Karakteristik Penderita Apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009

(1)

ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

Oleh :

IVAN C. P.

070100367

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

KARAKTERISTIK PENDERITA APENDISITIS DI RSUP H.

ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH

SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN

SARJANA KEDOKTERAN

Oleh :

IVAN C. P.

070100367

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Karakteristik Penderita Apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009

Nama : IVAN C. P. NIM : 070100367

Pembimbing Penguji I

(dr. Liberti Sirait, SpB-KBD) (dr. Dudy Aldiansyah, SpOG)

NIP: 14190455 NIP: 19771214200812 1 001

Penguji II

(dr. Aliandri, SpTHT) NIP: 19660309 20012 1 007

Medan, 26 November 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita apendisitis. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat karakteristik penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik penderita apendisitis berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada perempuan yaitu sebanyak 36 orang (60%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan usia paling banyak ditemukan pada kelompok usia 18-40 tahun yaitu sebanyak 25 orang (41,7%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan suku yaitu terdapat paling banyak dijumpai pada suku suku Batak sebanyak 23 orang (38,3%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan pekerjaan adalah paling banyak terdapat pada penderita apendisitis yang bekerja sebagai PNS sebanyak 23 orang (38,3%).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi pihak rumah sakit dan untuk peneliti selanjutnya sehingga dapat mengembangkan pengetahuan tentang apendisitis.


(5)

ABSTRACT

Appendicitis is an inflammation of the appendix, a sack-like structure that has no function and located in the inferior part of the cecum. The most common cause of appendicitis is an obstruction of the appendix lumen by feces, which eventually will impede the blood supply, erode the mucosal surface and cause inflammation.

This research aims in discovering the characteristics of appendicitis patients. This is a descriptive observational study with a cross-sectional approach to discover the characteristics of the patients with appendicitis in Adam Malik General Hospital Medan in 2009.

The result of this research, based on gender, is appendicitis is found most commonly in females, which consists of 36 (60%) females. Based on age, appendicitis is found most in the age group of 18-40 years old, which consists of 25 (41,7%) people. Based on ethnicity, appendicitis is found most in Batak people, which consists of 23 (38,3%)people. Based on occupation, appendicitis is found most in the civil workers, which consists of 23 (38,3%) people.

Based on the results found in this research, it is hoped that this results will be useful for researchers, hospital agents, and for the researcher himself to improve the knowledge in appendicitis.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Karya tulis ilmiah ini berjudul “Karakteristik Penderita Apendisitis di

RSUP H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009”. Dalam penyelesaian

penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

1. Bapak Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr.Liberti Sirait, Sp.B-KBD, selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Bapak dr. Dudy Aldiansyah, SpOG dan bapak dr. Aliandri, SpTHT, selaku Dosen Penguji yang telah memberikan penilaian terhadap penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselasaikan dengan baik.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga saya persembahkan kepada kedua orang tua saya, ayahanda Kompol.Drs.B.Pasaribu dan ibunda Vera Morina br. Ginting atas doa, perhatian dan dukungan yang tak putus-putusnya sebagai bentuk kasih sayang kepada saya.

6. Seluruh staf di bagian administrasi, bagian litbang dan bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan yang telah membantu saya untuk menyelesaikan karya tulis ini.


(7)

7. Laura Ester D. Dairy, sebagai teman bertukar pikiran saya dan juga pemberi support paling besar kepada saya selama ini terima kasih atas ide-ide cemerlang dan dukungan yang tidak pernah ada habisnya.

8. Dedi Irwansyah Hasibuan, Hasnil Mubarak dan Isma Fitria Idris, sebagai teman satu kelompok dalam Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2007 yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, 23 November 2009 Penulis,

Ivan C. P.


(8)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 1

1.3. Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1. Tujuan Umum ... 2

1.3.2. Tujuan Khusus ... 2

1.4. Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks ... 3

2.1.1. Anatomi Apendiks ... 3

2.1.2. Fisiologi Apendiks ... 4

2.2. Definisi Apendisitis ... 4

2.3. Klasifikasi ... 5

2.4. Etiologi dan Patofisiologi ... 5

2.4.1. Etiologi ... 5

2.4.2. Patofisiologi... 6

2.5. Gejala Klinis ... 7

2.6.Diagnosis Apendisitis ... 8

2.6.1. Gejala-gejala ... 8

2.6.2. Tanda-tanda ... 8


(9)

2.6.4. Foto sinar-X ... 9

2.6.5. Appendikogram ... 9

2.7.Karakteristik Penderita Apendisitis ... 10

2.8. Komplikasi ... 10

2.9. Pengobatan Apendisitis ... 11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 12

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 12

3.2. Variabel dan Definisi Operasional ... 12

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 13

4.1.Jenis Penelitian ... 13

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ... 13

4.3. Populasi dan Sampel ... 13

4.4. Teknik Pengambilan Data ... 13

4.5. Pengolahan dan Analisis Data ... 13

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 15

5.1. Hasil Penelitian ... 15

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 15

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel ... 15

5.2. Pembahasan ... 5.2.1.Karakterisitik Penderita Apendisitis berdasarkan,Usia, Jenis Kelamin, Suku dan Pekerjaan ... 18

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 20

6.2. Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia 16 Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis 16

Kelamin

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Suku 17 Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan 17


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat hidup

Lampiran 2 Rancangan lembar penelitian Lampiran 3 Surat izin penelitian

Lampiran 4 Ethical clearance Lampiran 5 Data induk


(12)

ABSTRAK

Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penderita apendisitis. Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional untuk melihat karakteristik penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik penderita apendisitis berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada perempuan yaitu sebanyak 36 orang (60%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan usia paling banyak ditemukan pada kelompok usia 18-40 tahun yaitu sebanyak 25 orang (41,7%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan suku yaitu terdapat paling banyak dijumpai pada suku suku Batak sebanyak 23 orang (38,3%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan pekerjaan adalah paling banyak terdapat pada penderita apendisitis yang bekerja sebagai PNS sebanyak 23 orang (38,3%).

