Urusan Perangkat Penunjang

3.1.4.Urusan Perangkat Penunjang

3.1.4.1. Otonomi Daerah

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten Bogor tahun 2017 mencapai 6,19 % dengan laju inflasi sebesar 6,97%. Peningkatan LPE Kabupaten Bogor hampir seirama dengan peningkatan LPE Nasional yaitu. Laju inflasi Kabupaten Bogor lebih rendah dibandingkan laju inflasi Indonesia. Hal ini berarti kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor dalam mengontrol tingkat inflasi dinilai cukup baikJika dilihat dari pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi di PDRB (9 sektor), sektor konstruksi mengalami pertumbuhan yang paling besar dibanding sektor ekonomi lainnya, yaitu mencapai 9,73%, sedangkan sektor yang mengalami pertumbuhan yang paling kecil ialah sektor pertambangan dan penggalian dimana pertumbuhan PDRB nya -1,41%. PDRB per kapita berdasarkan harga berlaku meningkat sebesar dari Rp 35,33 juta di tahun 2017. Pada tahun 2017 persentase penduduk miskin sebesar 8,57% dan Indeks Williamson Kabupaten Bogor sebesar 0,99 hal ini menjukan bahwa tingkat disparitas regional atau tingkat ketimpangan pembangunan yang terjadi antar kecamatan di Kabupaten Bogor cukup besar.

3.1.4.2. Perencanaan

suatu wilayah didokumentasikan melalui buku-buku rencana yang disusun secara bertahap. Buku-buku rencana tersebut terdiri dari RPJPD, RPJMD, Renstra PD, RKPD dan Renja PD. Setelah disusun dan disetujui oleh para pemangku kepentingan, buku rencana ini kemudian ditetapkan (dilegalisasi) menjadi Peraturan Daerah atau Peraturan/Keputusan Kepala Daerah. Peraturan ini menjadi sarana publikasi dan sosialisasi bagi pemerintah daerah sehingga masyarakat dan pihak swasta mengetahui dan dapat berpartisipasi mengimplementasikan rencana pembangunan daerah tersebut. Sejauh ini pemerintah Kabupaten Bogor telah melegalisasi RPJMD dan RKPD, sehingga diharapkan masyarakat dan sektor swasta dapat berpartisipasi dalam rangka menyelaraskan program-program jangka pendek menengah dengan tujuan jangka

Perencanaan

pembangunan

pada pada

1. Masih terjadi ketidaksinkronan data serta terbatasnya hasil kajian dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar dalam perencanaan.

2. Belum sepenuhnya tersinerginya perencanaan dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek.

3. Masih kurangnya SDM perencana yang sesuai dengan kompetensinya

3.1.4.3. Keuangan

Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor yang memberikan kontribusi terbesar terhadap realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Bogor dalam kurun waktu tahun 2013-2017 adalah Dana Perimbangan yaitu mencapai 39,32 persen di tahun 2017, kemudian Pendapatan Asli Daerah sebesar 43,61 persen dan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah sebesar 17,06 persen. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa pendapatan Kabupaten Bogor pada dasarnya tidak terlalu dipengaruhi oleh penerimaan-penerimaan dari pemerintah pusat yaitu Dana Perimbangan. Proporsi PAD sebesar 43,61 persen terhadap total pendapatan dimana selama kurun waktu 2013-2017 sepenuhnya telah melampaui dan memenuhi syarat rasio kecukupan penerimaan (revenue adequacy ratio) yang minimal sebesar 20 persen dari total pendapatan daerah sebagaimana standar yang berlaku di era otonomi daerah.

Namun demikian potensi riil dari PAD harus terus dioptimalkan menjadi potensi terpungut, agar syarat kecukupan (sufficient condition) tetap terpenuhi pada tahun yang akan datang, dan akan terus meminimalisir ketergantungan pada dana yang berasal dari pemerintah pusat.

Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2013-2017 telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. Besarnya anggaran belanja yang telah ditetapkan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Sementara itu, bila dilihat berdasarkan realisasinya terhadap anggaran yang telah ditetapkan maka rata-rata dalam kurun Belanja Daerah Pemerintah Kabupaten Bogor tahun 2013-2017 telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Bogor. Besarnya anggaran belanja yang telah ditetapkan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Sementara itu, bila dilihat berdasarkan realisasinya terhadap anggaran yang telah ditetapkan maka rata-rata dalam kurun

1. Minimnya ketersediaan jumlah tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan yang memenuhi syarat/bersertifikasi

2. Kurangnya SDM yang berkompeten di setiap perangkat daerah dalam penyusuan perencanaan keuangan

3. Terdapatnya wajib pajak yang belum sadar dan tertib dalam membayar pajak tepat waktu dan tepat jumlah

4. Masih belum banyaknya tenaga juru penilai, juru sita dan pemeriksa pajak daerah yang kompeten di bidangnya

3.1.4.4. Kepegawaian

Keberhasilan suatu daerah dalam menjalankan pemerintahanan tidak lepas dari kualitas SDM aparatur dalam pemerintahan tersebut. Oleh sebab itu perencanaan kebutuhan SDM dan pengembangan SDM aparatur menjadi salah satu hal yang penting dalam mewujudkan pemerintahan yang baik dan berkualiatas. Kabupaten Bogor telah berupaya untuk meningkatkan kapasista SDM apparatur dengan berbagi program kegiatan berupa pelatiahan dan pendidikan yang dilakukan secara berkala, selain itu Kabupaten Bogor telah menerapkan Sistem Kepegawaian berbasis teknologi guna menunjang kinerja seluruh pegawai dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Bogor. Beberapa permasalahan pada urusan bidang kepegawaian di Kabupaten Bogor adalah:

1. Belum tertatanya perencanaan dan pengembangan karier pegawai

2. Belum optimalnya analisa kebutuhan, pengadaan dan penempatan pegawai sesuai dengan kompetensi

3. Belum terpenuhinya kebutuhan sumber daya aparatur di setiap Perangkat Daerah

4. Minimnya penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan guna meningkatkan SDM aperatur di setiap perangkat daerah.

Tabel 3.3 Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Perangkat Penunjang Pemerintah Daerah

No Bidang

Permasalahan

1. Tingkat disparitas regional atau tingkat Otonomi

1 ketimpangan pembangunan yang terjadi antar Daerah kecamatan di Kabupaten Bogor semakin besar.

1. Masih terjadi ketidaksinkronan data serta terbatasnya hasil kajian dan evaluasi yang digunakan sebagai dasar dalam perencanaan.

2. Belum sepenuhnya tersinerginya perencanaan 2 Perencanaan

dalam jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek

3. Masih kurangnya SDM perencana yang sesuai dengan kompetensinya

1. Minimnya ketersediaan jumlah tenaga pemeriksa dan aparatur pengawasan yang memenuhi syarat/bersertifikasi