Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam Dan Tertib Tanam (P2T3) Pada Petani Padi Sawah (Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai)
EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN
PENGATURAN POLA TANAM DAN TERTIB TANAM (P2T3)
PADA PETANI PADI SAWAH
(Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH :
WILLIAM HERMAN SIMANJUNTAK 060309011
SEP – PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
EVALUASI PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN
PENGATURAN POLA TANAM DAN TERTIB TANAM (P2T3)
PADA PETANI PADI SAWAH
(Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai)
SKRIPSI
OLEH :
WILLIAM HERMAN SIMANJUNTAK
060309011
SEP – PKP
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. H. Hasman Hasyim, Msi) (Ir.Hj. Lily Fauzia, Msi)
NIP : 195411111981031001 NIP : 196303822198832003
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(3)
i
ABSTRAK
William Herman Simanjuntak. Nomor Induk Mahasiswa 060309011/Program Studi Agribisnis. “ Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan
Tertib Tanam (P2T3) pada Petani Padi Sawah” (Studi Kasus :Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai). Dengan Ketua Komisi
Pembimbing Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Anggota Komisi Pembimbing Ir. Hj. Lily Fauzia, Msi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai yang ditentukan secara purposive dengan pertimbangan memiliki lahan sawah terluas dari 7 WKPP yang ada di Kecamatan Sei Bamban serta telah melaksanakan program P2T3 selama 3 tahun terakhir. Sampel dipilih secara stratified random sampling ditentukan secara proporsional berdasarkan luas lahan yaitu <1Ha dan ≥1Ha dengan 30 jumlah sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan pertanian mengalami perkembangan yang dapat di lihat dari keterbukaan petani dalam menerapkan inovasi yang dianjurkan PPL sehingga petani menjadi mudah dalam mencapai target setelah melaksanakan anjuran yang diberikan PPL selama tiga tahun terakhir. Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di daerah penelitian berhasil yang dilihat dari meningkatnya persentase petani yang menerapkan anjuran inovasi Program Penyuluhan Pertanian P2T3 yang telah terbukti dengan adaya program tersebut meningkatnya pencapaian target yaitu terciptanya peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman. Karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 mempunyai hubungan yang signifikan adalah lamanya berusahatani, luas lahan dan produksi. Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : keterbatasan modal, pola tanam yang tidak sesuai dengan anjuran, mahalnya upah tenaga kerja mulai dari pengolahan hingga panen, faktor cuaca yang tidak mendukung, lahan yang selalu tergenang, saluran irigasi yang belum memadai. Upaya upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : peminjaman modal, memanfaatkan lahan seoptimal dengan menyesuaikan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan, negosiasi harga, menyesuaikan jadwal tanam/tertib tanam sesuai dengan keadaan cuaca di daerah tersebut, melakukan pengapuran, dan perbaikan saluran irigasi.
Kata Kunci: Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3), Karakteristik Sosial Ekonomi Petani, Keberhasilan Program P2T3.
(4)
ii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai pada tanggal 23 Januari 1988 dari Ayahanda Drs. H. Simanjuntak dan Ibunda N.Br.Sianturi, anak ke 4 dari 5 bersaudara. Adapun Riwayat pendidikan yang pernah ditempuh :
1. Tamat dari SD HKBP Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2000.
2. Tamat dari SLTP Negeri 1 Tebing Tinggi pada tahun 2003. 3. Tamat dari SMA Negeri 4 Tebing Tinggi pada tahun 2006.
4. Tahun 2006 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.
5. Bulan Juni - Juli 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Rante Besi, Kecamatan Gunung Sitember, Kabupaten Dairi.
6. Bulan November - Desember 2010 melaksanakan penelitian skripsi di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
(5)
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul“ Evaluasi Program Penyuluhan
Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada Petani Padi Sawah”
(Studi Kasus :Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai).
Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua penulis : Ayahanda tercinta Drs. H. Simanjuntak dan Ibunda tercinta N. Br. Sianturi yang telah banyak memberikan doa, bantuan dan semangat kepada penulis baik moral dan materi sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini, juga Kakanda Alessandro, Erich Newington, Isabella, dan adinda tersayang Gretha.
Penulis selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini telah banyak mendapat bimbingan, nasihat, dan dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :
1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, MSi selaku ketua komisi pembimbing yang telah begitu sabar dalam memberikan banyak bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini.
2. Ibu Hj. Lily Fauzia, MSi selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, saran, kritik dalam penulisan skripsi ini.
3. Ibu Dr.Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai tata usaha di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yan turut berperan dalam studi penulis.
(6)
iv
5. Teman-teman kampus penulis : Rikki, Lungguk, Pagar, Khoirunisa, Rais, Mika Jayanti, dan semua teman teman PKP dan Agribisnis angkatan 2006
6. Teman-teman kos “Rejoice Camp, Jl. Abdul Hakim, Susuk V no.25, Medan” terima kasih buat dukungannya.
7. Orang-orang yang kenal dengan penulis yang tidak dapat disebutkan namanya satu per satu. Terimakasih untuk semangat, dorongan, nasihat dan doanya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat meningkatkan kualitas skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis selanjutnya. Semoga Tuhan selalu membimbing dan menyertai setiap langkah kita. Amin.
Medan, Mei 2011 Penulis
(7)
v
DAFTAR ISI
Hal
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian... 5
Hipotesis Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA ... 7
Landasan Teori ... 10
Kerangka Pemikiran ... 18
METODE PENELITIAN ... 22
Metode Penentuan Wilayah Penelitian ... 22
Metode Pengambilan Sampel ... 24
Metode Pengumpulan Data ... 25
Metode Analisis Data ... 26
Defenisi dan Batasan Operasional ... 33
Defenisi ... 33
Batasan Operasional... 35
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN ... 36
Deskripsi Daerah Penelitan ... 36
Luas dan Topografi Desa ... 36
Tata Guna Tanah ... 37
Keadaan Penduduk ... 37
Sarana dan Prasarana ... 41
Karakteristik Petani Sampel ... 42
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43
(8)
vi
Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Daerah Penelitian ... 43
Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 47
Hubungan Antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian P2T3di Daerah penelitian ... 58
Hubungan antara umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 58
Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 60
Hubungan antara Lamanya Berusahatani dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 61
Hubungan antara Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 62
Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 64
Hubungan antara Luas Lahan dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 65
Hubungan antara Produksi dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 66
Hubungan antara Produktivitas dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 67
Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu ... 69
Upaya upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan Program penyuluhan pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu ... 70
KESIMPULAN DAN SARAN ... 72
Kesimpulan ... 72
Saran ... 74
DAFTAR PUSTAKA
(9)
vii
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
1. Daftar Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi Sawah
Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009 ... 22
2. Daftar Luas lahan/WKPP Kecamatan Sei Bamban Tahun 2009 ... 23
3. Jumlah Populasi dan Sampel ... 24
4. Spesifikasi Pengumpulan Data ... 25
5. Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai ... 27
6. Skor Target yang Dicapai Setelah Menerapkan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai ... 30
7. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Belutu Tahun 2009... 37
8. Distribusi Penduduk menurut Umur di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 38
9. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 39
10.Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 39
11.Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 40
12.Sarana dan Prasarana di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 41
13.Karakteristik Sosial Ekonomi Petani di Desa Sei Belutu Tahun 2009 ... 42
14.Pelaksanaan Inovasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) ... 46
15.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran ... 47
