Akses vaskuler Permanen Pemantauan Selama Dialisis Pemeriksaan Laboratorium

Vaskular Akses Pemasangan Vaskular diharapkan dapat memudahkan dokter dan perawat untuk melakukan akses atau penusukan sehingga lebih mudah dan mengurangi resiko dari penusukan yang dilakukan pada tempat lain seperti area femoral. Ada 2 tipe tusukan vaskuler yaitu tusukan vaskuler sementara dan permanen.

a. Akses vaskuler Permanen

Belding H. Scribner dkk. Pertama kali menggunakan akses vaskular permanen berbentuk external arteriovenous AV shunt. Kelemahan tehnik ini sering menimbulkan masalah; infeksi, ruptur akibat trauma dan sering menggangu aktifitas sehari-hari.Cimino dan Brescia 1966 menganjurkan tehnik baru yaitu internal arteriovenous AV shunt. Konsep fistula yangpertama kali dikembangkan yaitu side to side anastomosis dengan diameter antara 6-8mm Sukandar,2006. Gambar 2.2: cimino shunt Universitas Sumatera Utara

b. Akses Vaskuler Sementara

Metoda ini melalui dua pembuluh darah vena yaitu vena femoral dan vena interna jugular.Hampir semua pasien di Indonesia untuk inisiasi hemodialisa melalui akses vena femoralis dengan jarum khusus. Kerugian dari metoda ini, pasien kurang nyaman karena tidak boleh bergerak selama proses dialisis berjalan dan kemungkinan perdarahan bila salah sasaran tusukan arteri femoral. Akses vaskular melalui vena jugular interna dengan menggunakan silastic twin catheter atau double lumen catheter CDL merupakan metoda yang cukup memuaskan dan nyaman untuk pasien. Tehnik ini dapat digunakan beberapa minggu hingga akses vaskular permanen siap untuk digunakan Sukandar,2006. Gambar 2.3: Catheter Double Lumen

2. Dializer

Dializer adalah tempat dimana proses HD berlangsung sehingga terjadi pertukaran zat-zat dan cairan dalam darah dan dialisat. Material Universitas Sumatera Utara membran dializer dapat terbuat dari Sellulose, Sellulose yang disubstitusi, Cellulosynthetic, Synthetic. Spesifikasi dializer yang dinyatakan dengan Koeffisient ultrafiltrasi Kuf disebut jugadengan permiabilitas air. Besarnya permiabilitas membran dializer terhadap air bervariasi tergantung besarnya pori dan ukuran membran. KUf adalah jumlah cairan mljam yang berpindah melewati membran per mmHg perbedaan tekanan pressure gradient atau perbedaan TMP yang melewati membran. Dializer ada yang terdiri dari high efficiency dan high flux.Dializer high efificiency adalah dializer yang mempunyai luas permukaan membran yang besar. Dializer high flux adalah dializer yang mempunyai pori-pori besar yang dapat melewatkan molekul yang besar, dan mempunyai permiabilitas terhadap air yang tinggi. Ada 3 tipe dializer yang siap pakai, steril dan bersifat disposible yaitu bentuk hollow-fiber capillary dializer, parallel flat dializer dan coil dializer. Setiap dializer mempunyai karakteristik tersendiri untuk menjamin efektifitas dan menjaga keselamatan penderita. Gambar 2.4: Dializer artificial kidney Universitas Sumatera Utara

3. Durasi Hemodialisa

Menurut PERNEFRI 2003 waktu atau lamanya hemodialisa disesuaikan dengan kebutuhan individu. Tiap hemodialisa dilakukan 4– 5 jam dengan frekuensi 2 kali seminggu. Hemodialisa idealnya dilakukan 10–15 jamminggu dengan QB 200–300 mLmenit. Hemodialisa regeluer dikatakan cukup bila dilaksanakan secara teratur, berkesinambungan, selama 9-12 jam setiap minggu Suwitra, 2010.

4. Anti Koagulasi

Selama dilakukan tindakan hemodialisa, diperlukan pemberian antikoagulasi agar tidak terjadi pembekuan darah didalam sirkuit ekstrakorporeal sehingga akan mempengaruhi kecepatan aliran darah blood flow yang melewati dializer PERNEFRI,2003. Dializer bersifat thrombogenic dan memerlukan anti koagulan, baik untuk pasien maupun untuk sirkuit darah extracorporeal. Heparinisasi yang tidak adekuat dapat menyebabkan pembentukan thrombus yang dapat mengurangi luas permukaan dialyzer disertai penurunanclearance dan ultrafiltration Sukandar,2006. Universitas Sumatera Utara

