Dapat dipahami Relevan Keandalan Penelitian Terdahulu

13 laporan arus dana, dan catatan atas laporan keuangan. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan digunakan sebagai bagian dari proses pelaporan keuangan yang lengkap, untuk memberikan informasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan berguna dalam pengambilan keputusan bagi pengguna laporan keuangan pada suatu periode tertentu. Tujuan laporan keuangan menurut PSAK No. 1 paragraf 5 IAI, 2007: 1.2 adalah ”memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban stewardship manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka”. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, suatu laporan keuangan menyajikan informasi mengenai perusahaan yang meliputi: 1 aset; 2 kewajiban; 3 ekuitas; 4 pendapatan dan kerugian; dan 5 arus kas. Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pengguna laporan keuangan. Terdapat empat karakteristik pokok laporan keuangan yaitu IAI, 2007: 5:

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. 14

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pengguna dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, dan masa depan, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi pengguna di masa lalu.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal reliable. Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan penggunanya sebagai penyajian yang tulus atau jujur faithful representation dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

d. Dapat dibandingkan

Pengguna harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasikan kecenderungan trend posisi dan kinerja keuangan. Pengguna juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan secara relatif. Adapun menurut PSAK No. 1 paragraf 9 IAI, 2007: 2 pemakai laporan keuangan memerlukan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda, yaitu: 1. Investor. Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan resiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka lakukan. Mereka juga membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. 2. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan kesempatan kerja. 15 3. Pemberi Pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang memunginkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman dan bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 4. Pemasok dan kreditor usaha lainnya. Pemasok dan kreditor usaha lainnya tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo. 5. Pelanggan. Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan, atau bergantung pada perusahaan. 6. Pemerintah. Mereka membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya. 7. Masyarakat. Perusahaan memberikan kontribusi berarti pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan trend dan perkembangan terlahir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

2.1.2 Pelaporan Keuangan

Pelaporan keuangan adalah laporan keuangan ditambah dengan informasi lain yang berhubungan, baik langsung maupun tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi, seperti informasi tentang sumber daya perusahaan, earning, current cost, informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan bagian integral dengan tujuan untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup Yadiati, 2010: 52. Menurut SFAC Statement of Financial Accounting Concepts No.1 dalam Prahesty, 2011 pelaporan keuangan terdiri atas: 16 1. Laporan keuangan dasar Basic Financial Statements yang terdiri dari laporan keuangan Financial Statement dan catatan atas laporan keuangan Notes of Financial Statements. 2. Informasi-informasi tambahan Supplementary Informations. 3. Laporan-laporan lain selain Laporan keuangan Other means of Financial Reporting. Adapun tujuan pelaporan keuangan dalam SFAC Nomor 1 tentang Objective of Financial Reporting by Business Enterprises dalam Yadiati, 2010: 53 adalah: 1. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya dalam membantu proses pengambilan keputusan yang rasional atas investasi, kredit dan keputusan lain yang sejenis. 2. Menyediakan informasi yang berguna bagi investor, kreditor, dan pengguna potensial lainnya yang membantu dalam menilai jumlah, waktu, dan ketidakpastian prospek penerimaan kas dari dividen atau bunga dan pendapatan dari penjualan, penebusan atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman. Menaksir aliran kas masuk future cash flow pada perusahaan. 3. Memberikan informasi tentang sumber daya ekonomi, klaim atas sumber daya tersebut dan perubahannya. 17

