Hubungan Pola Makan, Pola Haid dan Pengetahuan tentang Anemia dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di Sma Cahaya Medan Tahun 2014

(1)

HUBUNGAN POLA MAKAN, POLA HAID DAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KADAR HEMOGLOBIN

PADA REMAJA PUTRI DI SMA CAHAYA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Oleh

ELSA FRIDA TARIGAN 127032166/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

CORRELATION OF EATING PATTERN, MENSTRUATION PATTERN, AND KNOWLEDGE OF ANEMIA WITH HEMOGLOBIN CONTENT IN

FEMALE TEENAGERS AT SMA CAHAYA MEDAN IN 2014

THESIS

By

ELSA FRIDA TARIGAN 127032166/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH SCIENCE STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

HUBUNGAN POLA MAKAN, POLA HAID DAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KADAR HEMOGLOBIN

PADA REMAJA PUTRI DI SMA CAHAYA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarkat Minat Studi Adminitrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

ELSA FRIDA TARIGAN 127032166/IKM

PROGRAM STUDI S-2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : HUBUNGAN POLA MAKAN, POLA HAID DAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA

DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI SMA CAHAYA MEDAN TAHUN 2014

Nama Mahasiswa : Elsa Frida Tarigan Nomor Induk Mahasiswa : 127032166

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Adminitrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat

Menyetujui Komisi Pembimbing

Ketua

(Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes)

Anggota

(Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal: 20 Agustus 2014

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes Anggota : 1. Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes

2. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si 3. Dra. Jumirah, Apt, M.Kes


(6)

PERNYATAAN

HUBUNGAN POLA MAKAN, POLA HAID DAN PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DENGAN KADAR HEMOGLOBIN

PADA REMAJA PUTRI DI SMA CAHAYA MEDAN TAHUN 2014

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Medan, September 2014

Elsa Frida Tarigan 127032018/IKM


(7)

ABSTRAK

Kejadian anemia menyebar hampir merata di berbagai wilayah di dunia dan merupakan masalah kurang gizi mikro dengan prevalensi 40%. Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 57,1%.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan, pola haid dan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin remaja putri SMA Cahaya Medan.

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan melakukan survei dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi remaja putri kelas X dan XI dan jumlah sampel sebanyak 76 orang. Data diperoleh dengan pemeriksaan kadar Hemoglobin dengan digital acute check, pengisian kuesioner, formulir food recall 24 jam dan formulir frekuensi makan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia remaja putri sebesar 27,6%. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa pola makan (kecukupan energi,protein dan zat besi) dan pola haid mempunyai hubungan yang signifikan dengan kadar hemoglobin sedangkan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin tidak ada hubungan yang signifikan.

Disarankan kepada pihak instansi terkait (Dinkes/Puskesmas,sekolah) agar penanggulangan anemia lebih diprioritaskan dengan melakukan penyuluhan dan konseling kepada remaja putri dan perlunya peningkatan informasi tentang makanan jajanan kepada remaja, agar tidak hanya terpengaruh dengan kelezatan makanan tersebut, tetapi lebih memperhatikan asupan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.


(8)

ABSTRACT

The incidence of anemia spreads almost evenly to various places throughout the world, and it is the problem of micro malnutrition with the prevalence of 40%, In Indonesia, the prevalence of anemia in female teenagers is 57.1%.

The objective of the research was to find out the correlation of eating pattern, menstruation pattern, and knowledge of anemia with hemoglobin content in female students of SMA Cahaya, Medan.

The research used quantitative research method, by conducting a survey with cross sectional study design. The population was all the tenth and eleventh grade and female students, and 76 of them were used as the samples. The data were obtained from the examination of hemoglobin content, using digital acute check, questionnaires, 24 hour-food recall form, and eating frequency form.

The result of the research showed that the prevalence of anemia in the respondents was 27.6%. Based on the result of the analysis, it was found that eating pattern (energy sufficiency, protein, and iron) and menstruation pattern had significant correlation with hemoglobin content, while knowledge of anemia did not have any significant correlation with hemoglobin content.

It is recommended that the agencies concerned (the Health Service, Puskesmas, and school) prioritize the handling anemia by providing counseling to female teenagers and increase information about various kinds of snacks to female teenagers so that they will not be influenced by the flavor of the food but pay more attention to nutrition intake found in it.

Keywords: Eating Pattern, Menstruation Pattern, Hemoglobin, Teenagers


(9)

KATA PENGANTAR

Segala Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNyalah penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Hubungan Pola Makan, Pola Haid dan Pengetahuan tentang Anemia dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di Sma Cahaya Medan Tahun 2014”.

Tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak menerima bantuan dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih dan penghormatan kepada :

1. Prof. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), Sp. A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(10)

4. Dr. Ir. Zulhaida Lubis, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I dan Ernawati Nasution, S.K.M, M.Kes yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si dan Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku Komisi Penguji yang telah banyak memberikan saran, bimbingan dan arahan dalam penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen dan staf di lingkungan program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu yang sangat berarti selama penulis mengikuti pendidikan

7. Sr. Ludovika Situmorang, S.Psi Kepala Sekolah SMA Cahaya Medan dan seluruh pegawai dan siswi SMA Cahaya Medan.

8. Drs. Dasman Sirait Kepala Sekolah SMA Santa Maria Medan dan seluruh pegawai dan siswi SMA Santa Maria Medan

9. Teristimewa kepada orangtua ku tercinta Ayahanda M. Tarigan dan Ibunda S. Sembiring dan kepada Tuaku Guido Tarigan, kakakku Fenansia Tarigan, Abangku Albinus Anwar Tarigan dan adikku Cindy Cloudia Tarigan yang telah memberikan dukungan doa dan motivasi yang tiada henti-hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini

10.Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat Angkatan Tahun 2012 khususnya Hetty Gustina Simamora,


(11)

Astriana F Butar-butar, Elisabet R. Purba, Endang Sianga dan kak Veronika Sembiring yang telah membantu penulis selama pendidikan dan proses penulisan tesis serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam peyelesaian tesis ini.

Akhirnya Penulis menyadari akan keterbatasan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan penuh harapan semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pihak

Medan, September 2014 Penulis

Elsa Frida Tarigan 127032166/IKM


(12)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Elsa Frida Tarigan

Tempat/ Tanggal Lahir : Panribuan / 23 Januari 1987

Agama : Katolik

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl. Mesjid Syuhada gang Dame No 14a Pasar VI Padang Bulan Medan

Riwayat Pendidikan : 1. SD Negeri Panribuan Tahun 1993-1999

2. SMP Bunda Mulia Saribudolok Tahun 1999-2002 3. SMA Santa Maria Medan Tahun 2002-2005 4. D-III Keperawatan Elisabeth Tahun 2005-2008 5. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Tahun 2009-2012

6. Program S2 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Program Studi Adminitrasi dan Kebijakan Gizi Masyarakat


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Hemoglobin ... 9

2.2. Anemia pada Remaja Putri ... 10

2.2.1. Penyebab Anemia ... 13

2.2.2. Dampak Anemia ... 14

2.2.3. Pencegahan Anemia ... 15

2.2.4. Anemia Gizi Besi ... 16

2.2.5. Zat Besi (Fe)... 17

2.2.6. Metabolisme Zat Besi ... 19

2.2.7. Fungsi Zat Besi ... 20

2.2.8. Kebutuhan Zat Besi Remaja ... 21

2.2.9. Akibat Kekurangan Zat Besi pada Remaja ... 22

2.3. Pengetahuan Remaja Putri ... 23

2.4. Pola Makan Remaja ... 24

2.5. Pola Haid ... 26

2.6. Metode Penentuan Kadar Hemoglobin ... 29

2.6.1. Metode Cyantmethemoglobin ... 29


(14)

2.6.3. Metode Hemoglobin Digital Anayzer ... 30

2.7. Kerangka Teori ... 31

2.8. Kerangka Konsep ... 32

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 33

3.1. Jenis Penelitian ... 33

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

3.2.1. Lokasi Penelitian ... 33

3.2.2. Waktu Penelitian ... 33

3.3. Populasi dan Sampel ... 33

3.3.1. Populasi ... 33

3.3.2. Sampel ... 34

3.4.Metode Pengumpulan Data ... 36

3.4.1. Data Primer ... 36

3.4.2. Data Sekunder ... 36

3.5. Validitas dan Realibilitas ... 36

3.6. Defenisi Operasional ... 39

3.7. Aspek Pengukuran ... 40

3.7.1. Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri ... 40

3.7.2. Pengetahuan ... 40

3.7.3. Pola Makan ... 41

3.7.4. Pola Haid ... 42

3.8. Etika Penelitian ... 42

3.9. Metode Pengolahan Data ... 43

3.10.Analisis Data ... 44

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 45

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 45

4.1.1. Visi Sekolah SMA Cahaya ... 45

4.1.2. Misi Sekolah SMA Cahaya ... 45

4.1.3. Jumlah Siswa Sekolah SMA Cahaya ... 46

4.2. Karakteristik Responden ... 47

4.3. Kadar Hemoglobin ... 47

4.4.Pola Makan ... 47

4.4.1. Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi ... 48

4.4.2. Frekuensi Makanan ... 50

4.5.Pola Haid ... 52

4.6. Pengetahuan ... 53

4.7. Hubungan Konsumsi Energi dengan Kadar Hemoglobin ... 56

4.8. Hubungan Konsumsi Protein dengan Kadar Hemoglobin ... 57


(15)

4.10. Hubungan Pola Haid dengan Kadar Hemoglobin ... 59

4.11. Hubungan Pengetahuan dengan Kadar Hemoglobin ... 59

BAB 5. PEMBAHASAN ... 61

5.1. Kadar Hemoglobin Remaja Putri SMA Cahaya Medan ... 61

5.2. Hubungan Pola Makan dengan Kadar Hemoglobin ... 62

5.2.1. Hubungan Konsumsi Energi dengan Kadar Hemoglobin ... 64

5.2.2. Hubungan Konsumsi Protein dengan Kadar Hemoglobin ... 66

5.2.3. Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin ... 67

5.3. Hubungan Pola Haid dengan Kadar Hemoglobin ... 69

5.4. Hubungan Pengetahuan dengan Kadar Hemoglobin ... 70

BAB 6. KESIMPULAN ... 73

6.1. Kesimpulan ... 73

6.2. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

2.1. Batasan Anemia (menurut Departemen Kesehatan) ... 12

2.2. Kecukupan Zat Gizi untuk Remaja Menurut AKG Indonesia ... 22

3.1. Proporsional Random Sampling Remaja Putri di SMA Cahaya Medan... 35

3.2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pola Haid ... 38

3.3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan ... 38

3.4. Angka Kecukupan Gizi pada Remaja Putri ... 41

4.1. Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 46

4.2. DistribusiResponden Menurut Umur di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 . 47 4.3. Distribusi Responden Menurut Kadar Hemoglobin di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 47