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, bagi pihak rumah sakit dan untuk peneliti selanjutnya sehingga dapat mengembangkan pengetahuan tentang apendisitis.


(13)

ABSTRACT

Appendicitis is an inflammation of the appendix, a sack-like structure that has no function and located in the inferior part of the cecum. The most common cause of appendicitis is an obstruction of the appendix lumen by feces, which eventually will impede the blood supply, erode the mucosal surface and cause inflammation.

This research aims in discovering the characteristics of appendicitis patients. This is a descriptive observational study with a cross-sectional approach to discover the characteristics of the patients with appendicitis in Adam Malik General Hospital Medan in 2009.

The result of this research, based on gender, is appendicitis is found most commonly in females, which consists of 36 (60%) females. Based on age, appendicitis is found most in the age group of 18-40 years old, which consists of 25 (41,7%) people. Based on ethnicity, appendicitis is found most in Batak people, which consists of 23 (38,3%)people. Based on occupation, appendicitis is found most in the civil workers, which consists of 23 (38,3%) people.

Based on the results found in this research, it is hoped that this results will be useful for researchers, hospital agents, and for the researcher himself to improve the knowledge in appendicitis.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Apendisitis mengacu pada radang apendiks, suatu tambahan seperti kantung yang tak berfungsi terletak pada bagian inferior dari sekum. Penyebab yang paling umum dari apendisitis adalah abstruksi lumen oleh feses yang akhirnya merusak suplai aliran darah dan mengikis mukosa menyebabkan inflamasi.

Apendiks disebut juga umbai cacing, adapun istilah usus buntu yang dikenal di masyarakat adalah kurang tepat karena usus buntu sebenarnya adalah sekum. Organ yang hingga saat ini fungsinya belum diketahui dengan pasti sering menimbulkan gangguan kesehatan.

Apendisitis akut merupakan kasus terbanyak dari akut abdomen, 1% dari semua kasus bedah, sangat jarang pada infant, insidens bertambah sesuai dengan umur. Insidensi tertinggi terjadi pada kelompok umur 20-30 tahun setelah itu menurun. Insidens pada laki-laki dan perempuan umumnya sebanding namun pada kelompok umur ini, insidens laki-laki lebih tinggi (Wim De Jong, 2004). Sementara itu di Amerika Serikat, insiden terbanyak terjadi pada usia 10-19 tahun dengan populasi sebanyak 233/100.000 orang. Pada usia ini juga lebih banyak terjadi pada laki-laki daripada perempuan (1,4 :1) ( Joel et al, 2009).

Keterlambatan diagnosis sering terjadi pada pada anak-anak dan telah dilaporkan sebanyak 57% kasus yang terjadi dalam 6 tahun terakhir ini berakhir dengan adanya perforasi. Risiko perforasi paling banyak pada usia 1 – 4 tahun yaitu 70 – 75 % dibandingkan dengan banyaknya perforasi yg terjadi pada masa remaja yaitu 10-20%.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui karakteristik penderita apendisitis akut di RSUP H. Adam Malik, Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka diperlukan penelitian untuk mengetahui bagaimana karakteristik penderita apendisitis akut di RSUP H. Adam Malik, Medan.


(15)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

1. Mengetahui karakteristik penderita apendisitis.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui karakteristik kelompok usia yang paling banyak dijumpai pada penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009. 2. Mengetahui karakteristik jenis kelamin yang paling banyak dijumpai pada

penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009.

3. Mengetahu karakteristik suku yang paling banyak dijumpai pada penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009.

4. Mengetahu karakteristik pekerjaan yang paling banyak dijumpai pada penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik, Medan pada tahun 2009.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh semasa perkuliahan.

2. Dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penelitian yang telah dilakukan penulis.

3. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dan tenaga kesehatan, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan penyusunan perencanaan promosi kesehatan, evaluasi program, dan upaya peningkatan pelayanan kesehatan 4. Bagi masyarakat khususnya masyarakat kota Medan, penelitian ini

bermanfaat dalam menyediakan berbagai informasi tentang penyakit apendisitis mulai dari defenisi, faktor penyebab dan tindakan yang dilakukan.


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Fisiologi Apendiks 2.1.1. Anatomi apendiks

Saluran pencernaan (traktus digestivus) pada dasarnya adalah suatu saluran (tabung) dengan panjang sekitar 30 kaki (9m). yang berjalan melalui bagian tengah tubuh dari mulut sampai ke anus (sembilan meter adalah panjang saluran pencernaan pada mayat; panjangnya pada manusia hidup sekitar separuhnya karena kontraksi terus menerus dinding otot saluran). Saluran pencernaan mencakup organ_organ berikut: mulut; faring; esophagus; lambung; usus halus; (terdiri dari duodenum, jejunum, dan ileum); usus besar (terdiri dari sekum, apendiks, kolon dan rectum); dan anus (Lauralee Sherwood, 2001).

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15 cm), dan berpangkal di sekum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit pada ujungnya. Keadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insiden apendisitis pada usia itu. Pada 65% kasus, apendiks terletak intraperitoneal. Kedudukan itu memungkinkan apendiks bergerak dan ruang geraknya bergantung pada panjang mesoapendiks penggantungnya. Pada kasus selebihnya, apendiks terletak retroperitoneal, yaitu di belakang sekum, di belakang kolon asendens, atau di tepi lateral kolon asendens. Gejala klinis apendisitis ditentukan oleh letak apendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis X. oleh karena itu, nyeri visceral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus. Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. Jika arteri in tersumbat, misalnya karena trombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangren(Wim De Jong,2004).