2.1.3 Teori Kepatuhan

Tuntutan akan kepatuhan terhadap ketepatan waktu dalam penyampaian laporan keuangan perusahaan go public di Indonesia telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala. Regulasi tersebut sesuai dengan teori kepatuhan menurut Kelman dalam Ardani, 2010: 50 dinyatakan bahwa: Compliance diartikan sebagai suatu kepatuhan yang di dasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman yang mungkin dijatuhkan. Kepatuhan ini sama sekali tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada tujuan kaedah hukum yang bersangkutan, dan lebih di dasarkan pada pengendalian dari pemegang kekuasaan. Sebagai akibatnya maka kepatuhan akan ada, apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaedah-kaedah hukum tersebut”. Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK Nomor 1 paragraf 38, suatu perusahaan sebaiknya mengeluarkan laporan keuangannya paling lama 4 empat bulan setelah tanggal neraca IAI, 2007: 1.7, akan tetapi bagi perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI dituntut untuk mematuhi peraturan yang diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-36PM2003 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Keuangan Berkala, yaitu: “Laporan keuangan tahunan harus disertai dengan laporan akuntan dengan pendapat yang lazim dan disampaikan kepada Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan. Laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum yang pada pokoknya adalah Standar Akuntansi Keuangan yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan 18 Indonesia IAI dan ketentuan akuntansi di bidang pasar modal yang ditetapkan Badan Pengawas Pasar Modal Bapepam”. Peraturan-peraturan tersebut sebagaimana diatur dalam Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP-346BL2011 yang telah diperbaharui oleh Bapepam pada tahun 2011, mengisyaratkan adanya kepatuhan setiap perilaku individu maupun organisasi emiten atau perusahaan publik yang efeknya tercatat di bursa efek di Indonesia dan bursa efek di Negara Lain wajib menyampaikan laporan keuangan secara berkala kepada Bapepam dan mengumumkan laporan keuangan tersebut kepada masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan teori kepatuhan compliance theory. Berdasarkan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor: Kep- 307BEJ07-2004, tentang Peraturan Nomor I-H mengenai sanksi: Khusus bagi Perusahaan Tercatat yang terlambat menyampaikan Laporan Keuangan, Peraturan Nomor I-E tentang Kewajiban Penyampaian Laporan dikenakan sanksi mulai dari Peringatan I sampai dengan Peringatan III disertai denda sebesar Rp. 50.000.000 sampai dengan Rp. 150.000.000, bahkan akan dikenakan sanksi suspensi. Pengenaan sanksi tersebut dilakukan dengan proses-proses tertentu sesuai dengna aturan. Selain itu, perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan akan dikenakan juga sanksi administratif yang diatur oleh Pasal 63 huruf e Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Pasar Modal yang menyatakan bahwa “emiten yang penyataan telah menjadi efektif, dikenakan sanksi denda Rp. 1.000.000 satu juta 19 rupiah atas setiap hari keterlambatan penyampaian laporan keuangan dengan ketentuan jumlah keseluruhan denda paling banyak Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah”. Sebagai kesimpulan, teori kepatuhan dapat mendorong perusahaan untuk mematuhi hukum-hukum yang berlaku termasuk dalam melaksanakan kewajiban mereka untuk mempublikasi laporan keuangan secara tepat waktu.

