TINJAUAN PUSTAKA

2.8.2 Cara Kerja PLTMH

“Secara teknis, Mini/Mikro Hidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan dari ketinggian tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). Di rumah instalasi air tersebut akan menumbuk turbin dimana turbin sendiri, dipastikan akan menerima energi air tersebut dan mengubahnya menjadi energi mekanik berupa berputarnya poros turbin. Poros yang berputar tersebut kemudian ditransmisikan ke generator dengan menggunakan kopling. Darl generator akan dihaslikan energi listrik yang akan masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringkas proses Mini / Mikro Hidro merubah energi aliran dan ketinggian air menjadi energi listrik”(Wibowo, 2005)

Gambar 2.3 Cara Kerja PLTMH Secara Sederhana (Wibowo, 2005)

2.8.3 Prinsip Pembangkit Listrik Tenaga Air

Dalam merencanakan suatu Pembangkit Listrik Tenaga Air harus dilakukan estimasi yang benar dari suatu potensi tenaga air yang tersedia pada lokasi potensial. Apabila diketahui debit yang terpakai (Q) dan Head Efective (H),

E = m . g . H (2.34)

Dengan :

E = Energi potensial m= Massa

g = Percepatan gravitasi (m/det²)

H = Tinggi relatif terhadap permukaan bumi (m)

Sehingga daya yang dapat dihasilkan oleh kualitas air yang lewat suatu instalasi pembangkit sebesar :

P = g . Q . H (2.35)

Dengan : P

= Daya ( kW ) g= Percepatan gravitasi

Q= 3 Debit air (m /detik)

H = Tinggi relatif terhadap permukaan bumi (meter)

Maka jelaslah bahwa energi yang dihasilkan oleh sungai sangat tergantung pada 2 (dua) faktor yaitu Debit (Q) dan Head (H). Head (H) dapat dibagi menjadi

2 yaitu :

1. Tinggi terjun total (Gross Head) merupakan perbedaan ketinggian antara elevasi.

2. Tinggi terjun bersih / efektif (Net Head) merupakan perbedaan ketinggian antara air yang masuk turbin dan air yang meninggalkan turbin.

Tenaga listrik pada pembangkit listrik tenaga air dihasilkan oleh generator yang dikopel langsung ke turbin. Besarnya tenaga listrik yang dihasilkan ini tergantung dari hasil perkalian dari besarnya efisiensi turbin (nt), efisiensi generator (ng) dan efisiensi hidrolis secara teoritis (nh).

Daya (P) yang dihasilkan oleh generator atau pusat pembangkitan adalah :

P = 9 , 806652048 . ng . nt . nh . Q . H (2.36)

Dengan : nt

Pendekatan praktis Daya Listrik (P) yang dihasikan PLTMH adalah :

P = 7 , 15 . Q . H ( kW ) (2.37)

Dengan : P

= Daya ( kW ) Q= 3 Debit air (m /detik)

H = Tinggi relatif terhadap permukaan bumi (meter)

Keberhasilan dari suatu pembangkit tergantung daripada usaha untuk mendapatkan tinggi jatuh air dan debit yang besar secara efektif dan ekonomis.

a. Head Semakin tinggi jatuh air yang terjadi akan dapat memperbesar daya yang akan dihasilkan oleh pembangkit.

b. Debit Debit merupakan kecepatan aliran air dalam meter kubik perdetik. Dalam merancang suatu pembangkit maka data debit yang dibutuhkan adalah data

ª Debit Minimum digunakan untuk menentukan daya yang ada dalam satu tahun. ª Debit Maksimum digunakan dalam perencanaan konstruksi agar tidak membahayakan bila terjadi banjir.

ª Debit rata–rata digunakan untuk menentukan kapasitas daya bangkit.

c. Kontinuitas Dalam perencanaan pemakaian air baik untuk pembangkitan tenaga listrik atau kebutuhan air irigasi dalam kenyataan terjadi penyimpangan– penyimpangan karena adanya faktor alam yang tidak menentu. Oleh karena itu kontinuitas dari suatu aliran air merupakan faktor yang sangat berpengaruh sekali terhadap penyediaan daya listrik.