(17)

Gambar 2.2. Posisi anatomi apendiks

2.1.2. Fisiologi Apendiks

Apendiks menghasilkan lendir 1-2ml per hari. Lendir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis(Wim De Jong,2004).

Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA. Imunoglobulin itu sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun demikian, pengangkatan apendik tidak memengaruhi system imun tubuh karena jumlah jaringan limf di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh(Wim De Jong,2004).

2.2. Definisi Apendisitis

Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah. Apendiks merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum (cecum).


(18)

Apendiks besarnya sekitar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lendir.Apendisitis merupakan peradangan pada usus buntu/apendiks (Defa Arisandi, 2008).

Apendisitis adalah kondisi di mana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tetapi banyak kasus memerlukan laparotomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi. Bila tidak terawat, angka kematian cukup tinggi, dikarenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur. Apendisitis akut adalah penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan rongga abdomen, penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat.

2.3. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari apendisitis terbagi atas dua, yaitu :

1. Apendisitis akut, dibagi atas: Apendisitis akut fokalis atau segmentalis, yaitu setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Appendisitis purulenta difusi, yaitu sudah bertumpuk nanah.

2. Apendisitis kronis, dibagi atas: Apendisitis kronis fokalis atau parsial, setelah sembuh akan timbul striktur lokal. Apendisitis kronis obliteritiva yaitu appendiks miring, biasanya ditemukan pada usia tua(Defa Arisandi, 2008).

2.4. Etiologi dan Patofisiologi

2.4.1. Etiologi

Apendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai factor pencetusnya. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai factor pencetus disamping hyperplasia jaringan limf, fekalit, tumor apendiks, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab yang lain yang diduga dapat menyebabkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks karena parasit seperti E.histolytica. Namun menurut E. Oswari, kuman yang sering ditemukan dalam apendiks yang meradang adalah Escherichia coli dan Streptococcus (E. Oswari, 2000).


(19)

Para ahli menduga timbulnya apendisitis ada hubungannya dengan gaya hidup seseorang, kebiasaan makan dan pola hidup ayang tidak teratur dengan badaniah yang bekerja keras. Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut.

2.4.2. Patofisiologi

Apendisitis akut pada dasarnya adalah suatu proses obstuksi (hyperplasia Lnn.submucosa, fecolith, benda asing, strieture, tumor). Kemudian disusul dengan proses infeksi sehingga gejalanya adalah mula-mula suatu obstruksi ileus ringan yakni : Kolik, mual, muntah, anoreksia dan sebagainya yang kemudian mereda karena sudah jadi paralitik ileus. Kemudian disusul oleh gejala keradangan yakni : nyeri tekan, defans muscular, subfebril dan sebagainya.

Faktor obstruksi pada anak-anak terutama hyperplasia dari kelenjar lymphe submucosal. Pada orang tua adalah fecolith, dan sedikit corpus alineum, strictura dan tumor. Tumor pada orang muda adalah cacinoid dan pada orang tua adalah Ca caecum. Fecolith diduga terbentuk bila ada serabut sayuran terperangkap masuk ke dalam apendiks, sehingga keluar mucous berlebihan.

Cairan mucous ini mengandung banyak calcium sehingga bahan tersebut mengeras dan dapat menimbulkan obstruksi,dan peregangan lumen apendiks, hambatan venous return dana aliran lymphe yang berakibat oedema apendiks dimulai dengan diapedesis dan gambaran ulcus mukosa. Hal ini merupakan tahap dari akut fokal apendisitis. karena apendiks dan usus halus mempunyai tekanan intra luminal dengan akibat obstruksi vena dan thrombosis sehingga terjadi oedema dan ischemi apendiks. Invasi bakteri malalui dinding apendiks. Phase ini disebut akut supurative apendisitis. lapisan serosa apendiks berhubungan dengan peritoneum parictalis.

Nyeri somatis timbul dari peritoneum karena terjadi kontak dengan apendiks yang meradang, dan ini tampak sebagai perubahan yang klasik dalam


(20)

bentuk nyeri yang terlokalisir di kwadrant kanan bawah perut. Seterusnya proses patologis mungkin mengenal sistim arterial apendiks. Apendiks dengan vaskularisasi yang sangat kurang akan mengalami gangrene dan terlihat. Sekresi yang terus menerus dari mukosa apendiks yang masih baik serta peningkatan intra luminal berakibat perforasi melalui gangrenous infark. Timbul perforated apendisitis.

Jika apendisitis tidak terjadi secara progressive, terbentuk perlekatan pada lubang usus, peritoneum dan omentum yang mengelilingi apendiks. Kecepatan rentetan peristiwa tersebut tentunya tergantung pada : virulensi mikroorganisme, daya tahan tubuh, fibrosis pada dinding apendiks, omentum, usus yang lain, peritoneum parietale bahkan organ lain seperti buli-buli, uterus, tuba, mencoba membatasi dan melokalisir proses keradangan ini. Bila proses melokalisir ini belum dan sudah terjadi perforasi maka timbul peritonitis. Walaupun proses melokalisir sudah selesai tetapi belum cukup kuat menahan tarikan/tegangan dalam cavum abdominalis, karena itu pasien harus benar-benar bedrest.

Kadang-kadang apendisitis akut terjadi tanpa adanya obstruksi, ia terjadi karena adanya penyebaran infeksi dari organ lain secara hematogen ke apendiks. Terjadi abscess multiple kecil pada apendiks dan pembesaran lnn.mesentrica regional. Karena terjadi tanpa obstruksi maka gambaran klinis tentunya berbeda dengan gejala obstruksi tersebut diatas.

2.5. Gejala klinis

Apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari : Mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak dimulai diperut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam.

Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celsius. Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnya tidak terlalu


(21)

terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah buruk bisa menyebabkan syok.

