03_BAB_03 Permasalahan dan isu strategis

BAB III PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

Analisis isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dokumen RPJPD Kabupaten Bogor karena menjadi dasar utama perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang. Penyajian analisis ini menjelaskan butir-butir penting isu strategis yang akan dihadapi dalam proses pembangunan daerah Kabupaten Bogor untuk kurun waktu 20 (dua puluh) tahun mendatang.

Analisis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah baik dalam jangka panjang, jangka menengah maupun dalam jangka pendek, karena isu strategis merupakan salah satu dasar utama perumusan visi dan misi pembangunan jangka panjang daerah. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis diharapkan dapat meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, sehingga dengan mudah

moral dan dapat dipertanggungjawabkan secara etika birokratis. Pemerintahan daerah yang tidak menyelaraskan diri secara sepadan atas isu strategisnya akan menghadapi kegagalan dalam mencapai keberhasilan pembangunan daerah. Penyajian isu-isu strategis dalam penyusunan RPJPD Kabupaten Bogor meliputi permasalahan pembangunan daerah dan isu strategis.

3.1. Permasalahan Pembangunan Daerah

Permasalahan pem bangunan daerah merupakan “gap expectation” antara kinerja pembangunan Kabupaten Bogor yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dilakukan. Guna membantu memastikan visi dan misi daerah dirumuskan dengan tepat, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi Kabupaten Bogor. Permasalahan pembangunan diperlukan dalam perumusan visi dan misi Permasalahan pem bangunan daerah merupakan “gap expectation” antara kinerja pembangunan Kabupaten Bogor yang dicapai saat ini dengan yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dilakukan. Guna membantu memastikan visi dan misi daerah dirumuskan dengan tepat, dibutuhkan pengetahuan yang mendalam tentang kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi Kabupaten Bogor. Permasalahan pembangunan diperlukan dalam perumusan visi dan misi

Identifikasi permasalahan pembangunan Kabupaten Bogor dapat diverifikasi dari informasi pada gambaran umum kondisi daerah Kabupaten Bogor. Berdasarkan hasil deskripsi analisis permasalahan pembangunan untuk masing-masing aspek dan urusan pemerintah, serta kesepakatan dari para pemangku kepentingan, maka permasalahan pembangunan jangka panjang Kabupaten Bogor diuraikan berdasarkan urusan sebagai berikut:

3.1.1.Urusan Wajib Yang Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

3.1.1.1. Pendidikan

Dalam rangka peningkatan pembangunan masyarakat di Kabupaten Bogor. Salah satu sektor yang harus diperhatikan adalah sektor pendidikan, melalui indikator angka melek huruf, angka harapan hidup, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, rasio guru, cakupan layanan pendidikan, sarana prasarana pendidikan dan lain- lain, dapat terlihat upaya perbaikan yang dilakukan dalam urusan pendidikan ini. Besarnya porsi anggaran yang disiapkan dalam meningkatkan pembangunan manusia melalui pendidikan, terutama perbaikan kuantitas dan kualitas pendidikan dasar diharapkan dapat memperkuat terwujudnya sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing.

Jika dibanding dengan periode RPJMD periode sebelumnya, sektor pendidikan di Kabupaten Bogor pada tahun mengalami perbaikan dan peningkatan dalam upaya pembangunan sumber daya manusia, tetapi masih perlu dilakukan peningkatan untuk mencapai/melampaui standar nasional. Beberapa permasalahan pembangunan pada bidang pendidikan di Kabupaten Bogor adalah :

1. Masih terdapat penduduk usia sekolah yang belum mengenyam/ mendapatkan fasilitas pendidikan di jenjangnya.

2. Belum tercapainya RLS yg menjadi kewenangan Kabupaten Bogor (9 tahun).

3. Kualitas pendidikan belum berdaya saing.

4. Belum terdistribusinya secara proporsional pemerataan penyebaran sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik yang berkualitas.

5. Belum terealisasi sepenuhnya ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T).

3.1.1.2. Kesehatan

Berbagai usaha dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, salah satunya dengan penyediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana prasarana tersebut meliputi rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu (pustu), maupun mitra pelayanan kesehatan di tingkat desa terus ditingkatkan keberadaan dan kualitasnya agar tetap dapat berfungsi dengan baik sebagai penunjang kesehatan masyarakat.

Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menilai kinerja pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan adalah angka harapan hidup. Bila dilihat dari data, angka harapan hidup masyarakat di Kabupaten Bogor mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun peningkatan ini belum mencapai standar yang telah ditetapkan di Indonesia. Untuk meningkatkan angka harapan hidup ini, Pemda Kabupaten Bogor perlu meningkatkan pelaksanaan program pembangunan kesehatan, pembangunan sosial serta pemberantasan kemiskinan. Program ini mencakup sosialisasi tentang tingkat kecukupan gizi dan kalori, pola hidup sehat dan kesehatan lingkungan.

Berdasarkan hasil perhitungan, rasio posyandu, rasio puskesmas, rasio rumah sakit ,dokter dan tenaga medis per satuan penduduk di Kabupaten terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah dalam peningkatan derajat kesehatan bayi dan masyarakat di desa/kecamatan. Namun, rasio tersebut masih terlalu kecil jika dibandingkan dengan jumlah penduduk Kabupaten

Bogor. Berikut adalah permasalah terkait dengan bidang kesehatan, yaitu:

1. Jumlah puskesmas, pustu dan poliklinik yang belum memadai bila dibandingkan dengan jumlah penduduk.

2. Masih rendahnya rasio rumah sakit terhadap jumlah penduduk.

3. Masih kurangnya serta tidak meratanya jumlah dokter dan tenaga medis.

4. Masih terdapat balita bergizi buruk.

5. Belum optimalnya pelayanan kesehatan rujukan bagi masyarakat di wilayah Kabupaten Bogor sebelah utara.

6. Belum optimalnya kinerja SDM kesehatan.

3.1.1.3. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Infrastruktur jaringan jalan dan konektivitas yang baik, memiliki keterkaitan yang erat dengan pertumbuhan ekonomi dan kondisi sosial budaya dalam kehidupan masyarakat. Indikator yang digunakan untuk menghitung tingkat keberhasilan penanganan infrastruktur jalan, adalah meningkatnya tingkat kualitas dan kondisi jalan. Pada tahun 2017 panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik adalah 1.484,84 km, 84,48 % dari panjang jalan total di Kabupaten Bogor. Hal ini perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor untuk meningkatkan akses, pertumbuhan wilayah serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Selain jalan, infrastruktur yang sangat diperlukan untuk peningkatan produksi pertanian khususnya produksi beras adalah jaringan irigasi. Jaringan irigasi diperlukan untuk pengaturan air, mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian dan penggunaannya. Panjang jaringan irigasi Kabupaten Bogor pada tahun 2017 sepanjang 2.313,198 km. Panjang jaringan irigasi ini tidak mengalami peningkatan sejak tahun 2011, dan tidak sebanding dengan pertambahan kebutuhan penduduk akan ketersediaan beras. Kuantitas dan kualitas jaringan irigasi perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan ketahanan (swasembada) pangan, terutama beras di Kabupaten Bogor. Permasalahan yang terkait dengan pekerjaan umum adalah:

1. Terdapat jalan dalam kondisi rusak sebesar 15,52%

2. Minimnya penanganan jaringan irigasi Penataan ruang adalah proses perencanaan, pemanfaatan dan

pengendalian ruang dalam rangka menciptakan keterpaduan serta keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya yang efisien dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ketersediaan ruang terbuka hijau (RTH) di suatu kawasan, merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam rangka menyeimbangkan penggunaan ruang perkotaan dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, diatur bahwa suatu kawasan harus memiliki RTH minimal 30% dari total luas wilayahnya, dimana 20% berupa RTH publik dan 10% berupa RTH private. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB di Kabupaten Bogor pada Tahun 2017, sebesar 28,31 %. Hal ini berarti, RTH Kabupaten Bogor hampir memenuhi target nasional. Perlu dilakukan peningkatan ketersediaan RTH, karena RTH merupakan faktor yang berperan penting bagi perkembangan kawasan dan kesejahteraan masyarakat. RTH memiliki beberapa 2 fungsi, yaitu fungsi ekologis dan fungsi sosial-ekonomi. Fungsi ekologis RTH adalah meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan mengatur iklim mikro di kawasan tersebut. Fungsi sosial-ekonomi RTH adalah sebagai ruang interaksi sosial, sebagai sarana rekreasi serta sebagai lambang (landmark) suatu kawasan.

Pemerintah mengontrol jumlah dan lokasi bangunan sehingga sesuai dengan arahan RTRW. Berikut adalah permasalah terkait dengan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, yaitu terdapat kecenderungan meluasnya wilayah banjir.

3.1.1.4. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian beserta fasilitas penunjangnya. Hingga tahun 2017, Pemerintah

Kabupaten Bogor terus berupaya untuk meningkatkan luas permukiman yang tertata di Kabupaten serta berusaha melengkapi pemukiman tersebut dengan sarana prasarana standar yang dibutuhkan oleh masyarakat. Perbaikan sarana dan prasarana dasar pemukiman perlu diupayakan secara berkelanjutan melalui berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam rangka pencapaian SDG’s.

Rasio permukiman yang layak huni di Kabupaten Bogor 0,9975, namun rasio rumah (individual dan terorganisir) yang dinyatakan layak huni sebesar 0,2473. Kondisi layak huni yang dimaksud dalam hal ini adalah memenuhi standar dan kriteria perencanaan perumahan di lingkungan perkotaan, yaitu SNI 03-1733-2004. Beberapa indikator untuk menyatakan kelayak hunian sebuah rumah adalah adanya akses air bersih dan sistem sanitasi. Rumah tinggal yang telah memiliki sanitasi di Kabupaten Bogor, pada tahun 2017 telah meningkat menjadi 70,05 %. Persentase rumah tangga berakses air bersih 47,80 %.

Perizinan merupakan salah satu proses pengendalian penataan ruang. Dengan mengeluarkan izin mendirikan bangunan (IMB). Rasio bangunan yang memiliki IMB di Kabupaten Bogor tahun 2017 tergolong cukup rendah, yaitu 0,3351. Jumlah ini perlu diperhatikan dalam rangka mewujudkan penataan ruang yang efektif dan efisien. Secara umum permasalahan yang terkait dengan urusan bidang perumahan rakyat dan kawasan permukiman, adalah:

1. Rendahnya kondisi rumah tinggal berakses sanitasi

2. Rendahnya akses rumah tangga terhadap air bersih

3. Terdapat banyak bangunan di Kabupaten Bogor yang belum ber-IMB

4. Belum optimalnya penataan kawasan permukiman di Kabupaten Bogor.

3.1.1.5. Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat

Bidang Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat menitikberatkan pada kegiatan pembinaan terhadap LSM, Organisasi Masyarakat, OKP serta kegiatan pembinaan politik daerah.

Pengetahuan politik masyarakat yang mulai meningkat seringkali tidak diimbangi dengan wawasan kebangsaan yang sesuai dengan nilai dan norma sehingga perlu dilakukan peningkatan dan optimalisasi dalam hal pembinaan.

Dalam hal ketertiban dan ketentraman, rasio jumlah polisi pamong praja menggambarkan kapasitas Pemerintah Daerah dalam memelihara dan mewujudkan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah. Di Kabupaten Bogor rasio polisi pamong praja pada tahun 2017 adalah 0,69. Hal ini berarti 10.000 penduduk Kabupaten Bogor, hanya dilayani oleh 7 orang polisi pamong praja.

Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) memiliki tugas umum pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta memelihara dan menegakkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan. Rasio jumlah Linmas di Kabupaten Bogor pada tahun 2015 mencapai 10,22. Hal ini berarti bahwa untuk setiap 10.000 jiwa penduduk Kabupaten Bogor dilayani oleh 8 orang petugas Linmas.

Dalam penyediaan pelayanan dan antisipasi bencana kebakaran, di Kabupaten Bogor jangkauan pelayanan mobil pemadam terhadap luas wilayah Kabupaten Bogor harus ditingkatkan. Tingkat waktu tanggap daerah layanan wilayah manajemen kebakaran sekitar 18,6 menit.