2.1.4 Ketepatan Waktu Timeliness Pelaporan Keuangan.

Menurut McGee 2007 dalam Sulistyo, 2010 ketepatan waktu timeliness adalah suatu cara untuk mendukung relevansi suatu informasi, agar disajikan secara transparansi dan berkualitas suatu laporan keuangan. Rentang waktu antara tanggal laporan keuangan perusahaan dan tanggal ketika informasi keuangan diumumkan ke publik berhubungan dengan kualitas informasi keuangan yang dilaporkan. Tambahan pula, Gregory dan Van Horn 1963 berpendapat dalam Owusu-Ansah 2000, secara konseptual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu. Jadi, ketepatan waktu dapat diartikan sebagai suatu batasan penting pada publikasi laporan keuangan yang disajikan dalam kurun waktu yang teratur, dan memiliki suatu manfaat yang akan mempengaruhi prediksi dan keputusan pengguna laporan keuangan. Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan paragraf 24 IAI, 2007: 5, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan 20 ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para penggunanya. Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Dalam paragraf 43 IAI, 2007: 8 menyatakan bahwa tepat waktu merupakan salah satu kendala informasi yang relevan dan andal: “Jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Manajemen mungkin perlu menyeimbangkan manfaat relatif antara pelaporan tepat waktu dan ketentuan informasi andal. Untuk menyediakan informasi tepat waktu, sering kali perlu melaporkan sebelum seluruh aspek transaksi atau peristiwa lainnya diketahui, sehingga mengurangi keandalan informasi. Sebaliknya jika pelaporan ditunda sampai seluruh aspek diketahui, informasi yang dihasilkan mungkin sangat andal tetapi kurang bermanfaat bagi pengambil keputusan. Dalam usaha mencapai keseimbangan antara relevansi dan keandalan, kebutuhan pengambil keputusan merupakan pertimbangan yang menentukan”. Menurut Belkaoui 2006 dalam Situmorang, 2010 menjelaskan bahwa relevan dan andal merupakan dua kualitas utama, agar relevan informasi harus memiliki nilai prediktif dan nilai umpan balik dan sekaligus pada saat yang sama harus disampaikan pada waktu yang tepat. Salah satu tujuan kualitatif dari akuntansi keuangan adalah ketepatan waktu, yang artinya komunikasi informasi secara lebih awal, untuk menghindari adanya kelambatan atau penundaan dalam pengambilan keputusan ekonomi. Keterlambatan terjadi jika perusahaan melaporkan informasi laporan keuangannya setelah tanggal yang ditentukan. Dengan demikian, berdasarkan Lampiran Surat Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor KEP- 36PM2003, penyampaian laporan keuangan tahunan yang disertai dengan laporan auditor independen dikatakan tepat waktu apabila diserahkan 21 sebelum atau paling lambat pada akhir bulan ketiga 90 hari setelah tanggal laporan keuangan tahunan perusahaan publik tersebut. Menurut Dyer dan Mc Hugh 1975 dalam Prahesty, 2011, menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya: 1 preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa; 2 auditor’s report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani; 3 total lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa. Ketepatan waktu diukur dengan menggunakan variabel dummy, di mana kategori 0 untuk perusahaan yang tidak tepat waktu dan kategori 1 untuk perusahaan yang tepat waktu.

2.1.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Ketepatan Waktu Timeliness Pelaporan Keuangan Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan, antara lain:

2.1.5.1 Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan yang dicapai oleh perusahaan untuk menghasilkan laba dalam satu periode tertentu. Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, 22 dan sebagainya Harahap, 2011: 304. Profitabilitas suatu perusahaan dapat dianggap sebagai salah satu indikasi yang mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai oleh suatu operasional perusahaan. Menurut Dyer dan Hugh 1975 dalam Kadir, 2011 bahwa perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan tersebut cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Jadi, bisa dikatakan bahwa profit laba itu adalah berita baik good news, karena profitabilitas akan mengurangi ketidakpastian bagi para pengguna. Isi dari laporan keuangan akan sangat mempengaruhi ketepatan waktu pelaporan keuangan. Jika pengumuman laba berisi berita baik good news, maka pihak manajemen cenderung menyampaikan laporan keuangan perusahaannya dengan tepat waktu, dan sebaliknya jika perusahaan mengalami kerugian, pihak manajemen umumnya menunda penyampaian laporan keuangan perusahaannya. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio profitabilitas yaitu Return On Asset ROA. ROA adalah rasio yang menunjukkan berapa laba bersih diperoleh perusahaan bila diukur dari nilai aktiva Harahap, 2011: 305. Rasio ROA dapat dirumuskan sebagai berikut: ROA = Laba setelah Pajak Total Aset x 100 23