4.4. Distribusi Konsumsi Energi di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 48

4.5. Distribusi Konsumsi Protein di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 49

4.6. Distribusi Konsumsi Zat Besi di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 49

4.7. Distribusi Responden Menurut Jenis Makanan Utama di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 50

4.8. Distribusi Responden Menurut Jenis Makanan Jajanan di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 51

4.9. Distribusi Jawaban Responden Menurut Pola Haid di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 52

4.10. Distribusi Responden Menurut Frekuensi Pola Haid di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 52


(17)

4.11. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan di SMA Cahaya

Medan Tahun 2014 ... 53

4.12. Distribusi Responden Menurut Jawaban Pertanyaan Pengetahuan di SMA Cahaya Medan Tahun 2014 ... 53

4.13. Hubungan Konsumsi Energi dengan Kadar Hemoglobin ... 57

4.14. Hubungan Konsumsi Protein dengan Kadar Hemoglobin ... 58

4.15. Hubungan Konsumsi Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin ... 59

4.16. Hubungan Pola Haid dengan Kadar Hemoglobin ... 59


(18)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Skema Metabolisme Zat Besi Dalam Tubuh ... 19 2.2. Faktor-faktor Berhubungan dengan Anemia pada Remaja Putri Menurut

UNICEF/WHO Tahun 1998 dalam Siahaan (2012) ... 31 2.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 32


(19)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Surat Persetujuan Mengikuti Penelitian ... 79

2. Kuesioner Penelitian ... 80

3. Formulir Food Recall 24 Jam ... 83

4. Formulir Frekuensi Makanan ... 84

5. Output SPSS ... 85

6. Hasil Uji Reliabilitas ... 102

7. Master Data Penelitian ... 104


(20)

ABSTRAK

Kejadian anemia menyebar hampir merata di berbagai wilayah di dunia dan merupakan masalah kurang gizi mikro dengan prevalensi 40%. Di Indonesia prevalensi anemia pada remaja putri sebesar 57,1%.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan pola makan, pola haid dan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin remaja putri SMA Cahaya Medan.

Jenis penelitian adalah penelitian kuantitatif dengan melakukan survei dengan desain cross sectional study. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi remaja putri kelas X dan XI dan jumlah sampel sebanyak 76 orang. Data diperoleh dengan pemeriksaan kadar Hemoglobin dengan digital acute check, pengisian kuesioner, formulir food recall 24 jam dan formulir frekuensi makan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi anemia remaja putri sebesar 27,6%. Berdasarkan analisis didapatkan bahwa pola makan (kecukupan energi,protein dan zat besi) dan pola haid mempunyai hubungan yang signifikan dengan kadar hemoglobin sedangkan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin tidak ada hubungan yang signifikan.

Disarankan kepada pihak instansi terkait (Dinkes/Puskesmas,sekolah) agar penanggulangan anemia lebih diprioritaskan dengan melakukan penyuluhan dan konseling kepada remaja putri dan perlunya peningkatan informasi tentang makanan jajanan kepada remaja, agar tidak hanya terpengaruh dengan kelezatan makanan tersebut, tetapi lebih memperhatikan asupan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.


(21)

ABSTRACT

The incidence of anemia spreads almost evenly to various places throughout the world, and it is the problem of micro malnutrition with the prevalence of 40%, In Indonesia, the prevalence of anemia in female teenagers is 57.1%.

The objective of the research was to find out the correlation of eating pattern, menstruation pattern, and knowledge of anemia with hemoglobin content in female students of SMA Cahaya, Medan.

The research used quantitative research method, by conducting a survey with cross sectional study design. The population was all the tenth and eleventh grade and female students, and 76 of them were used as the samples. The data were obtained from the examination of hemoglobin content, using digital acute check, questionnaires, 24 hour-food recall form, and eating frequency form.

The result of the research showed that the prevalence of anemia in the respondents was 27.6%. Based on the result of the analysis, it was found that eating pattern (energy sufficiency, protein, and iron) and menstruation pattern had significant correlation with hemoglobin content, while knowledge of anemia did not have any significant correlation with hemoglobin content.

It is recommended that the agencies concerned (the Health Service, Puskesmas, and school) prioritize the handling anemia by providing counseling to female teenagers and increase information about various kinds of snacks to female teenagers so that they will not be influenced by the flavor of the food but pay more attention to nutrition intake found in it.

Keywords: Eating Pattern, Menstruation Pattern, Hemoglobin, Teenagers


(22)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Gizi adalah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi, baik zat gizi makro dan zat gizi mikro dapat menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan daya tahan tubuh, yang berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

Kecukupan gizi sangat diperlukan oleh setiap individu, sejak janin yang masih dalam kandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai usia lanjut. Ibu atau calon Ibu merupakan kelompok rawan sehingga harus dijaga status gizi dan kesehatannya, sehingga dapat melahirkan bayi yang sehat (Depkes RI, 2008).Pada tahun 2000, dari total populasi di dunia, terdapat sekitar 1,2 milyar (1/5 populasi) kelompok usia remaja 10-19 tahun, sedangkan di Indonesia dari total penduduk tahun 2005, sebanyak 218 juta proporsi kelompok usia remaja10-19 tahun sebesar 41 juta dan 20,5 juta diantaranya perempuan. Masa remaja adalah masa transisi dari tahap anak-anak ke tahap dewasa. Selama masa remaja, terjadi peningkatan kecepatan pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun pertama kehidupan (Briawan, 2013). Pada masa remaja, fisik seseorang terus berkembang demikian pula aspek sosial maupun aspek psikologisnya. Perubahan ini membuat seorang remaja mengalami banyak perubahan, baik dalam gaya hidup, perilaku dan tindakan sehari-hari, tidak


(23)

terkecualipengalaman dalam memilih makanan yang akan dikonsumsinya banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Oleh karena itu di usia remaja perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan kesehatan dan status gizi mengingat remaja putri merupakan calon ibu generasi penerus dan sebagai sumber daya pembangunan yang potensial.

Anemia adalah keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari normal, akibat kekurangan zat besi. Kejadian anemia menyebar hampir merata di berbagai wilayah di dunia dan merupakan masalah kurang gizi mikro yang cukup besar di dunia dengan prevalensi 40%. Menurut Most yang dikutip oleh Briawan (2013), Berdasarkan wilayah regional, WHO melaporkan prevalensi anemia pada ibu hamil yang tertinggi adalah Asia Tenggara (75%), kemudian Mediterian Timur (55%), Afrika (50%), serta wilayah Pasifik Barat, Amerika Latin, dan Karibia (40%). Pada kasus anemia anak-anak (usia 6-59 bulan), prevalensi tertinggi terdapat di Asia Tenggara (65%), Mediterian Timur dan Afrika (45%), Pasifik Timur, Amerika Latin dan Karabia (20%). Negara atau wilayah dengan prevalensi >10% pada satu atau lebih kelomok rawan (ibu hamil, balita, anak usia sekolah dan remaja), dipertimbangkan sebagai wilayah yang mempunyai masalah kesehatan masyarakat. Perkiraan perbandingan terbaru mengenai anemia di negara berkembang dan negara maju adalah untuk wanita hamil 56% dan 18%; anak usia sekolah 53% dan 9%; usia anak prasekolah 42% dan 17 %; dan pria 33% dan 5%. Asia memiliki tingkat kejadian anemia paling tinggi di dunia.


(24)

Menurut Depkes 2012 dalam Sinaga (2013), prevalensi kejadian anemia di dunia antara Tahun 1993 sampai 2007 sebanyak 24,8% dari total penduduk dunia (hampir 2 milyar penduduk dunia) dan menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1995 ) prevalensi anemia defisiensi besi pada balita 40,5%, ibu hamil 50,5%, ibu nifas 45,1 %, remaja putri 10-18 tahun 57,1 %, dan usia 19-45 tahun 39,5% dan dari semua kelompok umur tersebut, wanita memiliki resiko paling tinggi untuk menderita anemia terutama remaja putri. Komposisi penduduk Indonesia menurut kelompok umur, menunjukkan bahwa penduduk yang berusia produktif (15-64 tahun) sebesar 66,31%, dan yang berusia tua (umur >65 Tahun) sebesar 4,65%. Dari data yang diperoleh sebesar 66,31% adalah penderita anemia pada usia produktif (15-64 Tahun) termasuk di dalamnya adalah anak remaja, maka penting untuk kita perhatikan bahwa masa remaja merupakan masa perkembangan dan pertumbuhan fisik, psikologis remaja yang penting untuk diperhatikan. Menurut data Riskesdas (2013), proporsi anemia penduduk Indonesia tahun 2013 pada kelompok umur 5-14 tahun sebesar 26,4% dan umur 15-24 tahun sebesar 18,4%.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Siahaan (2012), dapat diketahui bahwa prevalensi anemia pada remaja putri di kota Depok pada tahun 2011 adalah sebesar 35,7 % dan menurut Damayanti (2012) menyatakan bahwa prevalensi anemia remaja putri di SMK Muhammadiyah 4 Surakarta sebesar 54,5%.Menurut Surkesmas (2004) menunjukkan bahwa sebesar 21% remaja putera dan 30% remaja putri menderita anemia dan berdasarkan hasil penelitian di SMU Negeri 1 Cibinong Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa kejadian anemia remaja putri sebesar 42,2%


(25)

dan ada hubungan kejadian anemia remaja putri dengan kebiasaan makan yang meliputi diet, kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh (Herman, 2001). Faktor penyebab utama anemia pada wanita adalah kurang memadainya asupan makanan sumber Fe, meningkatnya kebutuhan Fe saat hamil dan menyusui (perubahan fisiologi), dan kehilangan banyak darah.

Menurut Bearddalam Briawan(2013), anemia gizi disebabkan oleh defisiensi zat besi, defisiensi vitamin A, Vitamin C, asam folat, vitamin B12, atau karena kekurangan zat gizi secara umum, namun secara umum diasumsikan 50% kejadian anemia disebabkan oleh defisiensi zat besi. Defisiensi zat besi secara umum dapat terjadi karena meningkatnya kebutuhan zat besi di dalam tubuh dan hambatan dalam

bioavailabilitas (tingkat penyerapan zat di dalam tubuh). Peningkatan kebutuhan zat besi dapat disebabkan oleh kehilangan darah yang berlebihan, pesatnya pertumbuhan, atau kehamilan. Hambatan penyerapan zat besi dapat terjadi karena rendahnya konsumsi pangan sumber heme atau adanya gangguan (inhibitors) proses penyerapan di dalam tubuh. Penghambat penyerapan tersebut meliputi serat, polifenol, dan fitat.