Secara umum permasalahan Bidang Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat adalah:

1. Kurangnya jumlah Polisi Pamong Praja dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan-peraturan yang telah ditetapkan

memelihara ketentraman/ketertiban

mengkondisikan lingkungan yang kondusif

masyarakat,

serta

3. Belum optimalnya penanganan bencana

4. Belum memadainya sarana dan prasarana tanggap bencana

3.1.1.6. Permasalahan Sosial

Indikator yang digunakan untuk mengetahui kondisi sosial di Kabupaten Bogor adalah rasio jumlah rumah ibadah dengan jumlah pemeluknya. Berdasarkan standar nasional yang telah ditetapkan, yaitu SNI 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan bahwa 1 masjid berfungsi untuk melayani 2.500 penduduk. Pada tahun 2017, rasio masjid per jumlah pemeluk agama islam di Kabupaten Bogor adalah 3,26. Dengan demikian, jumlah masjid yang terdapat di Kabupaten Bogor cukup untuk melayani penduduknya.

Selain jumlah tempat ibadah, hal yang perlu diperhatikan juga terkait penanganan penyandang masalah kesejahteraan social (PMKS). Pada tahun 2017 penanganan PMKS di Kabupaten Bogor baru tercapai sebesar 42%, hal menunjukan bahwa masih terdapat sekitar 58% kasus PMKS yang belum tertangani.

3.1.2.Urusan Wajib Yang Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

3.1.2.1. Tenaga Kerja

Tingkat partisipasi angkatan kerja di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 adalah 64,07 dengan rasio daya serap tenaga kerja terhadap jumlah perusahaan PMA/PMDN adalah 278 : 1. Rasio ketergantungan sebesar 49,37, angka ini berarti 100 penduduk usia produktif di Kabupaten Bogor menanggung 49 penduduk yang belum/tidak produktif. Rasio ketergantungan di Kabupaten Bogor lebih tinggi bila dibandingkan dengan rasio ketergantungan nasional (yaitu 47 %).

Sebagian besar permasalahan dalam urusan ketenagakerjaan, berkaitan dengan jenjang pendidikan serta miss match antara lulusan dan permintaan tenaga kerja. Secara umum, dapat tergambarkan permasalahannya adalah:

1. Masih tingginya tingkat pengangguran

2. Rendahnya penyerapan tenaga kerja pada perusahaan dalam negeri dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia produktif

3. Rendahnya Tingkat partisipasi angkatan kerja

3.1.2.2. Permasalahan Pemberdayaan Perempuan dan Pelindungan Anak

Pemberdayaan perempuan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan Kabupaten Bogor. Terlihat dari jumlah partisipasi perempuan di pemerintahan ada sebanyak 48,31 % dari total karyawan pemerintah di Kabupaten Bogor.

Perlindungan anak diarahkan untuk mewujudkan suatu kondisi yang menjamin hak dan tumbuh-kembang anak. Pada tahun 2017, persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah di Kabupaten Bogor adalah sebesar 48,31 %, dan di sektor swasta sebesar 53,63 %. Salah satu faktor yang melatarbelakangi perempuan lebih memilih sektor swasta, selain karena terbatasnya kebutuhan pegawai di lembaga pemerintah adalah agar mereka mampu membagi waktu antara bekerja dan mengurus keluarga.

Pada tahun 2017 angka penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan baru mencapai 41,5%, masih terdapat 58,5% yang belum tertangani. Selain itu Angka kekerasan dalam rumahtangga di Kabupaten Bogor adalah sebesar 0,000055 %, serta persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur masih terdapat sekita 36,21%.

Secara umum permasalahan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Kabupaten Bogor adalah minimnya tingkat partisipasi perempuan dalam pemerintahan

1. Tingkat partisipasi perempuan di lembaga pemerintahan masih rendah

2. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan belum optimal

3. Masih terdapat tenaga kerja dibawah umur

3.1.2.3. Pangan

Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan pokok masyarakat yang wajib diperhatikan oleh pemerintah daerah. Kejadian rawan pangan menjadi masalah yang sangat sensitif dalam dinamika

kehidupan sosial. Ketersediaan pangan utama di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 (digambarkan oleh Konsumsi Normatif Perkapita terhadap Ketersediaan Bersih Serealia), terdapat sebanyak 25 Kecamatan belum swasembada, hanya 15 Kecamatan yang termasuk swasembada pangan, tetapi secara keseluruhan Kabupaten Bogor sudah mencapai swasembada pangan. Pada tahun 2017 ketersediaan pangan utama Kabupaten Bogor sebesar 61,75%, hal ini mengindikasikan bahwa 38,25% ketersediaan pangan kabupaten Bogor masih bergantung oleh pemenuhan pasokan pangan utama dari luar Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor sudah berupaya dalam membina para pelaku usaha tani guna meningkatkan produktivisas pertanian dengan program penyuluhan, namum akan tetapi jumlah penyuluh yang masih terbatas menjadi kendala tersendiri, sampai saat ini hanya terdapat 172 PPS untuk penyuluh pertanian, 42 PPS penyuluh kehutanan dan 31 PPS penyuluh perikanan. Secara umum permasalahan pangan di Kabupaten Bogor adalah:

1. Masih tingginya ketergantungan terhadap pangan utama dari luar kabupaten bogor

2. Belum terpenuhinya kecukupan cakupan pelayanan penyuluhan yang diakibatkan oleh minimnya tenag penyuluh PNS.

3.1.2.4. Pertanahan

Identifikasi masalah pada bidang pertanahan bertujuan untuk mengetahui tertib administrasi lahan sebagai kepastian dalam kepemilikan lahan. Semakin besar persentase luas lahan bersertifikat menggambarkan semakin besar tingkat ketertiban administrasi kepemilikan lahan di suatu daerah. Tahun 2017 persentase luas lahan bersertifikat di Kabupaten Bogor baru mencapai 49,35 persen. Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kepemilikan lahan yang bersertifikat.

1. Rendahnya lahan yang bersertifikat

2. Masih terdapat kabupaten Bogor yang tidak memiliki lahan

3.1.2.5. Lingkungan Hidup

Salah satu tujuan dilaksanakannya penataan ruang perkotaan adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Hasil analisis menunjukkan bahwa, tahun 2017 sampah yang telah ditangani di Kabupaten Bogor sebesar 64,56 %. Hal ini berarti 35,44 % sampah yang dihasilkan belum tertangani dengan baik. Angka ini menunjukkan tingginya ketidakseimbangan lingkungan hidup di Kabupaten Bogor, yang dapat menyebabkan berbagai bencana, seperti banjir, longsor sampah, penularan penyakit melalui sampah kepada manusia dan hewan, dan sebagainya.