2.1.5.2 Ukuran Perusahaan

Salah satu atribut yang dapat dihubungkan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan adalah ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan merupakan pengukur yang menunjukkan besar kecilnya perusahaan. Besar kecilnya ukuran perusahaan dapat didasarkan pada total nilai aset, total penjualan, kapitalisasi pasar, jumlah tenaga kerja dan sebagainya Soetedjo, 2006: 79 dalam Situmorang, 2010. Semakin besar nilai item-item tersebut maka semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Ukuran perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori yaitu mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, ukuran perusahaan dikelompokkan atas: 1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memiliki kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Untuk kriteria usaha mikro asset yang harus dimiliki maksimal Rp. 50.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau 24 usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. Untuk kriteria usaha kecil aset yang harus dimiliki Rp. 50.000.000,- sampai Rp. 500.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini. Untuk kriteria usaha menengah aset yang harus dimiliki Rp. 500.000.000,- sampai Rp. 10.000.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. 4. Usaha besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah. Untuk kriteria usaha besar asset yang harus dimiliki lebih dari Rp.10.000.000.000,- . Owusu-Ansah 2000 dan Sulistyo 2010 menemukan bahwa ukuran perusahaan secara signifikan mempunyai hubungan dengan ketepatan waktu pelaporan keuangan. Ukuran proksi yang mereka gunakan untuk variabel ukuran perusahaan ini adalah dengan 25 total aset. Bukti empiris ini menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki aset yang lebih besar melaporkan lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aset yang lebih kecil. Mereka berpendapat bahwa perusahaan yang memiliki sumber daya aset yang besar memiliki lebih banyak sumber informasi, lebih banyak staf akuntansi dan sistem informasi yang lebih canggih, memiliki sistem pengendalian intern yang kuat, adanya pengawasan dari investor, regulator dan sorotan masyarakat, maka hal ini memungkinkan perusahaan untuk melaporkan laporan keuangan auditannya lebih cepat ke publik. Dalam penelitian ini menggunakan total nilai aset untuk mengukur ukuran perusahaan, karena berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Prasetyantoko 2008: 257 adalah: “Aset total dapat menggambarkan ukuran perusahaan, semakin besar aset biasanya perusahaan tersebut makin besar”. Penggunaan logaritma natural untuk mengukur total aset karena data yang tersedia pada laporan keuangan perusahaan go public terlalu besar angkanya dalam miliaran. Oleh karena itu, untuk hasil yang lebih akurat dan mempermudah peneliti dalam proses pengolahan data maka digunakan logaritma natural untuk mengukur total aset. Ukuran perusahaan = Ln Total Aset 26

2.1.5.3 Tingkat Leverage

Harahap 2011: 306 mengemukakan bahwa leverage menggambarkan hubungan antara utang perusahaan terhadap modal maupun aset. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau kreditur dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal. Perusahaan yang baik seharusnya memiliki komposisi modal yang lebih besar dari hutang, meskipun pendanaan perusahaan yang diperoleh sebagian besar melalui hutang dapat meningkatkan kinerja perusahaan karena perputaran uang perusahaan lebih cepat. Untuk mengukur tingkat leverage keuangan suatu perusahaan, dapat digunakan Debt to Equity Ratio DER sebagai alat ukur perbandingan antara tingkat hutang dengan tingkat modal yang dimiliki perusahaan. Peneliti menggunakan rasio DER sebagai proyeksi dari tingkat leverage karena DER lebih memberikan informasi yang pasti bagi para investor. Semakin tinggi DER mencerminkan semakin tinggi risiko perusahaan tidak dapat melunasi seluruh kewajiban baik berupa pokok ataupun bunganya, maka semakin tidak baik kondisi perusahaan tersebut. Sebaliknya, semakin rendah DER perusahaan maka semakin baik kondisi perusahaan tersebut. 27 Berikut ini adalah rumus rasio Debt to Equity Ratio DER Harahap 2011: 303 : DER = Total Kewajiban Total Ekuitas x 100

