Lokasi dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Analisis Data

23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di sekitar perairan Situ Gintung pada bulan Juni-Juli 2006. Lokasi penelitian dibagi menjadi empat daerah pengamatan yang ditentukan untuk mempermudah penelitian. Peta lokasi dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah jaring serangga insect net diameter 50 cm, jarum serangga, alat tulis, lembar kerja, kertas papilot, kaca pembesar loupe, alat petunjuk waktu, kamera digital, buku panduan lapangan Mengenal Capung, kardus dan gabus, Anemometer, Termometer, Hygrometer, Altimeter. Bahan yang digunakan adalah capung, aceton, dan kamper. 3.3. Cara kerja 3.3.1. Observasi awal Observasi awal dilakukan pada tanggal 2 sampai 12 Juni 2006. Hal-hal yang dilakukan adalah: - Menentukan lokasi penelitian Untuk mempermudah penelitian, lokasi penelitian dibagi menjadi empat daerah penelitian dengan batas-batas sebagai berikut: 24 Lokasi A. Kawasan terbuka kampus II Universitas Islam Negeri Jakarta UIN. sebagai daerah pemukiman dengan vegetasi tanaman merak Caesalpinia pulcherrima, kelapa Cocos nucifera, tasbih Canna hybrida , putri malu Mimosa pudica dan rumput-rumputan. Lokasi B. Kawasan terbuka Wisata Alam Situ Gintung dengan vegetasi rumput- rumputan, Akasia, merak Caesalpinia pulcherrima, kelapa Cocos nucifera , putri malu mimosa pudica. Lokasi C. Kawasan terbuka Hutan Semi alami Situ gintung dengan vegetasi Akasia, kelapa Cocos nucifera, jambu monyet Anacardium occidentale , putri malu Mimosa pudica, Eceng Gondok, dan rumput-rumputan. Lokasi D. Lahan pertanian Situ Gintung dengan vegetasi tanaman pangan berupa ketela pohon Manihot utilissima, jagung Zea mays, pepaya Carica papaya , putri malu Mimosa pudica dan rumput-rumputan. Gambaran lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 2. - Koleksi awal jenis capung untuk identifikasi Jenis-jenis capung yang ditemukan saat observasi awal ditangkap dengan menggunakan jaring serangga kemudian dikoleksi dan untuk mempermudah pengoleksian sampel saat penelitian.

3.3.2. Pengambilan data fisik dan jenis capung di lapangan

- Pengambilan data fisik di lapangan dilakukan pada saat penelitian berupa : Suhu, kelembaban, kecepatan angin dan ketinggian. Pengukuran suhu dilakukan 25 dengan menggunakan termometer air raksa 100° C dengan cara digantung pada tali gantung. Pengukuran kecepatan angin dilakukan dengan menggunakan anemometer dengan cara diletakkan menghadap arah angin, pengukuran kelembaban dilakukan dengan cara menggunakan higrometer dengan cara digantung pada tali gantung, pengukuran ketinggian dilakukan dengan menggunakan altimeter. Data di ambil pada pagi hari dan sore hari pada saat penelitian. - Pengambilan data dan sampel di lapangan dilakukan sebanyak 5 kali antara tanggal 20 Juni sampai 20 Juli 2006 yaitu tanggal 25 Juni, 2, 9, 16, 23 Juli 2006. pada pagi hari mulai pukul 08.00 sampai 11.00 WIB. dan sore hari mulai pukul 15.00 sampai 17.00 WIB. Pemilihan waktu penelitian berdasarkan waktu aktifnya capung, sehingga diharapkan dapat ditemukan jenis capung yang beragam Suharni,1991. Jenis-jenis capung yang ditemukan ditangkap dengan menggunakan jaring serangga kemudian capung dimatikan dengan cara capung dimasukkan ke dalam aceton kemudian di simpan dalam kertas papilot. - Estimasi jumlah populasi capung Banyaknya individu capung diperkirakan berdasarkan angka yang dipakai oleh Aswari 1997 di Kebun Raya Bogor, yaitu: ‘sedikit’ jika jumlahnya 1-9 ekor, ‘sedang’ jika jumlahnya 10 sampai 50 ekor, dan ‘banyak’ jika jumlahnya lebih dari 51 ekor. Data yang dicatat ditabulasikan dalam sebuah tabel. Penghitungan jumlah capung di lapangan dilakukan dengan teknik penghitungan secara langsung. 26 - Perlakuan Sampel Capung yang telah ditangkap dimatikan dengan mencelupkan ke dalam aceton selama beberapa detik, kemudian dimasukkan ke dalam kantung spesimen kertas papilot dan dilengkapi data lapangan. Capung tersebut di-jarum pinning pada bagian tengah sayap hingga ujung pin muncul di antara ujung kaki pertama dan kedua lalu dikeringkan dengan proses pemanasan pada oven bersuhu 45ºC selama 3 hari. Setelah itu ditancapkan pada gabus yang kemudian disimpan dalam kotak-kotak penyimpanan. Sampel dipotret dengan kamera digital. Setiap jenis capung yang ditemukan kemudian dideskripsikan dan diidentifikasi jenisnya. Berpedoman pada buku panduan lapangan mengenal capung Susanti, 1998 dan membandingkan sampel yang diperoleh dengan spesimen yang ada pada koleksi serangga di Balitbang Zoologi, Puslitbang Biologi LIPI Cibinong Bogor, Jawa Barat.