2.6. Diagnosis apendisitis

2.6.1. Gejala-gejala

1. Rasa sakit di daerah epigastrium, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di kuadran kanan bawah. Ini merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar, ringan samapai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah 4 jam biasaya rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilangkemudian beralih ke kuadran bawah kanan dan disini rasa nyeri itu menetap dan secara progresif bertambah hebat, dan semakin hebat apabila pasien bergerak.

2. Anoreksia, mual dan muntah yang timbul selang beberapa jam sesudahnya merupakan kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.

3. Gejala-gejala lain adalah demam tidak tinggi dan konstipasi.

4. Bayi yang mengalami apendisitis gelisah, mengantuk dan anoreksia.

5. Mereka yang sudah lanjut usia gejala-gejalanya tidak senyata mereka yang lebih muda.

2.6.2. Tanda-tanda

1. Tanda-tanda yang paling penting adalah nyeri tekan di daerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di daerah panggul sebelah kanan kalau apendiks terletak retrorektal. Rasa nyeri pada pemeriksaan rectum dan vagina ditemukan didaerah rektum apabila terjadi apendisitis pelvis. Kalau letak apendiks itu lain dari yang lain, maka rasa nyeri mungkin terlatak di tempat lain.

2. Tanda-tanda lain adalah demam(kurang dari 38°C), kekuan otot, nyeri tekan dan nyeri lepas, nyeri alih, dan tanda-tanda psoas serta obturator positip.

3. Bayi mungkin membutuhkan sedasi. Terdapat nyeri lokal. Pada mereka yangsudah lanjut usia rasa nyeri mungkin tidak nyata, dan lebih dapat


(22)

menimbulkan salah duga yang menyesatkan. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih tinggi di daerah abdomen dibandingkan dengan biasanya.

2.6.3. Tes laboratorium

Jumlah leukosit berkisar antara 10.000 dan 16.000/mm³ dengan pergeseran ke kiri (lebih dari 75 persen neutrofil) pada 75 persen kasus yang ada. 96 persen diantaranya leukositosis atau hitung jenis sel darah putih yang abnormal. Tetapi beberapa pasien dengan apendisitis memiliki jumlah leukosit yang normal. Pada urinalisis tampak sejumlah kecil eritrosit atau leukosit.

2.6.4. Foto sinar-X

Tak tampak kelainan spesifik pada foto polos abdomen. Barium enema mungkin dapat untuk diagnosis tetapi tundakan ini dicadangkan untuk kasus yang meragukan(Theodore R. Schorock, MD).

2.6.5. Appendikogram

Apendikogram dilakukan dengan cara pemberian kontras BaSO4 serbuk halus yang diencerkan dengan perbandingan 1:3 secara peroral dan diminum sebelum pemeriksaan kurang lebih 8-10 jam untuk anak-anak atau 10-12 jam untuk dewasa, hasil apendikogram diexpertise oleh dokter spesialis radiologi.

Gambar 2.2. Gambaran apendiks normal pada apendikogram *Tanda panah menunjukkan gambar apendiks normal


(23)

2.7. Karakteristik penderita apendisitis

Insiden tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. Insiden pada laki-laki dan perempuan umunya sebanding, kecuali pada umur 20-30 tahun, insindens lelaki lebih tinggi.

2.8. Komplikasi

Komplikasi yang paling sering adalah perforasi apendisitis. Perforasi usus buntu dapat mengakibatkan periappendiceal abses (pengumpulan nanah yang terinfeksi) atau peritonitis difus (infeksi selaput perut dan panggul). Alasan utama untuk perforasi appendiceal adalah keterlambatan dalam diagnosis dan perawatan. Secara umum, semakin lama waktu tunda antara diagnosis dan operasi, semakin besar kemungkinan perforasi. Risiko perforasi 36 jam setelah onset gejala setidaknya 15%. Oleh karena itu, setelah didiagnosa radang usus buntu, operasi harus dilakukan tanpa menunda-nunda.

Komplikasi jarang terjadi pada apendisitis adalah penyumbatan usus. Penyumbatan terjadi ketika peradangan usus buntu sekitarnya menyebabkan otot usus untuk berhenti bekerja, dan ini mencegah isi usus yang lewat. Jika penyumbatan usus di atas mulai mengisi dengan cairan dan gas, distensi perut, mual dan muntah dapat terjadi. Kemudian mungkin perlu untuk mengeluarkan isi usus melalui pipa melewati hidung dan kerongkongan dan ke dalam perut dan usus.

Sebuah komplikasi apendisitis ditakuti adalah sepsis, suatu kondisi dimana bakteri menginfeksi masuk ke darah dan perjalanan ke bagian tubuh lainnya.

Kebanyakan komplikasi setelah apendektomi adalah (Hugh A.F. Dudley, 1992):

1. Infeksi luka, 2. Abses residual, 3. Sumbatan usus akut, 4. Ileus paralitik, dan 5. Fistula tinja eksternal,

2.9. Pengobatan apendisitis

Bila diagnosis klinis sudah jelas, tindakan paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik adalah apendektomi. Pada apendisitis tanpa


(24)

komplikasi biasanya tidak diperlukan pemberian antibiotik, kecuali pada apendisitis gangrenosa atau apendisitis perforate. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi (Wim De Jong, 2004).

Apendektomi bisa dilakukan secara terbuka ataupun dengan cara laparskopi. Bila apendektomi terbuka, insisi McBurney paling banyak dipilih oleh ahli bedah. Pada penderita yang diagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu. Pemeriksaan laboratorium dan ultrasonografi bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan. Bila tersedia laparoskop, tindakan laparoskopi diagnostic pada kasus meragukan dapat segera menentukan akan dilakukan operasi atau tidak (Wim De Jong, 2004).


(25)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

1.2. Variabel dan Definisi Operasional

1. Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, apendiks itu bisa pecah.