2.1.5.4 Kualitas Kantor Akuntan Publik KAP

Kantor Akuntan Publik KAP adalah badan usaha yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam hal pemberian jasa profesional untuk membantu perusahaan dalam penyampaian laporan keuangannya kepada publik dengan informasi yang akurat dan terpercaya. Oleh karena itu, perusahaan perlu menggunakan jasa KAP yang memiliki reputasi atau kualitas nama KAP yang baik untuk meningkatkan kredibilitas dari laporan keuangan. KAP yang memiliki reputasi atau kualitas nama baik biasanya adalah kantor akuntan publik nasional yang berafiliasi dengan KAP besar yang berlaku secara universal yang dikenal dengan Big Four Worldwide Accounting Firm Big 4. Kategori KAP the big four di Indonesia Tuanakotta, 2007: 354-356: 1 KAP Price Waterhouse Coopers, yang berafiliasi dengan KAP Haryanto Sahari dan rekan. 2 KAP Klynveld Peat Marwick Goerdeler KPMG, berafiliasi dengan KAP Sidharta, Sidharta Widjaja. 3 KAP Ernest Young EY, yang berafiliasi dengan KAP Purwantono, Sarwoko Sandjaja. 4 KAP Deloitte Touche Thomatsu Deloitte, berafiliasi dengan KAP Osman Bing Satrio Eny. 28 Pemilihan KAP yang besar dan kompeten dengan kualitas yang baik akan dinilai lebih efisien dalam melakukan proses audit dan akan menghasilkan informasi yang sesuai dengan kewajaran dari laporan keuangan perusahaan. Selain itu, Kantor Akuntan Publik KAP yang besar pastinya memiliki auditor-auditor yang handal dan keterampilan yang lebih dibandingkan dengan Kantor Akuntan Publik KAP yang kecil sehingga dapat bekerja lebih cepat dan tepat waktu. Dalam penelitian ini, kualitas KAP akan diukur dengan menggunakan variabel dummy, KAP yang termasuk dalam kategori berafiliasi dengan Big Four diberi kode 1 dan KAP yang tidak termasuk kategori Big Four diberi kode 0.

2.1.5.5 Kompleksitas Operasi Perusahaan

Kompleksitas operasi perusahaan merupakan akibat dari pembentukan departemen dan pembagian pekerjaan yang memiliki ruang lingkup dengan jumlah unit yang berbeda. Ketergantungan yang semakin kompleks terjadi apabila organisasi dengan berbagai jenis atau jumlah pekerjaan dan unit menimbulkan masalah manajerial dan organisasi yang lebih rumit Martius, 2012: 12. Menurut Che-Ahmad 2008 tingkat kompleksitas operasi perusahaan bergantung pada jumlah anak perusahaan yang dimiliki perusahaan mencerminkan bahwa perusahaan memiliki unit operasi yang lebih banyak yang harus diperiksa dalam setiap transaksi dan 29 catatan yang menyertainya. Tingkat ini lebih cenderung mempengaruhi waktu yang dibutuhkan auditor untuk menyelesaikan pekerjaan auditnya sehingga hal tersebut juga mempengaruhi waktu dimana perusahaan pada akhirnya mengeluarkan laporan keuangannya kepada publik. Apabila perusahaan memiliki anak perusahaan, maka perusahaan akan mengkonsolidasikan laporan keuangannya. Selanjutnya, auditor akan mengaudit laporan konsolidasi perusahaan tersebut. Hal ini akan membuat ruang lingkup audit semakin luas dan berdampak pada waktu yang dibutuhkan oleh auditor dalam menyelesaikan laporan auditnya. Dalam penelitian ini, untuk mengukur kompleksitas operasi perusahaan dengan menggunakan variabel dummy, dimana kategori 1 untuk perusahaan yang memiliki anak perusahaan dan kategori 0 untuk perusahaan yang tidak memiliki anak perusahaan.