Kebanyakan remaja yang mempunyai status zat besi rendah disebabkan oleh kualitas konsumsi pangan yang rendah. Kelompok yang termasuk berisiko ini adalah vegetarian, konsumsi pangan hewani yang rendah, atau terbiasa melewatkan waktu makan (skip meal). Selain itu juga terjadi pada kelompok yang kehilangan zat besi cukup tinggi, yaitu kehilangan darah dalam periode yang lama dan banyak saat menstruasi, sering melakukan donor darah, dan olahraga yang sangat intensif. Wanita sering menderita anemia akibat lebih banyak mengkonsumsi makanan nabati


(26)

dibandingkan hewani, lebih sering melakukan diet karena ingin langsing, dan mengalami haid setiap bulan (Briawan, 2013).

Sikus haid dapat bervariasi setiap wanita, untuk yang normal sekitar 28 hari dan siklus ini juga banyak dipengaruhi oleh umur. Lamanya haid etiap wanita rata-rata 3-5 hari. Jumlah darah yang keluar rata-rata-rata-rata 16 cc atau 40 ml (Hanafiah, 2009).

Remaja yang lebih sering mengalami anemia adalah remaja putri, hal ini disebabkan remaja putridalam usia reproduksi setiap harinya memerlukan zat besi tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan remaja putra karena remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya. Hal tersebut diperparah dengan pola konsumsi remaja putri yang terkadang melakukan diet pengurusan badan sehingga semakinsedikit asupan zat besi yang dapat memenuhi kebutuhan mereka (Arisman, 2004).Penyebab rendahnya kadar hemoglobin dalam darah salah satunya adalah asupan yang tidak mencukupi. Asupan zat gizi sehari-hari sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan remaja adalah pengetahuan (Khomsan, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Nurbaiti (2013) menyatakan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan anemia pada remaja putri di SMAN II Banda Aceh dan didapatkan bahwa dari 33 responden yang berpengetahuan kurang dengan mengalami anemia sebanyak 28 orang (84,8%).

Menurut Depkes (2008), dilaporkan bahwa masyarakat Indonesia terutama wanita sebagian besar mengalami anemia dikarenakan kurang mengkonsumsi sumber makanan hewani yang merupakan zat besi yang mudah diserap. Kekurangan zat besi ini dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan, baik sel tubuh


(27)

maupun sel otak. Kekurangan kadar Hb dalam darah dapat menimbulkan gejala cepat lelah, pusing, pucat pada bagian kulit, bibir, gusi dan mata. Akibatnya dapat menurunkan prestasi belajar, olahraga dan produktivitas kerja. Di samping itu penderita kekurangan zat besi akan menurunkan daya tahan tubuh, yang berdampak pada tubuh mudah terkena infeksi.

Dari data tersebut menggambarkan bahwa masalah anemia khususnya remaja putri masih tinggi. Anemia juga sampai saat ini masih merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi tingginya angka kematian ibu di Indonesia, maka upaya pencegahannya adalah mengetahui sejak dini apakah seseorang menderita anemia atau tidak dan segera mengupayakan langkah-langkah penanggulangan anemia.

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, sebagian besar remaja putri SMA Cahaya medan adalah mayoritas anak perantauan, diketahui dari 15 orang remaja putri yang ditanyakan mengenai kebiasaan makannya, ada 6 orang remaja putri yang mengatakan mereka tidak sempat sarapan pagi dan mereka akan makan pada saat jam istirahat sekolah dan sepulang sekolah mereka lebih suka mengkonsumsi makanan cepat saji seperti bakso, mie ayam dan pangsit dengan alasan lebih cepat dan praktis tidak membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan pola haid remaja putri SMA Cahaya, diketahui dari 10 orang yang ditanyakan tentang pola haid nya, ada 5 remaja putri yang mengatakan pola haid nya teratur setiap sekali sebulan, 3 orang mengatakan mereka haid dua bulan sekali atau lebih dan 2 orang mengatakan pola haid nya lebih dari satu bulan sekali.


(28)

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian pada remaja putri dengan judul“Hubungan Pola Makan,Pola Haid dan Pengetahuan tentang Anemia dengan Kadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMA Cahaya Medan”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan penelitian ini adalah bagaimana Hubungan Pola Makan, Pola Haid dan Pengetahuan tentang Anemia denganKadar Hemoglobin pada Remaja Putri di SMA Cahaya Medan.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan pola makan, pola haid dan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin pada remaja putridi SMA Cahaya Medan.

1.3.2.Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengankadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Cahaya Medan

2. Untuk mengetahui hubungan antara pola haid dengan kadar hemoglobinpada remaja putri di SMA Cahaya Medan

3. Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobinpada remaja putri di SMA Cahaya Medan.


(29)

1.4. Hipotesis

1. Ada hubungan pola makan dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Cahaya Medan.

2. Ada hubungan pola haid dengan kadar hemoglobinpada remaja putri di SMA Cahaya Medan.

3. Ada hubungan tingkat pengetahuan tentang anemia dengan kadarhemoglobin pada remaja putri di SMA Cahaya Medan.

1.5.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan pola makan, pola haid dan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin remaja putri di medan dan diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan siswi tentang masalah anemia pada remaja putri sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam mendukungprogram pemerintah/swasta dalam upaya pencegahan dan penanggulangan anemia pada remaja putri sedini mungkin.


(30)

BAB 2

TINJUAN PUSTAKA 2.1.Hemoglobin

Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah (Supariasa, 2001).

Menurut Wikipedia (2013), hemoglobin adalah metaloprotein ( Protein yang mengandung zat besi) didalam sel darah merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru keseluruh tubuh. Hemoglobin juga pengusung karbon dioksida kembali menuju paru-paru untuk dihembuskan keluar tubuh. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein, dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi.

Menurut Depkes RI adapun guna hemoglobin antara lain :

1. Mengatur pertukaran oksigen dengan karbondioksida didalam jaringan-jaringan tubuh.

2. Mengambil oksigen dari paru-paru kemudian dibawa ke seluruh jaringan-jaringan tubuh untuk dipakai sebagai bahan bakar.

3. Membawa karbondioksida dari jaringan-jaringan tubuh sebagai hasil metabolisme ke paru-paru untuk dibuang.Untuk mengetahui apakah seseorang itu kekurangan darah atau tidak, dapat diketahui dengan pengukuran kadar hemoglobin. Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut dengan anemia (Widayanti, 2008).


(31)

2.2.Anemia pada Remaja

Masa remaja (adolescence) merupakan periode pertumbuhan anak-anak menuju proses kematangan manusia dewasa. Pada periode ini terjadi perubahan fisik, biologis dan psikologis yang sangat unik dan berkelanjutan. Istilah remaja atau

adolescenceberasal dari bahasa latin yaitu adolescer yang artinya tumbuh. Kategori periode usia remaja dari berbagai refresensi berbeda-beda, namun WHO menetapkan remaja (adolescent) berusia antara 10-19 Tahun. Pembagian kelompok remaja tersebut adalah remaja awal (early adolescent) usia 10-14 Tahun, remaja menengah (midlle adolescent)15-17 Tahun, dan remaja akhir (late adolescent) 18-21 Tahun.

Selama masa remaja, seseorang akan mengalami pertumbuhan fisik yang pesat. Dibandingkan periode lainnya setelah kelahiran, masa remaja mengalami pertumbuhan terpesat kedua setelah tahun pertama kehidupan. Lebih dari 20% total pertumbuhan tinggi badan dan sampai 50% massa tulang tubuh telah dicapai pada periode ini. Oleh sebab itu, kebutuhan zat gizi meningkat melebihi kebutuhan pada masa anak-anak. proses biologis pada masa pubertas ditandai oleh cepatnya pertumbuhan tinggi, berat badan, perubahan komposisi jaringan, dan terdapat perubahan karakter seksual primer dan sekunder. Secara biologis, psikologis, dan kognitif perubahan yang terjadi pada saat remajadapat memengaruhi status gizi dan kesehatan. Pertumbuhan fisik yang cepat memerlukan energi dan zat gizi yang tinggi. Sedangkan perilaku hidup, seperti kemandirian, makan di luar rumah, penampilan dan ukuran tubuh, penerimaan kelompok, dan gaya hidup akan memengaruhi pemilihan dan pola makan.


(32)

Gizi yang baik selama remaja tidak hanya berpengaruh pada optimalisasi pertumbuhan saat remaja, tetapi juga pencegahan penyakit kronis setelah dewasa. Pada periode remaja ini juga perlu diperhatikan pentingnya masalah gizi prakonsepsi untuk meningkatkan kualitas kehamilan.Pertumbuhan yang cepat ini sejalan dengan peningkatan zat gizi, yang secara signifikan dipengaruhi oleh infeksi dan pengeluaran energi. Adanya kekurangan zat gizi makro dan mikro dapat mengganggu pertumbuhan dan menghambat pematangan seksual(Briawan, 2013).Anemia merupakan masalah kurang gizi mikro yang cukup besar di dunia dengan prevalensi 40% dan prevalensi anemia defisiensi besi pada remaja putri 10-18 tahun 57,1 %.

Penurunan kadar hemoglobin dari normal berarti kekurangan darah yang disebut dengan anemia.Anemia adalah keadaan dimana kadar zat merah darah atau hemoglobin(Hb) lebih rendah dari nilai normal. Anemia berarti kekurangan sel darah merah, yang dapat disebabkan olehhilangnya darah yang terlalu cepat atau karena terlalu lambatnya produksi seldarah merah.

Menurut Wirakusumah (1999), anemia adalah suatu keadaan dengan kadar

haemoglobin yang lebih rendah dari nilai normal atau suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit atau kandungan haemoglobin.


(33)

Batasan anemia berdasarkan kelompok umur dapat dilihat dalam tabel berikut. Tabel 2.1. Batasan Anemia (menurut Departemen Kesehatan)

Kelompok Batas Normal

Anak Balita

Anak Usia Sekolah Wanita Dewasa Laki-laki Dewasa Ibu Hamil

Ibu menyusui > 3 bulan

11 gr% 12 gr% 12 gr% 13 gr% 11 gr% 12 gr%

Sumber: Supariasa, 2001

Gangguan fungsional akibat anemia terjadi pada transpor oksigen, metabolisme oksidatif, metabolism inti sel, dan transkripsi genetik. Gejala klinis defisiensi zat besi ini adalah terjadinya anemia serta menurunnya imunitas dan kapasitas kerja. Kualitas bayi lahir yang rendah akan terjadi jika pada trimester 1 kehamilan terjadi defisiensi zat besi menurut Beard et al Tahun 1996 dalam Briawan (2013).

