12 2.
Membantu anak-anak memiliki akhlak yang baik,sopan santun,mencintai dan mempercayai orang. Juga mengembangkan kemampuan bekerjasama dengan teman.
Misalnya melalui kebiasaan menyapa dan memberi salam setiap hari,berkomunikasi dengan guru dan teman.bekerjasama dengan tim saat pertandingan olahraga atau
menampilkan drama,dan lain-lain. 3.
Mengembangkan minat anak terhadap lingkungan,alam,binatang, tumbuhan,serta bermasyarakat. Misalnya melalui aktivitas bercocok tanam, mencari serangga
dilapangan, memelihara binatang di sekolah,acara bersama lansia,dan lain-laimn. 4.
Mengembangkan kemampuan mendengarkan dan keterampilan berbicara, serta pemahaman mereka tentang bahasa. Misalnya melalui story telling,diskusi
bersama,membaca buku,dan lain-lain. 5.
Menumbuhkan semangat kemandirian, kehidupan berkelompok yang penuh kegembiraan dan kerjasama.
6. Mengarahkan penggunaan bahasa dengan benar serta menumbuhkan minat
berkomunikasi dengan sesamanya. 7.
Mengarahkan minat untuk berkreasi melalui pembelajaran musik, permainan, menggambar dan lain-lain.
3.2 Materi Yang Diajarakan
Melalui pendidikan di TK dan TPA,anak-anakdiJepang dilatih hidup mandiri,disiplin,bertanggungjawab,dan bersosialisasi. Anak-anak tidak ditargetkan bisa
membaca,menulis,apalagi menghapal.
3.2.1 Keterampilan
Sejak nyuuenshiki,anak belajar berani dan mandiri. Orang tua mempercayakan pendidikan selama jam sekolah kepada para guru di TK dan TPA. Orang tua biasanya hanya
13 mengantar sampai gerbang sekolah atau bahkan hanya mengantar dan menjemput di depan
rumah jika sianak diantar jemput oleh bis sekolah. Orang tua tidak menemani anaknya disekolah, meskipun baru hari pertama dan anak menangis. Sensei akan menangani
mereka,mengeluarkan berbagai jurus agar anak senang dan cepat beradaptasi. Khusus untuk anak TPA usia 0-2 tahun,orang tua tetap bisa mengantar hingga ke dalam dan merapikan
perlengkapan si anak. Lama waktu penitipan dilakukan secara bertahap,dimulai dari 1 jam,kemudian 2 jam, selanjutnya 3 jam,dan seterusnya.
Sebelum kelas dimulai,bagi anak yang ingin bermain di luar,bisa bermain-main diluar kelas. Seluruh TKTPA di Jepang memiliki lapangan dengan fasilitas permainan fisik yang
cukup lengkap. Sepeda,ayunan dan perosotan,jungkat-jungkit,skiping untuk lompat tali,palang untuk bergelayutan,tiang untuk meluncur,bak pasir beserta perlengkapan bermain
pasir. Bagi yang ingin bermain di dalam kelas,mereka bisa bermain origami,menyusun balok kayu, merajut dan menganyam sederhana,juga berkreasi dengan barang bekas. Melalui
kegiatan-kegiatan outdoor maupun indoor tersebut, selain melatih motorik dan keterampilan,anak secara otomatis juga belajar bersosialisasi dengan kawan-kawannya.
Mereka juga diajarkan cara menggunakan kendaraan umum seperti bis dan kereta saat acara tur atau jalan-jalan ensoku. Bagaimana adab naik kereta bisa, adab didalam keretabis ,adab
turun dari keretabis ,dan lain-lain. Demikianlah berbagai kegiatan dan hal-hal yang dipelajari anak-anak TK maupun
penitipan anak. Sebagian besar kegiatan tersebut memang hanya bermain dan bersenang- senang. Anak-anak hanya dilatih kemandiriannya, tanggung jawabnya, kecintaanya terhadap
kebersihan. Kecintaanya terhadap ketertiban dan kerapian, dan lain-lain. Pelajaran membaca dan menulis tidak ada didalam panduan kurikulum nasional untuk TK TPA. Masyarakat
dewasa hanya mengenalkan buku dan menumbuhkan kecintaan membaca melalui sering membacakan buku-buku kepada mereka, bukan menyuruh mereka belajar membaca.