2.8.4 Komponen-Komponen PLTMH

Gambar 2.4 Komponen-Komponen Besar Dari Sebuah Skema Pembangkit Listrik

Tenaga Mini / Mikro Hidro (Wibowo, 2005)

Komponen – komponen PLTMH antara lain :

1. Diversion Weir dan Intake (Bendung Pengalih dan Intake) Bendung pengalih berfungsi untuk mengalihkan air melalui sebuah

pembuka di bagian sisi sungai ( ‘Intake’ pembuka) ke dalam sebuah bak pengendap ( Settling Basin). Pada pintu air biasanya terdapat perangkap sampah.

Gambar 2.5 Bendung Pengalih dan Intake (Wibowo, 2005)

2. Settling Basin (Bak Pengendap) Bak pengendap digunakan untuk memindahkan partikel-partikel pasir dari

air. Selain itu, mengendapkan tanah yang terbawa dalam air sehingga tidak masuk ke pipa pesat.

Gambar 2.6 Bak Pengendap (Wibowo, 2005)

3. Headrace (Saluran Pembawa) Saluran pembawa mengikuti kontur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi

dari air yang disalurkan. Saluran Pembawa, membawa air dari saluran pemasukan ( Intake) ke arah bak pengendap.

Gambar 2.7 Saluran Pembawa (Wibowo, 2005)

4. Headtank (Bak Penenang) Fungsi dari bak penenang adalah untuk mengatur perbedaan keluaran air

antara sebuah penstock dan headrace, dan untuk pemisahan.

Gambar 2.8 Bak Penenang (Wibowo, 2005)

5. Penstock (Pipa Pesat) Pipa Pesat ( Penstock) dihubungkan pada sebuah Turbin. Pipa pesat juga

mempertahankan tekanan air jatuh sehingga energi di dalam gerakan air tidak terbuang.

Gambar 2.9 Pipa Pesat (Wibowo, 2005)

6. Turbine dan Generator (Turbin dan Generator) Perputaran gagang dari roda dapat dimanfaatkan untuk memutar sebuah

alat mekanikal (seperti sebuah penggilingan biji, pemeras minyak, mesin bubut kayu dan sebagainya), atau untuk mengoperasikan sebuah generator listrik.

Gambar 2.10 Turbin dan Generator (Dokumentasi, 2008)

7. Power House (Rumah Pembangkit) Rumah Pembangkit ( Power House), adalah rumah tempat semua peralatan

mekanik dan elektrik PLTMH. Peralatan mekanik seperti turbin, dan generator berada di dalam rumah pembangkit, juga peralatan elektrik seperti panel / kontroler.

Gambar 2.11 Rumah Pembangkit (Dokumentasi, 2008)

2.8.5 Desain Konstruksi Sipil

Desain konstruksi dalam perencanaan PLTMH terdiri dari : ( JICA, 2003 )

1. Dam intake Terdapat beberapa jenis tipe dasar dam intake seperti yang disebutkan dibawah ini :

• Dam beton gravity • Dam batu bronjong diperkuat • Dam beton mengapung

beton

• Dam tanah • Dam ranting kayu • Dam urugan batu

• Dam kayu • Dam pasangan batu basah

• Dam bingkai kayu dengan • Dam batu bronjong

kerikil

Dari jenis – jenis di atas, secara mendasar dam urugan batu fleksibel dan dam batu bronjong biasa digunakan di Asia Tenggara karena beberapa keuntungan seperti, (i) tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi dari tanah dasarnya dan (ii) relatif mudah diperbaiki jika mengalami kerusakan. Bagaimanapun, mereka dapat ditembus oleh banjir karena itu struktur dan penggunaannya harus didahului dengan pengujian yang hati – hati dari konstruksi yang penting seperti struktur sipil dan kondisi dari arus bawah.

