Karakteristik Pasien Kanker Kolorektal di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2011 - 2013

(1)

Tahun 2011 - 2013

Oleh :

Fifi Florensia

110100203

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

KARYA TULIS ILMIAH

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran.”

Oleh :

Fifi Florensia

110100203

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

Karakteristik Penderita Kanker Kolorektal di RSUP. Haji Adam Malik Tahun 2011-2013

Nama : Fifi Florensia Nim : 110100203

Dosen Pembimbing Dosen penguji I

(dr. Adi Muradi Sp.B-KBD) (dr. Rita Evalina Sp.A(K NIP. 19671207 200012 1 001 NIP. 140360090

))

Dosen Penguji II

(dr.Lita Feriyawati M.Kes, Sp.PA NIP. 19700208 200112 2 001

)

Medan, 20 Desember 2014 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara

(Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Prevalensi kanker yang terus meningkat di seluruh dunia merupakan salah satu masalah kesehatan global yang serius.Setiap tahun diperkirakan sebanyak 550.000 orang meninggal akibat kanker kolorektal.Di Indonesia juga ditemukan peningkatan kasus kanker kolorektal. Tahun 2030 WHO memperkirakan kanker akan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien kanker kolorektal berdasarkan umur, jenis kelamin, lokasi kanker, stadium klinis dan gambaran histopatologi penderita kanker kolorektal di RSUP.Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013.Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross sectional retrospektif.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 110 orang. Data ini didapatkan dari data rekam medis. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kelompok usia terbanyak pada lansia akhir (56-65 tahun) sebanyak 29 orang (26.4%). Perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu, 62 orang (56.4%). Lokasi Kanker yang tersering adalah rektum, yaitu sebanyak 69 orang (62.7%).Sebanyak 63 orang (57.3%) ditegakkan menderita kanker kolorektal stadium II. Gambaran adeno ca well differentiated paling banyak dijumpai pada pemeriksaan histopatologi yaitu sebanyak 35 orang (42.2%). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa semua kelompok umur harus diberi prioritas yang sama dan bukan hanya pada usia di atas 50 tahun. Pada jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara perempuan dan laki-laki.Penting untuk dilakukan deteksi dini, karena kebanyakan penderita datang dengan stadium lanjut.Sangat penting dilakukannya pemeriksaan histopatologi untuk melihat prognosa dari pengobatan.


(5)

ABSTRACT

The prevalence of cancer which is increasing throughout the world is one of the serious global health problem. Every years it is estimated 550,000 people die from colorectal cancer. In Indonesia itself, there is an increase of colorectal cancer cases. In 2030 the WHO estimates that cancer will be the leading cause of death in Indonesia.This study aims to investigate the characteristics of colorectal cancer patients based on age, sex, location of the cancer, clinical stage and histopathology of colorectal cancer patients in RSUP. Haji Adam Malik 2011-2013.The design of this study was a retrospective cross-sectional descriptive study. The samples used in this study were 110 people. Taken from the medical record data of.It is found in this study that the most group of age were the end of elderly (56-65 years) with total amount of 29 people (26.4%). Slightly more women in comparison to men, with total amount of 62 persons (56.4%). The most common location cancers were in rectum, with total amount of 69 people (62.7%). 63 people (57.3%) were diagnosed as stage II colorectal cancer. The findings of adeno ca well differentiated were found mostly in histopatology examination with total amount of 35 people (42.2%).From the results of this study, it is concluded that all age groups should be given the same priority and not just those in the age of 50. Based on sex there is no significant difference between women and men. It is important to do an early detection, considering that most patient came with advanced stage. It is important to do a histopatology examination to know the prognosis of the treatment.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan laporan hasil penelitian ini.Sebagai salah satu area kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum, laporan hasil penelitian ini disusun sebagai rangka tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan di program studi Sarjana Kedokteran, Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

Penulis mengucapkan terimah kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Kepada Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.

2. Kepada dosen pembimbing dalam penelitian ini, dr. Adi Muradi, Sp.B-KBD yang dengan sepenuh hati telah meluangkan segenap waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis, mulai dari awal penyusunan penelitian, pelaksanaan di lapangan, hingga selesainya laporan hasil penelitian ini.

3. Kepada dr. Rita Evalina Sp.A(K) dan dr. Lita Feriyawati M.Kes, Sp.PA selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

4. Kepada perawat dan staf di Departemen Instalasi Bedah Pusat RSUP Haji Adam Malik yang telah banyak membantu dalam pengambilan data untuk laporan hasil penelitian ini.

5. Kepada kedua orangtua penulis, Ayahanda Anton K. Tanusaputra dan Ibunda Cornelia Halim, saudara-saudari penulis, Febriyani Fransiska, Ferry Fransiskus, Franderiko Aseanto, Fenny Florensia dan Fernando Tanusaputra yang senantiasa


(7)

mendukung, mendoakan dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan laporan hasil penelitian ini.

6. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh sahabat-sahabat yang luar biasa, khususnya Johanna Sihombing, Timotius Kevin Nathanael, Apriani Cordias, Silvia Yanita Karina atas dukungan dan motivasi yang membangun. 7. Kepada rekan setim saya dalam mengerjakan penelitian ini, Viona Vabella dan M.

Catur Farriady.

8. Kepada sahahabat-sahabat seperjuangan yang membantu penelitian ini M. Insanul Rery, Tririn Rinati, Jessica Silaen, Marco Audrik, Kak Fikry yang senantiasa memberi masukan yang membangun.

Cakupan belajar sepanjang hayat dan mengembangkan pengetahuan baru telah memotivasi penulis untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian yang berjudul “Karakteristik Pasien Kanker Kolorektal di RSUP.Haji Adam Malik Medan Tahun 2011- 2013” ini.Semoga penelitian ini dapat memberikan sumbangsih bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang ilmu kedokteran.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan penelitian ini masih belum sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan laporan hasil penelitian ini di kemudian hari.

Medan, 15 Desember 2014


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Manfaat Penelitian ... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... ... 3

2.1. Anatomi dan Histologi kolon dan rektum ... 3

2.2. Fisiologi kolon dan rektum ... 5

2.3. Kanker Kolorektal ... 7

2.3.1. Defenisi... ... 7

2.3.2. Epidemiologi ... 7

2.4.Polip dan Molekular pathogenesis ... 8

2.5. Etiologi dan Faktor Resiko ... 8

2.5.1. Diet ... 8

2.5.2. Alkohol dan Rokok... 9


(9)

2.5.4. Kolitis ulseratif ... 11

2.6. Gambaran klinis ... 11

2.7. Stadium ... 12

2.8. Gambaran Mikroskopis ... 15

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISIOPERASIONAL ... 16

3.1.Kerangka Konsep Penelitian ... 16

3.2. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 19

4.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 19

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 19

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 19

4.5. Teknik Analisis Data ... 20

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

5.1. Hasil Penelitian ... 21

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

5.1.2.Deskripsi Karakteristik Sampel ... 21

5.2. Pembahasan... 24

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

6.1. Kesimpulan ... .. 30

6.2. Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 32 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Stadium dan Prognosis Kanker Kolorektal 14 Tabel 3.3 Variabel dan Definisi Operasionil

Penelitian

17


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Anatomi kolon dan rektum 3


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup LAMPIRAN 2 Ethical Cleareane LAMPIRAN 3 Surat Izin Penelitian

LAMPIRAN 4 Data Induk


(13)

ABSTRAK

Prevalensi kanker yang terus meningkat di seluruh dunia merupakan salah satu masalah kesehatan global yang serius.Setiap tahun diperkirakan sebanyak 550.000 orang meninggal akibat kanker kolorektal.Di Indonesia juga ditemukan peningkatan kasus kanker kolorektal. Tahun 2030 WHO memperkirakan kanker akan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien kanker kolorektal berdasarkan umur, jenis kelamin, lokasi kanker, stadium klinis dan gambaran histopatologi penderita kanker kolorektal di RSUP.Haji Adam Malik Medan tahun 2011-2013.Desain penelitian ini adalah penelitian deskriptif cross sectional retrospektif.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 110 orang. Data ini didapatkan dari data rekam medis. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kelompok usia terbanyak pada lansia akhir (56-65 tahun) sebanyak 29 orang (26.4%). Perempuan sedikit lebih banyak dibandingkan laki-laki yaitu, 62 orang (56.4%). Lokasi Kanker yang tersering adalah rektum, yaitu sebanyak 69 orang (62.7%).Sebanyak 63 orang (57.3%) ditegakkan menderita kanker kolorektal stadium II. Gambaran adeno ca well differentiated paling banyak dijumpai pada pemeriksaan histopatologi yaitu sebanyak 35 orang (42.2%). Dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwa semua kelompok umur harus diberi prioritas yang sama dan bukan hanya pada usia di atas 50 tahun. Pada jenis kelamin tidak terdapat perbedaan yang mencolok antara perempuan dan laki-laki.Penting untuk dilakukan deteksi dini, karena kebanyakan penderita datang dengan stadium lanjut.Sangat penting dilakukannya pemeriksaan histopatologi untuk melihat prognosa dari pengobatan.


(14)

ABSTRACT

The prevalence of cancer which is increasing throughout the world is one of the serious global health problem. Every years it is estimated 550,000 people die from colorectal cancer. In Indonesia itself, there is an increase of colorectal cancer cases. In 2030 the WHO estimates that cancer will be the leading cause of death in Indonesia.This study aims to investigate the characteristics of colorectal cancer patients based on age, sex, location of the cancer, clinical stage and histopathology of colorectal cancer patients in RSUP. Haji Adam Malik 2011-2013.The design of this study was a retrospective cross-sectional descriptive study. The samples used in this study were 110 people. Taken from the medical record data of.It is found in this study that the most group of age were the end of elderly (56-65 years) with total amount of 29 people (26.4%). Slightly more women in comparison to men, with total amount of 62 persons (56.4%). The most common location cancers were in rectum, with total amount of 69 people (62.7%). 63 people (57.3%) were diagnosed as stage II colorectal cancer. The findings of adeno ca well differentiated were found mostly in histopatology examination with total amount of 35 people (42.2%).From the results of this study, it is concluded that all age groups should be given the same priority and not just those in the age of 50. Based on sex there is no significant difference between women and men. It is important to do an early detection, considering that most patient came with advanced stage. It is important to do a histopatology examination to know the prognosis of the treatment.


