Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

B. TINGKAT KEPATUHAN DAN KESADARAN WAJIB PAJAK

1. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Kesadaran adalah suatu kegiatan dimana seseorang tahu dan mengerti suatu hal, berbicara dengan kesadaran menyangkut pribadi seseorang, dimana kesadaran itu datang dari hati nurani seseorang untuk melakukan sesuatu yang menurut etika merupakan yang baik dan terpuji tanpa adanya paksaan dari orang lain. Oleh karena itu kesadaran wajib pajak dapat diartikan dimana wajib pajak mengerti dan melaksanakan kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Tingkat pemahaman yang kurang dari wajib pajak terhadap beberapa ketentuan yang di undang – undang perpajakan, yang meliputi tentang Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP, tata cara menghitung pajak, tata cara membayar pajak, tata cara NPWP berguna untuk menjaga ketertiban dalam membayar pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Tetapi dalam hal ini masih banyak wajib pajak yang tidak memperdulikan untuk mendaftarkan diri pada KPP meskipun telah mengerti peranan wajib pajak bagi negara. Wajib pajak merasa jika mereka membayar pajak maka penghasilan mereka harus berkurang lebih baik mereka tidak mendaftarkan diri sebagai wajib pajak. Wajib pajak akan mendaftarkan diri sebagai wajib pajak jika mereka merasa perlu sekali, misalnya untuk persyaratan pembuatan kartu kredit, persyaratan pinjaman di bank, fiscal luar negeri, atau bila wajib pajak tersebut telah diketahui oleh fiskus jumlah penghasilannya dan fiskus mewajibkan wajib pajak untuk mendaftarkan diri. Tingkat kesadaran wajib pajak untuk melaksanakan kawajibannya kalau pajak tersebut masih rendah, walaupun sistem perpajakan kita menganut self assesment system. Membutuhkan kesadaran masyarakat yang jujur dan bertanggung jawab.

2. Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak

Dalam pemberlakuan sistem perpajakan di Indonesia yang memberi kepercayaan penuh kepada wajib pajak yang ditandai dengan dengan pelaksanaan kewajiban secara suka rela. Peran serta wajib pajak dalam self assesment system sangat menentukan tercapainya rencana wajib pajak. Dalam mencapai suatu keberhasilan penerimaan wajib pajak. Wajib pajak harus berperan aktif, dengan cara meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak dan melaksanakan ketentuan perpajakan untuk mendapatkan penerimaan yang maksimal dengan biaya optimal. Jika wajib pajak tidak memahami dan mengetahui tentang administrasi perpajakan maka akan timbul jurang kepatuhan. Oleh karena itu kepatuhan wajib pajak merupakan faktor yang utama yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak. Kepatuhan wajib pajak dapat diidentifikasi dari kepatuhan wajib pajak dalam menaftarkan diri, menghitung pajak, membayar pajak, dan menyetorkan kembali Surat Pemberitahuan SPT. Kepatuhan menjadi penting karena ketidakpatuhan secara bersama akan menimbulkan usaha – usaha yang yang dilakukan oleh wajib pajak, antara lain: 1. Penghindaran diri dari pajak Yaitu penghindaran diri dari pajak dengan cara tidak melakukan perbuatan yang memberi alasan untuk dikenakan pajak, yaitu dengan tidak melakukan hal – hal yang berkaitan dengan pajak. 2. Penyeludupan pajak Yaitu melepaskan diri dari pajak atau mengurangi besarnya, misalnya dengan cara penyeludupan. 3. Melalaikan pajak Yaitu menolak membayar pajak yang telah ditetapkan dan menolak memenuhi formalitas – formalitas yang harus dipenuhi. Sehingga akan mengakibatkan berkurangnya penyetoran dari pajak ke kas negara. Dengan sistem perpajakan yang memberikan penuh kepercayaan kepada wajib pajak, maka selayaknya dengan adanya pengawasan agar kepercayaan yang diberikan tidak disalahgunakan. Awalnya fungsi Direktorat Jenderal Pajak melayanani wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tetapi mngingat tingkat kesadaran, tingkat kedisiplinan, tingkat kejujuran dan tingkat kepatuhan bangsa Indonesia masih rendah maka DJP juga berfungsi mengawasi pelaksanaan perpajakan, memberikan sanksi kepada wajib pajak yang tidak menyampaikan SPT mereka, melaksanakan penagihan dan membantu memberi penyuluhan kepada wajib pajak. Dalama hal melaksanakan penagihan, Direktorat Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan guna untuk menguji tingkat kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Pemerintah memberikan peringatan yang keras kepada wajib pajak yang tidak patuh dalam membayar pajak. Sejak Juli 2009 Direktorat Jenderal Pajak menerapkan benchmark alias indikator penguji pembayaran semua jenis pajak. Pola ini bertujuan untuk mendeteksi kepatuhan wajib pajak.

C. Tata Cara Pembayaran Pajak Menurut Undang – Undang KUP Nomor 28