Gejala anemia secara umum adalah: 1. Cepat lelah

2. Pucat (kulit, bibir, gusi, mata, kulit kuku, dan telapak tangan) 3. Jantung berdenyut kencang saat melakukan aktivitas ringan 4. Napas tersengal/pendek saat melakukan aktivitas ringan 5. Nyeri dada

6. Pusing dan mata berkunang

7. Cepat marah (mudah rewel pada anak) 8. Tangan dan kaki dingin atau mati rasa


(34)

2.2.1. Penyebab Anemia

Zat besi yang paling berperan dalam proses terjadinya anemia gizi adalah besi. Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia gizi dibanding defisiensi zat gizi lain, seperti asam folat, Vitamin B12, protein, Vitamin C dan Zat mikro lainnya.

Menurut Wirakusumah (1999), secara umum faktor utama yang menyebabkan anemia gizi adalah banyak kehilangan darah pada remaja dan wanita dewasa bisa terjadi akibat menstruasi, rusaknya sel darah merah didalam pembuluh darah akibat penyakit seperti malaria dan thalasemia yang menyebabkan anemia hemolitik, terganggunya produksi sel darah merah bisa disebabkan makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi terutama zat-zat penting seperti besi, asam folat, vitamin B12, protein dan vitamin C.

Kurangnya kandungan zat besi dalam hidangan sehari-hari,terutama dari golongan hem (sumber zat besi dari bahan makananhewani) seperti hati, daging, kuning telur, tiram, udang, salem, ikan danlain-lain. Pada umumnya, besi di dalam daging, ayam, dan ikan mempunyai ketersediaan biologik yang tinggi, besi di dalam serealia dan kacang-kacangan mempunyai ketersediaan biologik yang sedang, dan besi yang terdapat pada sebagian besar sayur-sayuran terutama yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik yang rendah Almatsier (2002).

Adanya inhibitor faktor (adanya zat-zat yang menghambatpenyerapan zat besi) seperti asam fitat, tanin pada teh, kopi dan bekatul.Tingkat keasaman lambung atau kekurangan asam klorida di dalamlambung, penggunaan obat-obatan yang


(35)

bersifat basa seperti antasid,menghalangi absorbsi besi.Tannin yang terdapat pada teh dapat menurunkan absorbsi zat besi sampai dengan 80%. Minum teh satu jam setelah makan dapat menurunkan absorbsi hingga 85%. Hasil survey anemia pada remaja putri di Kabupaten Slemen tahun 2008 menunjukkan bahwa siswa yang terbiasa minum teh, mempunyai resiko lebih tinggi menderita anemia, dengan presentase lebih dari 50% dibanding dengan yang kadang-kadang atau tidak terbiasa minum teh ( Iskandar, 2009).

2.2.2. Dampak Anemia

Kejadian anemia tidak terlepas dari masalah kesehatan lainnya, bahkan dampaknya dinilai sebagai masalah yang sangat serius terhadap kesehatan masyarakat. Masalah kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan kejadian anemia pada anak-anak dapat berdampak pada menurunnya kemampuan dan konsentrasi belajar, menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasaan otak, meningkatkan risiko menderita penyakit infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Dampak anemia pada wanita dapat menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah sakit dan menurunkan produktivitas kerja. Kadar hemoglobin dengan produktivitas kerja menunjukkan adanya korelasi yang positif, hal ini berarti semakin rendah kadar Hb, maka produktivitas kerja subjek semakin menurun (Widyastuti, 2008).

Anemia pada remaja putri dapat menurunkan kemampuan dan konsentrasi belajar, mengganggu pertumbuhan sehingga tinggi badan tidak mencapai optimal, menurunkan kemampuan fisik olahragawati dan mengakibatkan muka pucat, sedangkan dampak anemia pada ibu hamil dapat menimbulkan pendarahan sebelum


(36)

atau sesudah persalinan, meningkatkan risiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2,5 kg dan pada anemia berat dapat menyebabkan kematian ibu dan atau bayinya (Depkes RI, 1998).

2.2.3. Pencegahan Anemia

Upaya-upaya untuk mencegah anemia menurut Depkes (2012), antara lain sebagai berikut:

1. Makan-makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan hewani (daging, ikan, ayam, hati, dan telur), dari bahan nabati (sayuran yang berwarna hijau tua, kacang-kacangan dan tempe).

2. Banyak makan-makanan sumber vitamin C yang bermanfaat untuk peningkatan penyerapan zat besi. Misalnya jambu, jeruk, tomat dan nenas

3. Minum tablet penambah darah setiap hari, khususnya mengalami haid

4. Biasa merasakan adanya tanda dan gejala anemia, segera konsultasi ke dokter. Menurut DeMaeyer dalam Depkes (2012), pencegahan adanya kurang zat gizi besi dapat dilakukan dengan tiga pendekatan dasar yaitu sebagai berikut:

1) Memperkaya makanan pokok dengan zat besi. Zat besi dapat membantu pembentukan hemoglobin yang baru

2) Pemeberian suplemen tablet zat besi. Pada saat ini pemerintah mempunyai Program Penanggulangan Anemia Gizi Besi (PPAGB) pada remaja putri, untuk mencegah dan menanggulangi masalah anemia gizi besi melalui suplementasi zat besi.


(37)

3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang pola makan sehat. Kehadiran makanan siap saji dapat mempengaruhi pola makan remaja, makanan siap saji umumnya rendah besi, kalsium, riboflavin, vitamin A dan asam folat. Makanan siap saji mengandung lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tinggi. Menurut Almatsier (2002), penanggulangan anemia adalah dengan meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan, suplementasi zat besi, fortifikasi zat besi, danpenanggulangan penyakit infeksi dan parasit.

2.2.4. Anemia Gizi Besi

Anemia gizi besi adalah keadaan dimana kadar Hb dalam darah lebih rendahdari normal, akibat kekurangan zat besi.Anemia defisiensi besi adalah mikrositik-hiprokromik yang terjadi akibat defisiensi besi dalam diet, atau kehilangan darah secara lambat dan kronis. Zat besi adalah komponen esensial hemoglobin yang menutupi sebagian besar sel darah merah. Defisiensi besi adalah masalah padatodler

dan anak-anak yang membutuhkan peningkatan kebutuhan giziuntuk pertumbuhan. Wanita yang haid juga cenderung mengalami defisiensi besi karena hilangnya besi setiap bulan dan diet mugkin kekurangan zat besi. Wanita yang haid berolahraga memiliki peningkatan risiko karena olahraga meningkatkan kebutuhan metabolik sel-sel otot. Pada pria, defisiensi besi biasanya terjadi pada pengidap ulkus atau penyakit hepar yang ditandai perdarahan. Penurunan sel darah merah memacu sumsum tulang untuk meningkatkan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang berukuran kecil dan kekurangan hemoglobin (Crowin, 2009).


(38)

Gambaran klinis dari anemia defisiensi besi adalah:

a. Pada individu dewasa, tanda anemia sistemik terlihat pada saat hemoglobin kurang dari 12 g/100mL. Individu biasanya tidak mencari pengobatan untuk mengurangi gejala sampai hemoglobin turun mencapai 8 g/100mL atau kurang. Jika nilai hemoglobin kurang dari 5 g/100mL dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian.

b. Selain gambaran tanda anemia sistemik yang telah dijelaskan sebelumnya, telapak tangan pucat, konjungtiva pucat, dan daun telinga pucat juga semakin terlihat. c. Analisis darah memperlihatkan anemia dengan sel mikrositik (MCV<87) dan

penurunan besi serum. Kapasitas peningkatan besi dalam darah meninggi karena protein yang berikatan dengan besi kurang dari kebutuhan.

d. Pemeriksaan feses untuk mencari darah samar mungkin positif, yang mengisyaratkan perdarahan atau karsinoma saluran cerna (Crowin, 2009).

2.2.5. Zat Besi (Fe)

Zat besi merupakan microelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini terutamadiperlukan dalam hemopobesis (pembentukan darah), yaitu dalam sintesahemoglobin (Hb). Disamping itu berbagai jenis enzim memerlukan Fe sebagai faktor penggiat (Sediaoetama, 2006).

Kandungan besi dalam badan sangat kecil yaitu 35 mg per kg berat badan wanita atau 50 mg per kg berat badan pria. Besi dalam badan sebagian terletak dalam sel-sel darah merah sebagai heme, suatu pigmen yang mengandung inti sebuah atom besi. Dalam sebuah molekul hemoglobin terdapat empat heme. Besi juga terdapat


(39)

dalam sel-sel otot, khususnya dalam mioglobin. Berbeda dengan hemoglobin, mioglobin terdiri dari satu pigmen heme untuk setiap protein (Winarno, 2002).

Menurut Sediaoetama (2006), di dalam tubuh sebagian besar Fe terdapat terkonjungsi dengan protein, dan terdapat dalam bentuk ferro atau ferri. Bentuk aktif zat besi biasanya terdapat dalam ferro, sedangkan bentuk tidak aktif adalah sebagai ferri (misalnya bentuk storage). Bentuk-bentuk konjungsi Fe itu adalah:

a. Hemoglobin; mengandung bentuk ferro. Fungsi hemoglobin adalah mentransfer CO2 dari jaringan ke paru-paru untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan dan membawa O2 dari paru-paru ke sel-sel jaringan. Hemoglobin terdapat dalameritrosit.

b. Myoglobin, terdapat di dalam sel-sel otot, mengandung Fe bentuk ferro. Fungsi myoglobin ialah dalam proses konstraksi otot.

c. Transferrin, mengandung Fe dalam bentuk ferro. Transferrin merupakan konjugat Fe yang berfungsi mentransfer Fe tersebut di dalam plasma darah, dari tempat penimbunan Feke jaringan-jaringan (sel) yang memerlukan sumsum tulang di mana terdapat jaringan hemopoietik.

d. Ferritin adalah bentuk storage Fe dan megandung bentuk ferri.

e. Hemosiderin adalah konjungat protein dengan ferri dan merupakan bentuk storage zat besi juga. Hemosiderin bersifat lebih inert dibangkan dengan ferritin. Untuk dimobilisasikan, Fe dari hemosiderin diberikan lebih dahulu kepada ferritin dan kemudian kepada transferrin.


