Uji Skrining Fitokimia Pengadaan Ekstrak basa daun tumbuhan wungu Analisis Kromatografi Lapis Tipis

32 - Kieselgel 60 GF 254 E.Merck.Art 554 - Silika Gel 60G netral E. Merck. Art.7734 - Amonium hidroksida pekat - Asam Asetat 2 - Pereaksi Maeyer - Pereaksi Dragendorff - Pereaksi Wagner - Pereaksi Bouchardat - Etil Asetat - Butanol p.a.E.Merck 3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1. Penyediaan Sampel Sampel yang diteliti adalah daun tumbuhan wungu yang diperoleh dari daerah Binjai Sumatera Utara dikeringkan diudara terbuka, lalu dihaluskan sampai diperoleh serbuk kering daun tumbuhan wungu sebanyak 1000 g.

3.3.2. Uji Skrining Fitokimia

Dilakukan uji pendahuluan terhadap daun tumbuhan wungu untuk membuktikan adanya senyawa alkaloida yang terdapat didalamnya. Uji pendahuluan secara kualitatif dengan reaksi warna. Prosedur : 1. Serbuk kering daun tumbuhan wungu ditimbang sebanyak 20 g, dimaserasi dengan metanol sebanyak 100 mL dan ditambah asam asetat 2 sampai pH=4, didiamkan selama 2 jam lalu disaring dan filtratnya dibasakan dengan NH 4 OH sampai pH 9-10, didiamkan selama 2 jam lalu diekstraksi dengan butanol. Ekstrak pekat basa yang diperoleh dibagi kedalam 4 tabung reaksi. Universitas Sumatera Utara 33 2. Kemudian keempat tabung reaksi tersebut ditambahkan masing-masing pereaksi: Tabung I : dengan pereaksi Maeyer menghasilkan endapan berwarna putih kekuningan. Tabung II : dengan pereaksi Wagner menghasilkan endapan berwarna coklat. Tabung III : dengan pereaksi Bouchardat menghasilkan endapan berwarna coklat. Tabung IV : dengan pereaksi Dragendorff menghasilkan endapan berwarna jingga.

3.3.3. Pengadaan Ekstrak basa daun tumbuhan wungu

Serbuk daun tumbuhan wungu yang telah dihaluskan ditimbang sebanyak 1000 g kemudian dimaserasi dengan metanol sebanyak 7 liter selama ± 48 jam, kemudian disaring dan dipekatkan dengan menggunakan alat rotari evaporator sehingga terbentuk ekstrak pekat metanol. Kemudian diasamkan dengan menggunakan Asam Asetat 2 hingga mencapai pH=4. Kemudian didiamkan selama satu malam lalu dibasakan dengan menggunakan NH 4 OH pekat sampai pH 9-10 lalu didiamkan kembali selama satu malam, kemudian diekstraksi partisi dengan menggunakan butanol, lapisan basa ditampung lalu dipekatkan sehingga diperoleh ekstrak pekat basa.

3.3.4. Analisis Kromatografi Lapis Tipis

Analisis dimaksudkan untuk mencari pelarut yang sesuai di dalam analisis kromatogafi kolom. Pelarut yang digunakan adalah etil asetat dan metanol dengan variasi pelarut etil asetat : metanol 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30, 60 : 40, 50 : 50, 40 : 60, 30 : 70, 20 : 80, 10 : 90 vv. Sehingga akan diperoleh perbandingan pelarut etil asetat : metanol yang sesuai untuk kromatografi kolom. Pelarut yang sesuai didasarkan pada jumlah bercak atau noda yang paling banyak diperoleh dalam Kromatografi Lapis Tipis Universitas Sumatera Utara 34 Prosedur : Ke dalam bejana Kromatografi Lapis Tipis dimasukkan 10 ml larutan fasa gerak etil asetat 100. Ekstrak pekat basa ditotolkan pada plat KLT yang diaktifkan. Plat dimasukkan kedalam bejana yang berisi pelarut yang dijenuhkan, kemudian ditutup. Setelah dielusi, plat dikeluarkan dari bejana, dikeringkan. Noda yang terbentuk diamati dengan sinar Ultra Violet, kemudian harga Rf dihitung dan dicatat. Perlakuan yang sama dilakukan untuk campuran pelarut antara etil asetat : metanol. Sehingga dari hasil KLT akan diperoleh pelarut etil asetat : metanol dengan variasi pelarut 90 : 10, 80 : 20, 70 : 30, 60 : 40, 50 : 50, 40 : 60, 30 : 70, 20 : 80, 10 : 90 vv yang memberikan pemisahan bercak noda yang baik adalah etil asetat : metanol 20 : 80 vv yang memberikan noda dengan harga Rf yaitu 0,71; 0,74 dan 0,80 Lampiran C .

3.3.5. Isolasi senyawa Alkaloida dengan Kromatografi Kolom