2. Karakteristik adalah ciri-ciri dari individu yang terdiri dari demografi seperti jenis kelamin, umur serta status sosial seperti, tengkat pendidikan, perkerjaan, ras, status ekonomi dan sebagainya.

3. Umur adalah satuan

tahun, bulan dan hari. Umur terbagi atas masa kanak-kanak(5-11 tahun), masa remaja(12-17 tahun), masa dewasa(18-40 tahun), masa tua(40-65 tahun) dan masa lanjut usia (>65 tahun).

4. Jenis Kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam suat sebagai sarana atau sebagai akibat digunakannya proses untuk mempertahankan keberlangsungan spesies itu.

5. Suku yang ditinjau adalah suku Batak, suku Jawa, suku Karo, suku Melayu, dan suku Minang.

6. Pekerjaan yang ditinjau yaitu terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, wiraswasta, pelajar,petani/nelayan dan penderita apendisitis dengan status pension.

Umur Jenis kelamin

Suku Pekerjaan


(26)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan pendekatan retrospektif untuk melihat karakteristik penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2009.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan dan dilakukan selama dua bulan yakni pada bulan Agustus - September 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah seluruh pasien apendistis yang mendapatkan tindakan apendektomi maupun yang tidak mendapatkan tindakan apendektomi. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh bagian dari populasi yang didapat dari rekam medis. Adapun besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sama dengan jumlah populasi (total sampling).

4.4. Teknik Pengambilan Data

Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan seluruh rekam medis pasien penderita apendisitis selama tahun 2009 yang didapat di bagian rekam medis RSUP H. Adam Malik Medan. Pada rekam medis tersebut dilihat variabel yang akan diteliti yaitu umur,jenis kelamin, suku dan pekerjaan sebagai karakteristik penderita apendisitis selama tahun 2009, lalu dilakukan pencatatan atau tabulasi.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) dan kemudian akan dianalisa secara deskriptif


(27)

dengan menggunakan tabel distribusi dan melakukan pembahasan sesuai dengan pustaka yang ada.


(28)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, kelurahan Kemenangan Tani, kecamatan Medan Tuntungan. Rumah sakit tersebut merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 355/ Menkes/ SK/ VII/ 1990. Dengan predikat rumah sakit kelas A, RSUP H. Adam Malik Medan telah memiliki fasilitas kesehatan yang memenuhi standar dan tenaga kesehatan yang kompeten. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Dalam penelitian ini sampel yang terpilih adalah sebanyak 60 orang penderita apendisitis di RSUP H. Adam Malik selama tahun 2009. Dari keseluruhan responden gambaran karakteristik responden yang diamati jenis kelamin, kelompok umur, suku dan pekerjaan.

Berdasarkan data-data tersebut dapat dibuat karakteristik subjek penelitian sebagai berikut:


(29)

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Usia

Usia Jumlah Sampel Persentase (%)

1-10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 >61 3 15 21 6 7 6 2 5,0 25,0 35,0 10,0 11,7 10,0 3,3

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.1. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis dengan kelompok usia 1-10 tahun adalah sebanyak 3 orang (5%), kelompok usia 11-20 tahun adalah sebanyak 15 orang (25%), kelompok usia 21-30 tahun adalah sebanyak 21 orang (35%), kelompok usia 31-40 tahun adalah sebanyak 6 orang (10%), kelompok usia di atas 41-50 tahun adalah 7 orang (11,7%), kelompok usia 51-60 tahun adalah sebanyak 6 orang (10%) dan kelompok usia >60 tahun adalah sebanyak 2 orang (3,3%).

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Jenis kelamin Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Laki-laki Perempuan 24 36 40.0 60,0

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis dengan jenis kelamin laki-laki adalah sebanyak 24 orang (40%) dan perempuan adalah sebanyak 36 orang (60%).


(30)

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Suku Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Batak Jawa

23 21

38,3 35,0

Karo 6 10,0

Melayu 9 15,0

Minang 1 1,7

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.3. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis dengan suku Batak adalah sebanyak 23 orang (38,3%), suku Jawa adalah sebanyak 21 orang (35%), suku Karo adalah sebanyak 6 orang (10%), suku Melayu adalah sebanyak 9 orang (15%), suku Minang adalah sebanyak 1 orang (1,7%).

Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi dan Persentase Berdasarkan Perkerjaan

Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)

Tidak Berkerja Pensiunan

1 6

1,7 10,0

Wiraswasta 6 10,0

Petani/nelayan 2 3,3

PNS 23 38,3

Pelajar 22 36,7

Total 60 100

Berdasarkan tabel 5.4. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis yang tidak berkerja adalah sebanyak 1 orang (1,7%), yang pensiunan adalah sebanyak 6 orang (10%), yang berkerja sebagai wiraswasta adalah sebanyak 6 orang (10%), yang berkerja sebagai petani/nelayan adalah sebanyak 2 orang (3,3%), yang berkerja sebagai PNS adalah sebanyak 23 orang (38,3%), dan sebagai pelajar adalah sebanyak 22 orang (36,7%).