Rendahnya tingkat penanganan sampah di Kabupaten Bogor disebabkan oleh kurang tersedianya tempat pembuangan sampah sementara (TPSS) dan akhir (TPSA), sehingga sebagian besar masyarakat membuang sampahnya secara sembarangan. Masyarakat dan pemerintah daerah harus bekerja sama guna meningkatkan penangan sampah agar terjadinya bencana tersebut dapat dihindari atau diminimalisasi. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam aspek lingkungan hidup adalah pengedalian pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup antara lain disebabkan karena pengelolaan lingkungan tidak dilakukan dengan baik dan benar. Berbagai peraturan dan perundangan di bidang lingkungan hidup mensyaratkan ketentuan teknis dan administrasi yang harus ditaati oleh seluruh penanggung jawab usaha dan atau kegiatan.

Pengujian terhadap kualitas air sungai dan udara ambien dilakukan oleh BPLH setiap tahun. Evaluasi terhadap hasil pengujian ini dilakukan untuk menentukan arah kebijakan pengendalian pencemaran dan atau kerusakan lingkungan dan prioritas penanganannya. Pengujian kualitas air sungai dan udara ambien dilakukan pada titik- titik prioritas yang dievaluasi setiap tahun. Secara umum permasalahan terkait dengan lingkungan hidup adalah:

1. Tingginya jumlah sampah yang belum dapat ditangani

2. Kurang tersedianya TPSS dan TPSA yang memadai dan saran pendukungnya.

3.1.2.6. Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 meningkat 2,41 % jika dibandingkan tahun 2016. Dalam menilai tertib administrasi kependudukan di Kabupaten Bogor, indikator yang dapat digunakan adalah jumlah penduduk yang telah memiliki KTP, KK, Akte Kelahiran dan Akte Nikah. Rasio penduduk yang telah memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) sebesar 0,85, kepemilikan Kartu Keluarga (KK) sebesar 100 % dan Cakupan penerbitan akta kelahiran sebesar 85,02 %.

Kepemilikan KTP dan Kartu Keluarga menunjukkan bahwa penduduk tersebut telah terdaftar sebagai penduduk di wilayah Kabupaten Bogor. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa tingkat tertib administrasi kependudukan dan catatan sipil Kabupaten Bogor sudah lebih baik, namun perlu peningkatan sehingga seluruh penduduk yang tinggal di Kabupaten Bogor terdaftar. Secara umum permasalahan yang terkait dengan kependudukan dan pencatatan sipil adalah lemahnya adminstrasi kependudukan di Kabupaten Bogor

3.1.2.7. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa

Lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) berfungsi sebagai sarana berorganisasi, berbagi informasi, penyaluran aspirasi serta peningkatan pengetahuan/kemampuan untuk masyarakat setempat dalam mendukung pembangunan lingkungannya (RT/RW atau kelurahan). Jumlah kelompok binaan LPM dapat menggambarkan keaktifan masyarakat untuk ikut serta dalam pembangunan daerah melalui LPM. Jumlah ini juga menunjukkan besarnya pelayanan penunjang yang dapat diciptakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Bogor dalam pemberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam pembangunan daerah. Pada tahun 2017 persentase swadaya masyarakat terhadap program pemberdayaan masyarakat sebesar 26,92.

Jumlah kelompok yang terlibat dalam LPM perlu ditingkatkan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang partisipatif. Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah

(masyarakat) serta pengelolaanya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesejahteraan, keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan.

Bila dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Bogor, jumlah anggota PKK masih tergolong kecil. Hal ini menunjukkan kurangnya keaktifan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan atau kurangnya pelayanan penunjang yang disediakan oleh pemerintah daerah dalam rangka pemberdayaan masyarakat. Permasalahan terkait bidang pemberdayaan masyarakat dan desa adalah:

1. Masih rendahnya swadaya masyarakat terhadapa pembangunan pemberdayaan masyarakat

2. Masih rendahnya kinerja pemerintah desa yang dikarenakan rendahnya SDM aparat pemerintah desa

3.1.2.8. Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana

Program keluarga berencana (KB) yang digalakkan secara nasional bertujuan untuk menganjurkan setiap keluarga memiliki 2 (dua) orang anak. Pada tahun 2013-2017, setiap keluarga di Kabupaten Bogor rata-rata berjumlah 1 s/d 2 orang anak. Dengan demikian, Kabupaten Bogor dinilai berhasil membantu mensukseskan program yang digalakkan secara nasional, yaitu program KB. Namun agar program ini dapat berlangsung secara berkelanjutan, program penyuluhan KB hingga ke desa-desa harus semakin digiatkan. Secara umum permasalahan dalam pengendalian penduduk dan keluarga berencana adalah masih diperlukan peningkatan penyuluhan tentang keluarga berencana hingga ke daerah pedesaan.

3.1.2.9. Perhubungan

Pelayanan pemerintah daerah yang baik pada sektor perhubungan

meningkatkan aksesibilitas masyarakat, mengurangi resiko kecelakaan dan mengurangi kemacetan. Pada tahun 2015 jumlah rambu-rambu lalu lintas yang dipasang

diharapkan

dapat dapat

meningkat bila dibandingakan dengan tahun tahun sebelumnya namun bila dibandingkan dengan total rambu-rambu yang dipasang belum terlalu signifikan. Pada tahun 2017 rasio panjang jalan per jumlah kendaraan mencapai 0,00124 (1 : 794 ) yang artinya dalam panjang 1 km panjang jalan dapat menampung sebesar 794 kendaraan. Jumlah ini meningkat secara signifikan jika dilihat dari tahun 2012 dimana rasio panjang jalan dengan jumlah kendaraan hanya mencapai sebesar 0,0122 (1:82). Hal ini berarti belum terpenuhinya rasio panjang jalan per jumlah kendaraan ideal dalam mengimbangi pertambahan kendaran tiap tahunnya. Ketidakseimbangan ini menyebabkan kemacetan lalu lintas, yang dapat berdampak pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor. Secara umum permasalahan dalam sektor perhubungan adalah