16.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemilihan Benih Sesuai dengan Anjuran ... 48
(10)
viii 17.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Penanaman Sesuai dengan Anjuran ... 49 18.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Pemupukan Sesuai dengan Anjuran... 51 19.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Pengendalian Hama dan Penyakit Sesuai dengan Anjuran... 52 20.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Panen Sesuai dengan Anjuran ... 52 21.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan
Pasca Panen Tanah Sesuai dengan Anjuran... 53 22.Persentase Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian
Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah
di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai ... 54 23.Persentase Petani yang Berhasil Mencapai Target Setelah Menerapkan
Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu,
Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai ... 57 24.Hubungan antara Umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan
Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 59 25.Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 60 26.Hubungan antara Lamanya Berusahatani dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 61 27.Hubungan antara Frekuensi Mengikuti Penyuluhan dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 63 28.Hubungan antara Jumlah Tanggungan Keluarga dengan
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 64 29.Hubungan antara Luas Lahan dengan Keberhasilan
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 65 30.Hubungan antara Produksi dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program
Penyuluhan Pertanian P2T3 ... 66 31.Hubungan antara Produktivitas dengan Keberhasilan
(11)
ix
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
1. Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3)
pada Petani Padi Sawah ... 21 2. Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Desa Sei Belutu,
Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai
(12)
x
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1 Karakteristik sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
2 Skor Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Sesuai dengan Anjuran
3 Skor Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Berdasarkan Target yang Tercapai
4 Korelasi Rank Spearman Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 dengan Faktor Faktor Sosial Ekonomi Petani
(13)
i
ABSTRAK
William Herman Simanjuntak. Nomor Induk Mahasiswa 060309011/Program Studi Agribisnis. “ Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan
Tertib Tanam (P2T3) pada Petani Padi Sawah” (Studi Kasus :Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai). Dengan Ketua Komisi
Pembimbing Ir. H. Hasman Hasyim, MSi dan Anggota Komisi Pembimbing Ir. Hj. Lily Fauzia, Msi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah. Penelitian ini dilakukan di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai yang ditentukan secara purposive dengan pertimbangan memiliki lahan sawah terluas dari 7 WKPP yang ada di Kecamatan Sei Bamban serta telah melaksanakan program P2T3 selama 3 tahun terakhir. Sampel dipilih secara stratified random sampling ditentukan secara proporsional berdasarkan luas lahan yaitu <1Ha dan ≥1Ha dengan 30 jumlah sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyuluhan pertanian mengalami perkembangan yang dapat di lihat dari keterbukaan petani dalam menerapkan inovasi yang dianjurkan PPL sehingga petani menjadi mudah dalam mencapai target setelah melaksanakan anjuran yang diberikan PPL selama tiga tahun terakhir. Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di daerah penelitian berhasil yang dilihat dari meningkatnya persentase petani yang menerapkan anjuran inovasi Program Penyuluhan Pertanian P2T3 yang telah terbukti dengan adaya program tersebut meningkatnya pencapaian target yaitu terciptanya peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman. Karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 mempunyai hubungan yang signifikan adalah lamanya berusahatani, luas lahan dan produksi. Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : keterbatasan modal, pola tanam yang tidak sesuai dengan anjuran, mahalnya upah tenaga kerja mulai dari pengolahan hingga panen, faktor cuaca yang tidak mendukung, lahan yang selalu tergenang, saluran irigasi yang belum memadai. Upaya upaya yang dilakukan petani untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 di Desa Sei Belutu yaitu : peminjaman modal, memanfaatkan lahan seoptimal dengan menyesuaikan tanaman yang sesuai dengan kondisi lahan, negosiasi harga, menyesuaikan jadwal tanam/tertib tanam sesuai dengan keadaan cuaca di daerah tersebut, melakukan pengapuran, dan perbaikan saluran irigasi.
Kata Kunci: Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3), Karakteristik Sosial Ekonomi Petani, Keberhasilan Program P2T3.
(14)
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pada masa pembangunan pertanian sekarang ini persaingan disektor pertanian semakin tidak lagi ditentukan oleh kepemilikan sumber daya alam, tetapi juga ditentukan oleh kualitas dari sumber daya manusianya. Oleh sebab itu diperlukan berbagai upaya yang dilakukan baik oleh instansi terkait maupun lembaga swadaya masyarakat. Departemen pertanian melalui badan pendidikan dan pelatihan pertanian dalam meningkatkan sumber daya manusia pertanian dapat dilakukan penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan latihan dalam bentuk kegiatan yaitu pendidikan, pelatihan dan penyuluhan (Supriaman, 2003).
Kegiatan penyuluhan pertanian yang dilakukan pada petani hendaknya dapat menyampaikan pesan pesan yang mengubah perilaku petani kearah ciri ciri manusia modern atau setidaknya mendekati ciri ciri dari manusia modern, seperti berpikiran positif terhadap perubahan, bersifat rasional, mempunyai wawasan yang luas, optimis dan berani mengambil resiko (Sinar Tani, 2001).
Penyusunan program penyuluhan pertanian didasarkan pada Undang Undang No. 16 Tahun 2006 yaitu bahwa program penyuluh terdiri atas program penyuluh desa/kelurahan atau unit kerja lapangan, program penyuluh propinsi dan program penyuluh nasional. Inti dari Program Penyuluhan Pertanian Lapangan (PPL) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian (Desa) Sei Belutu kanan dan kiri adalah Rencana Kegiatan penyuluh pertanian yang disusun melalui sebuah lokakarya partisipatif berdasarkan potensi Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Sei Belutu kanan dan kiri dan masalah/kebutuhan petani serta dukungan instansi/pihak
(15)
terkait. Isi dari program ini adalah kegiatan utama dalam penyuluh pertanian yang akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian Lapangan Desa Sei Belutu, dengan prosedur penyusunan Rencana Kegiatan Penyuluh Desa (RKPD) yaitu mengidentifikasi potensi wilayah desa, menyusun profil keluarga dan Rencana Usaha Keluarga (RUK), merekap dan merengking masalah dan upaya pemecahannya serta menyusun rencana kegiatan desa (Widodo dan Husni, 2009).
Pada tahun 1970 sampai dengan 1980 produk padi meningkat, karena adanya sistem Latihan dan Kunjungan (LAKU). Pada tahun 1995 Bank Dunia melakukan evaluasi kelemahan penyuluhan di Indonesia yaitu (1) kurangnya partisipasi, (2) kesalahan menetapkan fokus penyuluhan, (3) mekanisme top-down dan (4) kurangnya koordinasi antar sektor (Departemen Pertanian, 2007).
Program penyuluhan pertanian seringkali tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin terbentur karena masalah pengangkutan, kerusakan peralatan, keterlambatan penyerahan bahan bahan penyuluhan, atau akibat sistem penghargaan yang mendorong penyuluhan berperilaku tidak selayaknya. Manajemen penyuluhan seharusnya memperoleh informasi mengenai masalah ini agar mereka tanggap dengan cepat, dengan cara memecahkan masalahnya begitu masalah timbul, atau melakukan penyesuaian rencana agar lebih realistis sesuai dengan kenyataan. Survey yang dilakukan staf penyuluhan untuk mempertemukan pengalaman dan reaksi mereka ke dalam program memberikan informasi berharga untuk melakukan perbaikan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
(16)
Tanaman produksi pertanian yang kini banyak terkena penyakit atau serangan hama, terutama pada tanaman padi, salah satu penyebabnya adalah akibat pola tanam yang tidak teratur. Oleh karena itu, perlu adanya pengaturan pola tanam yang secara bersamaan. Tentunya hal ini butuh peraturan yang bisa dibuat oleh pemerintah desa, sehingga diharapkan nanti masyarakat petani akan mengikuti aturan tersebut.
Masalah dan hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) adalah masalah pelaksanaan tugas yaitu sikap petani terhadap inovasi yang disampaikan oleh PPL, ada beberapa masyarakat yang dapat menerima akan adanya perubahan yang dibawakan oleh penyuluh pertanian tetapi ada juga masyarakat yang menolaknya.