5. Larutan Dialisat

a. Dialisat Asetat Dialisat asetat telah dipakai sebagai dialisat standard untuk mengoreksi asidosis uremikum dan mengimbangi kehilangan bikarbonat secara difusi selama HD. Dialisat asetat tersedia dalam bentuk konsentrat yang cair dan relatif stabil. Dibandingkan dengan dialisat bikarbonat, maka dialisat asetat efek sampingnya lebih banyak. Efek samping yang sering seperti mual, muntah, kepala sakit, otot kejang, hipotensi, gangguan hemodinamik, hipoksemia, koreksi asidosis menjadi terganggu, intoleransi glukosa, meningkatkan pelepasan sitokin. b. Dialisat Bikarbonat Dialisat bikarbonat terdiri dari 2 komponen konsentrat yaitu larutan asam dan larutan bikarbonat. Kalsium dan magnesium tidak termasuk dalam konsentrat bikarbonat oleh karena konsentrasi yang tinggi dari kalsium, magnesium dan bikarbonat dapat membentuk kalsium dan magnesium karbonat. Konsentrasi bikarbonat yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya hipoksemia dan alkalosis metabolik yang akut. Namun dialisat bikarbonat bersifat lebih fisiologis walaupun relatif tidak stabil. Biaya untuk sekali HD bila menggunakan dialisat bikarbonat relatif lebih mahal dibanding dengan dialisat asetat. Universitas Sumatera Utara

6. Mesin Hemodialisa

Dalam proses hemodialisa diperlukan suatu mesin hemodialisa. Mesin HD terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan larutan dialisat dan sistem monitor. Pompa darah berfungsi untuk mengalirkan darah dari tempat tusukan vaskuler kepada dializer. Kecepatan QB dapat diatur biasanya antara 200-300 mlmenit. Untuk pengendalian ultrafiltrasi diperlukan tekanan negatif.Lokasi pompa darah biasanya terletak antara monitor tekanan arteri dan monitor larutan dialisat. Sistem monitoring setiap mesin HD sangat penting untuk menjamin efektifitas proses dialisis dan keselamatan penderita. Gambar 2.5: Mesin HD

2.4. Pemantauan Selama Dialisis

a. Koagulasi Secara visual, darah dalam sirkuit ekstrakorporeal berwarna sangat tua, dalam dializer terlihat garis-garis merah, dalam drip chamber terlihat busa dan pembentukan bekuan darah PERNEFRI,2003. Universitas Sumatera Utara b. Tekanan Darah Hipertensi biasanya dipengaruhi oleh renin ataupun beberapa faktor lain yang belum diketahui, pada penderita ini tekanan darah dapat meningkat selama dialisis, walaupun cairan dihilangkan. Pada beberapa penderita pada waktu HD dapat terjadi hipotensi intradialisis, penderita ini perlu penghentian medikasi tekanan darah pada hari dialisis. Tekanan darah dan denyut nadi diukur tiap 30 sampai 60 menit. Keluhan pusing ataupun perasaan lemah menunjukkan hipotensi. Gejala-gejala hipotensi dapat tidak kentara, dan kadang asimtomatis sampai tekanan darah jatuh ketingkat yang membahayakan. c. Suhu Demam yang timbul sebelum dialisis merupakan temuan yang serius perlu dicari penyebabnya. Manifestasi infeksi pada penderita dialisis sering tidak kentara. Kenaikan suhu sekitar 0,5 derajat selama dialisis adalah normal d. Daerah Akses Vaskuler Daerah akses vaskuler harus dipastikan dari tanda-tanda infeksi sebelum dialisis.

2.5. Pemeriksaan Laboratorium

Menurut konsensus PERNEFRI 2003, pemeriksaan laboratoriumuntuk evaluasi jangka panjang pada penderita dialisis, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Setiap pasien baru dilakukan penilaian yang meliputi pemeriksaan fisik lengkap dan penunjang sebagai berikut: Darah perifer lengkap, Elektrolit darah Na, K, Cl, Ca, P, HBs Ag, Anti HCV, Viral marker HIV, Foto dada dan EKG. b. Bila tidak ada indikasi khusus, maka dilakukan pemeriksaan sesuai jadwal berikut: 1. Na, K, Ca,P, Ureum, Kreatinin setiap 3 bulan 2. Serum Iron SI, TIBC, ferritin. 3. HBs Ag, anti HCV, AGD, EKG setiap 6 bulan 4. Echocardiografi setiap 3 tahun c. Pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan adalah: 1. Mg khusus untuk aritmia dan PTH setiap tahun. 2. Radiologi, densitometer tulang dan HIV pada keadaan khusus.

2.6. Komplikasi Hemodialisa