1. Ijin trayek yang tidak terdistribusi dengan merata

2. Rendahnya rasio panjang jalan terhadap jumlah kendaraan di Kabupaten Bogor

3. Rendahnya jumlah rambu-rambu lalu lintas di Kabupaten Bogor

3.1.2.10. Komunikasi dan Informatika

Pada tingkat SKPD, Kabupaten Bogor dinilai berhasil dalam menyediakan sarana komunikasi dan informatika, seluruh perangkat daerah telahtelah memiliki akses internet. Keberadaan sarana komunikasi dan informatika yang memadai di setiap SKPD sangat diperlukan untuk mengetahui informasi secara up to date terutama berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan serta sebagai sarana koordinasi internal dan external SKPD di Kabupaten Bogor. Keberadaan sarana ini juga diperlukan oleh masyarakat untuk meningkatkan akses informasi dan pengetahuan. Pada tingkat masyarakat, masih terdapat kawasan yang belum terjangkau jaringan komunikasi. Hal ini merupakan masalah yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam rangka membangun Pada tingkat SKPD, Kabupaten Bogor dinilai berhasil dalam menyediakan sarana komunikasi dan informatika, seluruh perangkat daerah telahtelah memiliki akses internet. Keberadaan sarana komunikasi dan informatika yang memadai di setiap SKPD sangat diperlukan untuk mengetahui informasi secara up to date terutama berkaitan dengan pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan serta sebagai sarana koordinasi internal dan external SKPD di Kabupaten Bogor. Keberadaan sarana ini juga diperlukan oleh masyarakat untuk meningkatkan akses informasi dan pengetahuan. Pada tingkat masyarakat, masih terdapat kawasan yang belum terjangkau jaringan komunikasi. Hal ini merupakan masalah yang perlu ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam rangka membangun

3.1.2.11. Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah

Koperasi sebagai salah satu lembaga perekonomian diharapkan sebagai penggerak roda ekonomi di suatu wilayah dan meningkatkan kesejahteraan anggota. Peran koperasi sangat penting untuk peningkatan potensi usaha kecil yang dimiliki oleh masyarakat lokal, penyedia informasi serta sebagai lembaga distribusi dan pemasaran.

Pada tahun 2017, jumlah koperasi yang aktif di Kabupaten bogor 1.279 dari total jumlah koperasi atau sebesar 74.75%. Koperasi aktif tersebut diperuntukan untuk melayani 26.532 UKM non BPR/LKM UKM dan 19 BPR/LKM. Koperasi yang aktif, sebagian besar berupa koperasi simpan pinjam Jumlah ini dinilai sangat kurang untuk menggerakkan roda ekonomi serta melayani kebutuhan masyarakat Kabupaten Bogor. Keberadaan koperasi ini perlu diperhatikan oleh pemerintah daerah, karena dapat meningkatkan jumlah UKM yang berarti meningkatnya kesejahteraan masyarat Kabupaten Bogor. Disamping itu, perlu juga

dikembangkan lembaga ekonomi produktif baik yang syari’ah maupun konvensional dalam rangka mendukung perekonomian di Kabupaten

Bogor. Secara umum, permasalahan koperasi dan UKM adalah:

1. Masih kurangnya jumlah koperasi yang aktif untuk melayani masyarakat Kabupaten Bogor.

2. Belum semua UKM mendapatkan akses modal dan pendanaan untuk meningkatkan kapasitas usahanya atau mengembangkan produk- produk yang mampu bersaing.

3.1.2.12. Penanaman Modal

Investasi (penanaman modal) memberikan dampak positif bagi pertumbuhan suatu wilayah dan kesejahteraan penduduk. Jumlah investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 meningkat bila dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya (yaitu sebanyak 98 investor). Investor ini terdiri dari 58 investor dalam negeri dan 40 investor asing. Untuk meningkatkan daya tarik investor Investasi (penanaman modal) memberikan dampak positif bagi pertumbuhan suatu wilayah dan kesejahteraan penduduk. Jumlah investor yang menanamkan modalnya di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 meningkat bila dibandingkan dengan tahun tahun sebelumnya (yaitu sebanyak 98 investor). Investor ini terdiri dari 58 investor dalam negeri dan 40 investor asing. Untuk meningkatkan daya tarik investor

1. Belum tersedianya peta kawasan pembangunan dengan instrument yang sesuai untuk ruang.

2. Belum tersedianya peta potensi investasi di setiap kecamatan.

3.1.2.13. Kepemudaan dan Olah Raga

Jumlah organisasi pemuda menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam mendorong dan memberdayakan masyarakat untuk berperan serta dalam menyalurkan aspirasi dan kemampuannya dalam penyelenggaraan pembangunan. Organisasi pemuda yang dimaksud pada bagian ini adalah binaan pemerintah dan bertujuan untuk mendukung pembangunan daerah.

Pada tahun 2017, Persentase organisasi pemuda yang aktif di Kabupaten Bogor adalah 85,71%, persentase ini mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah organisasi olahraga menggambarkan kapasitas pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas kesehatan, kemampuan berkompetisi secara sehat dan kemampuan bekerja sama masyarakat dan meningkatkan peran masyarakat dalam pembangunan daerah pada bidang olah raga. Jumlah organisasi kepemudaan dan olah raga di Kabupaten Bogor masih tergolong kecil bila dibandingkan dengan jumlah penduduknya. Sehingga, pemerintah daerah perlu mendorong para pemuda-pemudi di Kabupaten Bogor lebih aktif terlibat dalam organisasi kepemudaan dan olah raga di wilayahnya.

Persentase kecamatan yang mempunyai sarana olahraga dan pemuda untuk umum di Kabupaten Bogor masih sangat minim yaitu sebesar 5%. Permasalahan terkait dengan kepumudaan dan Olahraga secara umum adalah minimnya sarana dan prasarana olahraga

3.1.2.14. Statistik

Dokumen statistik suatu daerah dibutuhkan oleh pemerintah (daerah maupun pusat) dalam mendapatkan data kondisi dan perkembangan daerah tersebut secara umum sebagai bahan untuk menyusun rencana pembangunan serta rencana tata ruang, bahan evaluasi atas kinerja/pelaksanaan pembangunan dan sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan-kebijakan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat secara berkesinambungan. Secara umum permasalahan yang dihadapi terkait dengan Statistik adalah keterbatasan tersedianya data dengan lag yang relatif panjang.