Karakteristik sosial ekonomi petani yaitu umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas secara tidak langsung mempengaruhi keberhasilan penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3), oleh karena itu pentingnya program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di Kabupaten Serdang Bedagai terutama dalam hal meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah dalam usaha membangun perekonomian rakyat khususnya di Kecamatan Sei Bamban.
Peneliti memandang perlu untuk mengadakan penelitian tentang evaluasi program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada tanaman padi sawah khususnya lagi di Desa Sei Belutu untuk mengetahui keseragaman pola tanam dan tertib tanam, perkembangan produksi, produktivitas,
(17)
terkendalinya serangan hama serta terciptanya kesejahteraan petani setelah adanya program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) sampai saat ini.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : Bagaimana gambaran umum pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, bagaimana keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, dan masalah masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, serta upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui gambaran umum pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, untuk mengetahui keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam
(18)
dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, untuk mengetahui hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, dan untuk mengetahui masalah masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, serta untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitan ini adalah sebagai berikut yaitu : Memberi masukan bagi pengambil keputusan dalam evaluasi program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah, memberi masukan bagi pihak pihak yang membutuhkan baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis, sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan evaluasi program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3).
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian ini adalah: Pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian mengalami perkembangan, program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib
(19)
Tanam (P2T3) di daerah penelitian berhasil, terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, dan terdapat masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian, serta terdapat upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) di daerah penelitian.
(20)
7
TINJAUAN PUSTAKA
Penyuluhan pertanian adalah kegiatan non formal yang mencakup masalah masalah pertanian, mulai dari teknis agronomis sampai pada aspek sosial ekonominya. Tenaga penyuluhan dalam bidang agronomi diharapkan mempunyai dan mampu menularkan ilmu pengetahuan praktisnya, seperti tentang cara usaha tani, pasca panen dan sebagainya, sedangkan dalam aspek sosial ekonominya para penyuluh pertanian sangat diharapkan mampu memberikan bimbingan tentang suasana pasar, suasana permintaan dan penawaran, suasana teknologi dan informasi serta hal lain yang erat hubungannya dengan pasar dan bidang agronomis sehingga suatu saat nanti petani akan dapat merasakan kehidupan yang lebih baik (Sastraatmadja, 1993).
Program penyuluhan pertanian seringkali tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin terbentur karena masalah pengangkutan, kerusakan peralatan, keterlambatan penyerahan bahan bahan penyuluhan, atau akibat sistem penghargaan yang mendorong penyuluhan berperilaku tidak selayaknya. Manajemen penyuluhan seharusnya memperoleh informasi mengenai masalah ini agar mereka tanggap dengan cepat, dengan cara memecahkan masalahnya begitu masalah timbul, atau melakukan penyesuaian rencana agar lebih realistis sesuai dengan kenyataan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).
Pola tanam merupakan tata urutan tanaman yang diusahakan pada sebidang tanah tertentu selama satu jangka waktu tertentu yang dipengaruhi oleh kondisi agroklimat, tanah, jenis tanaman, teknik budidaya dan sosial ekonomi. Pengaturan pola tanam dan tertib tanam terhadap musim yang berlangsung sangat
(21)
penting untuk mengantisipasi gagal panen akibat curah hujan yang terlalu tinggi ataupun kekeringan apabila masuk musim kemarau (Sinar Tani, 2001).
Pola tanam padi bisa dibuatkan peraturan desa, sehingga pola tanam akan berjalan secara teratur dan secara bersamaan. Kalau pengaturan pola tanam secara bersamaan bisa dilakukan, maka nantinya akan berpengaruh terhadap hasil produksi padi yang juga akan terus mengalami peningkatan. Sebab dengan pola tanam yang secara teratur tanaman padi akan jauh dari serangan penyakit atau serangan hama. Hama dan penyakit pada tanaman padi itu muncul karena petani tidak menerapkan pola tanam dengan secara teratur (Salmiah, 1992).
Evaluasi program yang baik diperlukan langkah yang sistematis, terarah dan konsisten. Program yang telah selesai dilaksanakan perlu dievaluasi untuk mengetahui apakah program yang telah dilaksakan itu sudah tepat. Evaluasi program bertujuan : (a) mempertanggungjawabkan keberhasilan program kepada masyarakat atau instansi yang membiayai program yang bersangkutan, dan (b) keberhasilan maupun ketidakberhasilan program ini selanjutnya dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh mereka yang berwenang (Kunarjo, 2002).
Kualifikasi evaluasi yang baik yaitu memiliki tujuan yang jelas dan spesifik, menggunakan instrumen yang tepat dan teliti, memberikan gambaran yang jelas tentang perubahan perilaku sasarannya, praktis dan objektif (Mardikanto,1993).
Manfaat dari evaluasi diantaranya penyuluh pertanian setiap saat harus mengambil keputusan dan kemudian melakukan tindakan yang menurut anggapannya merupakan tindakan yang terbaik, untuk memeriksa tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian dan mengupayakan perbaikan yang
(22)
diperlukan, timbulnya rasa aman bagi pegawai yang melaksanakan pekerjaannya dengan baik, evaluasi menyeluruh yang baik merupakan landasan yang terbaik bagi hubungan masyarakat, tumbuhnya sikap profesional diantara sesama penyuluh pertanian yang menggunakan teknik evaluasi ilmiah. Tujuan Evaluasi adalah untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas, dan dampak dari kegiatan serta menyempurnakan kegiatan yang sedang berjalan, membantu perencanaan, penyusunan program, dan pengambilan keputusan di masa depan (Sinar Tani, 2001).
Menurut pengamatan Chitambar, evaluasi yang baik harus dirancang sebagai suatu proses kegiatan bertahap yang mencakup tahapan tahapan yaitu perumusan tujuan evaluasi, perumusan indikator dan parameter, pengukuran indikator dan parameter, penetapan metode evaluasi, dan pelaporan. Dalam penetapan metode evaluasi terdiri dari perancangan evaluasi, perumusan populasi dan sampel, perincian data yang diperlukan, teknik pengumpulan data, perumusan instrumen, uji coba instrumen untuk uji ketepatan dan ketelitian instrumen dan teknik analisis data (Mardikanto, 1993).
(23)
Landasan Teori
Penyuluhan merupakan kegiatan yang melakukan proses perubahan perilaku manusia dalam hal ini adalah petani, yang dilakukan melalui suatu sistem pendidikan. Perubahan perilaku ini dapat kita lihat pada :
1. Perubahan perubahan pelaksanaan kegiatan bertani yang mencakup macam dan jumlah sarana produksi serta peralatan/mesin yang digunakan, maupun cara cara atau teknik bertaninya.
2. Perubahan perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya.
3. Perubahan perubahan dalam pengelolaan usahatani (perorangan, kelompok, koperasi), serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya.
Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada petani dan perubahan yang terjadi menjadi tujuan akhir dari penyuluhan pertanian (Mardikanto, 1993).
Latar belakang sosial ekonomi dan budaya ataupun politik mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh sasaran seperti : umur, tingkat pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikap terhadap perubahan. Pemahaman sistem sosial budaya juga bermanfaat untuk mengetahui nilai hidup, norma sosial, serta pandangan hidup masyarakat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan oleh petani untuk mengadopsi suatu inovasi (Mosher, 1997).
(24)
Variabel variabel karakteristik sosial ekonomi petani yang mempengaruhi terhadap keberhasilan suatu penyuluhan pertanian yaitu :
1. Umur
Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru. Kondisi seperti ini dipandang sangat menghambat proses pengambilan keputusan atas inovasi yang ditawarkan (Kartasapoetra, 1991).