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker termasuk salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia, dan fakta menunjukkan bahwa jumlah kasus terus meningkat dari tahun-ketahun.Diperkirakan akan terjadi 103.170 kasus baru kanker kolon dan 40.290 kasus baru kanker rektal serta 51.690 kematian akibat kanker kolorektal pada tahun 2012 di Amerika Serikat(American cancer, 2012).

Kanker kolorektal adalah penyebab tersering ketiga kanker yang terjadi pada pria dan penyebab tersering kedua kanker yang terjadi pada wanita di seluruh dunia pada tahun 2008 (WHO Globocan, 2008).Prevalensi kanker kolorektal yang makin meningkat di seluruh dunia menjadikannya sebagai salah satu masalah kesehatan global yang serius.Setiap tahun, diperkirakan sebanyak 550.000 penduduk dunia meninggal akibat kanker kolorektal(Brown,2005).

Sedangkan di wilayah regional Asia Tenggara, kanker membunuh lebih dari 1,1 juta orang setiap tahun. WHO memperkirakan pada tahun 2030, kanker akan menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia (Depkes RI, 2013).

Menurut data penelitian diketahui bahwa angka kanker kolorektal di Sumatra Utara terutamakota Medan juga termasuk tinggi. Hal ini terlihat dari hasil penelitian di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2005-2007 terdapat 210 orang. (Tuhozaro,Z. 2009), Juni 2008 hingga Desember 2009 terdapat 94 orang (Ramachandaram, A. 2010), Januari 2009 hingga Desember 2012 terdapat 35 orang (Lubis, N. D. A. 2014).

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merasa penting untuk di lakukannya penelitian tentang karakteristik penderita kanker kolorektal di RSUPHaji Adam Malik Medan tahun 2011-2013.


(16)

1.2Rumusan Masalah

Bagaimanakah karakteristik penderita kanker kolorektal di RSUP.Haji Adam Malik tahun 2011-2013?

1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker kolorektal di RSUP. Haji Adam Malik tahun 2011-2013

1.3.2 Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui distribusi penderita kanker kolorektal menurut sosio demografi. ( umur, jenis kelamin)

2. Untuk mengetahui distribusi penderita kanker kolorektal menurut lokasi kanker kolorektal

3. Untuk mengetahui distribusi penderita kanker kolorektal menurut stadium klinis

4. Untuk mengetahui distribusi penderita kanker kolorektal menurut gambaran Histopatologi

1.4Manfaat Penelitian

1. Sebagai masukan dan informasi kepada RSUP. Haji Adam Malik untuk membantu meningkatkan pelayanan kesehatan bagi penderita kanker kolorektal.

2. Sebagai masukan dan sarana bagi penulis dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker kolorektal.

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian lain terutama yang berhubungan dengan kanker kolorektal.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi dan Histologi Kolon dan Rektum

Usus besar memanjang dari ujung akhir dari ileum sampai anus. Panjangnya bervariasi sekitar 1.5 m. Ukuran Usus besarberbentuk tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 1.5 m (5 kaki) yang terbentang dari saekum hingga kanalis ani. Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil, yaitu sekitar 6.5 cm (2.5 inci). Makin dekat anus diameternya akan semakin kecil. Usus besar terdiri dari 6 bagian yaitu saekum, kolon asenden, kolon transversum, kolon desenden, kolon sigmoid dan rektum.

Gambar 2.1. Anatomi Kolon dan Rektum

Struktur usus besar: 1. Saekum

Merupakan kantong yang terletak di bawah muara ileum pada usus besar. Panjang dan lebarnya kurang lebih 6 cm dan 7,5 cm. Saekum terletak pada fossa iliakakanan di atas setengah bagian lateralis ligamentum inguinale. Biasanya saekum seluruhnya dibungkus oleh peritoneum sehingga dapat bergerak bebas, tetapi tidak mempunyai


(18)

mesenterium. Terdapat perlekatan ke fossa iliaka di sebelah medial dan lateral melalui lipatan peritoneum yaitu plika caecalis, menghasilkan suatu kantong peritoneum kecil, recessus retrocaecalis.

2. Kolon asenden

Bagian ini memanjang dari saekum ke fossa iliaka kanan sampai ke sebelah kanan abdomen.Panjangnya 13 cm, terletak di bawah abdomen sebelah kanan dan di hati membelok ke kiri.Lengkungan ini disebut fleksura hepatika (fleksura coli dextra) dan dilanjutkan dengan kolon transversum.

3. Kolon Transversum

Merupakan bagian usus besar yang paling besar dan paling dapat bergerak bebas karena tergantung pada mesokolon, yang ikut membentuk omentum majus.Panjangnya antara 45-50 cm, berjalan menyilang abdomen dari fleksura coli dekstra sinistra yang letaknya lebih tinggi dan lebih ke lateralis.Letaknya tidak tepat melintang (transversal) tetapi sedikit melengkung ke bawah sehingga terletak di regio umbilikus.

4. Kolon desenden

Panjangnya lebih kurang 25 cm, terletak di bawah abdomen bagian kiri, dari atas ke bawah, dari depan fleksura lienalis sampai di depan ileum kiri, bersambung dengan sigmoid, dan dibelakang peritoneum.

5. Kolon sigmoid

Sering disebut juga kolon pelvinum. Panjangnya kurang lebih 40 cm dan berbentuk lengkungan huruf S. Terbentang mulai dari apertura pelvis superior (pelvic brim) sampai peralihan menjadi rektum di depan vertebra S-3. Tempat peralihan ini ditandai dengan berakhirnya ketiga teniae coli dan terletak + 15 cm di atas anus.Kolon sigmoid tergantung oleh mesokolon sigmoideum pada dinding belakang pelvis sehingga dapat sedikit bergerak bebas (mobile).


(19)

6. Rektum

Bagian ini merupakan lanjutan dari usus besar, yaitu kolon sigmoid dengan panjang sekitar 15 cm. Rektum memiliki tiga kurva lateral serta kurva dorsoventral.Mukosa rektum lebih halus dibandingkan dengan usus besar.

Rektum memiliki 3 buah valvula: superior kiri, medial kanan dan inferior kiri. 2/3 bagian distal rektum terletak di rongga pelvik dan terfiksir, sedangkan 1/3 bagian proksimal terletak dirongga abdomen dan relatif mobile.Kedua bagian ini dipisahkan oleh peritoneum reflektum dimana bagian anterior lebih panjang dibanding bagian posterior. Saluran anal (anal canal) adalah bagian terakhir dari usus, berfungsi sebagai pintu masuk ke bagian usus yang lebih proksimal, dikelilingi oleh spinkter ani (eksternal dan internal ) serta otot-otot yang mengatur pasase isi rektum kedunia luar. Spinkter ani eksterna terdiri dari 3 sling : atas, medial dan depan

Usus besar terdiri atas membrane mukosa tanpa adanya lipatan kecuali pada bagian distalnya (rektum).Vili usus tidak dijumpai pada usus ini.Kelenjar usus yang berukuran panjang ditandai dengan banyaknya sel goblet, sel absorptif dan sedikit sel enteroendokrin.Di dalam lamina propria, banyak dijumpai sel limfoid dan nodul yang sering kali menyebar sampai ke dalam submukosa.Banyaknya jaringan limfoid ini berkaitan dengan banyaknya bakteri di dalam usus besar.Muskularis terdiri atas berkas-berkas longitudinal luarnya mengelompok dalam 3 pita longitudinal yang disebut taenia coli.Pada kolon bagian intraperitoneal, lapisan/ tunika serosa ditandai dengan tonjolan kecil yang terdiri atas jaringan lemak, yaitu apendiks epiploika.Di daerah anus, membran mukosa membentuk sederetan lipatan memanjang, yaitu kolumna rektalis Morgagni. (Junqueira, 2007)

2.2. Fungsi kolon dan rektum

Fungsi utama dari kolon adalah menyerap air dan elektrolit dari kimus menjadi bentuk padat feses dan menyimpan feses sampai bisa dieksresikan.Sekitar 1500 ml kimus biasanya melewati katub iliosaekal menuju usus besar setiap hari.