3.4. Analisis Data

Perhitungan indeks keanekaragaman jenis dan kemerataan distribusi individu dalam jenis dengan menggunakan Shannon-Wiener Krebs, 1986 dalam Aswari 2004. 1. Menentukan Indeks Keanekaragaman Jenis, rumus yang digunakan adalah: H = - ∑Pi ln Pi Keterangan: H = Indeks keanekaragaman jenis Pi = niN ni = jumlah individu jenis ke-I N = jumlah individu semua jenis 27 2. Menentukan Indeks Kemerataan, rumus yang digunakan adalah: H E = H max Keterangan: E = indeks kemerataan H = Indeks keanekaragaman jenis H max = log 2 S = 3,3219 log S S = Jumlah jenis Tabel 1. Kriteria Penilaian Pembobotan Kualitas Lingkungan Indeks keanekaragaman H Kondisi struktur komunitas kategori skala 2,41 Sangat stabil Sangat baik 5 – 2,4 Lebih stabil Baik 4 1,21 – 1,8 Stabil Sedang 3 0,61 – 1,2 Cukup stabil Buruk 2 0,6 Tidak stabil Sangat buruk 1 Indeks kemerataan E Kondisi penyebaran jenis struktur komunitas Kategori Skala 0,81 Sangat stabil Sangat baik 5 0,61 – 0,80 Lebih stabil Baik 4 0,41 – 0,60 Stabil Sedang 3 0,21 – 0,40 Cukup stabil Buruk 2 0,20 Tidak stabil Sangat buruk 1 Sumber: Krebs, 1986 dalam Aswari 2004. 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Capung yang berhasil ditemukan di empat lokasi penelitian terdiri dari enam jenis. Lima jenis termasuk dalam sub ordo Anisoptera, Famili Libellulidae yaitu Orthetrum sabina, Brachytemis contaminata, Orthetrum testacium, Ortetrum pruinosum, Orthetrum caledonicum dan satu jenis termasuk dalam sub ordo Zygoptera, Famili Coenagrionidae yaitu Agnionemis femina. Lokasi penelitian A merupakan daerah penelitian yang memiliki paling banyak jenis capung, yaitu lima jenis capung pada pagi dan empat jenis pada pengamatan sore, lokasi penelitian D memiliki tiga jenis capung pada pengamatan pagi dan sore, lokasi penelitian C memiliki tiga jenis capung pada pengamatan pagi dan sore dan lokasi penelitian B merupakan lokasi penelitian yang paling sedikit jenisnya karena hanya ditemukan tiga jenis pada pagi dan dua jenis pada sore hari dengan jumlah masing masing jenis yang berbeda-beda Tabel 2.