sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfoid disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh
Sjamsuhidajat de Jong, 2007.
2.4 Apendisitis 2.4.1 Definisi
Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis dan merupakan penyebab nyeri akut abdomen yang paling sering Wibisono dan Jeo, 2013.
2.4.2 Etiologi dan Patogenesis
Obstruksi pada lumen merupakan etiologi paling sering pada apendisitis akut. Fecalith Faex = tinja, lithos = batu merupakan penyebab paling umum obstruksi
apendiks. Penyebab yang paling jarang adalah pembesaran dari jaringan limfoid, penggumpalan barium dalam pemeriksaan x-ray, tumor, sayur-sayuran dan biji-
bijian dari buah, dan parasit dari usus halus. Frekuensi obstruksi meningkat seiring dengan tingkat keparahan proses inflamasi. Fecalith ditemukan pada 40 kasus
apendisitis akut, pada 65 kasus apendisitis gangren tanpa adanya ruptur apendiks, dan 90 kasus pada apendisitis gangren dengan ruptur apendiks Berger, 2010.
Obstruksi pada bagian apendiks menyebabkan tertutupnya kedua ujung segmen usus close-loop obstruction, dan sekreksi pada mukosa apendiks yang normalnya
terus menerus menyebabkan distensi pada apendiks. Kapasitas lumen dari apendiks normalnya hanya 0,1 ml. Sekresi cairan pada distal apendiks yang melebihi
kapasitas menyebabkan peningkatan tekanan di dalam lumen apendiks. Distensi dari apendiks akan menstimulasi serabut saraf aferen viseral yang menyebabkan
rasa sakit yang tumpul, menyebar dan tidak terlokalisir di bagian tengah abdomen dan bawah epigastrium. Distensi yang terjadi tiba-tiba juga menstimulasi terjadinya
peristaltik sehingga pada beberapa nyeri viseral pada apendiks didahului oleh kram perut. Sekresi mukosa yang berlanjut dan berkembangnya bakteri dalam apendiks
semakin meningkatkan distensi. Distensi pada tingkat ini juga menyebabkan mual, muntah dan nyeri viseral yang berat.
Universitas Sumatera Utara
Tekanan pada organ yang semakin meningkat melebihi tekanan pada vena menyebabkan kapiler dan pembuluh darah venule tersumbat tetapi aliran darah
arteriole sehingga menyebabkan pembesaran dan kongesti vascular. Proses inflamasi kemudian melibatkan bagian serosa pada apendiks dan kemudian ke arah
peritoneum parietal dimana dihasilkan karakteristik nyeri yang berpindah ke kuadran kanan bawah.
Mukosa saluran cerna termasuk apendiks rentan terhadap gagguan pada aliran darah. Oleh sebab itu integritas mukosa apendiks menjadi terganggu. Dengan
distensi yang berlanjut, invasi bakteri, aliran darah yang tidak adekuat, progresi dari nekrosis jaringan dapat menyebabkan munculnya perforasi. Perforasi biasanya
muncul di sisi luar obstruksi daripada ujung karena efek tekanan intraluminal pada dinding yang paling tipis Berger, 2010.
2.4.3 Patofisiologi dan Gejala Klinis