(20)

Kebanyakan air dan elektrolit dalam kimus ini diserap di dalam kolon, biasanya hanya meninggalkan sekitar 100ml dari cairan yang akan dieksresikan ke dalam feses. Pada pokoknya semua ion diserap dan hanya meninggalkan 1 hingga 5 miliequivalen setiap ion sodium dan klorida di dalam feses.Kebanyakan penyerapan di usus besar terjadi di pertengahan proksimal dari kolon, sehingga dapat disebut juga kolon penyerapan (absorbing colon). (Guyton, 2006)

Di dalam usus besar tidak terjadi pencernaan karena tidak terdapat enzim-enzim pencernaan.Namun, bakteri kolon melakukan pencernaan terhadap sebagian selulosa dan menggunakannya untuk kepentingan metabolisme mereka sendiri.Kontraksi haustra secara lambat mengaduk-aduk isi kolon maju mundur untuk dapat menyelesaikan penyerapan sisa cairan dan elektrolit.Tiga sampai empat kali sehari, umumnya setelah makan terjadi peningkatan nyata mortalitas.Terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asenden dan transversum, sehingga dalam beberapa detik feses terdorong sepertiga sampai tiga perempat dari panjang kolon. Kontaksi-kontraksi massif yang diberi nama gerakan massa (mass movement) ini, mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar, tempat isi tersebut di simpan sampai terjadi defekasi. Sewaktu gerakan masa di kolon mendorong isi kolon ke dalam rektum terjadi peregangan rektum yang kemudian merangsang reseptor regang di dinding rektum dan memicu refleks defekasi. Refleks ini disebabkan oleh sfingter anus internus (yang terdiri dari otot polos) untuk melemes dan rektum serta kolon sigmoid untuk berkontraksi lebih kuat.Apabila sfingter ani eksternus (yang terdiri dari otot rangka) juga melemas terjadi defekasi.Karena otot rangka sfingter ani eksternus berada dibawah kontrol kesadaran.Peregangan awal dinding rektum menimbulkan perasaan ingin buang air besar.Jika keadaan tidak memungkinkan defekasi, defekasi dapat dicegah dengan penguatan sfingter anus eksternus secara segaja walaupun terjadi refleks defekasi.Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus alkalis yang fungsinya adalah untuk melindungi mukosa usus besar dari cedera kimiawi dan mekanis. (Sherwood, 2001)


(21)

2.3. Kanker Kolorektal

2.3.1. Definisi Kanker Kolorektal

Kanker kolorektal ditujukan pada tumor ganas yang berasal dari mukosa kolon atau rektum atau keduanya. (Tao, 2013)

2.3.2. Epidemiologi

Insiden kanker kolorektal di Indonesia cukup tinggi, demikian juga angka kematiannya.Insiden pada pria sebanding dengan wanita. Sekitar 75% di usia muda temukan di rektosigmoid. Di negara Barat, perbandingan insiden lelaki dan perempuan adalah 3 banding 1. Kurang dari 50% kanker kolorektal ditemukan di rektosigmoid, dan merupakan penyakit orang usia lanjut. (Sjamsuhidajat, 2011)

Kanker kolorektal merupakan keganasan ketiga terbanyak didunia dan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat. Diperkirakan dalam tahun 2002 akan ditemukan kasus baru sebanyak 148.300 dengan kematian 56.600. Antara tahun 1973 sampai 1995 di Amerika Serikat. Kematian akibat kanker kolonrektal menurun 20,8% dan insiden juga menurun 7,4%. Angka survival 5 tahun adalah 62,1%. Sekitar 6% penduduk Amerika diperkirakan bisa berkembang kanker kolorektal dalam hidupnya. Risiko untuk mendapatkan kanker kolorektal mulai meningkat setelah umur 40 tahun dan meningkat tajam pada umur 50 sampai 55 tahun, risiko meningkat dua kali lipat setiap dekade berikutnya.

Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi belum ada angka yang pasti berapa insiden kankerkolorektal Sjamsuhidajat (1986) dari evaluasi data-data di Departemen Kesehatan mendapatkan 1,8 per 100.000 penduduk.Tirtosugondo (1986) untuk Kodya Semarang, melaporkan peningkatan kanker kolorektal, dimana Age Standardized Rate (ASR) per 100.000 penduduk untuk laki-laki tahun 1970-1974: 2,5 ; tahun 1980-1981: 3,2 ; sementara untuk wanita tahun 1970-1974: 2,2 ; tahun 1982: 3,4 dan menduduki urutan kelima diantara keganasan yang lain. Angka ini agaknya insiden minimal, karena tidak jarang ada


(22)

kasus yang tidak dilaporkan atau pasien tidak berobat ke rumah sakit.( IKABDI, 2012).

2.4. Polip dan Molekular Pathogenesis.

Kebanyakan dari kanker kolorektal, tanpa memperhatikan etiologinya berasal dari polip adenoma.Polip berupa tonjolan yang tampak jelas dari permukaan mukosa dan dapat diklasifikasikan menurut patologinya sebagai nonneoplasia hamartoma (polip juvenile), hyperplasia mukosa poloferasi (polip hiperplastik) atau polip adenoma.Hanya adenoma yang jelas merupakan premalignansi dan hanya sedikit lessi saja dapat berubah menjadi kanker. Polip adenoma dapat ditemukan pada kolon sebanyak sekitar 30% pada umur pertengahan dan sekitar 50% pada orang tua. Dimana hanya <1% dari polip yang berubah menjadi malignansi.

Nomer dari molekular berubah diperhatikan dalam polip adenoma, lessi displasia dan polip yang menggandung bentuk mikroskopi dari sel tumor (karsinoma in situ), dimana mereka menggambarkan banyak langkah proses dari evolusi dari mukosa kolon normal menjadi karsinoma invasif yang mengancam nyawa. Perkembangan ini termasuk dengan pembentukan kanker, namun tidak membatasi juga. Titik mutasi dalam K-ras protooncogen, hypomethylation of DNA, aktivasi gen, loss of DNA (allelic loss) di daerah tumor-suppresor gen (adenomatosus poplysis coli (APC gen) dari lengan panjang kromosom 5 (5q21), kromosom 18q ( hilang dalam kanker kolorektal gen) kromosom 17p, berhubungan dengan mutasi p53 tumor-supprensor gen. Secara klinis kemungkinan polip adenoma menjadi kanker tergantung pada tonjolan lessi, bentuk histologi, dan ukurannya. ( Robert, 2010).

2.5. Etiologi dan Faktor Resiko 2.5.1. Diet


(23)

menyerang populasi masyarakat ekonomi menengah ke atas di daerah maju. Angka kematian dari kanker kolorektal berhubungan langsung dengan rata-rata konsumsi dari kalori, daging, lemak dan minyak yang meningkatkan konsentrasi dari kolesterol darah dan angka kematian karena penyakit arteri koroner. Perbedaan geografi dalam insiden tidak berhubungan dengan perbedaan genetik, semenjak grup migrasi mengansumsikan insiden kanker usus besar di daerah mereka. Tetapi grup populasi seperti Mormons dan Sevent Day Adventistsyang mempunyai kebiasaan pola hidup dan pola makan yang berbeda dari tetangga mereka memiliki perbedaan signifikan insiden dan angka kematian dari kanker kolorektal. Kanker kolorektal juga meningkat di Jepang semenjak negara nya mengadosi budaya “western” diet. Tiga hipotesis terakhir telah membuktikan hubungan terhadap diet. ( Lango, 2010)

2.5.2. Alkohol dan Rokok

Penelitian prospektif dari laki-laki Jepang di Hawaii berhubungan dengan konsumsi alkohol dan kanker kolorektal, diakibatkan dari konsumsi bir bulanan 15 L atau lebih. Beberapa penelitian mempublikasi hubungan antara rokok dan kanker. Dalam penelitian tersebut tidak terdapat hubungan antara merokok dan kanker kolorektal. Laporan dari Quebec, Canada melaporkan efek dari merokok terhadap resiko kanker kolon berhubungan dengan daerah anatomi.Hubungan positif dari merokok dan kanker kolorektal masih terus di teliti. Tidak ada data yang signifikan antara hubungan merokok dan kanker kolon namun ada asosiasi positif dengan kanker kolon proksimal. (Corman, 2005)

2.5.3. Sindroma Polip

Polip sindrom berbeda dalam manifestasi klinis, patologi, pola dari inhereditas dan predisposisi dari karsinoma.

1. Familial polip (FP) dan sindroma Gardner’s

Kondisi ini biasanya berhubungan dan menunjukkan genetik sindroma yang sama: salah satunya inhereditas dalam pola autosomal dominan. Menyerang individu yang mempunyai banyak polip kolorektal dalam 3 dekade pertama hidupnya. Polip


(24)

jugadapat ditemukan di dalam lambung dan usus halus. Jika kolon tidak direseksi, kemungkinan 100% pasien dapat berubah menjadi kanker. Sindroma Gardner’s dibedakan menjadi osteomas, fibromas dan yang lainnya yang termasuk dalam polip intestinal. Setiap tahun sigmoidoskopi fleksibel harus dimulai sejak umur 10 tahun pada asimptomatis individu yang membawa gen untuk FP. Colonoskopi dapat diindikasikan bila sigmoidoskopi fleksibel normal. Total protokolektomi dengan ileostomi atau prosedur penyelamatan anal spingter di lakukan bila diagnosis FP telah ditegakkan.

2. Sindroma Turcot’s

Kasus ini jarang, polip kolon berasosiasi dengan tumor otak. Kedua pola resesif dan dominan dari transmisi gen telah dijabarkan. Skrining dan pengobatan pada individu yang terkena sama seperti FP.

3. Sindroma Peutz-Jeghers

Dalam sindroma Peutz-Jeghers, intusepsi, obstruksi atau infark dari polip dapat berkembang dengan akibat nyeri abdomen dan pendarahan.Dengan alasan ini, operasi menjadi sebuah indikasi. Karena resiko dari kanker kurang dari 3%, operasi prophilaksis tidak diindikasikan.

Sindroma polip lain tidak berhubungan dengan resiko kanker, kecuali pasien dengan polip juvenile mungkin mempunyai kanker lambung, usus halus, kolon, atau pangkreas. Bagaimanapun pasien dengan sindroma ini mungkin punya komplikasi dari polip seperti pendarahan dan obstruksi. Jika terapi konservatif gagal, wajib dilakukan operasi. (Avunduk, 2002)

2.5.4. Kolitis ulseratif

Sejumlah penelitian mempunyai indikasi dengan pasien kolitis ulseratif punya 2-8,2 resiko relatif dari kanker kolorektal dibandingkan dengan populasi normal, sekitar 2% dari kanker kolorektal. Salah satu faktor yang mempengaruhi resiko individu adalah durasi dari kolitis – berakumulasi dengan meningkatnya kanker kolorektal 5% pada usia 15 tahun dan 8-13% pada usia 25 tahun. Luas


(25)

dari kanker juga penting.Pasien dengan keterlibatan kolon tranversum dan kolon kanan meningkatkan resiko kanker kolorektal (resiko relatif pada pasien ini 15 dibanding dengan populasi normal). Koeksitas primary sklerosing cholangitis meningkatkan resiko relatif dari kolitis ulseratif asosiasi dengan neoplasia (UCAN) 3-15%. Tambahan, high grade displasia dalam random rektosigmoid biopsi asosiasi dengan unsuspek kanker di kolektomi dalam 33% pasien. (KEER, 2001)

2.6. Gambaran Klinis

Gejala klinis kanker pada kolon kiri berbeda dengan kanan. Kanker pada kolon kiri sering bersifat skirotik sehingga lebih banyak menimbulkan stenosis dan obstruksi, terlebih karena fesesnya sudah menjadi padat. Pada kanker kolon kanan, jarang terjadi stenosis dan feses masih cair sehingga tidak ada faktor obstruksi.