3.1.2.15. Kebudayaan

Kebudayaan merupakan salah satu kekayaan daerah yang harus dijaga dan dilestarikan. Kebudayaan juga merupakan sarana promosi yang dapat meningkatkan pendapatan daerah dari sektor pariwisata. Pada tahun 2017, hanya 35 benda, situs dan kawasan cagar budaya yang dilestarikan di Kabupaten Bogor. Oleh karena itu, dalam rangka pelestarian budaya, salah satu langkah yang dapat dilaksanakan pemerintah daerah adalah revitalisasi kawasan dan situs cagar budaya. Juga diperlukan diadakan sosialisasi atau seminar yang ditujukan kepada masyarakat agar menjaga dan melesarikan budaya yang merupakan kekayaan Kabupaten Bogor. Secara umum permasalahan yang dihadapi terkait dengan kebudayaan adalah:

1. Masih terdapat benda, situs dan cagar budaya di Kabupaten Bogor yang belum dilestarikan.

2. Belum optimalnya pengelolaan situs sebagai destinasi wisata.

3.1.2.16. Perpustakaan

Jumlah perpustakaan milik daerah dapat menunjukkan tingkat pelayanan kepada masyarakat umum dalam rangka meningkatkan kualitas masyarakat umum serta kelangsungan pelayanan pendidikan. Kabupaten Bogor memiliki 216 gedung perpustakaan dan 8 perpustakaan berjalan untuk melayani 40 Kecamatan di wilayahnya. Jumlah ini dinilai kurang untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun di Kabupaten Bogor juga dinilai cukup rendah dibandingkan jumlah penduduknya, yaitu hanya 51.989 pengunjung per tahunnya. Sehingga, peningkatan kuantitas dan kualitas perpustakaan perlu dilaksanakan dalam rangka mendorong terciptanya masyarakat yang berwawasan dan gemar membaca. Selain itu, masyarakat juga perlu didorong untuk memanfaatkan pelayanan berupa perpustakaan untuk meningkatkan pengetahuan, kapabilitas serta kualitas hidupnya. Secara umum permasalahan di bidang perpustakaan adalah:

1. Masih rendahnya minat penduduk terhadap perpustakaan.

2. Kurangnya kuantitas dan kualitas perpustakaan daerah Kabupaten Bogor.

3.1.2.17. Kearsipan

Pada tahun 2013-2017, PD Kabupaten Bogor berjumlah 72, dan

32 PD yang sudah mengelola arsip secara baku. Ketersediaan arsip baku ini memudahkan untuk melaksanakan evaluasi kinerja terhadap masing-masing PD dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang transparan dan akuntabel. SDM yang berkompeten di bidang kearsipan diperlukan untuk mengelola arsip secara terpadu di Kabupaten Bogor. Selain dengan mencari SDM yang berkompeten, peningkatan kemampuan pengelolaan arsip juga dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan dan bimbingan teknis bagi pejabat pengelola kearsipan. Peningkatan kemampuan dalam pengelolaan arsip diharapkan dapat membuat pemerintahan tertib administrasi dalam hal kearsipan.

Tabel 3.1

Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Wajib Pemerintah Daerah

No Bidang

Permasalahan

1. Masih terdapat penduduk usia sekolah yang belum mengenyam/ mendapatkan fasilitas pendidikan di jenjangnya

1 Pendidikan 2. Belum tercapainya RLS yg menjadi kewenangan

Kabupaten Bogor (9 tahun) 3. Kualitas pendidikan belum berdaya saing

No Bidang

Permasalahan

4. Belum terdistribusinya secara proporsional pemerataan penyebaran sarana dan prasarana pendidikan serta tenaga pendidik yang berkualitas

5. Belum terealisai sepenuhnya ketersediaan serta keterjangkauan layanan pendidikan, khususnya bagi masyarakat yang berkebutuhan khusus dan masyarakat terpinggirkan, serta bagi wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal (3T)

1. Jumlah puskesmas, pustu dan poliklinik yang belum memadai bila dibandingkan dengan jumlah penduduk.

2. Masih rendahnya rasio rumah sakit terhadap jumlah penduduk.

3. Masih kurangnya serta tidak meratanya jumlah 2 Kesehatan

tenaga dokter dan tenaga medis

4. Masih terdapat balita bergizi buruk 5. Belum optimalnya pelayanan kesehatan rujukan bagi

masyarakat di wilayah kabupaten bogor sebelah utara

6. Belum optimalnya kinerja SDM kesehatan 1. Terdapat jalan dalam kondisi rusak

Pekerjaan 3 Umum &

2. Minimnya penanganan jaringan irigasi Penataan Ruang 3. Terdapat kecenderungan meluasnya wilayah banjir

1. Rendahnya kondisi rumah tinggal berakses sanitasi 2. Rendahnya akses rumah tangga terhadap air bersih

Perumahan Rakyat &

3. Terdapat banyak bangunan di Kabupaten Bogor yang 4

Kawasan

belum ber-IMB

Permukiman 4. Belum optimalnya penataan kawasan permukiman

di Kabupaten Bogor.

1. Kurangnya jumlah polisi pamong praja dalam memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan-peraturan

Ketrentaman, Ketertiban

yang telah ditetapkan

5 Umum dan

Perlindungan Kurangnya jumlah linmas untuk memelihara

Masyarakat ketentraman/ ketertiban masyarakat, serta mengkondisikan lingkungan yang kondusif

3. Belum optimalnya penanganan bencana

No Bidang

Permasalahan

4. Belum memadainya sarana dan prasarana tanggap bencana

6 Sosial 1. Masih Rendahnya Penanganan Terhadap PMKS 1. Masih tingginya tingkat pengangguran 2. Rendahnya penyerapan tenaga kerja pada

7 Ketenagakerjaan perusahaan dalam negeri dibandingkan dengan jumlah penduduk pada usia produktif

3. Rendahnya Tingkat partisipasi angkatan kerja 1. Tingkat partisipasi perempuan di lembaga

Pemberdayaan

pemerintahan masih rendah

Perempuan & 8 2. Penyelesaian pengaduan perlindungan perempuan Perlindungan

Anak dan anak dari tindakan kekerasan belum optimal 3. Masih terdapat tenaga kerja dibawah umur