Makin muda petani biasanya lebih semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Negara, 2000).
Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
2. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan manusia umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan berkurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber sumber daya alam yang tersedia. Usaha usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 2001).
(25)
Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor penyebab rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan kebiasaan lama, sedangkan seorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002).
Tingkat pendidikan petani cenderung mempengaruhi tingkat penghasilan secara positif, makin tinggi tingkat pendidikan maka penghasilannya cenderung makin meningkat. Hal ini didukung oleh keinginan petani muda untuk melanjutkan sekolah terutama dengan sistem pembelajaran jarak jauh sehingga tidak meninggalkan usahatani, tidak mengganggu waktu kerja dapat mengatur jadwal sendiri, lebih terjangkau dan dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sambil sekolah (Azhari, 2002).
Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006).
3. Lamanya Berusahatani
Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan yang tepat dan benar (Soekartawi, dkk.1986).
Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula karena pengalaman yang lebih banyak sehingga dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Lubis, 2000).
(26)
Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).
4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
Petani yang aktif atau sering melakukan kunjungan aktivitas penyuluhan akan semakin tanggap untuk dapat menerapkan suatu inovasi terhadap lahan pertaniannya (Soekartawi, 1986).
Semakin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar benar bermanfaat bagi petani untuk usahataninya (Hasyim, 2003).
5. Jumlah Tanggungan Keluarga
Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan lebih sulit dalam menerapkan teknologi baru karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi, sehingga mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut tidak berhasil (Soekartawi, 2002).
Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).
(27)
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu perhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya.
6. Luas lahan
Kedudukan lahan dalam usahatani adalah khusus. Selain merupakan unsur produksi yang berdiri sendiri, ia dapat juga digolongkan kedalam unsur modal. Jelas kiranya untuk memperoleh lahan pertanian biasanya diperlukan pengorbanan, baik dalam bentuk jasa maupun keuangan yang merupakan investasi modal. Namun demikian dalam menganggap unsur lahan sebagai modal, pengertiannya harus dibedakan dari jenis jenis modal lainnya, seperti bangunan dan alat alat (Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja, 1983).
Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi. Besarnya luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, dengan semakin luasnya lahan sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima (Soekartawi, 2002).
7. Produksi
Produksi yang rendah umumnya disebabkan oleh faktor sosial ekonomi misalnya tingkat pendidikan, umur, luas garapan, modal yang dimiliki dalam mengelola usahatani, jumlah tanggungan keluarga dan dukungan dari keluarga dalam berusahatani (Soekartawi, 1986).
Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan
(28)
efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya (Soekartawi, 2002).
8. Produktivitas
Clayton (1964) berpendapat bahwa produktivitas dan hasil pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai melalui cara yaitu: memperbaiki alokasi sumber daya yang dimiliki petani, termasuk penggunaan tanah dan tenaga kerja serta penyempurnaan kombinasi cabang usahatani dan memperkenalkan sumber daya baru dalam bentuk modal, tenaga kerja dan teknologi cara cara baru.
Menurut soekartawi (1986) produktivitas petani umumnya masih rendah. Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga mengusahakan kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah.
Tujuan P2T3 secara khusus yaitu pengaturan pola tanam dan tertib tanam untuk pengendalian hama wereng batang coklat, hama tikus, untuk memperoleh jadwal panen guna mengisi persaingan pasar pada bulan tertentu. Tujuan umum dari P2T3 yaitu mendayagunakan sumber daya lahan, tenaga kerja, agroklimat, modal serta keterampilan untuk meraih intensitas pertanaman, produksi dan produktivitas yang lebih tinggi.
(29)
Dengan adanya program P2T3 ini diharapkan nantinya akan memberikan manfaat bagi petani dalam hal :
1. Menjamin stabilitas sistem dan perluasan dasar struktur produksi dan mengurangi resiko kegagalan pertanaman.
2. Membuka peluang peningkatan intensitas pertanaman penganekaragaman pengusahaan komoditas, guna menjamin keseimbangan dan perluasan sumber penghasilan petani.
3. Membuka kesempatan dan lapangan pekerjaan.
4. Pergiliran tanaman membuka peluang memperbaiki kesuburan tanah serta memotong (menekan) siklus hama dan penyakit dari pertanaman musim yang lalu.
5. Membuka diversifikasi makanan.
6. Puncak pertanaman dan panen, membuka peluang pengembangan agroindustri (pra panen, panen, pasca panen dan processing)
7. Membuka peluang pengembangan berbagai lembaga pelayanan sistem agribisnis.
8. Memudahkan manajemen pembangunan pertanian (perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian).
9. Meningkatkan kualitas hidup petani dan keluarganya dengan memiliki tujuan, sasaran program kerja (tahunan, musiman, bulanan, mingguan dan harian).
10.Meningkatkan pengetahuan, keterampilan, perilaku dan sikap petani (Salmiah, 1992).
(30)
Sistem perencanaan mengharuskan adanya evaluasi atau penilaian hasil pelaksanaannya, yang kemudian dapat dipergunakan sebagai masukan balik (feedback) guna memperbaiki atau merencanakan kembali. Masukan kembali dapat dibentuk laporan laporan resmi yaitu melalui daftar daftar isian atau formulir yang telah disusun sebelumnya, berita acara dan sebagainya atau dapat berbentuk cara cara yang lebih santai (informal) melalui rapat rapat staf berkala dimana dibicarakan dan diadakan pertukaran pikiran mengenai apa yang gagal dan yang tidak berhasil dicapai. Dalam evaluasi atau penilaian dicoba untuk mendapatkan informasi dan mencapai hasil suatu program atau dampak dari suatu kegiatan, bagaimana keadaan sebelum dan sesudah dilaksanakan suatu program. Disamping mencari informasi mengenai apa, juga dicari jawaban dari mengapa atau sebabnya hal hal positif maupun negatif telah terjadi. Evaluasi dapat berhubungan dengan pengawasan (Reksopoetranto, 1992).
Berdasarkan pengamatan Ibrahim ternyata ada 3 (tiga) masalah utama yang penting dalam penyuluhan pertanian, yaitu :
1. Masalah yang menyangkut dengan fasilitas yang belum berfungsi sebagaimana mestinya.
2. Kurang adanya keseimbangan antara fasilitas dengan tugas tugas yang di kerjakan.
3. Kurang lancarnya komunikasi dan koordinasi antara lembaga penunjang yang bergerak dalam sektor penyuluhan pertanian (Sastraatmadja, 1993). Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan untuk mengkaji kembali keandalan program untuk mencapai tujuan yang diinginkan sesuai dengan pedoman/patokan yang diberikan. Juga dimaksudkan agar semua pihak yang
(31)
terlibat dalam pelasanaan program tersebut merasa ikut bertanggung jawab terhadap keberhasilan program yang telah dirumuskan, jika program tersebut terlaksanakan.
Kerangka Pemikiran
Penyuluhan pertanian dilakukan dengan maksud dan tujuan terciptanya perubahan pada setiap petani dan keluarganya yaitu perubahan sikap, perilaku, dan keterampilan petani. Berhubungan dengan masalah masalah sosial ekonomi petani dan termasuk menjadi ruang lingkup penyuluhan pertanian yaitu berusahatani lebih baik (better farming), berusahatani yang lebih menguntungkan (better business), kehidupan keluarga yang lebih layak (better living), terjalinnya keadaan lingkungan yang lebih harmonis (better environment), dan masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera (better community).