2. Bak Pengendap Bak pengendap tidak hanya mempunyai struktur yang hanya mampu untuk menempatkan dan memindahkan sedimen yang ukurannya lebih besar dari ukuran minimum yang dapat merusak turbin, tetapi juga suatu saluran pelimpah untuk menjaga agar debit air yang berlebih tidak mengalir ke saluran air. Bak pengendap mempunyai bagian – bagian dan fungsi masing – masing, diantaranya yaitu :

a) Bagian Penyalur Bagian penyalur menghubungkan intake dengan bak pengendap. Ini diperlukan bahwa bagian penyalur harus membatasi panjangnya.

b) Bagian Melebar Bagian mengatur aliran air dari saluran penyalur ke pencegah terjadinya kolam pusaran dan aliran turbulen dan mengurangi kecepatan aliran masuk ke bak pengendap untuk menentukan kecepatan sebelumnya.

c) Bagian Pengendap Fungsi dari bagian ini adalah untuk menempatkan sedimen di atas ukuran dan panjang tertentu (L) yang kemudian dihitung dengan menggunakan formula yang didasarkan pada hubungan antara kecepatan pengendapan, kecepatan aliran dalam bak pengendap dan kedalaman air. Panjang dari bak pengendap ( Ls ) biasanya ditentukan berdasarkan sebuah margin untuk menghitung dua kali panjang dengan menggunakan formula :

V L ≥ . hs (2.38) U

Ls = 2 x L

Dengan : L

= Panjang minimum bak pengendap ( m ) hs = Kedalaman air bak pengendap ( m ) U = Kecepatan marginal pengendapan untuk endapan yang akan

diendapkan ( m/s )

V = Rata – rata kecepatan aliran di bak pengendap ( m/s ) Pada umumnya sekitar 0,3 m/s tetapi ditoleransi sampai 0,6 m/s pada kasus dimana lebar bak pengendapan dibatasi.

Qd

B . hs

dengan :

Qd = Desain debit ( m 3 /s )

B = Lebar bak pengendap ( m )

d) Tempat endapan Area ini merupakan tempat penimbunan sedimen.

e) Spillway Spillway mengalirkan aliran masuk bagian bawah dimana mengalir dari intake. Ukuran dari spillway akan diputuskan dengan persamaan berikut :

1 , Qf 5 = C . Bsp . hsp (2.41)

1 1 , ⎧ 5 Qf ⎫ hsp = ⎨

(2.42) ⎩ ( C . Bcp )

C = Koefisien = 1.80 hsp = Kedalaman air pada spillway ( m ) Bsp = Lebar spillway ( m )

3. Saluran Pembawa (Headrace) Saluran pembawa berfungsi untuk menjaga elevasi dari air yang disalurkan. Saluran ini mengikuti kontur dari sisi bukit. Karena secara umum jumlah air yang terangkut kecil, saluran pembawa untuk sebuah pembangkit listrik tenaga air secara mendasar mengadopsi struktur terbuka, seperti sebuah saluran terbuka sebuah saluran tertutup. Tipe – tipe saluran pembawa untuk pembangkit listrik tenaga air skala kecil dapat dilihat pada Tabel 2.8.

Tabel 2.8 Tipe – Tipe Saluran Pembawa Untuk PLTMH

Kekurangan Saluran terbuka

Tipe

Keuntungan

• Relatif murah.

• Kemungkinan aliran sedimen

dari lereng di atasnya. Pipa tertutup saluran

• Mudah mengkonstruksinya.

• Sulitnya merawat dan tertutup

• Rendahnya rata – rata sedimen

dan daun – daunan yang jatuh

meninjau saluran, termasuk

di saluran.

pembersihan dan perbaikannya.

Saluran tanah

• Mudah mengalami kerusakan sederhana

• Mudah dikonstruksi

• Murah

pada dindingnya.

• Mudah diperbaiki

• Sulit untuk membersihkan timbunan sedimennya.

• Tidak dapat diterapkan pada dan batu keras )

Saluran lajur ( batu

• Konstruksinya relatif mudah.