2.1.5.6 Likuiditas

Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo secara tepat waktu. Pengertian lain likuiditas adalah kemampuan seseorang atau perusahaan untuk memenuhi kewajiban atau utang yang segera harus dibayar dengan harta lancarnya id.wikipedia.org. 30 Likuiditas suatu perusahaan sering ditunjukkan oleh Rasio Lancar Current Ratio yaitu membandingkan aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan utang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Berikut ini adalah rumus rasio lancar Current Ratio Harahap 2011: 301: CR = Aktiva Lancar Hutang Lancar x 100

2.1.5.7 Umur Perusahaan

Penelitian Owusu dan Ansah 2000 dalam konteks penelitiannya menyatakan bahwa ketepatan pelaporan keuangan oleh sebuah perusahaan dipengaruhi oleh umur perusahaan perkembangan dan pertumbuhannya. Hipotesis ini didasarkan pada teori kurva pembelajaran learning curve theory. Teori tersebut menyatakan bahwa pengurangan dalam waktu pelaporan akan terjadi ketika jumlah laporan tahunan yang yang dihasilkan mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah laporan tahunan dapat terjadi karena perusahaan yang lebih mapan dalam operasionalnya. Usia perusahaan yang lebih tua serta yang sudah mapan akan lebih terampil dalam mengumpulkan, memproses, dan memberikan 31 informasi saat dibutuhkan karena sudah berpengalaman. Sebaliknya, perusahaan yang baru berdiri, diperkirakan pengalaman kerjanya masih kurang sehingga lebih lama dan kurang terampil dalam penyampaian laporan keuangan secara akurat pada masyarakat Owusu dan Ansah, 2000. Ukuran umur perusahaan pada penelitian ini menggunakan jumlah tahun sejak melakukan listing di Bursa Efek Indonesia. Oleh karena itu usia perusahaan juga akan menjadi indikator jangka waktu terhadap penyelesaian laporan keuangan.