Gejala dan tanda dini kanker kolorektal tidak ada. Umumnya, gejala pertama timbul karena penyulit, yaitu gangguan faal usus, obstruksi, pendarahan atau akibat penyebaran.

Kanker kolon kiri dan rektum menyebabkan pola defekasi, seperti konstipasi atau defekasi dengan tenesmi. Makin ke distal letak tumor, feses makin menipis seperti kotoran kambing atau lebih cair disertai darah atau lendir. Tenesmi merupakan gejala yang biasa didapat pada kanker rektum. Pendarahan akut jarang dialami, demikian juga nyeri di daerah panggul berupa tanda penyakit lanjut. Bila pada obstruksi penderita dapat flatus, penderita akan merasa lega.

Gambaran klinis tumor sekum dan kolon asendens tidak khas. Dispepsia, kelemahan umum, penurunan berat badan dan anemia merupakan gejala umum. Oleh karena itu penderita sering datang dalam keadaan menyedihkan.

Nyeri pada kolon kiri lebih nyata dari pada kolon kanan. Tempat yang di rasa nyeri berbeda karena asal embriogenik yang berlainan, yaitu dari usus tengah dan usus belakang. Nyeri dari kolon kiri bermula di bawah umbilikus, sedangkan dari kolon kanan di epigastrium. (Sjamsuhidajat, 2011)


(26)

2.7. Stadium

Abrams mencoba menghubungkan ukuran tumor, ada atau tidaknya ulserasi dan derajat differensiasi dengan stadium akhir berdasarkan pembagian Dukes. Ulserasi keseluruhan tumor merupakan faktor penentu prognostik yang penting, di mana 63% karsinoma nonulserasi secara patologis terbatas hanya pada dinding usus , dibanding dengan hanya 28% pada karsinoma dengan lesi ulserasi.

Sistem pembagian stadium berdasarkan klinis lainnya dibuat oleh suatu kelompok dari RS Princess Margaret di Toronto berdasarkan beberapa variabel prognostik, misalnya : ada atau tidak adanya metastasis, apakah tumor tersebut melekat atau mobil, apakah bentuknya anular dan apakah terdapat gejala klinis seperti penurunan berat badan, anoreksia, lemah dan anemia.

Variabel - variabel ini digunakan untuk menentukan 4 kelas secara klinis :  Kelas I : tidak ada satupun variabel-variabel tersebut di atas.

 Kelas II : tumor berbentuk anular atau adanya gejala sistemik.  Kelas III : tumor sudah melekat.

 Kelas IV : sudah terdapat metastasis.

Angka kelangsungan hidup 5 tahun penderita sangat berhubungan dengan pembagian kelas-kelas ini dan pembagian stadium berdasarkan Dukes, tetapi tidak ada hubungan antara stadium klinis dengan system Dukes. Mobilitas tumor merupakan faktor preoperasi yang paling penting yang berhubungan dengan reseksi kuratif.

Pembagian stadium secara klinikopatologi di Australia menggabungkan baik gambaran sistemik, stadium patologi dan stadium klinis, berdasarkan hanya pada karakteristik tumor lokal. York-Mason mengusulkan penggunaan sistem stadium klinis berdasarkan mobilitas tumor primer, yaitu:

 Stadium Klinis I : tumor bergerak bebas.  Stadium Klinis II : tumor masih mobil.


(27)

 Stadium Klinis III : tumor dengan gerakan yang terbatas.  Stadium IV : tumor yang sudah terfiksasi.

Stadium klinis I-II meliputi pasien - pasien yang masih dapat dilakukan eksisi lokal kuratif. Hasil terapi pembedahan pada karsinoma rektum dinilai dari ekstensi penyebarannya. Klasifikasi berdasarkan penyebaran ini pertama kali diajukan oleh Dukes pada tahun 1930, di mana dinilai berdasarkan ekstensi penyebaran langsung dan adanya metastasis ke sistem limfatik. Dibagi menjadi 3 kategori :

 Stadium A : pertumbuhan ke arah dinding rektum di mana tidak mengarah ke Jaringan di luar rektum dan sistim limfatik

 Stadium B : pertumbuhan menye-bar ke arah jaringan di luar rektum, tetapi tidak mengenai sistim limfatik

 Stadium C : pertumbuhan sudah mengenai sistim limfatik

Pada tahun 1967 Turnbull dan kawan-kawan menambahkan stadium D untuk adanya metastasis jauh. Sistem klasifikasi yang kemudian digunakan adalah sistem Astler - Coller yang diperkenalkan pada tahun 1954 dan kemudian direvisi tahun 1978, berdasarkan atas kedalaman invasi tumor, keterlibatan kelenjar getah bening, adanya metastasis jauh, yaitu :

 Stadium A : hanya terbatas pada lapisan mukosa

 Stadium B : sudah masuk dalam lapisan muskularis propria (B1), masuk dalam lapisan subserosa (B2), masuk sampai ke struktur-struktur yang berdekatan (B3)  Stadium C : bila sudah ada keterlibatan kelenjar (C1 sampai C3)

 Stadium D : bila sudah ada metastasis baik secara limfatik atau hematogen

Pada tahun 1987 American Joint Committee on Cancer dan International Union against Cancer memperkenalkan sistem klasifikasi TNM (Tumor, Kelenjar, Metastasis ) di mana ekstensi tumor (T) dibagi atas T1 s/d T4; adanya keterlibatan kelenjar (N) dibagi atas : N1 bila < 4 kelenjar, N2 bila > 4 kelenjar, N3


(28)

bila terdapat kelenjar sepanjang pembuluh darah; adanya metastasis jauh (M1). (IKABDI, 2012)

Tabel 2.1. Stadium dan Prognosis kanker kolorektal

Stadium Deskripsi Histopatologi

Dukes TNM Derajat

A T1N0M0 I Kanker terbatas

pada mukosa/ submukosa

B1 T2N0M0 I Kanker mencapai

muskularis

B2 T3N0M0 II Kanker cenderung

untuk masuk atau melewati lapisan serosa

C TxN1M0 III Tumor melibatkan

Kelenjar Getah Bening Regional

D TxNxM1 IV Metastasis

2.8. Gambaran Histopatologi

Secara histologinya kanker dapat terbagi menjadi well differentiated, moderately differentiated dan poor differentiated.Tumor dapat memproduksi begitu banyak mukus sehingga mendorong salah satu sisi dari sel, menghasilkan gambaran signet ring. Tipe terakhir ini masih di perdebatkan untuk melihat hasil dari prognosisnya. Minsky telah meneliti insidensi dan kira - kira manifestasi klinis


(29)

pada pasien kanker kolorektal. Dia menemukan bahwa koloid karsinoma tidak mempunyai faktor prognosis untuk bertahan hidup, namun percaya bahwa itu seharusnya di laporkan bersama dengan hasil pola histologi untuk memahami bagaimana riwayat naturalnya. Umumnya semakin menuju ke tumor poorly differentiated semakin invasif dari waktu diagnosisnya, dan semakin invasive tumor, maka semakin buruk prognosisnya. ( Corman, 2005)


(30)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:

Kanker Kolorektal Sosio demografi

Lokasi Kanker Stadium Kanker Gambaran Histopatologi


(31)

3.2 Defenisi Operasionil

Tabel 3.1 Variabel dan Definisi Operasionil Penelitian

Variabel Definisi Operasional

Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur

Umur Usia subjek penelitian pada saat ditemuka n kanker kolorektal yang dinyatakan dalam tahun. Penggolonga n usia berdasarkan criteria Departemen Kesehatan (Depkes, 2012) Data Rekam Medik Melihat data rekam medik Umur dengan kategori:

- Remaja Awal (12-16)

- Remaja Akhir (17-25)

- Dewasa Awal (26-35)

- Dewasa Akhir (36-45)

- Lansia Awal (46-55)

- Lansia Akhir (56-65)

- Manula (>65)

Rasio Jenis Kelamin Jenis kelamin penderita kanker kolorektal Data Rekam Medik Melihat data rekam medik

Jenis Kelamin : - Laki-laki - Perempuan

Nominal Lokasi Kanker Tempat ditemuka n Data Rekam Melihat data rekam Lokasi Kanker - Saekum Nominal


(32)

kanker kolorektal

Medik medik - Kolon asenden - Kolon transversum - Kolon desenden - Kolon sigmoid - Rektum Stadium Klinis Tingkat keparahan penyakit saat pertama sekali ditemuka n. Data Rekam Medik Melihat data rekam medik

Stadium Klinis : - Stadium I - Stadium II - Stadium III - Stadium IV

Ordinal Gambaran Histopatologi hasil histologi penampang jaringan dari biopsi, reseksi, ataupun keduanya jaringan kanker kolorektal. Data Rekam Medik Melihat data rekam medik Hasil Patologi Anatomi

- Adeno ca well differentiated - Adeno ca moderately - Adeno ca poor differentiated -Adeno musinous

-Signet ring cell


(33)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah bersifat deskriptif yaitu dengan desain cross sectional, dimana peneliti akan mendeskripsikan bagaimana karakteristik kanker kolorektal di RSUP Haji Adam Malik.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik. Hal ini disebabkan karena RSUP Haji Adam Malik adalah Rumah Sakit Rujukan tipe A. Penelitian dilakukan sejak bulan Juli 2014 sampai bulan Oktober 2014.