(40)

2.2.6. Metabolisme Zat Besi

Untuk menjaga badan supaya tidak anemia, maka keseimbangan zat besi didalam tubuh perlu dipertahankan. Keseimbangan disini diartikan bahwa jumlahzat besi yang dikeluarkan dari badan sama dengan jumlah besi yang diperolehtubuh dari makanan. Suatu skema metabolisme zat besi untuk mempertahankanzat besi di dalam tubuh, dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 2.1. Skema Metabolisme Zat Besi dalam Tubuh

Sumber : Wirakusumah, 1999

Makanan 10 mg Fe Usus Halus 1 mg

Dikeluarkan Lewat Kulit, Saluran Pencernaan,

Urine 1 mg Hati sebagai Ferritin

1 mg Fe di Dalam Darah

(Turn Over 35 mg)

Tinja 9 mg Fe

Seluruh jaringan 34 mg

Sel-sel mati

Hilang Bersama Menstruasi 28 mg/Periode

Hemoglobin Sumsum Tulang


(41)

Setiap hari turn over zat besi ini berjumlah 35 mg, tetapi tidak semuanyaharus didapatkan dari makanan. Sebagian besar yaitu sebanyak 34 mg didapat daripenghancuran sel-sel darah merah tua, yang kemudian disaring oleh tubuh untukdapat dipergunakan lagi oleh sumsum tulang untuk pembentukan sel-sel darahmerah baru. Hanya 1 mg zat besi dari penghancuran sel-sel darah merah tua yangdikeluarkan oleh tubuh melalui kulit, saluran pencernaan dan air kencing. Jumlahzat besi yang hilang lewat jalur ini disebut sebagai kehilangan basal (iron basallosses).

2.2.7. Fungsi Zat Besi 1. Metabolisme Energi

Di dalam tiap sel, besi bekerja sama dengan rantai proteinpengangkutelektron, yang berperan dalam langkah-langkah akhirmetabolisme energi.

2. Kemampuan Belajar

Pollitt pada tahun 1970-an terkenal akan penelitiannya yangmenunjukan perbedaan antara keberhasilan belajar anak-anak yangmenderita anemia gizi besi dan anak-anak yang sehat. Penelitian diIndonesia oleh Soemantri (1985) dan Almatsier (1989) menunjukanpeningkatan prestasi belajar pada anak-anak sekolah dasar bila diberikansuplemen besi. Hubungan defisiensi besi dengan fungsi otak dijelaskanoleh Lozoff dan Youdim pada tahun 1988. Kadar besi dalam darahmeningkat selama pertumbuhan hingga remaja. Kadar besi yang kurangpada masa pertumbuhan tidak dapat diganti setelah dewasa. Defisiensibesi berpengaruh negatif terhadap fungsi otak, terutama terhadap fungsisystem


(42)

neurotransmitter (pengantar saraf). Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat,fungsikelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun.

3. Sistem Kekebalan Tubuh

Besi memegang peranan dalam sistem kekebalan tubuh. 4. Pelarut Obat-obatan

Obat-obatan tidak larut air oleh enzim yang mengandung besidapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh.

2.2.8. Kebutuhan Zat Besi Remaja

Pada orang dewasa, volume darah di dalam tubuh sekitar 5 liter. Setiap sel darah merah mengandung 280 juta molekul hemoglobin. Setiap detik, tubuh harus memproduksi 2,5 juta sel darah merah (eritropoiesis). Selama 120 hari sel darah merah tersebut dapat digunakan oleh tubuh (lifespan), dan kemudian akan mati. Kebutuhan remaja dihitung dari peningkatan total volume darah (0,18 mg/hari pada remaja pria dan 0,14 mg/hari pada remaja wanita). Peningkatan kebutuhan zat besi tersebut termasuk peningkatan volume darah yang diiringi dengan peningkatan rata-rata konsentrasi Hb selama pertumbuhan yang pesat (growth spurt).

Kebutuhan zat besi terabsorpsi pada remaja wanita diperkirakan sekitar 1,9 mg/ hari, berdasarkan rata-rata kebutuhan untuk tumbuh (0,5 mg), basal (0,75 mg), dan kehilangan darah menstruasi (0,6mg) (Briawan, 2013).


(43)

Kebutuhan zat besi berbeda pada berbagai kelompok umur. Kebutuhan zat besi orang Indonesia menurut angka kecukupan gizi (AKG) dapat di tabel dilihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.2. Kecukupan Zat Gizi untuk Remaja menurut AKG Indonesia

Jenis Kelamin Usia Zat Besi (mg/hari)

Laki-laki 10-12 tahun

13-15 tahun 16-18 tahun

13 19 15

Wanita 10-12 tahun

13-15 tahun 16-18 tahun

20 26 26

Sumber: WNPG, 2004

2.2.9. Akibat Kekurangan Zat Besi pada Remaja

Kekurangan zat besi pada umumnya menyebabkan pucat, rasa lemah, letih, pusing, kurang nafsu makan, menurunnya kebugaran tubuh, menurunnya kemampuan kerja, menurunnya kekebalan tubuh dan gangguan penyembuhan luka. Di samping itu kemampuan mengatur suhu tubuh menurun, dapat menimbulkan sifat apatis, mudah tersinggung dan pada remaja dapat menurunkan konsentrasi dan belajar (Almatsier, 2009). Prevalensi anemia kekurangan zat besi pada remaja putri 10-18 tahun 57,1 %. Menurut Kusumawati (2005) tingginya anemia pada remaja ini akan berdampak pada prestasi belajar siswa karena anemia pada remaja akan menyebabkandaya konsentrasi menurun sehingga mengakibatkan menurunnya prestasi belajar.


(44)

2.3.Pengetahuan Remaja Putri

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, yang terjadi seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui semua panca indra manusia seperti indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia didapat dari penglihatan dan pendengaran (Notoatmodjo, 2005).

Penyebab rendahnya kadar hemoglobin dalam darah salah satunya adalah asupan yang tidak mencukupi. Asupan zat gizi sehari-hari sangat dipengaruhi oleh kebiasaan makan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan remaja adalah pengetahuan (Khomsan, 2003). Pengetahuan yang kurang menyebabkan remaja memilih makan diluar atau hanya mengkonsumsi kudapan.Berdasarkan hasil penelitian Siahaan (2012), memaparkan bahwa masih sedikit remaja putri di kota Depok yang memiliki tingkat pengetahuan dengan kategori baik (1,5%), dibandingkan dengan tingkat pengetahuan kurang baik (63,5%) dan tingkat pengetahuan cukup baik (35,1%) dan hasil penelitian Widiasih dan Jayati (2013) ada hubungan antara pengetahuan makanan yang mengandung zat besi dengan kejadian anemia pada saat menstruasi di MA Salafiyah Simbang Kulon didapatkan p value = 0,013 < α (0,05).Pengetahuan gizi menjadi landasan yang menentukan konsumsi pangan dan pengetahuan gizi sebaiknya ditanamakan sedini mungkin, sehingga apabila sesorang telah memasuki usia remaja atau dewasa mampu memenuhi kebutuhan energi tubuhnya dengan dengan perilaku makannya, karena pengetahuan tentang gizi sangat bermanfaat dalam menentukan apa yang dikonsumsi setiap hari.


(45)

Individu yang memiliki pengetahuan baik akan mempunyai kemauan untuk menerapkan pengetahuan gizinya dalam pemilihan maupun pengolahan pangan, sehingga konsumsi pangannya dapat mencukupi kebutuhan.

2.4.PolaMakan Remaja

Pola makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif dan negatif. Sikap positif atau negatif terhadap makanan bersumber pada nilai-nilai affective yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial dan ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh. Demikian juga halnya dengan kepercayaan terhadap makanan yang berkaitan dengan nilai-nilai cognitive yaitu kualitas baik atau buruk, menarik atau tidak menarik dan pemilihan adalah proses psychomotor untuk memilih makanan sesuai dengan sikap dan kepercayaannya (Khumaidi, 1994).

Pola makan merupakan cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, mengunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi jenis makanan dan jumlah makanan yang berdasarkan pada faktor-faktor sosial budaya dimana mereka hidup.

Pola makan individu dalam keluarga dimiliki melalui proses yang menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan dan susunan hidangan masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat mengubahnya.


(46)

Pengalaman dalam pemilihan makanan penting diperhatikan karena remaja sudah menginjak tahap independensi. Dia bisa memilih makanan apa saja yang disukainya, bahkan tidak berselera lagi makan bersama keluarga di rumah. Aktivitas yang banyak dilakukan di luar rumah membuat seorang remaja sering dipengaruhi rekan sebayanya. Pemilihan makanan tidak lagi didasarkan pada kandungan gizi tetapi sekedar bersosialisasi, untuk kesenangan dan supaya tidak kehilangan status (Khomsan, 2003).

Perubahan gaya hidup pada remaja memiliki pengaruh signifikan terhadap kebiasaan makan mareka. Mereka menjadi lebih aktif, lebih banyak makan diluar rumah dan lebih banyak pengaruh dalam memilih makanan yang akan dimakannya. Mereka juga lebih suka mencoba-coba makanan baru, salah satunya adalah fast food.

Pola makan remaja yang perlu dicermati adalah tentang frekwensi makan, jenis makanan dan jumlah makan.

Protein yang terdapat dalam makanan, baik berasal dari hewan (protein hewani) maupun tumbuhan (protein nabati) akan diuraikan menjadi asam-asam amino di dalam saluran pencernaan oleh enzim dan cairan pencernaan. Umumnya protein hewani mempunyai kandungan gizi protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein nabati. Untuk mendukung pola makan yang baik guna mencegah terjadinya anemia adalah konsumsi protein hewani dan sayuran hijau setiap hari. Sayuran hijau juga kaya akan asam folat yang dapat mencegah terjadinya anemia, yaitu anemia megaloblastik. Namun asam folat mudah rusak karena pengaruh sinar matahari,


(47)

pemasakaan bahan pangan dengan panas berlebihan, atau karena penyimpanan makanan yang terlalu lama pada suhu ruangan (Astawan dan Kasih, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian Herman (2001), menyatakan bahwa ada hubungan antara kejadian anemia pada remaja putri dengan kebiasaan makan, yang meliputi diet, kebiasaan makan sumber protein hewani dan kebiasaan minum teh dan berdasarkan hasil penelitian Wahyuni dan Notobroto (2002), pada remaja putri di pondok pesantren di Surabaya di dapatkan bahwa ada pengaruh pola makan remaja putri terhadap kejadian anemia.

2.5. Pola Haid

Haid atau menstruasi merupakan pengeluaran darah secara periodic (biasanya setiap bulan) dari rahim yang berupa campuran antara darah, cairan jaringan dan bagian kecil dari rahim (endometrium). Rata-rata seorang gadis mendapat menstruasi pertama pada usia 13 tahun. Namun masih normal untuk seorang gadis untuk mendapat menstruasi pada usia 9 tahun dan paling lambat pada usia 16 tahun.

Panjang siklus haid atau lama haid dipengaruhi oleh usia sesorang dan dukungan gizi. Kekurangan gizi akan menurunkan tingkat kesuburan. Asupan zat gizi yang baik diperlukan agar nantinya didapatkan keadaan sistem reproduksi yang sehat. Rata-rata lama menstruasi 3-5 hari dianggap normal dan lebih dari 8 atau 9 hari dianggap tidak normal. Banyaknya darah yang keluarpun dapat berbeda-beda pada setiap orang, bahkan pada seorang remaja wanita banyaknya pengeluaran darah dan lamanya menstruasi biasa berbeda-beda dari bulan ke bulan, perbedaan lama


(48)

menstruasi merupakan proses fisiologik yang dipengaruhi banyak faktor antara lain lingkungan, lamanya menstruasi ibu, usia dan ovulasi (Affandi dan Danukusuma, 1990).

