Metode Penelitian Lokasi Penelitian

18

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Menurut Soekanto 2009: 48 metode penelitian merupakan suatu cara untuk menganalisa, menguji kebenaran, dan menguji keabsahan data yang diperoleh dari lapangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dimana menggunakan bahan yang sukar diukur dengan angka-angka atau dengan ukuran-ukuran lain yang bersifat eksak, walaupun hal tersebut terdapat didalam masyarakat. Moleong 2007:6 mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai suatu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Penelitian kualitatif tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau kuantifikasi. Jadi penelitian kualitatif tidak menggunakan angka-angka. Bogdan dan Taylor dalam Sihite, 2007:95 menjelaskan bahwa metode kualitatif memungkinkan peneliti untuk memahami individu secara personal. Melalui metode ini, peneliti dapat memahami lebih mendalam apa yang dialami oleh individu dalam kehidupannya sehari-hari. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diharapkan mendapat penjelasan yang valid mengenai analisis bentuk eksploitasi dan perlawanan simbolik buruh lepas. Menurut Sa’ud dalam Ghony dan Almanshur, 2012: 13-14 penelitian kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, ikap, kepercayaan, persepsi, dan pemikiran manusia secara individu maupun kelompok. Penelitian kualitatif bersifat induktif, artinya peneliti membiarkan permasalahan- permasalahn muncul dari data untuk interpretasi.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di desa Harjomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember. Berdasarkan observasi awal di lapangan 23 November 2013, mayoritas penduduk desa Harjomulyo manggantungkan hidup dengan bekerja di PDP. Menurut seorang mandor diperoleh informasi bahwa PDP Sumber Wadung memiliki tiga afdelling, yaitu Sumber Wadung, Sumber Lanas, dan Pakem. Perkebunan ini memiliki areal seluas 997.020 ha dengan komoditas karet 645.700 ha, kopi 250.490 ha, dan kakao 100.830 ha dan salah satu perkebunan yang dikelola oleh pemerintah daerah Kabupaten Jember. Dimana didaerah tersebut mayoritas penduduknya bekerja sebagai buruh perkebunan. Tidak sedikit tenaga kerja di perusahaan perkebunan tersebut merupakan buruh lepas. Peneliti mengamati fenomena banyak buruh tidak mendapatkan hak-hak normatif, jaminan kerja dan mengalami eksploitasi terhadap tenaga mereka. Kemudian mereka memiliki cara sendiri dalam melawan kaum elit. Oleh karena itu, penulis ingin melakukan penelitian mengenai eksploitasi dan perlawanan simbolik buruh lepas di PDP Sumber Wadung. Pemilihan tempat penelitian dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, antara lain tempat yang tidak terlalu jauh dan mudah diakses, yaitu di Kabupaten Jember. Selain itu terdapat alasan objektif yaitu, menurut Yuswadi 2005: 37-39 Jember merupakan Kota di Jawa timur yang dikenal sebagai daerah perkebunan yang potensial dalam menyumbangkan devisa. Kesuburan tanah di daerah ini menjadikan Jember sebagai daerah yang kaya dibidang pertanian seperti tanaman perkebunan dan tanaman pangan. Collin Brown dan Mackie dalam Yuswadi, 2005: 39 menyatakan, penduduk Jember sangat individualis dan berorientasi komersial. Di Jember banyak berdiri perusahaan-perusahaan milik perorangan. Hal tersebut mengarah pada orientasi masyarakatnya adalah kapitalis dan komersial.

3.3 Penentuan Informan