Penyuluh dalam menjalankan tugasnya haruslah memiliki acuan yang menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya dilapangan. Acuan yang menjadi pedoman ini disusun secara sistematis dan memiliki tujuan, baik itu tujuan jangka panjang yaitu terciptanya kesejahteraan petani maupun tujuan jangka pendek yaitu meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani yang akan dicapai setiap pelaksanaan tugasnya. Acuan sistematis yang menjadikan pedoman inilah yang selanjutnya disebut dengan program penyuluhan pertanian.
Program penyuluhan pertanian dapat disusun sesuai dengan kepentingan petani, karena petani lebih mengetahui program yang mereka inginkan yang disesuaikan dengan kondisi sosial ekonomi mereka. Program penyuluhan
(32)
pertanian juga terlaksana atas peran aktif dari penyuluh, tokoh masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Serdang Bedagai.
Program Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) merupakan suatu program pemerintah daerah yang diberikan kepada petani melalui bantuan PPL dengan maksud supaya petani menjadi terbiasa dalam bercocok tanam, sehingga tidak ada lahan yang menganggur, dengan demikian penggunaan potensi sumber daya alam dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin, menetapkan pola tanam yang serentak dengan jadwal tanam yang sama disamping usaha meningkatkan produksi juga untuk mencegah timbulnya hama wereng batang coklat dan hama lainnya dengan cara memotong siklus hidupnya yang merupakan salah satu usaha dalam pengendalian hama terpadu.
Program P2T3 mempunyai 7 komponen inovasi yaitu : pengolahan tanah, pemilihan benih, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen, dan pasca panen. Dimana dari keseluruhan komponen inovasi petani diharapkan tahu, mau dan mampu menerapkannya sesuai dengan anjuran yang diberikan PPL. Untuk itu PPL juga dituntut agar mampu menghimbau dan mensosialisasikan inovasi P2T3 dengan baik dan tepat sehingga petani mau menerapkan inovasi tersebut.
Dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani sehingga diperlukan upaya upaya untuk menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi oleh petani tersebut.
(33)
Untuk melihat apakah sebuah program yang telah disusun tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan evaluasi terhadap suatu program tersebut. Evaluasi ini sangat diperlukan untuk menilai apakah program tersebut perlu penambahan, sehingga program yang disusun selanjutnya benar benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah program penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil dalam pelaksanaannya. Ringkasan atau skema kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1 berikut :.
(34)
Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani: - Umur
- Tingkat pendidikan - Lamanya berusaha
tani
- Frekuensi mengikuti penyuluhan
- Jumlah tanggungan keluarga
- Luas lahan - Produksi - Produktivitas EVALUASI Komponen inovasi Program Penyuluhan Pertanian P2T3: - Pengolahan tanah - Pemilihan benih - Penanaman - Pemupukan - Pengendalian hama dan penyakit - Panen - Pasca panen Penyuluhan Pertanian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Petani Masalah Upaya Tidak berhasil Berhasil Lingkungan Keterangan:
: Menyatakan Hubungan
Gambar 1 : Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada Petani Padi Sawah
(35)
22
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Wilayah Penelitian
Penentuan daerah sampel dilakukan secara purposive, yaitu di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai. Memilih Kecamatan Sei Bamban sebagai daerah penelitian dengan alasan Kecamatan ini memiliki luas panen terluas serta produksi padi sawah terbesar untuk tingkat Kecamatan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Daftar Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi Sawah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2009
No Kecamatan Luas panen
(ha) Produktivitas (kw/ha) Produksi (ton) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Kotarih Dolok Masihul Sipispis Dolok Merawan Tebing Tinggi Bandar Khalifah Tanjung Beringin Teluk Mengkudu Sei Rampah Perbaungan Pantai Cermin Silinda Bintang Bayu Serba Jadi Tebing Syahbandar Sei Bamban Penggajahan 347 3.521 755 0 3.172 7.045 8.556 6.020 5.970 10.889 7.221 471 214 2.266 1.689 13.077 3.247 25,68 46,71 48,02 0,00 34,93 48,01 47,37 45,79 45,90 49,40 47,95 35,81 48,52 46,11 35,14 45,93 33,86 891 16.443 3.628 0 11.078 33.826 40.530 27.570 27.406 53.793 34.627 1.686 1.040 10.450 5.934 60.059 10.992
Jumlah 74.459 47,31 339.954
(36)
Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 Kecamatan, 273 Desa dan 6 Kelurahan. Dari Tabel 1 dapat dilihat Kecamatan Sei Bamban luas panen sebesar 13.077 ha, produktivitas 45,93 kw/ha, dan produksi padi sawah sebesar 60.059 Ton. Memilih WKPP Sei Belutu sebagai daerah penelitian karena WKPP Sei Belutu memiliki lahan sawah terluas dari 7 WKPP yang ada di Kecamatan Sei Bamban yaitu 1532 ha dan telah menjalankan program P2T3, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Daftar Luas Lahan/ WKPP Kecamatan Sei Bamban Tahun 2009
NO KECAMATAN
Sei Bamban/ WKPP DESA Luas Lahan Sawah (ha) Luas Lahan Kering (ha) Luas Lahan Pertanian (ha) 1 2 3 4 5 6 7 Sei Bamban Sei Mulyo Gempolan Kampung Pon Suka Damai Bakaran Batu Sei Belutu Sei Bamban (Kanan Jalan) Sei Bamban (Kiri Jalan) Rampah Estate Sei Bamban Estate Sei Buluh Estate Gempolan Kampung Pon Penggalangan Suka Damai Bakaran Batu Sei Belutu 936 1.044 - - 265 1.116 240 115 757 798 1.532 20 15 15 - 45 10 15 - 20 10 25 956 1.059 15 - 310 1.126 255 115 777 808 1.557
Jumlah 6.803 175 6.978
(37)
Metode Pengambilan Sampel
Dari populasi 1040 kepala keluarga (kk) petani padi sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, dipilih 30 kk sebagai sampel berdasarkan stratified random sampling ditentukan secara proporsional dengan luas lahan yaitu <1ha dan ≥1 h a, dengan demikian setiap petani didaerah penelitian ini memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu :
Spl = × Js
Dimana :
Spl = Sampel
n = Jumlah Petani Berdasarkan Strata Luas Lahan N = Total Populasi
Js = Besar Sampel (30 orang)
Spl I = × Js Spl II = × Js
= × 30 = 15,57 ≈ 16 = × 30 = 14,42 ≈ 14
Tabel 3. Jumlah Populasi dan Sampel
No Strata Luas Lahan (ha) Populasi Sampel
1 2
I II
<1
≥1 540 500
16 14
Jumlah 1040 30
(38)
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui hasil wawancara langsung yang dilakukan terhadap petani yang berasal dari WKPP Sei Belutu dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian Serdang Bedagai, kantor BPS Sumatera Utara, kantor BP4K Serdang Bedagai, kantor Kepala Desa Sei Belutu, dan PPL yang bertugas didaerah penelitian, serta instansi terkait lainnya. Spesifikasi pengumpulan data yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi Pengumpulan Data
No
. Jenis Data Sumber
Metode
Wawancara Observasi 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Umur
Tingkat Pendidikan Lamanya Berusahatani
Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Jumlah Tanggungan Keluarga Luas Lahan
Produksi
Produktivitas
Masalah masalah yang Dihadapi dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3 Upaya upaya yang Dilakukan dalam Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
PPL Responden/ PPL Responden Responden Responden Responden Responden Responden Dinas Pertanian, BP4K dan Responden Dinas Pertanian BP4K dan Responden Responden Responden √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ - - - - - - - - √ √ √ √
(39)
Metode Analisis Data
Data primer yang telah diperoleh terlebih dahulu ditabulasikan, kemudian dianalisis dengan uji statistik yang sesuai.