• Dapat dibangun dengan

tanah yang tinggi tingkat

membangun bahan – bahan

permeabelnya.

lokal.

Saluran pasangan

• Relatif lebih mahal. batu basah

• Ketahanan yang tinggi

terhadap gerusan.

• Banyak memerlukan tenaga

• Dapat diterapkan pada tanah

kerja.

yang tinggi tingkat permeabelnya.

Saluran beton

• Tingkat kebebasan yang

• Konstruksi sulit jika diameter

cukup tinggi untuk desain

dalamnya kecil.

potongan melintang.

• Masa konstruksinya relatif lama.

Sumber : JICA, 2003

4. Bak Penenang (Headtank) Bak penenang berfungsi untuk mengatur perbedaan keluaran air antara sebuah penstock dan headrace, dan untuk pemisahan akhir kotoran dalam air seperti pasir dan kayu – kayu.

5. Pipa Pesat (Penstock) Saat ini bahan utama pipa pesat adalah pipa – pipa baja, pipa – pipa ductile dan pipa FRPM (Fibre Reinforced Plastic Multi-unit). Sedangkan pembangkit tenaga air skala kecil menggunakan pipa – pipa hard vinyl chloride, pipa – pipa howell atau pipa – pipa spiral welded dapat dipertimbangkan karena diameternya kecil dan tekanan internalnya rendah.

Perhitungan ketebalan pipa baja dapat menggunakan rumus :

Pxd t 0 = + δ t (2.43)

t 0 ≥ 0 . 4 cm atau t

dengan : to = Ketebalan minimum pipa P = Desain tekanan air, yaitu tekanan hidrostatis + water hammer

(kgf/cm²), dalam skema mikrohidro P = 1,1 x tekanan hidrostatis. Secara singkat, jika head (Hp) dimana dari bak penenang ke turbin adalah 25 meter, P= 2,5 x 1,1 = 2,75 kgf/cm²

d = Diameter dalam (cm) θ a = Stress yang dapat diterima (kgf/cm²) SS400: 1300 kgf/cm²

Η = Efisiensi pengelasan (0,85 ~ 0,90) δt = Margin (pada umumnya 0,15 cm)

Menentukan diameter pipa pesat biasanya ditentukan berdasarkan pembandingan dengan biaya pipa pesat dan biaya kehilangan head pipa pesat.

V ⎜⎜⎝ opt ⎟⎟⎠

dengan :

d = Diameter pipa (m) Q 3

d = Debit desain (m /s)

V opt = Kecepatan aliran optimal (m/s)

6. Pondasi rumah pembangkit Rumah pembangkit dapat diklasifikasikan ke dalam ‘tipe diatas tanah’, ‘tipe semi dibawah tanah’, dan ‘tipe dibawah tanah’. Sebagian besar pembangkit listrik tenaga air skala kecil adalah ‘tipe diatas tanah’.

Dimensi untuk lantai rumah pembangkit seperti peralatan dasar dan pendukung seharusnya ditentukan dengan memperhitungkan kenyamanan selama operasi, perawatan dan pekerjaan pemasangan, dan area lantai seharusnya digunakan secara efektif.

Berbagai tipe pondasi rumah pembangkit dapat dipertimbangkan tergantung pada tipe turbin. Bagaimanapun tipe pondasi untuk rumah pembangkit dapat diklasifikasikan kedalam ‘untuk turbin Impulse’ (seperti turbin Pelton, turbin Turgo dan turbin Crossflow) dan ‘untuk turbin Reaction’ (seperti turbin Francis, dan turbin Propeller).

Turbin Propeller terdiri atas Turbin Kaplan, Diagonal Mixed Flow, Turbin Tubular (Turbin tubular S-type, Turbin tubular Vertical, Turbin Runner Rotor Integreted, Turbin Propeller Vertical, Turbin Propeller Horizontal) , dan Turbin Straight Flow (Turbin Package).