4.3 Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh data rekam medik pasien kanker kolorektal yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan periode Januari 2011 hingga 31 Desember 2013

Sampel dalam penelitian diambil dengan metode total sampling, dimana seluruh populasi akan diambil sebagai sampel.

4.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari pencatatan rekam medik pasien kanker kolorektal yang rawat inap di RSUP. Haji Adam Malik Medan periode 01 Januari 2011 hingga 31 Desember 2013. Data dicatatsesuai dengan variabel yang diteliti.


(34)

4.5 Teknik Analisa Data

Data yang telah di kumpul di catat dan di deskripsikan menggunakan program statistis berbasis windows. Data kemudian di distribusikan secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.


(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di RSUP Haji Adam Malik yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Medan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah dengan kategori kelas A dan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien provinsi dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/ Menkes/ IX/ 1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Sampel penelitian didapatkan dari logbook bedah digestif di Departemen Instalasi Bedah Pusat di RSUP Haji Adam Malik.Data yang diambil dari logbook tersebut diambil berupa nomor rekam medis pasien kanker kolorektal yang telah dilakukan operasi di ruang bedah.Terdapat sebanyak 110 rekam medis pasien kanker kolorektal.Data yang diamati berupa umur, jenis kelamin, lokasi kanker, stadium klinis dan gambaran histopatologi.


(36)

Tabel 5.1. Deskripsi Karakteristik Sampel Umum

No Karakteristik N %

1. Umur

Remaja Awal (12-16) 1 0.9

Remaja Akhir (17-25) 1 0.9

Dewasa Awal (26-35) 8 7.3

Dewasa Akhir (36-45) 25 22.7 Lansia Awal (46-55) 27 24.5 Lansia Akhir (56-65) 29 26.4

Manula (>65) 19 17.3

Total 110 100.0

2. Jenis Kelamin

Laki-laki 48 43.6

Perempuan 62 56.4

3. Lokasi Kanker

Saekum 8 7.3

Kolon Asenden 5 4.5

Kolon Transversum 6 5.5

Kolon Desenden 5 4.5

Kolon Siqmoid 17 15.5

Rektum 69 62.7

Total 110 100.0

4. Stadium Klinis

Stadium I 3 2.7

Stadium II 63 57.3

Stadium III 18 16.3


(37)

5 Gambaran Histopatologi

Adeno ca well differentiated 35 42.2 Adeno ca moderately differentiated 31 41.3 Adeno ca poor differentiated 4 5.3

Adeno mucinous ca 5 6.7

Adeno signet ca 0 0

Total 75 100.0

Pada tabel 5.1 didapatkan pasien kanker kolorektal paling banyak dijumpai pada kelompok umur lansia akhir (56-65 tahun) yaitu 29 orang (26.4%), kemudian diikuti kelompok umur lansia awal (46-55 tahun) yaitu 27 orang (24.5%), kelompok umur dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu 25 orang (22.7%), kelompok umur manula (>65 tahun) yaitu 19 orang (17.3%), kelompok umur dewasa awal yaitu 8 orang (7.3%). Kelompok umur yang paling sedikit dijumpai kejadian kanker kolorektal pada kelompok umur remaja awal (12-16 tahun) dan kelompok umur remaja akhir (17-25tahun) yaitu 1 orang (0.9%).

Pada tabel 5.2 didapatkan data bahwa insidensi kanker kolorektal paling banyak dijumpai pada jenis kelamin perempuan yaitu 62 orang (56.4%), sedangkan pada laki-laki yaitu 48 orang (43.6%).

Berdasarkan tabel 5.3 didapatkan data bahwa pasien kanker kolorektal paling banyak dijumpai pada rektum yaitu 69 orang (62.7%), kemudian diikuti kolon sigmoid yaitu 17 orang (15.5%), saekum yaitu 8 orang (7.3%), kolon transversum yaitu 6 orang (5.5%) dan paling sedikit dijumpai pada kolon asenden dan kolon desenden yaitu 5 orang (4.5%).

Berdasarkan tabel 5.4 didapatkan pasien data bahwa kanker kolorektal paling banyak dijumpai pada stadium II yaitu 63 orang (57.3%), stadium IV yaitu 26 orang (23.7%), stadium III yaitu 18 orang (16.3%) dan stadium I hanya dijumpai 3 orang (2.7%).


(38)

Pada tabel 5.5 dari 110 sampel yang ada, hanya di dapatkan 83 gambaran histopatologi. Gambaran histopatologi pasien kanker kolorektal yang paling banyak dijumpai adalah adeno ca well differentiated yaitu 35 orang (46.7%), kemudian adeno ca moderately differentiated yaitu 31 orang (41.3%), adeno musinous ca terdapat 5 orang (6.7%), adeno ca poor differentiated sebanyak 4 orang (5.3%) dan tidak terdapat gambaran adeno signet ca.

5.2. Pembahasan

Insidensi kanker kolorektal meningkat seiring peningkatan umur, diagnosa kanker kolorektal akan meningkat setelah umur 40 tahun dan akan meningkat tajam pada umur 50 tahun ke atas (Haggar and Boushey, 2009). Pada tabel 5.1 terlihat peningkatan pasien yang cukup tinggi pada umur dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu 25 orang (22.7%).Pada kelompok lansia awal juga terdapat peningkatan yaitu 27 orang (24.5%).Angka insidensi yang paling sering terjadi pada kelompok lansia akhir (56-65 tahun) yaitu 29 orang (26.4%).

Hasil yang serupa juga didapatkan dari beberapa penelitian lainnya. Penelitian Aleq (2009) di RSUP Hasan Sadikin Bandung mendapati 38% pada umur 46-55 tahun, diikuti dengan 32% pada umur 56-65 tahun dan 16 % pada umur 36- 45 tahun. Penelitian lainnya dilakukan oleh Disyah (2013) di RSU DR. Soedarso Pontianak, terdapat 17 orang (24.3%) pada umur 62-70 tahun, umur 44-52 tahun terdapat 15 orang (21.4%), umur 53-61 tahun terdapat 14 orang (20.0%) dan umur 35-43 tahun terdapat 11 orang (15.7%). Pada penelitian Bianca et al (2013) di beberapa daerah di Brazil terdapat 220 orang (73.5%) pada umur di atas 50 tahun.

Terdapat beberapa penelitian lainnya yang sebelumnya telah dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik Medan. Zendrato (2009) meneliti pada kasus yang terdapat pada tahun 2005-2007 terdapat 138 orang, dimana 101 orang (73.2%) berada pada umur di atas 40 tahun. Ramachandam (2010) meneliti kasus yang terdapat sejak Juni


(39)

2008 – Desember 2009 paling banyak dijumpai 28 orang (29.8%) pada umur 50-59 tahun.

Dari hasil penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa kanker kolorektal meningkat pada umur 40 tahun, dan paling banyak dijumpai pada umur 50 tahun ke atas. Hal ini dikaitkan dengan pajanan terhadap berbagai karsinogen dan gaya hidup. Di Indonesia, seperti yang terdapat pada laporan regristrasi kanker nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat Pelayanan Medik Departemen Kesehatan bekerja sama dengan Perhimpunan Patologi Anatomi Indonesia. Didapati kecenderungan untuk umur yang lebih muda dibandingkan dengan negara barat.Untuk umur di bawah 40 tahun data dari bagian Patologi Anatomi FKUI didapatkan angka 35.2% (Murdani Abdullah, 2009).

Pada tabel 5.1 terdapat beberapa kasus kanker kolorektal yang ditemukan pada umur yang tergolong muda.Pada umur remaja awal (12-16 tahun) terdapat 1 orang (0.9%), umur remaja akhir (17-25 tahun) terdapat 1 orang (0.9%) dan dewasa awal (26-35 tahun) terdapat 8 orang (7.3%).Hal ini cukup menjadi perhatian mengingat kanker kolorektal selama ini lebih dikenal dengan penyakit pada umur lanjut.Penyebab karsinoma kolorektal yang paling sering pada umur muda di negara berkembang seperti Indonesia adalah HNPCC (Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer) (Sudoyo et al, 2010).Sebanyak 25 persen pasien dengan kanker kolorektal mempunyai riwayat keluarga penyakit tersebut, menunjukkan predisposisi herediter (Thomas et al, 2000).

Berdasarkan tabel 5.2 tidak terdapat perbedaan yang terlalu mencolok antara pasien kanker kolorektal perempuan yaitu 62 orang (56.4%) dan laki-laki yaitu 48 orang (43.6%). Hasil yang serupa juga ditemukan pada penelitian Aleq (2009) di RSUP Hasan Sadikin Bandung.Pada penelitiannya didapati 90 orang (55%) berjenis kelamin perempuan dan 73 orang (45%) laki-laki. Pada penelitian Zlobec et al (2009) ditemukan perempuan terdapat 215 orang (53.6%) dan laki-laki 186 orang (46.4%).


(40)

Pada penelitian Bianca et al (2013) ditemukan jumlah pasien kanker kolorektal perempuan sebanyak 194 orang ( 64.2%) dan sebanyak laki-laki 108 orang (35.8%).

Penelitian yang sedikit berbeda oleh Disyah (2013) di RSU DR. Soedarso Pontianak medapatkan pasien kanker kolorektal laki-laki sedikit lebih banyak dibanding dengan perempuan.Terdapat 37 orang (52.8%) laki-laki dan 33 orang (47.2%) perempuan. Pada penelitian Rahmawati et al (2013) dari bagian Patologi Anatomi Universitas Hasanuddin didapati jumlah pasien kanker kolorektal laki-laki 41 orang (57.7%) dan perempuan 30 orang (42.3%).