Menurut Wikipedia (2014), pada wanita siklus menstruasi rata-rata terjadi sekitar 28 hari, walaupun hal ini berlaku umum tetapi tidak semua wanita memiliki siklus menstruasi yang sama, kadang-kadang siklus terjadi setiap 21 hari sampai 30 hari. Biasanya, menstruasi rata-rata terjadi 5 hari, kadang-kadang menstruasi juga dapat terjadi sekitar 2 hari sampai 7 hari. Umumnya darah yang hilang akibat menstruasi adalah 10 ml hingga 80 ml per hari tetapi biasanya dengan rata-rata 35 ml per harinya.

Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikut. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus. Karena jam mulainya haid tidak diperhitungkan dan tepatnya waktu keluar haid dari ostium uteri eksternum tidak dapat diketahui, maka panjang siklus mengandung kesalahan kurang lebih satu hari. Panjang siklus haid yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama. Juga pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlau sama. Panjang siklus haid dipengaruhi oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid gadis usia kurang dari 12 tahun ialah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, dan pada wanita usia 55 tahun 51,9 hari. Jadi, sebenarnya panjang siklus haid 28 hari itu tidak sering dijumpai (Hanafiah, 2009).


(49)

Hormon-hormon siklus haid adalah FSH(Follicle Stimulating Hormon) dikeluarkan oleh hipofise lobus depan, Estrogen dihasilkan oleh ovarium, LH (Luteinizing Hormone) dihasilkan oleh hipofise dan progesteron dihasilkan oleh ovarium. Setelah selesai haid, oleh pengaruh hormone FSH dan estrogen, selaput lendir rahim (Endometrium) menjadi semakin tebal. Bila terjadi ovulasi, berkat pengaruh progesteron selaput ini menjadi lebih tebal lagi dan kelenjar endometrium tumbuh berkeluk-keluk. Bersamaan dengan itu, endometrium menjadi lebih lembek seperti karet busa dan melakukan persiapan-persiapan supaya sel telur yang telah dibuahi dapat bersarang. Bila tidak ada sel telur yang bersarang, endometrium ini terkelupas dan terjadi perdarahan yang disebut haid (Rustam, 1998).

Jumlah darah yang keluar rata-rata 33,2 ± 16 cc atau 40 mL. Pada wanita yang lebih tua biasanya darah yang keluar lebih banyak. Pada wanita dengan anemia defisiensi besi jumlah darah haidnya juga lebih banyak. Jumlah darah haid lebih dari 80 cc dianggap patologik dan dapat menimbulkan anemia. Darah haid tidak membeku ini mungkin disebabkan fibrinolisin (Hanafiah, 2009).

Salah satu penyebab anemia gizi adalah kehilangan darah secara kronis. Pada wanita, terjadi kehilangan darah secara alamiah setiap bulan. Jika darah yang keluar selama menstruasi sangat banyak maka akan terjadi anemia defisiensi besi (Arisman, 2004).

Berdasarkan hasil penelitian Widiasih dan jayati (2013) ada hubungan antara mengkonsumsi zat besi pada remaja putri dengan kejadian anemia pada saat menstruasi di MA Salafiyah Simbang Kulon didapatkan p value = 0,022 < α


(50)

(0,05)dan menurut hasil penelitian Purba (2011), Pola haid yang diukur berdasarkan usia mendapat haid pertama, siklus haid, dan lama haid mayoritas pada kategori normal dan remaja putri SMU NEGERI 18 Medan mengalami anemia sebanyak 37,7%.

2.6.Metode Penentuan Kadar Hemoglobin

Metode menentukan kadar hemoglobin ada beberapa cara yaitu metode

cyanmethemoglobin, metode sahli dan hemoglobin digital analyzer (Gandasoebrata, 2001).

2.6.1. Metode Cyanmethemoglobin

Hemoglobin darah diubah menjadi sianmethemoglobin (hemoglobinsianida) dalam larutan yang berisi kaliumsianida. Absorbansi larutan diukur pada gelombang 540 nm atau filter hijau. Larutan Drabkin yang dipakai pada cara ini mengubah hemoglobin, oksihemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin menjadi sianmethemoglobin. Sulfhemoglobin tidak berubah dan karena itu tidak ikut diukur.

Cara ini sangat bagus untuk laboratorium rutin dan sangat dianjurkan untuk penerapan kadar hemoglobin dengan teliti karena standard cyanmethemoglobin yang ditanggung kadarnya bersifat stabil dan dapat dibeli. Kesalahan cara ini dapat mencapai ±2%.Laporan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin dengan memakai cara

cyanmethemoglobin dan spektrofotometer hanya boleh menyebut satu angka (digit) di belakang tanda desimal; melaporkan dua digit sesudah angka desimal melampaui ketelitian dan ketepatan yang dapat dicapai dengan metode ini. Variasi-variasi


(51)

fisiologis juga menyebabkan digit kedua di belakang tanda desimal menjadi tanpa makna.

2.6.2. Metode Sahli

Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standard dalam alat itu. Cara Sahli ini bukanlah cara teliti. Kelemahan metodik berdasarkan kenyataan bahwa kolorimetri visual tidak teliti, bahwa hematin asam itu bukan merupakan larutan sejati dan bahwa alat itu tidak dapat distandardkan. Cara ini juga kurang baik karena tidak semua macam hemoglobin diubah menjadi hematin asam, umpamanya karboxyhemoglobin, methemoglobin dan sulfhemoglobin. Kesalahan yang biasanya dicapai oleh ± 10 % kadar hemoglobin yang ditentukan dengan cara Sahli dan cara-cara kolorimetri visual lain hanya patut dilaporkan dengan meloncat-loncat ½ g/dl, sehingga laporan menjadi ump, 11,11½, 12, 12½, 13 g/dl. Janganlah melaporkan hasil dengan memakai angkadesimal seperti 8,8; 14; 15,5 g/dl ketelitian dan ketepatan cara sahli yang kurang memadai tidak membolehkan laporan seperti itu.

2.6.3. Metode Hemoglobin Digital Analyzer

Kelebihan dari hemometer digital adalah tingkat keakuratannya lebih valid daripada hemometer sahli, lebih cepat, dan lebih simpel cara pemeriksaannya. sedangkan kekurangannya yaitu harga lebih mahal.


(52)

2.7.Kerangka Teori

Gambar 2.2. Faktor-faktor Berhubungan dengan Anemia pada Remaja Putri Menurut UNICEF/WHO Tahun 1998 dalam Siahaan (2012)

Intake Zat Besi (Fe)

Konsumsi TTD Peningkatan Kebutuhan Zat Besi Konsumsi Makanan Sumber Fe Pengetahuan Minum TTD Kepatuhan Efek Samping Minum TTD Kecacingan, Malaria, TBC, dan Penyakit lainnya Tumbuh Kembang Remaja Status Pendidikkan Menstruasi Penyakit Infeksi dan Kronis Status Kesehatan Anemia Remaja Putri

Kadar Hemoglobin Pendidikan Gizi Pengetahuan Ketersediaan Makanan Pendidikan Gizi Daya Beli Persediaan TTD Status Pekerjaan Penghasilan/ Pendapatan Distribusi Harga


(53)

2.8.Kerangka Konsep

Gambar 2.3.Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan : Berdasarkan kerangka konsep diatas maka diperlukan penelitian kuantitatif untuk mengetahui hubungan pola makan, pola haid dan pengetahuan tentang anemia terhadap kadar hemoglobin pada remaja putrid di SMU Cahaya Medan.

Pola Makan

Kadar Hemoglobin Remaja Putri Pola Haid

Pengetahuan tentang Anemia


(54)

BAB 3

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan melakukan survei desain potong lintang(cross sectional study) dimana variabel independen dan dependen akan dikumpulkan pada saat bersamaan dan secara langsung pada waktu survei pola makan, pola haid dan pengetahuan tentang anemia dengan kadar hemoglobin pada remaja putri di SMA Cahaya Medan.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan diSMACahaya Medan dengan pertimbangan siswi SMA Cahaya mayoritas anak perantauan, diketahui dari 15 orang remaja putri yang ditanyakan mengenai kebiasaan makannya, ada 6 orang remaja putri mengatakan mereka tidak sempat sarapan pagi dan mereka akan makan pada saat jam istirahat sekolah.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Juni 2014.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi


(55)

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri di SMA CahayaMedan kelas X dan kelas XItahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah352 orang.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti untuk mewakili seluruh populasi.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan rumus(Lemeshow, 1997) dengan 1 (satu) populasi dan diperoleh sampel sebanyak :

n = �

2... �2(�−1)+ .. Keterangan:

n : Besar sampel yang didapat N : Jumlah populasi

Z : Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan derajat kepercayaan 95% d : Derajat ketepatan yang digunakan adalah 90% atau 0,1

p : Proporsi daripopulasianemia di SMA Cahaya Medan adalah 0,5 q : Proporsi tanpa atribut 1-p = 0,5

Berdasarkan rumus maka dapat diketahui jumlah sampelnya adalah sebagai berikut :

n = 1,96

2.352.0.5.0.5 0.12(352−1)+ 1.962 .0.5.0.5

n =338,0608 4,4704


(56)

n= 75,6

Jadi berdasarkan rumus tersebut maka diperoleh sampel sebesar 75,6 orang dengan pembulatan ke atas maka diperoleh sampel sebesar 76 orang.

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metoderandomsamplingdengan teknik proporsional random sampling. Pengambilan

sampel secara proporsi dilakukan dengan mengambil subyek dari strata atau setiap kelas ditentukan seimbang dengan banyaknya subyek dalam masing-masing strata atau kelas (Arikunto, 2006). Adapun besar atau jumlah pembagian sampel untuk masing-masing kelas menggunakan rumus menurut Sugiyono (2007).

�� =Ni x n N Keterangan:

ni : Ukuran setiap kelas sampel Ni : Ukuran setiap kelas populasi n : Ukuran total sampel (76 orang) N : Ukuran total populasi (352 orang)

Berdasarkan rumus, jumlah sampel dari masing-masing kelas tersebut yaitu: Tabel 3.1. Proporsional Random SamplingRemaja Putridi SMA Cahaya Medan

No. Kelas Jumlah Populasi Jumlah Sampel

1. X-1 26 6

2. X-2 25 6

3. X-3 26 6

4. X-4 22 5

5. X-5 27 6

6. X-6 19 4

7. XI IPS 1 30 6

8. XI IPS 2 33 7


(57)

10. 11. 12. 13.