Untuk menguji hipotesis pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) didaerah penelitian mengalami perkembangan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif, dimana semakin seriusnya PPL dalam mensosialisasikan inovasi kepada petani serta semakin terbukanya para petani dalam menerapkan inovasi yang diberikan oleh PPL selama tiga tahun terakhir.
Untuk hipotesis program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) didaerah penelitian berhasil, dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif. Keberhasilan penyuluhan ditentukan melalui skor. Salah satu kriteria untuk mengukur keberhasilan penyuluhan pertanian yaitu ada penerimaan (adopsi) petani terhadap hal hal yang dianjurkan PPL, hal ini dapat dilihat dari reaksi petani yang bersedia menerapkan anjuran yang di berikan PPL serta tercapainya target yang telah ditetapkan. Dalam menentukan skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai dapat dilihat pada Tabel 5.
(40)
Tabel 5. Skor Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai.
No Inovasi Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Anjuran Pengukuran Skor
1 Pengolahan Tanah
- Pengolahan dilakukan 3 minggu-1 bulan sebelum tanam
- Dengan menggunakan traktor tangan
- Kedalaman 20-30 cm, sampai terbentuk struktur lumpur - Permukaan tanah
diratakan untuk mempermudah mengontrol dan mengendalikan air. 1. Melakukan inovasi pengolahan tanah sesuai dengan anjuran
2. Tidak melakukan inovasi pengolahan tanah sesuai dengan anjuran 2 1
2 Pemilihan Benih
- Menggunakan benih unggul yang
bersertifikat
- Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan
1. Melakukan inovasi pemilhan benih sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan
inovasi pemilhan benih sesuai dengan anjuran
2
1
3 Penanaman - Keseragaman/tertib tanam dan pengaturan pola tanam yaitu padi- semangka-padi
- Pengaturan jarak tanam, yaitu antara :
a) 18 x 18 cm b) 18 x 20 cm c) 20 x 20 cm - Bibit ditanam pada
kedalaman 3-5 cm - Penanaman bibit 3-4
batang/lubang
- Tanam bibit muda umur 15-20 hari
- Tanam sistem legowo
1. Melakukan inovasi
penanaman sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan
inovasi
penanaman sesuai dengan anjuran
2
(41)
Lanjutan Tabel 5…
4 Pemupukan - Pemakaian pupuk berimbang yaitu :
a) Urea = 200 Kg/Ha b) SP36 = 150 Kg/Ha c) KCl = 100 Kg/Ha d) ZA = 75 Kg/Ha Jumlah = 525 Kg/Ha - Pemakaian pupuk tersebut
dapat dicampurkan bersamaan.
- Pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah.
- Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC) 1. Melakukan inovasi pemupukan sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi pemupukan sesuai dengan anjuran 2 1
5 Pengendalian Hama dan
Penyakit
- Pengendalian jasad pengganggu tanaman secara terpadu
- Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan, yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin.
- Menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas ambang kewajaran.
- Pengendalian dan
pemberantasan hama dan penyakit menggunakan racun harus sesuai dengan dosis, cara dan waktu yang tepat. 1. Melakukan inovasi Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran 2 1
(42)
Lanjutan Tabel 5…
6 Panen - Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah
menunduk
- Pemanenan dapat
dilakukan 100-115 sesuai jenis benihnya
- Menggunakan sabit pemotong
- Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.
1. Melakukan inovasi panen sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi panen sesuai dengan anjuran 2 1
7 Pasca Panen - Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.
- Dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling
- Penyimpanan beras dilakukan setelah
pengemasan dalam karung plastik. 1. Melakukan inovasi pasca panen sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan inovasi pasca panen sesuai dengan anjuran 2 1
Sumber : BP4K Kabupaten Serdang Bedagai
Dari Tabel 5 dikemukakan bahwa jumlah skor dalam mengevaluasi pelaksanaan inovasi program P2T3 adalah apabila skor:
≤ 7 dapat disimpulkan bahwa program P2T3 tidak berhasil (gagal) 8 - 14 dapat disimpulkan bahwa program P2T3 berhasil.
(43)
Dampak setelah petani menerapkan anjuran yang diberikan PPL yaitu tercapainya target yang telah ditetapkan, adapun tujuan program (target yang ingin dicapai) yaitu peningkatan produksi, peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Skor Target Yang Dicapai Setelah Menerapkan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban Kabupaten Serdang Bedagai
No. Target yang Dicapai Setelah Menerapkan Anjuran
Pengukuran Skor
1 Peningkatan produksi 1. Terjadinya peningkatan produksi
2. Produksi sama dengan hasil sebelumnya (tetap)
3. Produksi menurun
3 2 1 2 Peningkatan produktivitas 1. Terjadinya peningkatan
produktivitas
2. produktivitas sama dengan hasil sebelumnya (tetap) 3. Produktivitas menurun
3 2 1 3 Pengetahuan petani bertambah 1. Pengetahuan petani menjadi
bertambah
2. Pengetahuan petani tetap 3. Pengetahuan petani
berkurang
3 2 1 4 Penurunan hama dan penyakit 1. Terjadinya Penurunan
hama dan penyakit
2. Tidak ada Penurunan hama dan penyakit ( tetap)
3. Populasi hama dan penyakit semakin banyak
3 2 1 5 Terkoordinirnya tanaman 1. Tanaman semakin mudah
dikoordinir
2. Tidak ada pengaruh (tetap) 3. Semakin sulitnya
mengkoordinir tanaman
3 2 1
(44)
Dari Tabel 6 dikemukakan bahwa jumlah skor dalam mengevaluasi program P2T3 berdasarkan target yang dicapai setelah menerapkan anjuran adalah apabila skor: ≤ 10 dapat disimpulkan bahwa program P2T3 tidak berhasil
11-15 dapat disimpulkan bahwa program P2T3 berhasil
Untuk hipotesis terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Korelasi Rank Spearman dengan bantuan Statistical Product and Service Solution (SPSS) 18.
Dengan kriteria uji sebagai berikut :
H0 terima dan H1 tidak terima jika signifikansi ≥ α H1 terima dan H0 tidak terima jika signifikansi < α
Dapat juga diketahui dengan cara manual yaitu dengan rumus:
Rs = 1 –
dimana range Rs = -1≤0≥1 Keterangan:
Rs = koefisien korelasi Rank Spearman
di = selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan keberhasilan penyuluhan
N = jumlah sampel α = tingkat kepercayaan db = derajat bebas
dan diuji dengan uji signifikansi sebagai berikut :
(45)
Dengan kriteria uji sebagai berikut :
Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 terima dan H1 tidak terima
Yaitu tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) petani dengan keberhasilan penyuluhan.
Jika t hitung > t tabel maka H0 tidak terima dan H1 terima
Yaitu ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan pertanian, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas) petani dengan keberhasilan penyuluhan (Sudjana,1992).
Untuk hipotesis terdapat masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) didaerah penelitian, serta terdapat upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif dengan mengamati masalah masalah apa saja yang dihadapi petani padi sawah didaerah penelitian dan upaya upaya apa yang dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi didaerah penelitian.
(46)
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menjelaskan dan menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini maka dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Evaluasi adalah kegiatan pengamatan serta penilaian terhadap suatu keadaan yang sedang berjalan ataupun yang telah selesai.
2. Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. 3. Program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam
(P2T3) merupakan suatu program pemerintah daerah yang diberikan kepada petani melalui bantuan PPL dengan maksud supaya petani terbiasa dalam bercocok tanam, sehingga tidak ada lahan yang menganggur, dengan demikian penggunaan potensi sumber daya alam dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin.
4. Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan mengkaji kembali draft atau usulan program yang sudah direncanakan dan dilaksanakan apakah berhasil atau tidak untuk keberlanjutan program tersebut.
5. Dalam penelitian ini yang dievaluasi adalah program penyuluhan pertanian Pengaturan Pola Tanam dan Tertib Tanam (P2T3) pada petani padi sawah. 6. Sampel dalam penelitian ini adalah setiap petani padi sawah yang sudah
disosialisasikan dan dianjurkan agar menerapkan program P2T3 dalam usaha taninya.
(47)
7. Karakteristik sosial ekonomi petani adalah sifat sifat khas yang dimiliki oleh setiap individu petani didaerah penelitian.
8. Karakteristik sosial ekonomi petani yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.
9. Umur (X1) adalah lama waktu hidup responden (tahun) dari lahir hingga ketika dilakukan penelitian.
10.Tingkat pendidikan (X2) adalah tingkat jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh responden untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah (pendidikan formal).
11.Lama berusahatani (X3) adalah lamanya (tahun) responden bekerja sebagai petani padi sawah.
12.Frekuensi mengikuti penyuluhan (X4) adalah banyaknya (kali) kegiatan penyuluhan yang diikuti oleh responden.
13.Jumlah tanggungan keluarga (X5) adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang belum berpenghasilan dan menjadi tanggungjawab responden.
14.Luas lahan (X6) adalah luasnya (ha) areal pertanaman padi sawah yang diusahakan oleh responden.
15.Produksi (X7) adalah hasil panen yang diperoleh petani dari usahataninya (ton).
16.Produktivitas (X8) adalah hasil persatuan luas lahan (ton/ha).
17.Keberhasilan program penyuluhan pertanian P2T3 adalah petani mau dan mampu menerapkan inovasi P2T3 sesuai dengan anjuran serta tercapainya target yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu peningkatan produksi,
(48)
peningkatan produktivitas, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.
Batasan Operasional
1. Lokasi penelitian adalah Desa Sei Belutu, Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai.
2. Adapun pola tanam yang dianjurkan di Desa Sei Belutu yaitu : padi-semangka-padi.
3. Waktu penelitian adalah pada bulan November sampai dengan Desember tahun 2010.
(49)
36
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
DAN KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN
Deskripsi Daerah Penelitian
Luas dan Tofografi Desa
Desa Sei Belutu berada di Kecamatan Sei Bamban, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara. Tofografi daerah umumnya datar, ketinggian tempat berkisar 14 m diatas permukaan laut dan desa Sei Belutu mempunyai luas wilayah 1626 ha. Secara geografis desa Sei Belutu terdiri dari wilayah dataran rendah dengan suhu 30-33 °C, curah hujan tinggi pada bulan September sampai Desember sedangkan musim kemarau pada bulan Januari sampai Agustus dan sebagai daerah pertanian tanaman pangan yang cukup subur ditanami padi sepanjang tahun. Jumlah penduduk desa Sei Belutu yaitu 4627 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1040 kk.
Secara administratif, batas batas daerah penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Bakaran Batu
- Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kecamatan Dolok Masihul - Sebelah Barat bertasan dengan : Desa Gempolan
(50)
Tata Guna Tanah
Desa Sei Belutu yang memiliki luas wiayah 1626 ha dimana penggunaan lahan terluas adalah persawahan yaitu 1532 ha, ladang 13,5 ha, pekarangan 10 ha dan selebihnya yaitu 70,5 ha adalah untuk pemukiman dan prasarana lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Desa Sei Belutu pada umumnya mayoritas bertanam padi sawah.
Keadaan Penduduk
Desa Sei Belutu memilki penduduk sebanyak 4627 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 1040 kk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Sei Belutu Tahun 2009
No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1
2
Laki laki Perempuan
2118 2509
45,8 54,2
Jumlah 4627 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 7, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki sebanyak 2118 jiwa (45,8%) dan perempuan sebanyak 2509 jiwa (54,2%).
(51)
Dari data yang diperoleh keadaan penduduk menurut umur di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Penduduk menurut Umur di Desa Sei Belutu Tahun 2009
No Kelompok Umur (tahun) Jumlah Penduduk (jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 >65 161 276 290 308 294 349 362 400 369 350 412 399 381 276 3,5 6,0 6,2 6,7 6,4 7,5 7,8 8,6 8,0 7,6 8,9 8,6 8,2 6,0
Jumlah 4627 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut umur yang terbesar adalah 50-54 tahun yaitu sebanyak 412 jiwa (8,9%) dan yang terkecil adalah kelompok umur 0-4 tahun yaitu 161 jiwa (3,5%). Usia produktif antara 16-45 tahun.
(52)
Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No. Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Petani PNS POLRI/TNI Wiraswasta Nelayan Buruh Karyawan Jasa Pedagang Lain lain 2000 296 44 95 - 42 25 28 84 2013 43,22 6,40 0,95 2,05 - 0,91 0,54 0,61 1,81 43,51
Jumlah 4627 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 9, bahwa sebagian besar penduduk Desa Sei Belutu bermata pencaharian petani yaitu 2000 jiwa (43,22%), PNS 296 jiwa (6,40%), POLRI/TNI 44 jiwa (0,95%), wiraswasta 95 jiwa (2,05%), buruh 42 jiwa (0,91%), karyawan 25 jiwa (0,54%), jasa 28 jiwa (0,61%), pedagang 84 jiwa (1,81%) dan lain lain sebanyak 2013 jiwa (43,51%).
Keadaan penduduk menurut agama yang dianut di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No Agama yang dianut Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 Kristen Protestan Kristen Katolik Islam Hindu Budha Konghuchu 3942 613 72 - - - 85,19 13,25 1,56 - - -
Jumlah 4627 100
(53)
Berdasarkan Tabel 10, diketahui bahwa penduduk Desa Sei Belutu mayoritas menganut agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 3942 jiwa (85,19%), Kristen Katolik 613 jiwa (13,25%), dan Islam 72 jiwa (1,56%).
Keadaan penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sei Belutu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sei Belutu Tahun 2009.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Belum/Tidak Sekolah TK/PAUD SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 800 56 1065 883 1013 176 34 230 370 17,29 1,21 23,02 19,08 21,89 3,80 0,74 4,97 8,00
Jumlah 4627 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Sei Belutu Tahun 2009
Berdasarkan Tabel 11, bahwa pendidikan di Desa sei Belutu bervariasi dan dapat digolongkan baik hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang sudah banyak lulus perguruan tinggi yaitu S1 370 jiwa (8%), D3 230 jiwa (4,97%), D2 34 jiwa (0,74%), D1 176 jiwa (3,8%), SMA 1013 jiwa (21,89%), SMP 883 jiwa (19,08%), SD 1065 jiwa (23,02%), PAUD 56 jiwa (1,21%), belum/tidak sekolah 800 jiwa (17,29%).
(1)
Lampiran 1
Karakteristik sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban
Kabupaten Serdang Bedagai
Strata
No.