Di negara barat perbandingan insidensi kanker kolorektal antara laki-laki dengan perempuan adalah 3 berbanding 1.Insidensi di Indonesia sendiri pada laki-laki sebanding dengan perempuan (Sjamsuhidajad, 2010).Angka insidensi pada perempuan yang sedikit lebih tinggi diduga disebabkan oleh pertumbuhan jumlah peningkatan angka sex rasio pada perempuan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.Walaupun masih didapati sex rasio pada pria dan wanita di dunia (Census, 2014) maupun di Indonesia tidak terlalu jauh berbeda (BPS, 2013).

Perbedaan insidensi pada negara barat dan Indonesia disebabkan oleh perbedaan pola makan, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, dan kebiasaan mengkonsumsi serat.Di negara barat laki-laki lebih banyak mengkonsumsi daging-daging berlemak yang merupakan faktor resiko penyebab dari kanker kolorektal (Nicholas et al, 2012).Penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa lemak hewani, terutama dari sumber daging merah berpengaruh pada kejadian kanker kolorektal (Mudarni Abdulah, 2009).Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, tidak terdapat perbedaan pola makan daging berlemak antara laki-laki dan perempuan.

Sekitar 70-75% kanker kolorektal terletak pada rektum dan sigmoid.Keadaan ini sesuai dengan lokasi polip kolitis ulserosa dan kolitis amuba kronik (Sjamsuhidajad, 2010).Polip kolon pada semua keadaan jarang terdapat sebelum pubertas namun biasanya terdapat pada individu yang terkena pada umur 25


(41)

tahun.Jika tidak diobati dengan pembedahan, kanker kolorektal dapat berkembang pada semua pasien sebelum umur 40 tahun.( Robert, 2000)

Pernyataan diatas sesuai dengan hasil yang didapatkan pada tabel 5.3. Pasien kanker kolorektal paling banyak dijumpai pada daerah rektum yaitu 69 orang (62.7%) dan kolon sigmoid sebanyak 17 orang (15.5%).

Penelitian yang serupa oleh penelitian Aleq (2009) di RSUP Hasan Sadikin Bandung terdapat 73 orang (71%) mempunyai kanker kolorektal pada daerah rektum. Penelitian yang dilakukan oleh Disyah (2013) di RSU DR. Soedarso Pontianak juga mendapati hasil yang serupa.Terdapat 30 orang (42.9%) mempunyai kanker kolorektal pada daerah rektum. Hasil penelitian Zendrato (2009) di RSUP Haji Adam Malik , terdapat 83 orang ( 60.1%) mempunyai kanker kolorektal di daerah rektum.

Prognosis untuk individu yang mempunyai kanker kolorektal sangat berhubungan dengan stadium kanker yaitu kedalaman penetrasi tumor ke dalam dinding usus, adanya keterlibatan kelenjar getah bening regional dan metastasis jauh (Robert, 2000).Terdapat berberapa pengolongan stadium untuk kanker kolorektal. Diantaranya adalah Duke’s system, stadium RS Princess Marqavet di Toronto, Stadium dari York-Mason dari Australian, American Joint Commite on Cancer and Internasional Union Agains Cancer mengeluarkan sistem TNM (Tumor, Kelenjar, Metastasis). (IKABDI, 2012)

Pada tabel 5.4 didapatkan stadium yang paling banyak adalah stadium II yang sama dengan Duke’s B2 ataupun T3N0M0. Terdapat sebanyak 63 orang (57.3%) pada stadium II. Stadium juga sangat berhubungan dengan bagaimana terapi yang akan dijalani oleh pasien. Pasien dengan stadium II, berarti kanker telah cenderung untuk masuk atau melewati lapisan serosa dan belum ada dijumpai metastasis ke kelenjar getah bening ataupun metastasis jauh. Pengobatan yang paling efektif adalah dengan cara pembedahan. Bedah kuratif dilakukan bila tidak ditemukan penyebaran lokal maupun tumor jauh (Sjamsuhidajad, 2010).Tindakan bedah dipilih sesuai


(42)

dengan lokasi kanker ditemukan. Angka kelangsungan hidup 5 tahun pasien stadium II juga masih cukup tinggi yaitu 85% . (AJCC, 2013)

Pada tabel 5.4 terlihat stadium IV ataupun metastasis jauh sebagai stadium kedua terbanyak dengan 26 orang (23.7%).Dikuti stadium III ataupun metastasis kelenjar getah bening sebanyak 18 orang (16.3%). Hal ini sangat berpengaruh pada pengobatan yang akan dijalanin dan angka kelangsungan hidup 5 tahun pasien kanker kolorektal. Kemoterapi pada pasien dengan kanker kolorektal lanjut terbukti hanya bermanfaat terbatas.Sejak pengenalannya kedalam penelitian klinis lebih dari 25 tahun yang lalu, 5-fluorourasil (5-FU) tetap merupakan pengobatan yang paling efektif untuk penyakit ini (Robert, 2000).Sedangkan untuk angka kelangsungan hidup 5 tahun untuk stadium IV adalah <5% dan untuk stadium III adalah 35-65%. (AJJC, 2013)

Pada tabel 5.4 hanya terdapatnya 3 orang (2.7%) pasien kanker kolorektal pada stadium I atau stadium awal. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat tentang tanda dan gejala dari kanker kolorektal.Serta masih sedikitnya upaya dalam melakukan pemeriksaan dini kanker kolorektal di Indonesia khususnya di wilayah Sumatra Utara.Padahal angka kelangsungan hidup untuk stadium I masih sangat tinggi yaitu 80-97%. (AJCC, 2013)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Aleq (2009) di RSUP Hasan Sadikin Bandung, stadium yang terbanyak adalah stadium III sebanyak 45 orang (43.7%), stadium II sebanyak 27 orang (26.2%), stadium I sebanyak 20 orang (19.4%) dan stadium IV sebanyak 11 orang (10.7%). Penelitian yang dilakukan oleh Zlobec et al (IJC, 2009) di kelompokkan menurut grading TNM, T1-T2 (stadium I) terdapat 83 (21%), T3-T4 ( stadium II, III ataupun IV) sebanyak 312 orang (79%). Menurut N atau metastasis kelenjar getah bening dibagi N0 sebanyak 202 orang (52%) dan N1-2 sebanyak 186 orang (47.9%).

Pada tabel 5.5 kita dapat melihat distribusi gambaran histopatologi yang paling sering dijumpai adalah adeno ca well differentiated sebanyak 35 orang


(43)

(46.7%), diikuti adeno ca moderately differentiated sebanyak 31 orang (41.3%). adeno ca mucinous 5 orang (6.7%) , adeno ca poor differentiated 4 orang (5.3%).

Hal yang serupa didapatkan pada penelitian Aleq (2009) di RSUP Hasan Sadikin Bandung, dari 163 kasus hanya terdapat 93 gambaran histopatologi. Gambaran terbanyak adalah adeno ca well differentiated sebanyak 53orang (57%). Pada penelitian Rahmawati et al (2013) dari bagian Patologi Anatomi Universitas Hasanuddin juga didapati hasil yang menyerupai, terdapat 20 orang (28.2%) dengan gambaran histopatologi adeno ca well differentiated dan adeco ca moderately differentiated. Sebanyak 16 (22.5%) orang dengan gambaran adeno carsinoma dan 15 orang (21.1%) dengan gambaran adeno ca poor differentiated. Pada penelitian Zlobec et al (IJC, 2009) gambaran histologi terbagi 2 yaitu adenoma mucinous sebanyak 30 orang dan 374 orang (92.6%) dengan gambaran yang lainnya.

Kolon terdiri atas membran mukosa tanpa adanya lipatan kecuali bagian rektum.Pada kolon terdapat banyak kelenjar yang salah satu fungsinya untuk memproduksi mukus (Junqueira, 2007).Karena terdiri dari kelenjar, maka penamaan kanker pada kolorektal disebut juga adeno karsinoma. Gambaran histopatologi mempengaruhi prognosis dari penyakit, semakin buruk histologinya, maka semakin buruk juga prognosis pasien.


(44)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Distribusi pasien kanker kolorektal yang paling banyak adalah lansia akhir (56-65 tahun), lansia awal (46-55 tahun) dan dewasa akhir (36-45 tahun). 2. Distribusi pasien kanker kolorektal dengan jenis kelamin perempuan sedikit

lebih banyak dibandingkan dengan jenis kelamin laki-laki.

3. Distribusi lokasi kanker kolorektal yang terbanyak adalah daerah rektum. 4. Distribusi pasien kanker kolorektal berdasarkan stadium klinis yang terbanyak

adalah stadium II diikuti dengan stadium IV.

5. Distribusi pasien kanker kolorektal berdasarkan gambaran histopatologi yang terbanyak adalah adeno ca well differentiated, diikuti adeno ca moderately differentiated.

6.2. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut mengenai hubungan kanker kolorektal dengan faktor resiko lain seperti makanan dan faktor keturunan.

2. Perlunya peran aktif instasi kesehatan untuk memberikan informasi kepada masyarakat mengenai faktor resiko, tanda dan gejala kanker kolorektal sehingga diharapkan adanya upaya masyarakat untuk menghindari faktor resiko kanker kolorektal dan memeriksakan diri jika ditemui salah satu tanda dan gejala dari kanker kolorektal.

3. Perlunya dilakukan deteksi dini pada kelompok umur rentan di atas 40 tahun seperti pemeriksaan colok dubur, kolonoskopi, maupun fecal occult blood test setiap 5 tahun sekali, terutama bagi individu dengan riwayat keluarga terkena kanker kolorektal.