2.1.5.8 Auditor Switching

Perusahaan yang telah go public pada umumnya memerlukan jasa auditor untuk memeriksa laporan keuangan perusahaan untuk meningkatkan mutu laporan keuangan. Namun, jasa auditor yang dibutuhkan terkadang perlu digantikan oleh perusahaan tersebut disebabkan karena telah berakhirnya kontrak yang telah disepakati antara kantor akuntan publik dan perusahaan dan telah memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak kerja tersebut untuk penugasan baru. Menurut Boynton dkk 2002: 271, terdapat beberapa alasan pergantian auditor dalam penugasan baru, yaitu: 1 Perusahaan klien merupakan merger antara beberapa perusahaan yang semula memiliki auditor masing-masing yang berbeda. 2 Kebutuhan akan adanya jasa profesional yang lebih luas. 3 Ketidakpuasan dengan kantor akuntan tertentu. 32 4 Keinginan untuk mengurangi biaya audit. 5 Merger antara kantor CPA. Alasan lain yang juga mendorong adanya pergantian auditor auditor switching adalah berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No.17PMK.012008 tanggal 5 Februari 2008, Bab II Bagian Kedua tentang Pembatasan Masa Pemberian Jasa Pasal 3 yang isinya antara lain: 1 Pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 1 huruf a dilakukan oleh KAP paling lama untuk 6 enam tahun buku berturut-turut dan oleh seorang Akuntan Publik paling lama untuk 3 tiga tahun buku berturut-turut. 2 Akuntan Publik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat menerima kembali penugasan audit umum untuk klien sebagaimana dimaksud pada ayat 1 setelah 1 satu tahun buku tidak memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan klien tersebut. 3 Jasa audit umum atas laporan keuangan dapat diberikan kembali kepada klien yang sama melalui KAP sebagaimana dimaksud pada ayat 1 setelah satu tahun buku tidak diberikan melalui KAP tersebut. SA seksi 315 2001: 315.1 menjelaskan bahwa komunikasi antara auditor pendahulu dengan auditor pengganti memberikan panduan bagi auditor tentang prosedur komunikasi antara auditor pengganti dengan auditor pendahulu. Auditor pendahulu adalah auditor yang telah mengundurkan diri atau diberitahu oleh klien bahwa tugasnya telah berakhir dan tidak diperpanjang dengan perikatan baru. Auditor pengganti adalah auditor yang telah menerima suatu perikatan atau auditor yang diundang untuk mengajukan proposal audit. 33 Menurut Febrianto 2009 mengemukakan bahwa pergantian auditor yang dilakukan dengan secara sukarela dapat dibedakan atas pihak mana yang menjadi fokus perhatian dalam bisa dilakukan oleh pihak pemberi tugas perusahaan atau dapat juga dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik KAP yang mundur dalam penugasan. Dalam auditor switching ini tentunya akan berakibat dalam hal ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan. Dengan berbagai prosedur yang akan ditempuh oleh auditor pengganti, maka akan memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian tugas auditnya, dikarenakan auditor pengganti harus berkomunikasi mengenai kondisi perusahaan dengan auditor pendahulu. Hal ini dapat mengakibatkan terjadinya ketidaktepatan waktu laporan keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Dalam penelitian ini pergantian auditor merupakan variabel dummy, dimana apabila perusahaan yang tidak melakukan pergantian auditor termasuk kategori 1, sedangkan apabila perusahaan melakukan pergantian auditor maka termasuk kategori 0.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai ketepatan waktu timeliness pelaporan keuangan telah dilakukan sebelumnya oleh beberapa peneliti terdahulu yang menghasilkan temuan yang bermacam-macam dengan berbagai variabel. Hal ini dapat dilihat pada tabel 2.1: 34 Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu No. Nama Peneliti Judul Penelitian Variabel Penelitian Analisis Hasil Penelitian 1 Stephen Owusu dan Ansah 2000 Timeliness of Corporate Financial Reporting in Emerging Capital Market: Empirical Evidence From The Zimbabwe Stock Exchange Variabel Dependen : Ketepatan Waktu Timeliness Variabel Independen : Ukuran Perusahaan, Profitability, Gearing, item luar biasa, bulan dari akhir tahun keuangan, kompleksitas operasi perusahaan, dan umur perusahaan Two Stage Least Squares Regression 2SLS Hanya ukuran perusahaan yang mempengaruhi ketepatan waktu dimana perusahaan mengeluarkan laporan akhir tahunan yang audit. 2 Wahyu Adhy Noor Sulisty o 2010 Analisis Faktor- Faktor yang Mempengar uhi Ketepatan Waktu Penyampaia n Laporan Keuangan pada Perusahaan Publik di Indonesia yang Variabel Dependen : Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan Variabel Independen : Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Kompleksita s Operasi Regresi Logistik Profitabilitas, ukuran perusahaan, kompleksitas operasi perusahaan, kepemilikan publik, dan reputasi kantor akuntan publik berpengaruh signifikan terhadap ketepatan waktu penyampaian 35 Terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI Periode 2006-2008. Perusahaan , Kepemilikan Publik, dan Reputasi Kantor Akuntan Publik, Likuiditas, Leverage, dan Opini auditor laporan keuangan. Sedangkan, likuiditas, leverage keuangan, dan opini auditor tidak berpengaruh terhadap ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan. 3 Gratia Situmor ang 2010 Faktor- Faktor Mempengar uhi Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Perkebunan dan Pertambang an Go Publik di BEI Variabel Dependen : Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Variabel Independen : Laba Rugi Bersih, Likuiditas, Ukuran Perusahaan, Umur Perusahaan, Reputasi KAP, dan Audit Report lag Regresi Logistik Laba rugi, likuiditas, dan umur perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ketepatan waktu, akan tetapi, ukuran perusahaan berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap ketepatan waktu. Sedangkan, Reputasi KAP berpengaruh positif dan signifikan terhadap ketepatan waktu dan audit report lag berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ketepatan waktu. 4 Siska Prahest Analisis Faktor- Variabel Dependen : Regresi Logistik Profitabilitas ROA dan umur 36

2.3 Kerangka Konseptual

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 95 126

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timeliness Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

3 21 124

Skripsi Rini Dwiyanti

1 3 112

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timeliness Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timeliness Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 2

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timeliness Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 11

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timeliness Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 3

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Timeliness Pelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 14

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi TimelinessPelaporan Keuangan pada Perusahaan Go Public Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 14