1. Masih tingginya ketergantungan terhadap pangan utama dari luar kabupaten bogor

9 Pangan 2. Belum terpenuhinya kecukupan cakupan pelayanan penyuluhan yang diakibatkan oleh minimnya tenag penyuluh PNS

1. Rendahnya lahan yang bersertifikat 10 Pertanahan

2. Masih terdapat penduduk yang belum memiliki lahan

1. Penanganan sampah belum dapat ditangani secara Lingkungan

maksimal

11 Hidup

2. Kurang tersedianya TPSS dan TPSA yang memadai dan saran pendukungnya

Kependudukan 12 1. Lemahnya adminstrasi kependudukan & Catatan Sipil

1. Masih rendahnya swadaya masyarakat terhadapa Pemberdayaan

pembangunan pemberdayaan masyarakat 13 Masyarakat &

2. Masih rendahnya kinerja pemerintah desa yang Desa

dikarenakan rendahnya SDM aparat pemerintah desa

Keluarga

14 Masih diperlukan peningkatan penyuluhan tentang Berencana

keluarga berencana hingga ke daerah pedesaan. 1. Ijin trayek yang tidak terdistribusi dengan merata 2. Rendahnya rasio panjang jalan terhadap jumlah

15 Perhubungan

kendaraan di Kabupaten Bogor

3. Rendahnya jumlah rambu-rambu lalu lintas di Kabupaten Bogor

No Bidang

16 Keterjangkauan jaringan komunikasi di daerah yang Informatika

tertinggal

1. Masih kurangnya jumlah koperasi yang aktif untuk melayani masyarakat Kabupaten Bogor Koperasi dan

17 2. Belum semua UKM mendapatkan akses modal dan UKM

pendanaan untuk meningkatkan kapasitas usahanya atau mengembangkan produk-produk yang mampu bersaing

1. Belum tersedianya peta kawasan pembangunan Penanaman

dengan instrument yang sesuai untuk ruang 18

Modal 2. Belum tersedianya peta potensi investasi di setiap kecamatan

Pemuda dan 19 1. Minimnya sarana dan prasarana olahraga Olahraga

20 Statistik keterbatasan tersedianya data dengan time series

yang relatif panjang.

1. Masih terdapat benda, situs dan cagar budaya di Kabupaten Bogor yang belum dilestarikan,

21 Kebudayaan 2. Belum optimalnya pengelolaan situs sebagai

destinasi wisata

1. Masih rendahnya minat penduduk terhadap perpustakaan

Perpustakaan & 2. Kurangnya kuantitas dan kualitas perpustakaan 22 Kearsipan

daerah Kabupaten Bogor

3. Peningkatan pengelolaan kearsipan yang lebih efektif dan efisien

3.1.3.Urusan Pilihan

3.1.3.1. Kelautan dan Perikanan

Kabupaten Bogor tidak memiliki laut, karena kondisi geografisnya yang berada di kawasan pegunungan. Produksi perikanan di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 tercatat sebanyak 81,96% dari target yang dibuat. Perikanan di Kabupaten Bogor sebagian besar berupa perikanan darat, karena kondisi geografis wilayah yang sebagian besar berada pada dataran tinggi.

Pemerintah Daerah perlu meningkatkan potensi perikanan darat di Kabupaten Bogor ini, dengan melaksanakan pembinaan terhadap para peternak ikan dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas Pemerintah Daerah perlu meningkatkan potensi perikanan darat di Kabupaten Bogor ini, dengan melaksanakan pembinaan terhadap para peternak ikan dalam rangka peningkatan kuantitas dan kualitas

1. Belum optimalnya pembudidaya ikan dalam akses terhadap pasar, teknologi dan sumber permodalan.

2. Rendahnya tingkat penggunaan induk/benih ikan yang unggul oleh masyarakat.

3. Ketersediaan sarana irigasi belum memadai untuk kebutuhan budidaya perikanan.

3.1.3.2. Pariwisata

Kabupaten Bogor memiliki banyak destinasi tujuan wisata yang begitu menarik. Salah satu indikator keberhasilan pemerintah dalam mengelola destinasi tujuan wisata ialah dapat dilihat kunjungan wisata setiap tahunnya. Jumlah pengungjung objek wisata di Kabupaten Bogor cukup tinggi, dan meningkat dari tahun ke tahunnya. Pada tahun 2017 kawasan wisata di Kabupaten Bogor memiliki pengunjung 7.138.555 orang. Pemerintah daerah diharapkan meningkatkan promosi, kondisi lingkungan, kenyamanan dan fasilitas pendukung tiap objek wisatanya agar tetap mampu berkompetisi dan berdaya saing dengan objek wisata lain di luar Kabupaten Bogor. Berikut adalah permasalahan mendasar yang menyangkut bidang pariwista adalah:

1. Belum meratanya kunjungan wisatawan ke obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Bogor, mayoritas kunjungan hanya ke kawasan Puncak

2. Masih banyak daerah destinasi wisata yang belum dikembangkan secara optimal, karena rendahnya sarana dan prasarana yang mendukung peningkatan destinasi wisata (alam dan budaya)

3.1.3.3. Pertanian

Kabupaten Bogor sangat mendukung kegiatan investasi sektor pertanian. Ketinggian Kabupaten Bogor bervariasi dari 15-100 mdpl hingga 2000-2500 mdpl, keragamanan geografisnya (dataran, perbukitan dan pegunungan), klimatologis (hujan tropis), kesuburan tanahnya sebagian sebagai hasil letusan gunung berapi, dan Kabupaten Bogor sangat mendukung kegiatan investasi sektor pertanian. Ketinggian Kabupaten Bogor bervariasi dari 15-100 mdpl hingga 2000-2500 mdpl, keragamanan geografisnya (dataran, perbukitan dan pegunungan), klimatologis (hujan tropis), kesuburan tanahnya sebagian sebagai hasil letusan gunung berapi, dan

Kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bogor pada tahun 2017 sebesar Rp 9,09 triliun hal ini berarti sektor pertanian menyumbang 5,28 %. Kontribusi ini dinilai masih rendah, mengingat kondisi geografi dan masyarakat Kabupaten Bogor sebagian besar bekerja pada sektor pertanian. Pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti luas, termasuk pertanian palawija, buah-buahan, sayuran, peternakan danperkebunan. Potensi pertanian yang tinggi masih belum sebanding dengan perbaikan taraf hidup petani. Berikut adalah permasalahan mendasar yang menyangkut bidang pertanian adalah:

1. Rendahnya kontribusi sektor primer dalam PDRB

2. Lahan yang tersedia untuk pertanian dan perkebunan semakin terbatas, terjadi alih fungsi lahan untuk kegiatan bukan pertanian

3. Tenaga kerja yang bersedia bekerja di bidang pertanian dan perkebunan semakin berkurang

4. Kurangnya sarana dan prasarana yang berbasis teknologi guna mendukung peningkatan produksi pertanian dan perkebunan

3.1.3.4. Perdagangan

Terdapat korelasi yang kuat antara perkembangan makro ekonomi daerah dan perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana untuk Kabupaten Bogor nilai tambah sektor ini memiliki kontribusi sebesar 13,29 % dari total PDRB. Sementara itu subsektor perdagangan sendiri mengambil pangsa 80% dari PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bahkan di beberapa daerah kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran bisa mencapai 22% dari total PDRB daerah. Dengan kata lain, aktifitas perdagangan selalu bertumbuh secara proporsional dengan pertumbuhan perekonomian keseluruhan. Dapat dimaknai bahwa ketahanan aktifitas perdagangan lebih baik Terdapat korelasi yang kuat antara perkembangan makro ekonomi daerah dan perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran, dimana untuk Kabupaten Bogor nilai tambah sektor ini memiliki kontribusi sebesar 13,29 % dari total PDRB. Sementara itu subsektor perdagangan sendiri mengambil pangsa 80% dari PDRB sektor perdagangan, hotel dan restoran. Bahkan di beberapa daerah kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran bisa mencapai 22% dari total PDRB daerah. Dengan kata lain, aktifitas perdagangan selalu bertumbuh secara proporsional dengan pertumbuhan perekonomian keseluruhan. Dapat dimaknai bahwa ketahanan aktifitas perdagangan lebih baik

Perkembangan nilai tambah sektor perdagangan, dapat diperdalam lagi dengan mengamati perkembangan sumberdaya sektor perdagangan. Perkembangan Pasar Pertokoan ini sangat pesat, paralel dengan pertambahan dan penyebaran lokasi pemukiman atu tempat tinggal, dan pusat kegiatan ekonomi lainnya. Alasan jumlah pasar pertokoan sejalan dengan pertumbuhan jumlah pemukiman adalah sebagai salah satu strategi pemasaran, yaitu mendekatkan lokasi perdagangan dengan lokasi pembeli. Persentase kecamatan yang mempunyai pasar pada tahun 2017 sebesar 100%. Berarti di setiap kecamatan memiliki pasar, baik pasar yang dikelola oleh PD. Pasar Tohaga maupun pasar tradisional.

Jika memperhatikan data dan fakta di lapangan, maka sarana perdagangan yang diperlukan ke depan adalah layanan yang semakin dekat dengan tempat tinggal, dan menyediakan kebutuhan sehari-hari secara lengkap. Hal ini sangat logis dalam rangka memenuhi tuntutan konsumen, dapat menghemat biaya transportasi dan waktu berbelanja

Nilai ekspor bersih perdagangan di Kabupaten Bogor mengalami trend berfluktuasi dari tahun 2013-2017. Nilai ekspor bersih perdagangan berapa pada titik tertinggi pada tahun 2017 yaitu mencapai US$ 1,091 triliun. Nilai ekspor bersih yang dimaksud dalam hal ini adalah nilai ekspor dikurang dengan jumlah impor. Nilai ini perlu ditingkatkan oleh Pemerintah Kabupaten Bogor, salah satu caranya adalah dengan peningkatan keanekaragaman, kualitas dan promosi barang-barang yang diekspor. Barang-barang yang diekspor oleh Kabupaten Bogor berupa hasil-hasil pertanian, perkebunan dan peternakan dan perikanan. Beberapa permasalahan terkait dengan bidang perdagangan adalah:

1. Masih rendahnya pembinaan terhadap kelompok pedagang/usaha informal

2. Belum meratanya jumlah pusat/sentra perdagangan

3. Belum optimalnya kegiatan promosi terhadap produk-produk yang dihasilkan

3.1.3.5. Perindustrian

Sektor industri di Kabupaten Bogor mempunyai kontribusi besar terhadap PDRB Kabupaten Bogor, terutama indutsri olahan hasil-hasil pertanian. Ditinjau dari skalanya, industri yang paling banyak berkembang di Kabupaten Bogor adalah industri kecil. Total jumlah industri di Kabupaten Bogor pada tahun 2017 secara keseluruhan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pemerintah Kabupaten Bogor perlu memberi perhatian dan pembinaan terhadap perkembangan industri, terutama industri skala kecil agar dapat menjadi salah satu sektor unggulan dalam rangka meningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Bogor Beberapa permasalahan terkait dengan bidang perindustrian adalah:

1. Belum berkembangnya industri kecil dan menengah

2. Belum optimalnya penggunaan teknologi dalam industri kecil dan menengah

3.1.3.6. Transmigrasi

Berdasarkan laporan pertanggungjawaban Bupati Kabupaten Bogor pada tahun 2017, hasil capaian pelaksanaan pembangunan pada urusan transmigrasi adalah penjajagan daerah penerima di Sumatera Selatan, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah dalam rangka menjalin hubungan kerja sama antara daerah di bidang ketransmigrasian. Pada tahun 2017, telah dilaksanakan pendaftaran dan pembinaan ketransmigrasian ke desa-desa di Wilayah Kabupaten Bogor dan sosialisasi program transmigrasi di luar Pulau Jawa. Permasalahan pada urusan ketransmigrasian di Kabupaten Bogor adalah :

1. Rendahnya kualitas dan produktivitas tenaga kerja transmigrasi, dan

2. Terbatasnya kesempatan kerja dan belum optimalnya transmigrasi regional

Tabel 3.2 Permasalahan Kabupaten Bogor Urusan Pilihan Pemerintah Daerah

No Bidang

Permasalahan

1. Belum optimalnya pembudidaya ikan dalam akses terhadap pasar, teknologi dan sumber permodalan

Kelautan & 2. Rendahnya tingkat penggunaan induk/benih ikan 1 Perikanan

yang unggul oleh masyarakat

3. Ketersediaan sarana irigasi belum memadai untuk kebutuhan budidaya perikanan