XI IPA 1 XI IPA 2 XI IPA 3 XI IPA 4

24 29 33 30

5 6 7 6

Total 352 76

Pengambilan sampel dilakukan dengan sistematic random samplingdengan kriteria inklusi sebagai berikut:

- Remaja putri tidak mengalami haid saat dilakukan pengambilan data - Remaja putri tidak dalam keadaan sakit

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi:

1. Kadar hemoglobin diperoleh dengan cara mengambil sedikit darah dari ujung jari remaja putri dengan menggunakan lancet untuk mendapatkan nilai kadar hemoglobindengan digital acute check.

2. Polamakan diperoleh dengan cara wawancara menggunakan form food recall 24 jam yang dilakukan selama 2 hari berturut-turut.

3. Pengetahuan dan pola haid diperoleh dengan cara wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disiapkan oleh peneliti.

3.4.2. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari catatan atau dokumen di SMA Cahaya Medan yang meliputi gambaran umum, letak geografis dan data jumlah siswa.


(58)

3.5. Validitas dan Reliabilitas

Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap kuesioner pengetahuan dan pola haid yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu penelitian.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui tingkat kehandalan dan kesahihan suatu alat ukur dengan cara melakukan korelasi antar skor masing-masing variabel dengan skor totalnya. Suatu variabel (pertanyaan) dikatakan valid bila skor variabel tersebut berkorelasi secara signifikan dengan skor totalnya. Dengan kata lain bila rhitung lebih besar dari rtable(rhitung > rtabel) maka variable valid sebaliknya bila rhitung lebih kecil dari rtable(r hitung < rtabel) artinya variable tidak valid (Hastono, 2007). Uji validitas dengan menggunakan rumus teknik Pearson Product Moment Corelation Coeficient (r).

Sedangkan uji reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu.Pertanyaan-pertanyaan yang sudah valid secara bersama-sama diukur reliabilitasnya.Untuk mengetahui reliabilitas caranya dengan membandingan nilai rhitung dengan nilai rtabel.Dalam uji reliablitas sebagai nilai rtabel adalah nilai

‘Cronbach’s Alpha’.Ketentuannya adalah apabila nilai‘Cronbach’s Alpha’ >rtabel maka pertanyaan tersebut reliable (Hastono, 2007).


(59)

Pada penelitian uji validitas dan reliabilitas dilakukan pada 20 orang responden yang memilki karakteristik yang sama dengan sampel penelitian yang dilakukan pada remaja putri di SMA Santa Maria Medan.

Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pola Haid Item Pernyataan n

Corrected Item-Total correllation Hasil Uji Cronbach’s Alpha Hasil Uji

Pola Haid 1 76 0,840 Valid

0,818 Reliabel

Pola Haid 2 76 0,840 Valid

Tabel 3.2 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total correllation

lebih besar dari rtabelyang besarnya 0,226, artinya ketiga item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pola haid semuanya valid. Memerhatikan nilai

Cronbach’S Alpha sebesar 0,818 yang juga lebih besar dari rtabel0,226. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga item pertanyaan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

Tabel 3.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Pengetahuan

No Item

Pernyataan n

Corrected Item-Total correllation Hasil Uji Cronbach’s Alpha Hasil Uji 1 Pengetahuan 1 76 0,613 Valid

0,870 Reliabel 2 Pengetahuan 2 76 0,613 Valid

3 Pengetahuan 3 76 0,535 Valid 4 Pengetahuan 4 76 0,474 Valid 5 Pengetahuan 5 76 0,691 Valid 6 Pengetahuan 6 76 0,531 Valid 7 Pengetahuan 7 76 0,455 Valid 8 Pengetahuan 8 76 0,414 Valid 9 Pengetahuan 9 76 0,655 Valid


(60)

10 Pengetahuan 10 76 0,456 Valid 11 Pengetahuan 11 76 0,441 Valid 12 Pengetahuan 12 76 0,505 Valid 13 Pengetahuan 13 76 0,577 Valid 14 Pengetahuan 14 76 0,613 Valid 15 Pengetahuan 15 76 0,377 Valid 16 Pengetahuan 16 76 0,404 Valid 17 Pengetahuan 17 76 0,491 Valid

Tabel 3.3 di atas dapat menunjukkan nilai Corrected Item-Total correllation

lebih besar dari rtabelyang besarnya 0,226, artinya ketujuh belas item pertanyaan yang digunakan untuk mengukur variabel pengetahuan semuanya valid. Memerhatikan nilai Cronbach’S Alpha sebesar 0,870 yang juga lebih besar dari rtabel0,226. Hal ini menunjukkan bahwa ketujuh belas item pertanyaan ini sudah reliabel sebagai alat ukur.

3.6.Dafinisi Operasional

1. Kadar hemoglobin remaja putri adalah konsentrasi hemoglobin yang terdapat didalam darah remaja putri dan dinyatakan dalam satuan gr/dl.

2. Pola makan adalah kebiasaan makan yang dilakukan oleh remaja putri dalam memenuhi kebutuhan akan makan yang ditentukan dengan tingkat kecukupan zat gizi (energi, protein dan zat besi).

3. Pola haid adalah suatu kondisimenstruasi remaja putri dalam setiap bulan yang diukur dengan siklus haid dan lama haid.

4. Pengetahuan remaja putri adalah segala sesuatu yang diketahui remaja putri tentang anemia, pengertian anemia,tanda dan gelaja anemia, akibat anemia, siapa


(61)

yang paling beresiko terkena anemia, cara mencegah dan mengobati anemia, kadar Hb yang dikatakan anemia dan makanan apa saja yang mengandung Fe.

3.7. Aspek Pengukuran

3.7.1. Kadar Hemoglobin padaRemaja Putri

Kadar Hemoglobin diperoleh dari hasil pengukuran konsentrasi Hb secara langsung terhadap responden dengandigital acute check.

Hasil ukurnya dikelompokkan menjadi:

- Anemia (tidak normal) bila kadar Hb <12 gr/dl - Normal bila kadar Hb ≥ 12 gr/dl

3.7.2. Pengetahuan

Pengetahuan responden tentang anemia yang dapat diukur dengan memberikan jawaban dari kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan sebanyak 17 dengan kriteria sebagai berikut (Arikunto, 2006) :

a. Untuk jawaban yang benar nilainnya 1, jawaban yang salah nilainya 0. b. Berdasarkan jumlah nilai diklasifikasikan dalam 3 kategori yaitu:

- Tingkat pengetahuan baik apabila jawaban responden benar > 75% atau


(62)

- Tingkat pengetahuan sedang apabila jawaban responden benar 45- 75% atau

memiliki skor 8-13 dari seluruh pertanyaan yang ada.

- Tingkat pengetahuan rendah apabila jawaban responden benar < 45% atau

memiliki skor < 8 dari seluruh pertanyaan yang ada.

3.7.3. Pola Makan

1. Tingkat Kecukupan Energi, Protein, dan Besi

Pola makan dapat dapat diukur dengan tingkat kecukupan zat gizi (energi, protein dan zat besi) yang dikonsumsi responden diperoleh dari food recall 24 jam yang dilakukan selama 2 hari berturut-turut. Dari hasil food recall 24 jam, dihitung jumlah konsumsi energi, protein dan besi, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi. Angka kecukupan gizi pada remaja putri dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 3.4. Angka Kecukupan Gizi pada Remaja Putri

Umur Energi (kkal) Protein (gr) Besi (mg)

13-15 tahun 2350 57 26

16-18 tahun 2200 55 26

Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi, 2004.

Berdasarkan Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi (2004), maka pengkategorian konsumsi energi, protein, dan besi dibagi menjadi lima yaitu:

- Kelebihanapabila> 120% AKG - Normal apabila 90-119% AKG


(63)

- Defisit tingkat ringan apabila 80% - 89% AKG

− Defisit tingkat sedang apabila 70% - 79% AKG

− Defisit tingkat beratapabila < 70% AKG 2. Frekuensi Makanan

Frekuensi makan diperoleh dengan menggunakan formulir frekuensi makanan yang meliputi jenis makanan utama, lauk hewani, lauk nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, minuman dan frekuensi makanan jajanan, dengan kategori:

- Sering, apabila jawaban responden 1-3 kali sehari bahan makanan dikonsumsi. - Sedang, apabila jawaban responden 4-5kali seminggu bahan makanan dikonsumsi - Jarang, apabila jawaban responden 1-4 kali sebulan bahan makanan dikonsumsi.

3.7.4. Pola Haid

Data pola haid yang didapatdikelompokkan menjadi:

- Sering : frekuensi haid > 1 kali sebulan dan lama haid 2- 7hari - Normal : siklus haid 1 kali sebulan dan lama haid 2-7hari - Jarang :2 bulan sekali dan lama haid 2-7 hari

3.8. Etika Penelitian

Sebelum penelitian ini dilakukan responden diberi informasi tentang tujuan penelitian dan prosedur yang akan dilakukan dalam penelitian, yaitu wawancara dalam menjawab kuesioner, dan food recall 24 jam, serta pemeriksaan kadar Hb dengan menggunakan digital acute check. Setiap responden diberi hal penuh untuk bersedia/tidak menjadi responden. Responden yang bersedia membubuhkan tanda


(64)

tangan pada lembar persetujuan (informed concent). Peneliti menjamin kerahasiaan identitas dan informasi yang diberikan oleh responden selama dan sesudah penelitian.

Selama kegiatan penelitian, responden diberikan kenyamanan dan keamanan sampai responden siap untuk diambil darahnya serta diberlakukan sama. Untuk meminimalkan efek samping dari proses pengambilan darah untuk pemeriksaan Hb, maka pengambilan darah dilakukan secara steril. Namun bila terjadi kelainan luka pada area pengambilan darah, maka akan dilakukan perawatan luka atau dirujuk ke Puskesmas Padang Bulan atau Rumah Sakit Santa Elisabeth dengan biaya ditanggung oleh peneliti.

3.9. Metode Pengolahan Data

Data yang diperoleh selanjutnya perlu dilakukan pengolahan agar dapat dianalisis untuk menjawab tujuan penelitian. Tahapan dalam pengolahan data, antara lain:

a. Editing

Tahap editing dilakukan untuk menjelaskan pengecekan data sekunder apakah jawaban sudahlengkap dan jelas.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka coding berguna untuk mempermudah analisis data.


(65)

Cleaning atau pembersihan data dilakukan untuk mengecek kembali data yang sudah ada supaya tidak ada data yang tidak lengkap (missing).

d. Processing

Setelah dilakukancleaning, kemudian dilakukan pemrosesan atau pengolahan data dengan menggunakan SPSS 17,0 for Window.