(31)

5.2. Pembahasan

5.2.1. Karakterisitik Penderita Apendisitis berdasarkan, Usia, Jenis Kelamin, Suku dan Pekerjaan

Berdasarkan karakteristik umur pada tabel 5.1. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis paling banyak ditemukan pada kelompok usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 21 orang (35%) dan yang paling sedikit ditemukan adalah kelompok usia di atas 60 tahun sebanyak 2 orang (3,3%). Apendisitis bisa terjadi pada semua kategori umur. Puncaknya terjadi pada awal dekade kedua sampai awal dekade keempat, yaitu pada umur 20-40 tahun. Hal ini dipengaruhi oleh pola makan yang kurang baik pada usia tersebut. Memang hal ini tidak terjadi pada setiap orang, tapi seperti kita ketahui bahwa usia 20-40 tahun bisa dikategorikan sebagai usia produktif, dimana orang yang berada pada usia tersebut melakukan banyak sekali kegiatan. Hal ini menyebabkan orang tersebut mengabaikan nutrisi makanan yang dikonsumsinya. Kebanyakan orang memakan makanan cepat saji agar tidak mengganggu waktunya, padahal makanan-makanan cepat saji itu tidak mengandung serat yang cukup. Akibatnya terjadi kesulitan buang air besar yang akan menyebabkan peningkatan tekanan pada rongga usus dan pada akhinya menyebabkan sumbatan pada saluran apendiks. Pada penelitian yang dilakukan oleh Emir Jehan di RSUP H.Adam Malik Medan dan RSUD dr.Pirngadi Medan dari November 2000-Juli 2001 didapati 60 penderita apendisitis dengan perbandingan penderita laki-laki dan perempuan adalah 1:1 dengan usia rata-rata pria 26,8 tahun dan wanita 25,3 tahun.

Berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada tabel 5.2. dapat dilihat bahwa penderita apendisitis yang paling banyak ditemukan pada penelitian ini adalah penderita apendisistis dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 36 orang (40%) dan pada laki-laki sebanyak 24 orang (40%) dengan perbandingan 2:3. Menurut Emir Jehan ratio laki-laki dibandingkan dengan perempuan di usia remaja adalah 3:2. Namun setelah usia >25 tahun perbandingannya menjadi 1:1. Berdasarkan karakteristik suku pada tabel 5.3 dapat dilihat penderita apendisitis terbanyak terdapat pada suku Batak dan yang paling sedikit terdapat pada suku Minang. Hal ini mungkin disebabkan karena lokasi daerah yang menjadi tempat penelitian terdiri dari mayoritas dengan suku Batak.


(32)

Berdasarkan perkerjaan pada tabel 5.4. dapat dilihat penderita apendisitis terbanyak ditemukan pada penderita yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil.


(33)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan jenis kelamin paling banyak dijumpai pada perempuan yaitu sebanyak 36 orang (60%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan usia paling banyak ditemukan padakelompok usia 21-30 tahun adalah sebanyak 21 orang (35%). Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan suku paling banyak dijumpai pada suku Batak yaitu sebanyak 23 orang (38,3%). Hal ini mungkin disebabkan karena tempat pengambilan sampel yang lebih didominasi oleh suku Batak. Karakteristik penderita apendisitis berdasarkan pekerjaan paling banyak terdapat pada penderita apendisitis yang bekerja sebagai PNS yaitu sebanyak 23 orang (38,3%).

6.2. Saran

Berdasarkan hasil yang didapat pada penelitian tersebut, maka dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Diharapkan kepada pihak rumah sakit agar lebih melengkapi data pada rekam medis mengenai status penderita di Rumah Sakit.

2. Bagi peneliti di masa yang akan datang agar dapat mengembangkan penelitian lebih dalam mengenai apendisitis.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Arisandi, Defa, 2008. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Apendisitis. Pontianak: Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah Pontianak. Available from:

De jong, Wim, 2004. (diterjemahkan oleh Sjamsuhidajat, R.). Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. Jakarta : EGC.

Dudley, Hugh A.F., 1992. (diterjemahkan oleh Wahab, Samik A., Aswin, Soedjono). Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat. Ed.11. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Faisol, Ahmad, 2007. Uji Diagnostik Pencitraan Ultrasonografi Grey Scale Dibandingkan Dengan Pemeriksaan Apendikogram Pada Penderita Apendisitis Kronis Eksaserbasi Akut, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Available from:

Goldberg, Joel E., Hodin, Richard A., Friedman, Lawrence S., Bonis, Peter A., Pories, Susan E., 2009. Appendicitis in Adult. Available from:

© 2009 UpToDate.

Oswari, E., 2000. Bedah dan Perawatannya. Ed.3. Jakarta : FKUI.

Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2005. (diterjemahkan oleh Bram U. Pendit [et.al.]). Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit. Ed.6. Jakarta : EGC.

Sastroasmoro, Sudigdo., Ismael, Sofyan., 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Ed.1. Jakarta : Binarupa Aksara.

Schrock, Theodore R., 1982. (diterjemahkan oleh Med, Adji Dharma, Petrus Lukmanto, Gunawan). Ilmu Bedah=Handbook of Surgery. Ed.7. Jakarta : EGC.


(35)

Sherwood, Lauralee, 2001. (diterjemahkan oleh Bram U.). Fisiologi Manusia : dari sel ke sistem. Ed.2. Jakarta : EGC.

Sukentro, Tony, 2009. Cara Diagnosa Apendiks dengan Apendikogram. Jakarta. Available from:

Wesson, David E., Shannon, Michael., Singer, Jonathan I., Wiley, James F., 2009. Evaluation and Diagnosis of Appendicitis in Children. Available from :


(36)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ivan C. Pasaribu

Tempar / Tanggal Lahir : Kabanjahe/4 September 1989 Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jalan Setia Budi Pasar 2 Gg Tata No.8, Medan Orang Tua : Ayah : Kompol. Drs. B. Pasaribu

Ibu : Vera Morina br. Ginting

Riwayat Pendidikan : 1. SD Swasta Methodist Berastagi (1995 - 2001) 2. SLTP Negeri 1 Berastagi (2001-2004)

3. SMA N 1 Medan ( 2004-2007) Riwayat Organisasi :


(37)

Rancangan Lembar Penelitian

’’Karakteristik Penderita Apendisitis Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Di RSUP. H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009”

Identitas Pasien Nama Pasien :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Agama :

Suku :

Keluhan Utama : Riwayat Penyakit


(38)

