapan harga jual yang cukup tinggi. Hal ini dikarenakan petani setempat kurang menegetahui tentang informasi harga jual gabah kering dipasaran.

3. Mahalnya Upah Tenaga Kerja

Mahalnya upah tenaga kerja dikarenakan harga kebutuhan hidup yang semakin meningkat dari waktu-kewaktu menyebabkan upah tenaga kerja meningkat. Kasus yang sering dijumpai didaerah penelitian adalah upah tenaga kerja yang relatif mahal khususnya pada penanaman sistem tanam legowo.


(2)

Upaya upaya yang Dilakukan Untuk Mengatasi Masalah masalah yang

Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan

Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Desa Jambur Pulau

1. Biasanya petani berusaha mencari pinjaman dari keluarga terdekat. Namun seharusnya harus sudah ada KUD (koperasi unit desa) sehingga petani bisa meminjam modal dari sana dengan metode simpan pinjam.

2. Diperlukan sosialisasi tentang pentingnya paket teknologi P2T3 khususnya tentang masalah pasca penen, sehingga petani dapat menyimpan sebahagian hasil panenya. Selain itu juga diperlukan lembaga informasi tentang harga jual dalam hal ini dapat di buat KUD sebagai lembaga tersebut.

3. Diperlukan adanya negosiasi yang menguntungkan kedua belah pihak antara petani dan buruh tani tentang upah yang lebih sesuai.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani yang memiliki hubungan signifikan dengan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 yaitu : Sifat inovasi, Saluran Komunikasi, Sitem sosial, Kegiatan promosi, Urgensi Masalah. Sementara itu Faktor Pengambilan Keputusan yang tidak signifikan dengan pelaksanaan P2T3 yaitu : Jenis Keputusan

2. Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Jambur Pulau yaitu :

1) Keterbatasan modal 2) Tunda Jual Petani

3) Mahalnya upah tenaga kerja mulai dari pengolahan hingga panen.

3. Upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah dalam pelaksanaan Program penyuluhan pertanian P2T3 di Desa Jambur Pulau yaitu :

1) Peminjaman modal. 2) Pembentukan KUD. 3) Negosiasi harga.

Saran

1. Kepada Pemerintah

Diharapkan pemerintah menjalankan fungsi pengawasan dengan baik, daintaranya pengawasan kinerja PPL, penyaluran pupuk, benih, petisida dan sarana produksi bersubsidi. Hal ini penting karena bisa saja semua kemudahan yang sudah diprogramkan pemerintah untuk petani ditakutkan tidak mencapai sasaran dengan baik.


(4)

2. Kepada Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)

Hendaknya PPL melaksanakan rumusan pola kerja latihan-kunjungan-supervisi (lakususi), evaluasi dengan sebaik baiknya, menguasai berbagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan kebutuhan tugasnya, mampu bergaul dan menjadi sahabat petani sehingga mudah berinteraksi dengan petani dengan begitu inovasi yang diberikan akan mudah diterima oleh petani serta memperhatikan ukuran ukuran keberhasilan yang diharapkan oleh petani untuk peningkatan usahatani mereka.

3. Kepada Petani

Agar petani bersikap aktif dan tanggap terhadap anjuran PPL yaitu mengenai Program Penyuluhan Pertanian P2T3, serta lebih meningkatkan partisipasi dalam penyusunan dan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 dan dapat bekerjasama dengan pengurus dan lembaga lembaga yang mendukung kegiatan penyuluhan pertanian. Diharapkan kepada petani yang telah berhasil mencapai target setelah melaksanakan anjuran dan telah merasakan manfaatnya supaya dapat memotivasi petani lain agar mereka mau melakukan perubahan di dalam usahatani mereka.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Pramono. 2010.

Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pengambilan

Keputusan Petani Dalam Budidaya Wijen (sesamum indicum l.) Di

Kecamatan Baki Kabupaten Sukoharjo

. http//serambinews.com. 9 april

2011 | 11:07:09.

Andoko, A. 2008.

Budidaya Padi Secara Organik

. Penebar Swadaya. Jakarta.

Baum, W.C. dan Stokes M. Tolbert. 1988. Investasi dalam Pembangunan. UI Press.

Jakarta.

Cangara, H. 2009.

Pengantar Ilmu Komunikasi

. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Hanafi, A. 1987.

Memasyarakatkan Ide-ide Baru

. Usaha Nasional. Surabaya.

Hasibuan, Hizaz SP. 2008.

Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) Di

Kabupaten Serdang Bedagai

.

Ibrahim, J.T., Armand Sudiyono, dan Harpowo. 2003.

Komunikasi dan

Penyuluhan Pertanian.

Banyumedia Publishing. Malang.

Irianto, A. 2004.

Staistik Dasar Konsep Dan Alikasinya

. Kencana. Jakarta.

Karsiadi, Ravik, 2001.

Paradigma Baru Penyuluhan Pembangunan Dalam

Pemberdayaan Masyarakat

. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor.

Mahmudin, 2008.

Kajian Pola Tanam Dalam Upaya Untuk Meningkatkan

Produksi Dan Produktivitas Di Daerah Irigasi Batang Tongar Di Barat

Kabupaten Pasaman Propinsi Sumatera

Barat

.

http//perpustakaandigitalitb.com. 7 april 2011.

Mardikanto, T. 1988.

Komunikasi Pembangunan.

UNS Press. Surakarta.

___________ dan Sri Sutarni. 1982.

Pengantar Penyuluhan Pertanian dalam

Teori dan Praktek

. Hapsara. Surakarta.

Mustafa. 2000.

Metode Penelitian Sosial

. Penerbit Ghalia Indonenia. Jakarta.

Purba, 2008. Model Sekolah Lapang Polikultur. BITRA Indonesia Medan.


(6)

Ray, G.L. 1998.

Extension Communication and Management.

Naya Prokash.

Calcuta.

Rejeki, M.C. Ninik Sri dan F. Anita Herawati. 1999.

Dasar-dasar Komunikasi

Untuk Penyuluhan

. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Rogers, E.M. 1983.

Diffusions of Innovations, Third Edition

. Free Press. New

York.

Salmet, Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. UNS Press. Surakarta.

Supriaman. 2003.

Petani Kecil, Potensi dan Tantangan Pembangunan

. PT.

Ganesia. Jakarta.

Sinar Tani. 2001.

Pembangunan Pertanian Indonesia

. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi. 2005.

Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian.

UI Press. Jakarta.

Sofa. 2007. Pola Tanam Jagung. Http://ebookbrowse.com/pola-tanam-jagung-pdf.

14 April 2011 | 10:30:07.

Sriyani, 1999.

Peningkatan Produksi Padi Nasional

. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Sudaryanto T., N. Syafa’at, B. Irawan, B. Rachman, Handewi P. Saliem, dan

Sumedi. 2002.

Studi Dinamika Produksi Padi Tahun 2001 dan Identifikasi

Faktor Penyebabnya. Puslitbang Sosial Ekonomi Pertanian bekerjasama

dengan ARMP II (Agriculture Research Management Project)

. Badan

Litbang Pertanian.

Suprapto, T. dan Fahrianoor. 2004.

Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan

Praktek

. Arti Bumi Intaran. Yogyakarta.

Supriana. T

dan

, Barus. 2010.

Statistik Non Parametrik

. USU Press. Medan.

Van den Ban, A.W. dan H.S. Hawkins. 1999.

Penyuluhan Pertanian

. Kanisius.