3.10.Metode Analisis Data

Analisis data untuk mencapai tujuan penelitian ini dilakukan dengan melakukan sistem komputerisasi. Data yang telah didapatkan dianalisis secara univariat dan bivariat dengan perangkat lunak statistik.

a. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan karateristik masing-masing variabelyang diteliti baik variabel independen, dan variabel dependen.

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mengetahui hubungan pola makan (energi, protein, dan zat besi) dengan kadar hemoglobin dilakukan dengan uji kruskal wallis dan untuk mengetahui hubungan pola haid dan pengetahuan tentang anemia dilakukan dengan uji chi square.


(66)

BAB 4

HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

SMA Cahaya berdiri pada 5 April 1979. SMA Cahaya Medan terletak di Jalan Hayam Wuruk 11, Darat, Medan Baru.

4.1.1 Visi Sekolah SMA Cahaya

Adapun visi Sekolah SMA Cahaya adalah terwujudnya pendidikan yang berkualitas dan terintegrasi berlandaskan ajaran dan moral katolik dengan pemberdayaan dan pengembangan potensi peserta didik, hingga siap memasuki perguruan tinggi, terampil IPTEK dan bermoral.

4.1.2 Misi Sekolah SMA Cahaya

Sedangkan misi Sekolah SMA Cahaya adalah:

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang mengarah kepada pengembangan KTSP berdasarkan Karakteristik Satuan Pendidikan dengan


(67)

model PAKEM : Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, sehingga setiap siswa berkembang secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki.

2. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik serta mengembangkan keterampilan peserta didik sebagai bekal melanjutkan ke perguruan tinggi.

3. Meningkatkan disiplin sekolah, baik guru, siswa dan administrasi sekolah.

4. Melaksanakan kegiatan bimbingan dan pembinaan mental spiritual dalam upaya mengembangkan karakter pribadi yang positif.

5. Melaksanakan berbagai jenis ekstrakulikuler (theater, band, paduan suara, tari, futsal, paskibra, basket, dan kerohanian) untuk mengembangkan potensi non akademik dan memupuk kecerdasan emosional, sosial dan spiritual.

6. Meningkatkan peran serta warga agar terbina kerjasama yang baik, bertanggung jawab dan hormat-menghormati sehingga tercipta suasana yang kondusif dan harmonis.

4.1.3 Jumlah Siswa SekolahSMA Cahaya

Adapun jumlah siswa yang ada di Sekolah SMA Cahaya dapat dilihat pada Tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1 Jumlah Siswa Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin di SMA Cahaya Medan Tahun 2014

No Kelas Jenis Kelamin Total %

Laki-laki Perempuan

1 X 139 145 284 48,2

2 XI 98 207 305 51,8

Total 237 352 589 100,0


(68)

Dari Tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa jumlah siswa perempuan lebih banyak yaitu 352 siswa dibanding jumlah siswa laki-laki yaitu 237 siswa.

4.2. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden berumur 16 tahun yaitu sebesar 39,5%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 di bawah ini.

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Umur di SMA Cahaya Medan Tahun 2014

No Umur (tahun) f %

1 15 tahun 20 26,3

2 16 tahun 30 39,5

3 17 tahun 25 32,9

4 18 tahun 1 1,3

Total 76 100,0

4.3. Kadar Hemoglobin

Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi Hb terhadap responden diperoleh bahwa sebagian besar kadar hemoglobin responden normal yaitu sebesar 72,4% yang dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 DistribusiResponden Menurut Kadar Hemoglobin di SMA Cahaya Medan Tahun 2014


(69)

No Kadar Hemoglobin (Hb) f %

1 Tidak normal (Hb <12 gr/dl) 21 27,6

2 Normal (Hb > 12 gr/dl) 55 72,4

Total 76 100,0

4.4. Pola Makan

Pola makan dapat diukur dengan tingkat kecukupan zat gizi ( energi, protein, dan zat besi) yang dikonsumsi responden diperoleh dari food recall24 jam yang dilakukan selama 2 hari berturut-turut. Dari hasil food recall 24 jam, dihitung jumlah konsumsi energi, protein dan besi, kemudian dibandingkan dengan angka kecukupan gizi.

4.4.1. Konsumsi Energi, Protein dan Zat Besi

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi energi remaja putri adalah kategori normal yaitu 24 orang (31,6%) dan konsumsi energi defisit ringan yaitu 9 orang (11,8%) yang dapat dilihat pada Tabel 4.4 di bawah ini.

Tabel 4.4 Distribusi Konsumsi Energi di SMA Cahaya Medan Tahun 2014

No Konsumsi Energi n %

1. Lebih 18 23,7

2. Normal 24 31,6

3. Defisit Ringan 9 11,8

4. Defisit Sedang 15 19,7

5. Defisit Berat 10 13,2

Total 76 100

Rata-rata tingkat konsumsi energi pada remaja putri sebesar 96,3% dari AKG.Tingkat konsumsi terendah sebesar39,4% dari AKG dan konsumsi tertinggi adalah 181,8% dari AKG.


(70)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi protein terbesar adalah kategori normal yaitu 23 orang (30,3%) dan konsumsi protein yang paling rendah adalah kategori defisit sedang sebanyak 7 orang (9,2%)yang dapat dilihat pada Tabel 4.5 di bawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi Konsumsi Protein di SMA Cahaya Medan Tahun 2014

No Konsumsi Protein n %

1. Lebih 20 26,3

2. Normal 23 30,3

3. Defisit Ringan 14 18,4

4. Defisit Sedang 7 9,2

5. Defisit Berat 12 15,8

Total 76 100

Rata-rata tingkat konsumsi protein pada remaja putri sebesar 108,3% dari AKG, dengan tingkat konsumsi terendah 32,2% dari AKG dan konsumsi tertinggi adalah 236,4% dari AKG.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi zat besi (Fe) seluruh remaja putri adalah kategori defisit sedang sebanyak 26 orang (34,2%) dan yang paling rendah adalah kategori normal sebanyak 4 orang (5,3%) yang dapat dilihat pada Tabel 4.6 di bawah ini.

Tabel 4.6 Distribusi Konsumsi Zat Besi (Fe) di SMA Cahaya Medan Tahun 2014

No Konsumsi Zat Besi n %

1. Lebih 21 27,6

2. Normal 4 5,3


(71)

4. DefisitSedang 26 34,2

5. Defisit Berat 9 11,8

Total 76 100

Rata-rata tingkat konsumsi zat besi (Fe) pada remaja putri sebesar 83,1% dari AKG, dengan tingkat konsumsi terendah 12,1% dari AKG dan konsumsi tertinggi adalah 120,4 % dari AKG.

4.4.2 Frekuensi Makanan

Berdasarkan hasil formulir frekuensi makanan diketahui bahwa seluruh remaja putri mengonsumsi nasi 1-3 kali sehari yaitu 97,4% seperti masyarakat Indonesia pada umumnya. Lauk hewani yang paling sering dikonsumsi adalah ikan yaitu 25,0%, dan yang paling jarang dikonsumsi adalah daging sapi yaitu 89,5%. Untuk lauk nabati yang paling sering di konsumsi adalah tempe yaitu 26,3%. Jenis sayur yang paling sering dikonsumsi adalah daun ubi yaitu 22,4%, dan yang paling jarang dikonsumsi adalah bayam yaitu 76,3%. Jenis buah yang paling sering dikonsumsi adalah jeruk yaitu 21,1%, serta tambahan minuman yaitu teh manis yang jarang dikonsumsi yaitu sebesar 39,5%. Untuk frekuensi makan jenis makanan utama dapat dilihat pada Tabel 4.7 di bawah ini.

Tabel 4.7. Distribusi Responden MenurutJenis Makanan Utama di SMA Cahaya Medan Tahun 2014

No Jenis Makanan

Frekuensi Makan

Total 1-3 kali

Sehari

4-5 kali Seminggu

1-4 kali Sebulan

n % n % n % n %

1 Makanan Pokok


(1)

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

.870 17

Item-Total Statistics Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlatio n Cronbac h's Alpha if Item Deleted Apakah anda pernah mendengar tentang

anemia (kurang darah)?

28.85 26.029 .613 .862 Jika pernah, apakah yang disebut dengan

anemia?

28.85 26.029 .613 .862 Apa saja tanda dan gejala dari anemia? 28.55 25.103 .535 .861 Menurut anda, penyebab remaja putri

lebih beresiko terkena anemia adalah?

27.90 23.568 .474 .867 Menurut anda, kelompok yang paling

berisiko menderita anemia?

28.60 24.463 .691 .855 Menurut anda, berapa kadar Hb normal

pada remaja putri adalah?

28.60 25.200 .531 .861 Menurut anda, bagaimana cara mencegah

agar tidak terjadi anemia?

28.70 25.800 .455 .865 Sumber makanan apa yang paling banyak

mengandung zat besi (Fe)?

27.50 24.368 .414 .869 Faktor apa yang menyebabkan wanita

kehilangan zat besi yang berlebihan dalam tubuh?

27.65 24.766 .655 .857

Menurut anda, jika seseorang terkena anemia dapat diobati dengan?

27.70 24.747 .456 .865 Bahan makanan/minuman yang dapat

menghambat penyerapan zat besi adalah?

28.40 25.516 .441 .865 Dampak anemia terhadap remaja putri

adalah?


(2)

106

Kebiasaan yang dapat menghambat penyerapan zat besi oleh tubuh adalah?

27.60 24.989 .577 .860 Hal yang anda ketahui sebagai calon Ibu

nantinya tentang dampak jika menderita anemia pada masa kehamilan atau persalinan adalah?

27.65 23.187 .613 .857

Vitamin yang membantu penyerapan 28.40 25.832 .377 .867

Pengertian zat besi 28.65 25.397 .404 .867


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

51 283 92

Gambaran Pola Makan, Status Gizi, Pola Haid Dan Kejadian Anemia Remaja Putri SMU Negeri 18 Medan

38 233 68

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI DI ASRAMA SMA MTA SURAKARTA

0 6 7

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Asrama Sma Mta Surakarta.

0 2 14

BAB I Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Asrama Sma Mta Surakarta.

0 1 5

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG ANEMIA DAN KEBIASAAN MAKAN TERHADAP KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Anemia Dan Kebiasaan Makan Terhadap Kadar Hemoglobin Pada Remaja Putri Di Asrama Sma Mta Surakarta.

2 11 14

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

0 2 18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan Remaja Putri tentang Anemia - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

0 2 22

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Hubungan Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Tentang Anemia dengan Pola Makan untuk Pencegahan Anemia di SMA Swasta Bina Bersaudara Medan Tahun 2014

2 39 8

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN POLA MAKAN UNTUK PENCEGAHAN ANEMIA DI SMA SWASTA BINA BERSAUDARA MEDAN TAHUN 2014

1 5 15