1
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Negara sebagai organisasi yang paling besar dengan jumlah anggota yang banyak yaitu warga negaranya memiliki banyak kewajiban yang harus dilakukan.
Memenuhi kesejahteraan warga negaranya, pengakuan atas hak-hak warga negara, dan bahkan perlindungan terhadap hak-hak tersebut.Selain hak yang diperoleh
sebagai warga negara, manusia juga memiliki hak asasi yaitu hak yang diperoleh dikarenakan kodratnya sebagai manusia seperti hak untuk hidup yang layak, hak
untuk bebas dari rasa takut, hak berkeyakinan dan sebagainya. Hak asasi yang melekat dalam diri setiap manusia adalah sama karena itu tidak ada pembedaan
berdasarkan apapun dan dengan demikian pengakuan dan perlindungan yang diberikan oleh negara adalah sama.
Indonesia sebagai salah satu negara yang ada di dunia telah memuat pengakuan dan perlindungan hak asasi warga negara dalam berbagai peraturan
perundang-undangan seperti dalam Pembukaan UUD 1945, Batang Tubuh UUD 1945, UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, dan UU Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Indonesia sudah selayaknya melindungi segenap hak yang dimiliki oleh tiap-tiap warga egara sesuai dengan
tugasnya sebagai suatu negara dari setiap pelanggaran akan hak asasi manusia yang mengancam warganya.
Universitas Sumatera Utara
2 Perdagangan manusia trafiking adalah salah satu persoalan yang
melanggar keberadaan hak asasi manusia. Trafiking dilakukan dengan cara yang tidak layak yaitu pemaksaan, penyelundupan, perekrutan yang illegal dan lain-lain
dengan tujuan yang tidak layak pula yaitu eksploitasi manusia. Trafiking merampas hak asasi manusia yaitu bebas dari rasa takut, hak atas perlakuan yang
layak karena banyak dari korban trafiking yang diperlakukan secara tidak manusiawi.
Trafiking adalah persoalan pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi di banyak negara di dunia tak terkecuali Indonesia.Para korban trafiking banyak
yang dijadikan sebagai objek eksploitasi seksual dan eksploitasi tenaga kerja.Eksploitasi tenaga kerja ini menjerumuskan para tenaga kerja pada sistem
kerja tanpa upah yang jelas, tanpa ada syarat-syarat kerja, tanpa perlindungan kerja dan sebagainya layaknya kerja paksa.
Data Markas Besar Kepolisian Republik Indonesa dalam kurun waktu 2011-2013 saat ini 450 kasus Tindak Pidana Perdagangan OrangTPPO telah
dilaporkan. Jumlah korban yaitu: 375 perempuan, 119 laki-laki dan 189 anak-anak sumber: http:aji.or.id, diakses pada 8 Februari 2014. Data tersebut merupakan
hal yang mengejutkan bila melihat Indonesia sudah memiliki UU Nomor 21 Tahun 2007 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang.
Indonesia bahkan telah ikut meratifikasi Konvensi International Labour Organization ILO Nomor 105 Tahun 1957 Tentang Penghapusan Kerja Paksa
Abolition of Forced Labour Convention dan menuangkannya dalam Undang- undang Nomor 19 Tahun 1999.
Universitas Sumatera Utara
3 Sumatera Utara sebagai bagian dari kesatuan Indonesia juga tidak luput
dari praktek trafiking tersebut.Penyebab utama maraknya kasus perdagangan manusia di Sumatera Utara adalah karena perekonomian yang sulit.Kebanyakan
korban diiming-imingi tawaran pekerjaan dengan penghasilan yang cukup tinggi tiap bulannya sebagai pembantu rumah tangga, perawat bayi, perawat orang tua
dan sebagainya.Sumatera Utara merupakan daerah transit yang diminati oleh pelaku trafiking trafiker dikarenakan letak geografis yang cukup strategis yang
berdekatan dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Vietnam dan lain-lain.
Kota Medan sebagai ibukota provinsi di Sumatera Utara merupakan kota di Sumut dengan tindakan trafiking terbesar. Kota Medan bukan saja sebagai
daerah transit namun juga daerah tujuan tindakan trafiking artinya banyak pihak- pihak di Kota Medan yang merupakan konsumen dari korban trafiking tersebut.
Salah satu artikel di media berita online bahkan menyatakan bahwa pada tahun 2013, jumlah kasus trafiking di Medan meningkat sebanyak 75 sumber:
http:medanbisnisdaily.com, diakses pada 4 Februari 2014. Data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana BPPKB Kota
Medan juga menunjukkan angka kasus yang meningkat yaitu pada tahun 2012 kasus yang ditangani oleh BPPKB Kota Medan sebanyak 4 kasus dan pada tahun
2013 meningkat menjadi 35 kasus. Pada Februari 2014 lalu, warga kota Medan bahkan dikejutkan dengan
terungkapnya kasus penyekapan terhadap 26 perempuan asal NTT diantaranya 5 orang masih tergolong anak dibawah umur yang menjadi pekerja disebuah pabrik
Universitas Sumatera Utara
4 sarang burung walet di salah satu kawasan di Kota Medan. Mereka telah bekerja
selama 3 – 4 tahun, tidak pernah keluar dari gedung pabrik sarang burung walet tersebut artinya terisolir dari lingkungan sosialnya, gaji jauh dibawah UMR
bahkan tidak pernah dibayar oleh majikan, pengabaian hak atas terbukti dengan pemberian makanan yang hanya berupa nasi putih, ikan asin dan kerupuk dan
tindakan kekerasan fisik dan psikologis lainnya sumber: Summary Situasi Trafiking Di Sumatera Utara oleh Yayasan Pusaka Indonesia Medan.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara pada kenyataannya telah mengeluarkan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Penghapusan
Perdagangan Perempuan dan Anak.Perda tersebut dikeluarkan sebagai bentuk perlindungan bagi korban-korban perdagangan manusia yang semakin marak di
Sumatera Utara dan juga sebagai upaya untuk menghapuskan perdagangan manusia.Di samping itu juga telah diterbitkan Peraturan Gubernur No. 24 tahun
2005 tentang Rencana Aksi Provinsi Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak serta Pembentukan Gugus Tugas Provinsi Penghapusan Perdagangan
Perempuan dan Anak. Sampai saat ini, sudah terbentuk 12 Gugus Tugas di kabupatenkota yang menjadi daerah perdagangan orang di Sumut yaitu Kota
Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Binjai, Pematang Siantar, Asahan, Batubara, Tanjung Balai, Langkat, Tebing Tinggi dan Labuhan Batu.
Keberadaan Perda tersebut ternyata belum membawa hasil yang memuaskan karena pada kenyataannya kasus perdagangan manusia di Sumatera
Utara masih terus saja bertambah. Berdasarkan fakta tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Peraturan
Universitas Sumatera Utara
5
Daerah Provinsi Sumatera Utara Nomor 6 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Perdagangan Perempuan dan Anak di Kota Medan“
I.2 Rumusan Masalah Dari uraian tersebut dapat dibuat rumusan masalah yaitu: “Bagaimana