(45)

4. Diharapkan RSUP Haji Adam Malik meningkatkan kualitas data rekam medik, baik klinis maupun nonklinis.


(46)

DAFTAR PUSTAKA

Avunduk, C., 2002. Manual of Gastroenterology: Diagnosis and therapy. Edisi 3 bab V, 38.

Barrett, E. K., 2005. Lange Gastrointestinal Physiology Series. USA: McGraw-Hill Companies.

Brunicardi, F. C., 2010. Schwartz’s Principal of Surgery. Edisi 9. USA: Mc.Graw-Hill Companies.

Cassidy, J., Johnston, P., Custem, E. V., 2007. Colorectal Cancer. New York: Informa health care.

Corman, M. L., 2005. Colon and Rectal Surgergy.Edisi 5.Lippincott Williams&Wilkins.

Debas, H. T., 2004. Gastrointestinal Surgery Pathophisiology and Management.Springer.

Green, J, et al., 2012. Menopausal hormone therapy and risk of gastrointestinal cancer: Nested case- control study within aprosective cohort, and metaanalisis. Int J Cancer: 130, 2387-2396

Guyton, A. C. & Hall, J. E., 2006.Textbook of Medical Physiology. Edisi 11 Philadelphia, PA, USA : Elsevier Saunders. 788-790, 813-818.

Huxley, R. R, et al., 2009.The impact of dietary and life style risk factor on risk of colorectal cancer: A quantitative overview of the epidemiological evidence. Int J Cancer ; 125, 171-180.

IKABDI, 2004.Pengelolaan Karsinoma Kolorektal.

Junqueira, C. L & Carneiro, J., 2007.Histologi Dasar Teks & Atlas.Edisi 10. Jakarta: EGC, 305-307.

Keshav, S., 2004.The Gastrointestinal System at a Glance. London: Blackwell Science.


(47)

Khuhaprema, T & Srivatanakul, P., 2008.Colon and rectum cancer in Thailand: An

Overview. Jpn J Clin Oncol (di uduh dari

akses tanggal 25 Maret 2014.

Kochman, M. L., 2005. The clinican’s guide to gastrointestinal oncology. USA: SLACK Incorperated 141-183.

Longo, L. D & Fauci, S. A., 2010.Harrison’s Gastroenterology And Hepatology , 500-515.

Tao, L & Kendall, K., 2013.Synopsis Organ System Gastrointestinal. Tangerang Selatan: Karisma Publishing Group. 174-181

McCulloch, P., Karpeh, M. S., Kerr, D. J., Ajani, J., 2007. Gastrointestinal oncologi evidence and analisis.

Ollberding, J. Nicholas, dkk ., 2012. Meat consumsion,heterocyclic amine and colorectal cancer. Int J Cancer, 130: 2475-2483.

Ollberding, J. Nicholas, dkk., 2011. Racial/ ethnic difference in colorectal cancer risk: the multhiethnic cohort study. Int J Cancer, 129: 1899-1906.

Saltz, L. B., 2007. Colorectal Cancer Evidance Based Chemotherapy Strategis..Humana press.

Sands, L. R., Sands, D. R., 2009.Ambulatory Colorectal Surgery. New York: Informa health care

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC, 582-588.

Sjamsuhidajat, R. & Jong, W.D., 2011.Buku Ajar Ilmu Bedah.Edisi 3. Jakarta: EGC, 646-663.

Toyada, Y., Nakayama, T., Ito, Y., Loka, A., Tsukuma,H., 2009. Trends colorectal cancer incidence by subsite in Osaka, Japan. Jpn J Clin Oncol (di uduh dari


(48)

rawat inap di RSUP H. Adam Malik Tahun 2005-2007. (di uduh dari:

Yamada, T., 2009.Text Book of Gastroenterologi.Edisi 5.

Di akses tanggal 25 Maret 2014.


(49)

RIWAYAT HIDUP PENELITI

Nama : Fifi Florensia

Tempat /Tanggal lahir : Pekanbaru, 05 September 1993 Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Katolik

Alamat : Villa Setiabudi Sentosa Blok B No.11 Pasar 2 Tanjung Sari Medan

No HP : 085271732850

Orang Tua : Ayah : Anton K. Tanusaputra Ibu : Cornelia Halim

Riwayat Pendidikan

1. SD Santa Maria Pekanbaru 1999 - 2005 2. SMP Santa Maria Pekanbaru 2005 - 2008 3. SMA Negri 9 Pekanbaru 2008 - 2011 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara 2011 - Sekarang

Riwayat Organisasi


(50)

Riwayat Kepanitiaan

1. Panitia LKMM FK USU 2013

2. Panitia Pengabdian Masyarakat FK USU 2013 3. Panita Porseni FK USU 2013


(51)

(52)

(53)

Data Induk

1 39 lk Rectum 4 Moderately Adeno Ca

2 30 pr Rectum 2 poorly differentiated adeno ca 3 64 pr Rectum 2 Colitis Kronik

4 64 pr Sigmoid 2 Well differentiated adeno ca 5 45 lk Desenden 4 well differentiated adeno ca 6 45 pr Rectum 2 tidak di temukan

7 47 pr Rectum 2 radang kronis

8 59 lk Asenden 4 Well differentiated adeno ca 9 40 lk Rectum 2 Well differentiated adeno ca 10 70 pr Transversum 2 tidak di temukan

11 78 pr Rectum 2 Well differentiated adeno ca 12 74 pr Rectum 2 Fecaloma

13 55 lk Sigmoid 2 moderately adeno ca 14 57 pr Rectum 3 Moderately Adeno Ca 15 50 pr Caecum 2 Well differentiated adeno ca 16 43 lk Rectum 3 well differentiated adeno ca 17 59 lk Rectum 2 well differentiated adeno ca 18 69 lk Transversum 2 Well differentiated adeno ca 19 58 pr Rectum 2 tidak di temukan

20 68 lk Rectum 2 Well differentiated adeno ca 21 20 pr Sigmoid 3 colistik cronik

22 62 lk Rectum 2 tidak di temukan 23 54 lk Transversum 3 mucinous adeno ca 24

57 lk Rectum 2

Moderately diferentiated adeno ca

25 51 lk Transversum 2 well diferentiated adeno ca 26 70 lk Rectum 2 tidak di temukan

27 47 pr Desenden 2 tidak di temukan

28 46 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 29 46 lk Rectum 2 Moderate adeno ca

30 53 pr Rectum 2 tidak di temukan 31 16 pr Rektum 4 mucinous adeno ca 32 45 lk Rectum 2 moderately adeno ca 33 74 pr Rectum 2 tidak di temukan

34 55 pr Rectum 2 well diferentiated adeno ca 35 51 lk Sigmoid 2 moderately adeno ca


(54)

36 61 pr Rectum 2 tidak di temukan 37 46 pr Caekum 1 tidak di temukan

38 56 lk Rektum 2 well differentiated adeno ca 39

43 pr Sigmoid 2

moderately differentiated adeno ca

40 42 lk Caecum 2 well diferentiated adeno ca 41

59 pr Asended 4

Well diferentiated adeno carsinoma

42

57 pr Rectum 2

leiomyma dengan proses peradangan

43 43 pr Sigmoid 3 tidak di temukan 44 62 lk Rectum 2 tidak di temukan 45

70 lk Sigmoid 4

moderately differentiatied adeno ca

46 34 lk Sigmoid 4 tidak di temukan 47

40 lk Rectum 3

moderately differentiated adeno ca

48 41 lk Caecum 4 tidak di temukan

49 48 lk Asenden 4 well differentiated adeno ca 50

41 pr Rectum 4

moderatelly differentiated adeno ca

51 65 pr Rectum 4 tidak di temukan

52 64 lk Rectum 4 well differentiated adeno ca 53 64 pr Caekum 2 well differentiated adeno ca 54 75 lk Rectum 3 tidak di temukan

55 46 pr Caecum 2 tidak di temukan 56

44 pr Rectum 4

moderately differentiated adeno ca

57 43 lk Sigmoid 2 well differentiated adeno ca 58 48 pr Rectum 3 moderately adeno ca

59 72 pr Asenden 2 well differentiated adeno ca 60 35 lk Desenden 4 mucinous adeno ca

61

77 lk Sigmoid 4

moderatelly differentiated adeno ca

62

60 pr Sigmoid 2

moderately differentiated adeno ca

63

36 lk Rectum 2

moderately differentiated adeno ca

64

50 pr Sigmoid 4

moderately differentiated adeno ca


(55)

65

50 pr Rectum 4

moderately differentiated adeno ca

66 54 pr Rectum 1 well diferentiated adeno ca 67 63 pr Asenden 2 radang kronik

68

50 pr Sigmoid 2

moderately differentiated adeno ca

69 38 lk Desenden 4 well differentiated adeno ca 70

55 lk Rectum 2

moderately differentiated adeno ca

71 41 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 72 69 lk Rectum 2 mucinous adeno ca

73 40 lk Rectum 2 tidak di temukan

74 43 lk Desenden 2 well differentiated adeno ca 75 57 pr Rectum 2 poorly differentiated adeno ca 76 52 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 77 62 pr Rectum 4 tidak di temukan

78 31 lk Caecum 3 Radang kronis non spesifik 79 60 pr Rectum 1 well differentiated adeno ca 80 71 lk Rectum 2 Radang Kronis

81

33 pr Rectum 3

moderatelly differentiated adeno ca

82

75 pr Rectum 3

moderatelly differentiated adeno ca

83

47 pr Rectum 4

moderately differentiated adeno ca

84 41 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 85 73 lk Rectum 2 mucinous adeno ca

86

72 pr Caecum 3

moderatelly differentiated adeno ca

87

62 pr Rectum 3

moderatelly differentiated adeno ca

88 64 pr Rectum 4 poorly differentiated adeno ca 89 74 pr Rectum 2 tidak di temukan