Perencanaan pondasi untuk Turbin Pelton dapat didesain dengan rumus sebagai berikut :

he = d

9 , 806652048 x b ⎜⎜⎝

he = Kedalaman air di afterbay (meter) Q d = Desain debit (m³/detik) b= Lebar saluran tailrace (meter)

Output dari turbin dihitung dengan rumus :

P mas = 9 , 806652048 x H e x Q max x η t (2.47)

sedangkan kecepatan spesifik dan kecepatan putaran dari turbin dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut :

( Nx P ) Ns =

H ( NsxH 5 / 4 )

N = (2.49) P

dengan : Ns = Kecepatan spesifik (m-kW) N

= Kecepatan putaran turbin (rpm) P= Output turbin (kW) = 9,80665 x Q X H x η H= Head efektif (meter) Q= Debit (m³/detk)

η= Efisiensi maksimum (%, tetapi sebuah desimal digunakan dalam perhitungan)

η = 82% untuk Turbin Pelton η = 84% untuk Turbin Francis η = 77% untuk Turbin Crossflow* η = 84% untuk Turbin Tubular S-type

Catatan : * 70% harus digunakan untuk setiap tipe dari turbin tipe Crossflow di Indonesia pada tahap sekarang, karena efisiensi dari turbin di Indonesia sekarang tidak terlalu tinggi akibat kualitas fabrikasi.

Output generator yang diperlukan dapat ditentukan dengan rumus :

( 9 , 806652048 x H x Q x

P ( kVA )

g = (2.50)

dengan : P g = Output dibutuhkan (kVA) H= Head efektif (meter) Q= Debit (m³/detik)

η = Digabungkan efisiensi turbin, transmitter dan generator (%) = efisiensi turbin ( η t ) x efisiensi transmitter ( η m ) x efisiensi

generator ( η g )

p f = Faktor daya (% atau desimal)

Sedangkan kecepatan dan jumlah batang generator dapat ditentukan sebagai berikut :

a. Untuk generator synchronous

f P ( nos ) = 120 x (2.51) N o

N o ( rpm ) = 120 x (2.52)

dengan : P

= Jumlah batang (nos) N o = Nilai kecepatan putaran (rpm)

f = Frekuensi jaringan (Hz), Indonesia = 50 Hz

b. Untuk generator induksi

N ( rpm ) = ( 1 − S ) xN O (2.53)

= Kecepatan actual dari generator induksi No = Nilai kecepatan putaran (rpm) S

= Slip (secara normal S = -0,02)

7. Tiang Jaringan Transmisi Tiang standar untuk jaringan transmisi adalah Tiang Beton, Tiang Kayu (termasuk Tiang Bambu), dan Tiang Besi. Syarat-syarat yang perlu diperhatikan antara lain :

a) Panjang Bentangan Tiang Direkomendasikan 50 meter (area pemukiman penduduk) dan 80 meter (area diluar pemukiman penduduk, area persawahan, dan ruang terbuka).

b) Ketinggian tiang, dengan memperhitungkan faktor-faktor sebagai berikut :

1. Ketinggian yang diperlukan untuk konduktor feeder (penyulang) diatas tanah dapat diamankan dibawah lendutan terbesar.

2. Jarak bebas yang diperlukan antara konduktor feeder dan bangunan, kawat listrik lain atau pepohonan dapat diamankan (jarak bebas dibawah lendutan maksimum harus diuji).

3. Tegangan 20 kV, panjang tiang = 9 meter

4. Tegangan rendah, panjang tiang = 7 meter

5. Rekomendasi kedalaman minimum pemasangan tiang adalah 1/6 x panjang tiang.

6. Jika kondisi tanah labil, akar tiang harus diperkuat dengan baik.

c) Ukuran tiang Ukuran tiang harus ditentukan dengan memperhitungkan momen pada tiang dengan beban angin. Beban tiang antara lain :

• Beban vertikal (berat tiang, berat kabel, beban vertikal dari tekanan kawat, dan lain-lain).