38352 8

Subki laki-laki 25 21-30 Jawa tidak berkerja 38044

2

Jerenia Ginting laki-laki 15 11-20 Karo pelajar 38343

8

Plora Padang perempua n

14 11-20 Minan g

pelajar 36209

0

Irmawati perempua n

50 41-50 Jawa pensiunan 38946

2

Jamalia perempua n

32 31-40 Jawa pns 39234

4

Flores Silalahi perempua n

47 41-50 batak pns 40014

4

Nilawati perempua n

24 21-30 Jawa wiraswasta 30347 0 Lisnawati Siagian perempua n

29 21-30 batak pns 30570

0

Suratmi perempua n

38 31-40 Jawa pns 42539 7 Rumondang Sialoho perempua n

29 21-30 batak pns 41015

3

Emiyati perempua n

27 21-30 Jawa pns 36278

9

Ginda

Simangkulangit

laki-laki 41 41-50 batak wiraswasta 32557

9

Hotmauli Lubis laki-laki 33 31-40 batak wiraswasta 42105

1

Hayati perempua n

27 21-30 Melay u pns 40426 0 Jenni Marita Purba perempua n

25 21-30 batak pns 38274

1

Patric S. laki-laki 27 21-30 batak pns 38136

1

Emi br. Bukit perempua n

30 21-30 Karo pns 37607 6 Dwi Rizki Annisa Pandia perempua n

11 11-20 Karo pelajar 37988 5 Bungaria Sembiring perempua n

31 31-40 Karo wiraswasta 38255

6

Dwi Ibnu Septyanto

laki-laki 17 11-20 Jawa pelajar 38568

3

Putrida perempua n

33 31-40 Jawa pns 41374

0

Dani Ginting laki-laki 9 1-10 Karo pelajar 41155

9

Leni Anggrini perempua n


(39)

40672 3 Mian Soelgandi Sinaga perempua n

16 11-20 batak pelajar 41037

0

Bonifasius Sembiring

laki-laki 20 11-20 Karo pelajar 40411

0

Ponijan laki-laki 43 41-50 Jawa petani/nelay an

40655 3

Kristina Tamba perempua n

19 11-20 batak pelajar 40017

3

Piner Lbn. Siantar

laki-laki 51 51-60 batak pns 40457

6

Ester br. Sinaga perempua n

23 21-30 batak pelajar 40682

8

Rakha Izaza Athallah

laki-laki 8 1-10 Melay u

pelajar 37932

3

Amali Ashma perempua n

21 21-30 Melay u pelajar 36127 5 Drs. Sondang Maibang

laki-laki 49 41-50 batak pns 39987 0 Darohani br. Siregar perempua n

31 31-40 batak pns 38899

2

Pipi Sumanti perempua n

20 11-20 Jawa pelajar 39706

3

Yestiar P. V. Simbolon

perempua n

21 21-30 batak pelajar 39417

7

Rusmini perempua n

13 11-20 Jawa pelajar 30231

5

Ame Rasita perempua n

12 11-20 Melay u

pelajar 39271

4

Ariadi laki-laki 7 1-10 Jawa pelajar 33980

0

Maruli

Banjarnahor

laki-laki 72 >60 batak pensiunan 36248

2

Elsye Purba perempua n

26 21-30 batak pensiunan 40193

7

Agus Salim laki-laki 21 21-30 Melay u

pns 40079

5

Ardianto laki-laki 41 41-50 Jawa pns 40027

7

Asmanti perempua n

19 11-20 Jawa pelajar 40030

5

Albert Aritonang laki-laki 16 11-20 batak pelajar 40104

4

Rosmaulina perempua n

29 21-30 batak pns 40166 8 Enny Situmorang perempua n


(40)

38928 3

Tunas Purba laki-laki 11 11-20 batak pelajar 38688

5

Eva Sriana perempua n

29 21-30 Jawa wiraswasta 40111 3 Chirun Tri Metani perempua n

14 11-20 Melay u

pelajar 37046

4

Abdul Husin laki-laki 49 41-50 Melay u

pns 40347

9

Walgiem perempua n

52 51-60 Jawa pns 36431

3

Ngapuli Barus laki-laki 57 51-60 batak petani/nelay an

37500 5

Mestik perempua n

29 21-30 Jawa pns 38616

4

Mawardi laki-laki 55 51-60 Jawa pns 38412

9

Tarmidi laki-laki 28 21-30 Jawa pns 41075

3

Siti Halimah perempua n

61 >60 Melay u

pensiunan 40083

9

Paulus Bancin laki-laki 52 51-60 batak pns 40212 3 Hj. Adelina Kokomole perempua n

65 >60 Melay u


(41)

Jnskel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 24 40.0 40.0 40.0

perempuan 36 60.0 60.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

kelumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5-11 6 10.0 10.0 10.0

12-17 8 13.3 13.3 23.3

18-40 25 41.7 41.7 65.0

40-65 17 28.3 28.3 93.3

>65 4 6.7 6.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 23 38.3 38.3 38.3

Jawa 21 35.0 35.0 73.3

Karo 6 10.0 10.0 83.3

Melayu 9 15.0 15.0 98.3

Minang 1 1.7 1.7 100.0


(42)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tidak berkerja 1 1.7 1.7 1.7

pensiunan 6 10.0 10.0 11.7

wiraswasta 6 10.0 10.0 21.7

petani/nelayan 2 3.3 3.3 25.0

pns 23 38.3 38.3 63.3

pelajar 22 36.7 36.7 100.0


(1)

LAMPIRAN 2

Rancangan Lembar Penelitian

’’Karakteristik Penderita Apendisitis Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin Di RSUP. H. Adam Malik Medan Pada Tahun 2009”

Identitas Pasien

Nama Pasien :

Umur :

Alamat :

Pekerjaan :

Jenis Kelamin :

Agama :

Suku :

Keluhan Utama :

Riwayat Penyakit


(2)