Sampel
Umur
(tahun)
Tingkat
Pendidikan
(tahun)
Lamanya
Berusahatani
(tahun)
Frekuensi
Mengikuti
Penyuluhan
(kali/tahun)
Jumlah
Tanggungan
Keluarga
(jiwa)
Luas
Lahan
(ha)
Produksi
(ton)
Produktivitas
(ton/ha)
I
1
40
6
8
2
1
0.48
3.6
7.5
2
40
13
15
2
3
0.4
2.8
7
3
45
12
5
0
2
0.8
6
7.5
4
34
9
1
0
0
0.18
1.25
6.94
5
41
12
12
1
5
0.64
5
7.8
6
61
9
43
2
6
0.48
3.24
6.75
7
38
12
10
0
4
0.92
6.9
7.5
8
35
12
5
0
3
0.48
3
6.25
9
43
9
20
1
3
0.48
3.6
7.5
10
55
9
22
0
4
0.84
5.88
7
11
36
9
12
0
0
0.84
5.88
7
12
45
6
15
0
3
0.2
1.15
5.75
13
27
12
2
0
1
0.88
5.94
6.75
14
45
9
15
0
2
0.48
3.48
7.25
15
42
9
13
0
1
0.4
2.6
6.5
16
33
12
7
0
3
0.32
2.08
6.5
II
17
48
12
20
2
4
1.2
7.5
6.25
18
51
12
31
1
5
1.6
12
7.5
19
44
12
19
0
4
1.36
9.18
6.75
20
53
12
29
2
5
1.6
10.8
6.75
21
52
12
8
0
2
1.44
10.83
7.52
22
43
12
13
0
2
1.52
11.02
7.25
23
55
9
30
0
3
1
7
7
24
54
12
30
0
4
1
6
6
25
49
12
20
2
2
1.4
10.5
7.5
26
34
12
10
1
2
1.6
12
7.5
27
48
12
20
0
8
1
7
7
28
51
12
20
0
8
1
7
7
29
39
12
5
0
1
1.6
12
7.5
30
43
12
12
2
4
1.32
8.25
6.25
Jumlah 1324
325
472
18
95
27.46
193.48
209.26
(2)
Lampiran 2
Skor Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Sesuai dengan Anjuran
Strata
No.
Sampel
Pengolahan
Tanah
Pemilihan
Benih
Penanaman
Pemupukan
Pengendalian
Hama dan
Penyakit
Panen
Pasca
Panen
Total
Kategori
I
1
2
1
2
2
2
2
2
13
Berhasil
2
2
2
2
1
2
2
2
13
Berhasil
3
1
1
1
1
1
2
1
8
Berhasil
4
2
1
1
1
2
2
2
11
Berhasil
5
2
2
1
1
2
2
1
11
Berhasil
6
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
7
2
1
1
1
1
2
1
9
Berhasil
8
2
2
1
1
2
2
2
12
Berhasil
9
1
2
2
1
2
2
2
12
Berhasil
10
2
2
1
2
2
2
2
13
Berhasil
11
2
2
1
2
2
2
2
13
Berhasil
12
1
1
1
1
1
1
1
7
Tidak
Berhasil
13
2
1
1
2
2
2
2
12
Berhasil
14
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
15
2
2
1
1
1
2
2
11
Berhasil
16
2
2
2
1
1
2
2
12
Berhasil
II
17
2
1
2
2
1
2
2
12
Berhasil
18
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
19
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
20
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
21
2
2
1
2
2
2
2
13
Berhasil
22
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
23
2
2
2
2
1
2
1
12
Berhasil
24
2
2
2
1
2
2
2
13
Berhasil
25
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
26
2
2
2
2
2
2
2
14
Berhasil
27
2
2
1
2
1
2
2
12
Berhasil
28
2
1
1
1
2
2
2
11
Berhasil
29
2
1
2
2
2
2
2
13
Berhasil
30
2
2
2
1
1
2
2
12
Berhasil
Jumlah
57
51
47
47
51
59
55
367
Rataan
1.90
1.70
1.57
1.57
1.70
1.97
1.83
12.23
Keterangan :
2 = Sesuai Anjuran
1 = Tidak Sesuai Anjuran
(3)
Lampiran 3
Skor Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Berdasarkan Target yang Tercapai
Strata
No.
Sampel
Peningkatan
Produksi
Peningkatan
Produktivitas
Pengetahuan
Petani
Penurunan
Hama dan
Penyakit
Terkoordinirnya
tanaman
Total
Skor
Kategori
I
1
3
3
3
3
2
14
Berhasil
2
3
3
2
3
3
14
Berhasil
3
2
2
2
3
2
11
Berhasil
4
3
3
2
3
2
13
Berhasil
5
3
3
3
2
2
13
Berhasil
6
3
3
3
3
3
15
Berhasil
7
3
3
2
2
2
12
Berhasil
8
3
3
3
2
2
13
Berhasil
9
3
3
2
2
3
13
Berhasil
10
3
3
2
3
3
14
Berhasil
11
3
3
2
3
3
14
Berhasil
12
2
2
2
2
2
10
Tidak Berhasil
13
3
3
3
2
2
13
Berhasil
14
3
3
3
3
3
15
Berhasil
15
3
3
2
2
2
12
Berhasil
16
3
3
3
2
2
13
Berhasil
II
17
3
3
2
2
3
13
Berhasil
18
3
3
3
3
3
15
Berhasil
19
3
3
3
3
3
15
Berhasil
20
3
3
3
3
3
15
Berhasil
21
3
3
2
3
3
14
Berhasil
22
3
3
3
3
3
15
Berhasil
23
3
3
2
3
2
13
Berhasil
24
3
3
2
3
3
14
Berhasil
25
3
3
3
3
3
15
Berhasil
26
3
3
3
3
3
15
Berhasil
27
3
3
2
2
3
13
Berhasil
28
3
3
2
2
2
12
Berhasil
29
3
3
2
3
3
14
Berhasil
30
2
2
3
3
3
13
Berhasil
Jumlah
87
87
74
79
78
405
Rataan
2.90
2.90
2.47
2.63
2.60
13.50
Keterangan :
3 : Meningkat
2 : Tetap
1 : Menurun
(4)
Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan
Pertanian P2T3 dengan Faktor Faktor Sosial Ekonomi Petani
Umur
Correlations
Umur
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Umur Correlation Coefficient 1.000 .259
Sig. (2-tailed) . .166
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .259 1.000
Sig. (2-tailed) .166 .
N 30 30
Tingkat Pendidikan
Correlations
Tingkat Pendidikan
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Tingkat_Pendidikan Correlation Coefficient 1.000 .121
Sig. (2-tailed) . .526
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .121 1.000
Sig. (2-tailed) .526 .
(5)
Lanjutan Lampiran 4…
Lamanya Berusahatani
Correlations
Lamanya Berusahatani
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Lamanya Berusahatani Correlation Coefficient 1.000 .369*
Sig. (2-tailed) . .045
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .369*
1.000
Sig. (2-tailed) .045 .
N 30 30
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
Correlations
Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Frekuensi Mengikuti
Penyuluhan
Correlation Coefficient 1.000 .340
Sig. (2-tailed) . .066
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .340 1.000
Sig. (2-tailed) .066 .
N 30 30
Jumlah Tanggungan Keluarga
Correlations
Jumlah Tanggungan Keluarga
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Jumlah Tanggungan
Keluarga
Correlation Coefficient 1.000 .008
Sig. (2-tailed) . .968
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .008 1.000
Sig. (2-tailed) .968 .
(6)
Lanjutan Lampiran 4…
Luas Lahan
Correlations
Luas Lahan
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Luas Lahan Correlation Coefficient 1.000 .511**
Sig. (2-tailed) . .004
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .511**
1.000
Sig. (2-tailed) .004 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Produksi
Correlations
Produksi
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Produksi Correlation Coefficient 1.000 .470**
Sig. (2-tailed) . .009
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .470** 1.000
Sig. (2-tailed) .009 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Produktivitas
Correlations
Produktivitas
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Spearman's rho Produktivitas Correlation Coefficient 1.000 .171
Sig. (2-tailed) . .367
N 30 30
Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian P2T3
Correlation Coefficient .171 1.000
Sig. (2-tailed) .367 .