Kekerasan terhadap pekerja HAM

7. Kekerasan terhadap pekerja HAM

Kekerasan terhadap Pekerja HAM dan Aktivis Politik terus terjadi. Mereka mengalami tindakan-tindakan kekerasan baik fisik maupun psikis dan upaya-upaya kriminalisasi baik yang dilakukan oleh kelompok- kelompok tertentu maupun melalui aparatur negara dan kebijakan-kebijakan negara. Hal ini menujukan belum adanya jaminan perlindungan yang diberikan oleh negara terhadap para pekerja HAM, baik itu regulasi atau aturan-aturan yang menjamin dan memberikan perlindungan terhadap para pekerja HAM itu sendiri dalam setiap menjalankan profesinya maupun ketiadaan penghukuman terhadap para pelaku yang melakukan tindakan-tindakan kekerasan dan kriminalisasi terhadap para pekerja HAM.

Pada Tahun 2012 kekerasan dan kriminalisasi terhadap para pekerja HAM diawali dengan kasus Kriminalisasi seperti:

a) Oyang Orlando Petrus yang melaporkan gratifikasi yang diterima oleh Bupati Maluku Barat Daya, kriminalisasi terhadap Oyang Orlando Petrus dilakukan oleh Polda Maluku terkait pencemaran nama baik Bupati Maluku Barat Daya;

b) Pemukulan terhadap 7 (tujuh) orang wartawan oleh anggota TNI AL pada saat sedang melakukan peliputan razia warung remang-remang di kawasan Sei Beremas Padang;

c) Kriminalisasi terhadap Enny Umbas oleh Polda Sulawesi Utara yang melaporkan kasus korupsi yang melibatkan Walikota Manado;

d) Tindakan kekerasan terhadap 6 (enam) orang wartawan oleh anggota TNI AU pada saat sedang melakukan peliputan jatuhnya pesawat Hawk 200 milik TNI AU di Riau;

e) Kriminalisasi terhadap 4 (empat) orang pekerja Serikat Buruh oleh aparat kepolisian;

f) Ketiadaan proses hukum atas penyerangan terhadap anggota serikat pekerja/buruh di Kabupaten Bekasi oleh OTK;

g) Intimidasi terhadap Olga Hamdani pada saat melakukan gugatan Praperadilan terhadap Kapolri dan Kapolda Papua terkait dengan penangkapan dan penahanan yang disertai dengan tindakan penyiksaan terhadap 5 (lima) orang tersangka oleh Polres Jayawijaya;

h) Tindakan kekerasan terhadap aktifis lingkungan I Wayan Gendo Suwardana oleh OTK, yang diduga terkait dengan penolakan pengerusakan lingkungan di Bali; h) Tindakan kekerasan terhadap aktifis lingkungan I Wayan Gendo Suwardana oleh OTK, yang diduga terkait dengan penolakan pengerusakan lingkungan di Bali;

TNI AU di Riau, tanggal 16 Oktober 2012; 33

Model kekerasan dan kriminalisasi atau pemidanaan juga dialamatkan ke aktivis politik yang mengekspresikan aspirasi politiknya secara damai seperti;

a) Putusan vonis 3 (tiga) tahun penjara oleh Pengadilan Negri Jayapura terhadap Forkorus Yaboisembut, Edison Kaladeus, Dominikus Surabut, August M Sananai Kraar dan Selpius Bobi terkait dengan tuduhan Makar pada saat Kongres Rakyat Papua III tanggal 17-19 Oktober 2011;

b) Penembakan Terjoli Weya oleh Orang Tak di Kenal (OTK) sesaat setelah korban selesai melakukan aksi damai memperingati hari aneksasi dan Penagkapan 13 (tiga belas) orang warga papua yang diduga mengibarkan bendera bintang kejora oleh aparat kepolisian;

Banyaknya kasus kekerasan terhadap pembela HAM dan aktivis politik yang bergulir tanpa proses penegakan hukum yang konkrit dari negara telah menjadi fokus pembahasan dalam sidang UPR 2012. Sidang UPR menekankan kepada pemerintah Indonesia untuk memberikan kepastian atas lingkungan yang aman untuk mendukung kerja-kerja Pembela HAM termasuk juga jaminan untuk melakukan investigasi independen dan tidak parsial atas tindakan kekerasan terhadap pembela HAM dan memastikan adanya proses hukum untuk mengukur komitmen pemerintah Indonesia dalam Penegakan HAM, pemerintah Indonesia harus segera merumuskan model perlindungan terhadap para pekerja HAM dalam menjalankan profesinya di Indonesia seperti RUU Pembela HAM yang sudah masuk dalam Prolegnas 2009-2014 namun terhenti pembahasannya pada tahun 2010.Dengan adanya UU Pembela HAM diharapkan bisa terbentuk sebuah sistem dan mekanisme perlindungan dan jaminan terhadap kerja-kerja pembela HAM dalam menjalankan profesinya dan mencegah

berulangnya kasus-kasus kekerasan dan kriminalisasi terhadap para pekerja HAM. 34