• Beban mendatar (tekanan angin pada tiang, ketidakseimbangan beban dari panjang bentangan yang berbeda). • Beban samping (tekanan angin pada kabel, komponen beban samping dari tekanan kawat, dan lain-lain).

2.8.6 Perkiraan Biaya Untuk Tahap Perencanaan Kasar

Ketika akan membuat sebuah kalkulasi percobaan dari biaya konstruksi dalam Tahap Perencanaan Kasar, dapat dihitung dengan menggunakan metode yang di tunjukkan di Tabel 2.9. Bagaimanapun, sebelum mengkalkulasi perlu untuk mengadakan sebuah survei lapangan ringan dan memutuskan hal – hal yang disebutkan di Tabel 2.9.

Tabel 2.9 Pokok – Pokok Untuk Membuat Sebuah Kalkulasi Percobaan Dari Biaya Konstruksi Deskripsi

Jenis

Perencanaan

Daya maksimum (kW)

Air yang digunakan turbin (m 3 /s)

Ketinggian efektif (m)

Fasilitas intake

Ketinggian bendungan (m) Panjang bendungan (m)

Saluran air

Panjang saluran air (m)

Pipa pesat

Diameter pipa pesat (m)

Distribusi

Jumlah rumah tangga (KK) Jarak ke rumah paling jauh dari pembangkit (Km)

Sumber : JICA, 2003

Metode dalam merencanakan anggaran biaya secara global dari suatu perencanaan konstruksi Pembangkit Listrik Tenaga Mini / Mikro Hidro (PLTMH) berdasarkan Japan International Cooperation Agency, JICA (2003), dapat dirumuskan seperti pada Tabel 2.10 berikut.

Tabel 2.10 Metode Untuk Membuat Sebuah Kalkulasi Percobaan Dari Biaya Konstruksi Pada Tahap Perencanaan Kasar.

Sumber : JICA, 2003

Setiap persamaan-persamaan yang terdapat pada tahapan-tahapan jenis pekerjaan perencanaan konstruksi PLTMH seperti pada Tabel 2.10 tersebut berasal dari hasil analisa pendataan survei secara global dan dimodelkan serta diproyeksikan dalam bentuk grafik untuk mendapatkan persamaan-persamaan yang mendekati kondisi perencanaan anggaran biaya di lapangan.

Berikut merupakan bentuk-bentuk grafik dan persamaan-persamaan dari setiap tahapan jenis-jenis pekerjaan perencanaan konstruksi PLTMH.

Gambar 2.12 Perbandingan Cost Untuk Dam Intake (JICA, 2003)

Gambar 2.12 menunjukkan adanya hubungan antara luas dam dengan biaya yang akan dikeluarkan. Sumbu y merupakan harga yang direncanakan dari luasan dam yang ditunjukkan oleh sumbu x. dari grafik tersebut juga bisa dilihat perbandingan cost antara concrete dam, stone masonry dan gabion dam dengan luasan yang berbeda – beda.

Gambar 2.13 Cost Untuk Bak Pengendap (JICA, 2003)

Perencanaan biaya kasar untuk bak pengendap bisa dibuat grafik seperti Gambar 2.13 dimana sumbu y merupakan biaya yang dikeluarkan dan sumbu x merupakan debit air. Semakin besar debit air, maka biaya yang digunakan untuk membuat bak pengendap juga akan semakin tinggi.

Gambar 2.14 Biaya Untuk Saluran Pembawa (JICA, 2003)

Gambar 2.14 merupakan hubungan antara debit air dan biaya yang digunakan dalam perencanaan saluran pembawa. Sumbu y menunjukkan harga dan sumbu x menunjukkan debit air yang akan dialirkan oleh saluran pembawa.

Gambar 2.15 Biaya Untuk Bak Penenang (JICA, 2003)

Gambar 2.15 menunjukkan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan bak penenang (sumbu y) yang berdasarkan pada debit air yang bisa ditampung oleh bak penenang (sumbu x).