90 48 pr Rectum 2 poorly differentiated adeno ca 91 56 lk Transversum 2 well diferentiated adeno ca 92 50 pr Sigmoid 4 tidak di temukan

93 33 pr Sigmoid 3 well diferentiated adeno ca 94 45 pr Rectum 4 well differentiated adeno ca 95 59 pr Rectum 2 Moderatelly differentiated adeno


(56)

ca

96 44 pr Rectum 4 tidak di temukan 97

63 lk Rectum 2

moderatelly differentiated adeno ca

98 51 lk Rectum 4 well diffrerentiated adeno ca 99 68 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 100 26 pr Rectum 2 tidak di temukan

101 58 lk Rectum 2 tidak di temukan 102

39 lk Sigmoid 3

moderatelly differentiated adeno ca

103 57 lk Rectum 2 tidak di temuka n 104 71 pr Transversum 2 tidak di temukan

105 32 lk Rectum 4 well differentiated adeno ca 106 63 pr Rectum 3 tidak di temukan

107

52 lk Rectum 3

moderatelly diferrentiated adeno ca

108 54 pr Rectum 2 well diferentiated adeno ca 109 42 pr Rectum 2 moderately adeno ca 110 44 lk Sigmoid 3 moderately adeno ca


(57)

Data Output Penelitian

Frequencies

Statistics

umurbaru jeniskelamin lokasikanker stadiumklinis hasilPA

N Valid 110 110 110 110 75

Missing 0 0 0 0 35

Mean 4.17 1.56 4.67 2.61 1.72

Std. Error of Mean .124 .048 .189 .084 .098

Median 4.00 2.00 6.00 2.00 2.00

Mode 5 2 6 2 1

Std. Deviation 1.298 .498 1.982 .879 .847

Range 6 1 6 3 3

Minimum 0 1 0 1 1

Maximum 6 2 6 4 4

Frequency Table

Umur baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Remaja awal (12-16) 1 .9 .9 .9

Remaja akhir(17-25) 1 .9 .9 1.8 Dewasa awal (26-35) 8 7.3 7.3 9.1 Dewasa akhir( 36-45) 25 22.7 22.7 31.8 Lansia awal (46-55) 27 24.5 24.5 56.4 lansia akhir (56-65) 29 26.4 26.4 82.7 manula(>65) 19 17.3 17.3 100.0


(58)

Umur baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Remaja awal (12-16) 1 .9 .9 .9

Remaja akhir(17-25) 1 .9 .9 1.8 Dewasa awal (26-35) 8 7.3 7.3 9.1 Dewasa akhir( 36-45) 25 22.7 22.7 31.8 Lansia awal (46-55) 27 24.5 24.5 56.4 lansia akhir (56-65) 29 26.4 26.4 82.7 manula(>65) 19 17.3 17.3 100.0

Total 110 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid laki-laki 48 43.6 43.6 43.6

perempuan 62 56.4 56.4 100.0 Total 110 100.0 100.0

Lokasi Kanker

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Saekum 8 7.3 7.3 7.3

kolon asenden 5 4.5 4.5 11.8


(59)

kolon desenden 5 4.5 4.5 21.8 kolon siqmoid 17 15.5 15.5 37.3

rectum 69 62.7 62.7 100.0

Total 110 100.0 100.0

Stadium Klinis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Stadium 1 3 2.7 2.7 2.7

Stadium 2 63 57.3 57.3 60.0 Stadium 3 18 16.4 16.4 76.4 Stadium 4 26 23.6 23.6 100.0 Total 110 100.0 100.0

Gambaran Histopatologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Adeno ca well

differensiasi

35 31.8 46.7 46.7

Adeno ca moderately differensiasi

31 28.2 41.3 88.0

Adeno ca poor differensiasi

4 3.6 5.3 93.3

Adeno musinous ca 5 4.5 6.7 100.0

Total 75 68.2 100.0


(60)

Gambaran Histopatologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Adeno ca well

differensiasi

35 31.8 46.7 46.7

Adeno ca moderately differensiasi

31 28.2 41.3 88.0

Adeno ca poor differensiasi

4 3.6 5.3 93.3

Adeno musinous ca 5 4.5 6.7 100.0

Total 75 68.2 100.0

Missing System 35 31.8


(1)

65

50 pr Rectum 4

moderately differentiated adeno ca

66 54 pr Rectum 1 well diferentiated adeno ca 67 63 pr Asenden 2 radang kronik

68

50 pr Sigmoid 2

moderately differentiated adeno ca

69 38 lk Desenden 4 well differentiated adeno ca 70

55 lk Rectum 2

moderately differentiated adeno ca

71 41 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 72 69 lk Rectum 2 mucinous adeno ca

73 40 lk Rectum 2 tidak di temukan

74 43 lk Desenden 2 well differentiated adeno ca 75 57 pr Rectum 2 poorly differentiated adeno ca 76 52 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 77 62 pr Rectum 4 tidak di temukan

78 31 lk Caecum 3 Radang kronis non spesifik 79 60 pr Rectum 1 well differentiated adeno ca

80 71 lk Rectum 2 Radang Kronis

81

33 pr Rectum 3

moderatelly differentiated adeno ca

82

75 pr Rectum 3

moderatelly differentiated adeno ca

83

47 pr Rectum 4

moderately differentiated adeno ca

84 41 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 85 73 lk Rectum 2 mucinous adeno ca

86

72 pr Caecum 3

moderatelly differentiated adeno ca

87

62 pr Rectum 3

moderatelly differentiated adeno ca

88 64 pr Rectum 4 poorly differentiated adeno ca 89 74 pr Rectum 2 tidak di temukan

90 48 pr Rectum 2 poorly differentiated adeno ca 91 56 lk Transversum 2 well diferentiated adeno ca 92 50 pr Sigmoid 4 tidak di temukan

93 33 pr Sigmoid 3 well diferentiated adeno ca 94 45 pr Rectum 4 well differentiated adeno ca 95 59 pr Rectum 2 Moderatelly differentiated adeno


(2)

ca

96 44 pr Rectum 4 tidak di temukan 97

63 lk Rectum 2

moderatelly differentiated adeno ca

98 51 lk Rectum 4 well diffrerentiated adeno ca 99 68 pr Rectum 2 well differentiated adeno ca 100 26 pr Rectum 2 tidak di temukan

101 58 lk Rectum 2 tidak di temukan 102

39 lk Sigmoid 3

moderatelly differentiated adeno ca

103 57 lk Rectum 2 tidak di temuka n 104 71 pr Transversum 2 tidak di temukan

105 32 lk Rectum 4 well differentiated adeno ca 106 63 pr Rectum 3 tidak di temukan

107

52 lk Rectum 3

moderatelly diferrentiated adeno ca

108 54 pr Rectum 2 well diferentiated adeno ca 109 42 pr Rectum 2 moderately adeno ca 110 44 lk Sigmoid 3 moderately adeno ca


(3)

Data Output Penelitian

Frequencies

Statistics

umurbaru jeniskelamin lokasikanker stadiumklinis hasilPA

N Valid 110 110 110 110 75

Missing 0 0 0 0 35

Mean 4.17 1.56 4.67 2.61 1.72

Std. Error of Mean .124 .048 .189 .084 .098

Median 4.00 2.00 6.00 2.00 2.00

Mode 5 2 6 2 1

Std. Deviation 1.298 .498 1.982 .879 .847

Range 6 1 6 3 3

Minimum 0 1 0 1 1

Maximum 6 2 6 4 4

Frequency Table

Umur baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Remaja awal (12-16) 1 .9 .9 .9

Remaja akhir(17-25) 1 .9 .9 1.8

Dewasa awal (26-35) 8 7.3 7.3 9.1

Dewasa akhir( 36-45) 25 22.7 22.7 31.8

Lansia awal (46-55) 27 24.5 24.5 56.4

lansia akhir (56-65) 29 26.4 26.4 82.7


(4)

Umur baru

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Remaja awal (12-16) 1 .9 .9 .9

Remaja akhir(17-25) 1 .9 .9 1.8

Dewasa awal (26-35) 8 7.3 7.3 9.1

Dewasa akhir( 36-45) 25 22.7 22.7 31.8

Lansia awal (46-55) 27 24.5 24.5 56.4

lansia akhir (56-65) 29 26.4 26.4 82.7

manula(>65) 19 17.3 17.3 100.0

Total 110 100.0 100.0

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid laki-laki 48 43.6 43.6 43.6

perempuan 62 56.4 56.4 100.0

Total 110 100.0 100.0

Lokasi Kanker

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Saekum 8 7.3 7.3 7.3

kolon asenden 5 4.5 4.5 11.8


(5)

kolon desenden 5 4.5 4.5 21.8

kolon siqmoid 17 15.5 15.5 37.3

rectum 69 62.7 62.7 100.0

Total 110 100.0 100.0

Stadium Klinis

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Stadium 1 3 2.7 2.7 2.7

Stadium 2 63 57.3 57.3 60.0

Stadium 3 18 16.4 16.4 76.4

Stadium 4 26 23.6 23.6 100.0

Total 110 100.0 100.0

Gambaran Histopatologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Adeno ca well

differensiasi

35 31.8 46.7 46.7

Adeno ca moderately differensiasi

31 28.2 41.3 88.0

Adeno ca poor differensiasi

4 3.6 5.3 93.3

Adeno musinous ca 5 4.5 6.7 100.0

Total 75 68.2 100.0


(6)

Gambaran Histopatologi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid Adeno ca well

differensiasi

35 31.8 46.7 46.7

Adeno ca moderately differensiasi

31 28.2 41.3 88.0

Adeno ca poor differensiasi

4 3.6 5.3 93.3

Adeno musinous ca 5 4.5 6.7 100.0

Total 75 68.2 100.0

Missing System 35 31.8