14 Sehingga, di usianya yang masih sangat dini tersebut, mereka akan mengenal buku sebagai
sesuatu yang sangat mengasyikkan, bukan menyusahkan dan menakutkan. Kalaupun guru mengajarkan huruf, mereka akan mengajarkan dengan cara yang halus melalui kegiatan
bermain, games, atau memberikan hadiah saat akhir tahun berupa paket permainan huruf dari kartu yang disebut karuta. Tujuannya adalah membuat anak tertarik dan senang huruf-huruf
hiragana dan katakana. Anak-anak akan mudah menerima pelajaran bila suasana hati mereka gembira dan ceria. Salah satu metode menyenangkan yang dapat diterapkan untuk belajar
membaca adalah sambil bernyanyi. Jadi anak bukan hanya merasa senang dengan bernyanyi, namun mereka juga mendapatkan pengetahuan baru tentang cara membaca. Perlu diketahui
bahwa anak usia dini belajar membaca melalui telinga.AIUEO memiliki konsep bermain sambil belajar. Dimana materi pembelajaran diberikan sambil bermain dan bernyanyi. Anak
akan merasa senang, tidak terbebani, takut atau stres karena harus belajar membaca. Kata-kata yang dipilih merupakan kata sederhana yang biasa didengar oleh anak-anak
dan mudah diikuti. Susunannya terdiri dari empat huruf, dua suku kata, dan tiap suku kata memiliki satu huruf konsonan serta satu huruf vokal dengan pengulangan suku kata yang
sama. Huruf vokal “A-I-U-E-O’ merupakan huruf yang mudah diingat. Ini membantu anak untuk membedakan berbagai macam bentuk huruf yang serupa tapi tak sama. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa belajar membaca dan menulis bagi anak usia dini dapat dilakukan melalui pendekatan bermain sambil belajar. Otak anak jangan diforsir untuk
sekedar menghafal karena akan cepat lelah sehingga sulit untuk menerima dan memahami materi yang diberikan. Jadi tidak perlu menunggu anak ketika sudah usia SD, baru
diajarkan baca dan tulis. Tetapi optimalkan kemampuan anak pada usia emas 3-6 tahun dengan metode pengajaran yang tepat
.
3.2.2
Etika Dan Moral
15 Dalam Ensiklopedi pendidikan, moral dikatakan sebagai nilai dasar dalam masyarakat
untuk menentukan baik-buruknya suatu tindakan yang pada akhirnya menjadi adat-istiadat suatu kelompok masyarakat.
Doutoku terdiri dari dua unsur kata, yaitu dou jalan dan toku kebaikan. Melalui pelajaran ini, anak-anak dilatih agar memiliki budi pekerti yang baik dan terpuji. Sehingga,
ketika dewasa nanti, anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang senang melakukan kebaikan sehingga disayangi oleh masyarakat di sekitarnya. Pendidikan moral di Jepang ini diajarkan
melalui semua mata pelajaran. Misalnya melalui pelajaran Ilmu Kehidupan seikatsu, anak- anak diajarkan kode etika saat di dalam kereta, seperti dilarang berdiri di dekat pintu masuk
karena akan menghalangi orang lewat,dilarang berbincang-bincang keras karena akan mengganggu penumpang lainnya, mendahulukan penumpang yang akan turun sebelum
memasuki kereta dan lain-lain. Pada materi yang sebelumnya, sudah sedikit disinggung mengenai budaya
memberikan salam yang terkenal diantara masyarakat Jepang. Budaya tersebut dengan membiasakan anak menyapa orang lain dengan rendah hati. Orang Jepang juga terkenal
dengan gaya membungkuknya ketika memberikan salam. Kalimat sapaan sangat sering terdengar setiap hari., seperti ohayou gozaimasu,
selamat pagi,konnichiwa selamat siang, sayonara selamat tinggal, dan arigatou gozaimasu terima kasih.
Kalimat-kalimat sapaan tersebut tidak hanya terdengar di sekolah namun juga terdengar di seluruh masyarakat Jepang. Misalnya ketika berpapasan dengan orang lain di
jalan, mereka saling memberikan sapaan, walaupun tidak saling kenal. Jika tidak memberikan salam, minimal mereka memberikan bungkukan badannya sebagai tanda sapaan, ketika
memasuki supermarket, para petugas juga dengan ramai memberikan salamnya. Selain gemar
16 memberikan sapaan, mereka juga gemar memberikan ungkapan-ungkapan kesopanan dan
penghormatan lainnya. Misalnya, ketika orang tua menjemput anak ke sekolah TPA atau ketika sebuah acara yang diselenggarakan oleh sekolah TPA selesai, maka orang tua dan
guru saling mengucapkan “ otsukaresamadeshita” terima kasih atas kerjasamanya. Ungkapan apresiasi tersebut bukan hanya diucapkan oleh orang tua kepada guru yang telah
mengajar dan merawat anaknya, serta telah bersusah payah menyelenggarakan acara. Ungkapan “ otsukaresamadeshita” juga diucapkan guru kepada orang tua karena telah
mengantarkan, menyiapkan, dan menjemput anak ke sekolah serta atas usahanya untuk hadir dalam acara yang diselenggarakan.
Budaya gemar memberikan sapaan, ungkapan penghormatan, serta motivasi tersebut sangat kental dalam kehidupan sekolahTPA ,dan lingkungan masyarakat. Ketika meminta
tolong walaupun hal sepele, mereka akan mengucapkan “onegaishimasu” mohon bantuannya. Biasanya ungkapan ini dilengkapi dengan kata “sumimasen” mohon maaf.
Sehingga, secara tidak langsung juga menanamkan kesopanan dan penghormatan anak-anak kepada orang lain.
3.3.3 HidupSehat