Nmr RM Nama J.Kelamin Umur Kategori Suku Pekerjaan

38352 8

Subki laki-laki 25 21-30 Jawa tidak berkerja 38044

2

Jerenia Ginting laki-laki 15 11-20 Karo pelajar

38343 8

Plora Padang perempua n

14 11-20 Minan g

pelajar

36209 0

Irmawati perempua n

50 41-50 Jawa pensiunan

38946 2

Jamalia perempua n

32 31-40 Jawa pns

39234 4

Flores Silalahi perempua n

47 41-50 batak pns

40014 4

Nilawati perempua n

24 21-30 Jawa wiraswasta

30347 0 Lisnawati Siagian perempua n

29 21-30 batak pns

30570 0

Suratmi perempua n

38 31-40 Jawa pns

42539 7 Rumondang Sialoho perempua n

29 21-30 batak pns

41015 3

Emiyati perempua n

27 21-30 Jawa pns

36278 9

Ginda

Simangkulangit

laki-laki 41 41-50 batak wiraswasta

32557 9

Hotmauli Lubis laki-laki 33 31-40 batak wiraswasta

42105 1

Hayati perempua n

27 21-30 Melay u pns 40426 0 Jenni Marita Purba perempua n

25 21-30 batak pns

38274 1

Patric S. laki-laki 27 21-30 batak pns

38136 1

Emi br. Bukit perempua n

30 21-30 Karo pns

37607 6 Dwi Rizki Annisa Pandia perempua n

11 11-20 Karo pelajar

37988 5 Bungaria Sembiring perempua n

31 31-40 Karo wiraswasta

38255 6

Dwi Ibnu Septyanto

laki-laki 17 11-20 Jawa pelajar

38568 3

Putrida perempua n

33 31-40 Jawa pns

41374 0

Dani Ginting laki-laki 9 1-10 Karo pelajar

41155 9

Leni Anggrini perempua n


(3)

41287 4

Andi Agus Suhandi

laki-laki 11 11-20 Jawa pelajar

40672 3 Mian Soelgandi Sinaga perempua n

16 11-20 batak pelajar

41037 0

Bonifasius Sembiring

laki-laki 20 11-20 Karo pelajar

40411 0

Ponijan laki-laki 43 41-50 Jawa petani/nelay an

40655 3

Kristina Tamba perempua n

19 11-20 batak pelajar

40017 3

Piner Lbn. Siantar

laki-laki 51 51-60 batak pns

40457 6

Ester br. Sinaga perempua n

23 21-30 batak pelajar

40682 8

Rakha Izaza Athallah

laki-laki 8 1-10 Melay

u

pelajar

37932 3

Amali Ashma perempua n

21 21-30 Melay u pelajar 36127 5 Drs. Sondang Maibang

laki-laki 49 41-50 batak pns

39987 0 Darohani br. Siregar perempua n

31 31-40 batak pns

38899 2

Pipi Sumanti perempua n

20 11-20 Jawa pelajar

39706 3

Yestiar P. V. Simbolon

perempua n

21 21-30 batak pelajar

39417 7

Rusmini perempua n

13 11-20 Jawa pelajar

30231 5

Ame Rasita perempua n

12 11-20 Melay u

pelajar

39271 4

Ariadi laki-laki 7 1-10 Jawa pelajar

33980 0

Maruli

Banjarnahor

laki-laki 72 >60 batak pensiunan

36248 2

Elsye Purba perempua n

26 21-30 batak pensiunan

40193 7

Agus Salim laki-laki 21 21-30 Melay u

pns

40079 5

Ardianto laki-laki 41 41-50 Jawa pns

40027 7

Asmanti perempua n

19 11-20 Jawa pelajar

40030 5

Albert Aritonang laki-laki 16 11-20 batak pelajar

40104 4

Rosmaulina perempua n

29 21-30 batak pns


(4)

40051 3

Trinski Isabela perempua n

22 21-30 batak pelajar

38928 3

Tunas Purba laki-laki 11 11-20 batak pelajar

38688 5

Eva Sriana perempua n

29 21-30 Jawa wiraswasta

40111 3

Chirun Tri Metani

perempua n

14 11-20 Melay u

pelajar

37046 4

Abdul Husin laki-laki 49 41-50 Melay u

pns

40347 9

Walgiem perempua n

52 51-60 Jawa pns

36431 3

Ngapuli Barus laki-laki 57 51-60 batak petani/nelay an

37500 5

Mestik perempua n

29 21-30 Jawa pns

38616 4

Mawardi laki-laki 55 51-60 Jawa pns

38412 9

Tarmidi laki-laki 28 21-30 Jawa pns

41075 3

Siti Halimah perempua n

61 >60 Melay u

pensiunan

40083 9

Paulus Bancin laki-laki 52 51-60 batak pns

40212 3

Hj. Adelina Kokomole

perempua n

65 >60 Melay u


(5)

LAMPIRAN 5 DATA INDUK

Jnskel

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 24 40.0 40.0 40.0

perempuan 36 60.0 60.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

kelumur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 5-11 6 10.0 10.0 10.0

12-17 8 13.3 13.3 23.3

18-40 25 41.7 41.7 65.0

40-65 17 28.3 28.3 93.3

>65 4 6.7 6.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid batak 23 38.3 38.3 38.3

Jawa 21 35.0 35.0 73.3

Karo 6 10.0 10.0 83.3

Melayu 9 15.0 15.0 98.3

Minang 1 1.7 1.7 100.0


(6)

Pekerjaan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak berkerja 1 1.7 1.7 1.7

pensiunan 6 10.0 10.0 11.7

wiraswasta 6 10.0 10.0 21.7

petani/nelayan 2 3.3 3.3 25.0

pns 23 38.3 38.3 63.3

pelajar 22 36.7 36.7 100.0