50

Gambar 2.16 Biaya Untuk Pekerjaan Sipil Pipa Pesat (JICA, 2003)

Biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan sipil pipa pesat dapat dibuat grafik seperti Gambar 2.16 dimana biaya pekerjaan sipil untuk pipa pesat (sumbu y), tergantung pada diameter pipa pesat yang digunakan (sumbu x).

Gambar 2.17 Berat Jenis Untuk Pipa Pesat (JICA, 2003)

Dari grafik yang ditunjukkan pada Gambar 2.17 berat jenis pipa pesat tergantung pada ketebalan dan diameter pipa pesat. Biaya dari pipa pesat yaitu harga pipa pesat per meter dikalikan berat jenis dikalikan dengan panjang pipa pesat yang dibutuhkan.

Gambar 2.18 Biaya Untuk Dasar Rumah Pembangkit (JICA, 2003)

Biaya yang dikeluarkan untuk dasar rumah pembangkit dapat diperkirakan seperti Gambar 2.18 dimana sumbu y menunjukkan biaya yang dikeluarkan dan sumbu x menunjukkan daya yang dikeluarkan oleh rumah pembangkit.

Gambar 2.19 Biaya Untuk Bangunan Rumah Pembangkit (JICA, 2003)

Untuk bangunan rumah pembangkit, biaya yang dibutuhkan dapat diperkirakan dengan bantuan grafik yang ditunjukkan pada Gambar 2.19 daya yang dikeluarkan oleh rumah pembangkit ditunjukkan oleh sumbu x, dan perkiraan biaya yang dikeluarkan ditunjukkan oleh sumbu y.

Gambar 2.20 Biaya Untuk Pekerjaan Mekanikal – Elektrikal (JICA, 2003)

Untuk perkiraan biaya dalam pekerjaan mekanikal-elektrikal dapat dilihat pada Gambar 2.20, dimana sumbu x menunjukkan daya dibagi akar kuadrat He (ketinggian efektif) dan sumbu y menunjukkan biaya yang diperlukan.

Gambar 2.21 Biaya Untuk Pekerjaan Distribusi (JICA, 2003)

Untuk pekerjaan distribusi, biayanya dapat diperkirakan dengan cara mengetahui jumlah rumah tangga dikalikan kuadrat dari jarak rumah terjauh dari pembangkit dalam kilometer. Perkiraan biayanya dapat dilihat pada Gambar 2.21.

Gambar 2.22 Biaya Untuk Sambungan Pelanggan (JICA, 2003)

Untuk biaya sambungan, bisa diperkirakan dengan mengetahui jumlah rumah tangga yang menggunakan PLTMH tersebut. Grafik pada Gambar 2.22 menunjukkan perkiraan biaya yang dikeluarkan (sumbu y), dan jumlah rumah tangga (KK) yang memakai (sumbu x).

2.8.7 Perkiraan Biaya Untuk Tahap Detail Desain PLTMH

Biaya konstruksi terdiri dari hal – hal yang dapat dilihat dalam Tabel 2.11.

Tabel 2.11 Jenis Biaya Konstruksi PLTMH No

Jenis Biaya Biaya

Biaya langsung dari konstruksi

1 Pekerjaan Persiapan Penjumlahan jenis-jenis biaya

2 Pekerjaan Sipil Penjumlahan jenis-jenis biaya

3 Pekerjaan M/E Penjumlahan jenis-jenis biaya

4 Pekerjaan Distribusi Penjumlahan jenis-jenis biaya

5 Sambungan Pelanggan Penjumlahan jenis-jenis biaya

6 Lain-Lain Penjumlahan jenis-jenis biaya Sub Total (A)

Biaya tidak langsung

1 Biaya DED 5% ~ 10% dari Sub Total (A)

2 Biaya Pengawasan 5% ~ 10% dari Sub Total (A)

3 Biaya Manajemen Konstruksi 5% ~ 10% dari Sub Total (A)

4 Pajak 12,5% dari Sub Total (A) Sub Total (B)

TOTAL

Sumber : JICA, 2003

Biaya langsung dari konstruksi PLTMH terdiri dari :

1. Pekerjaan - pekerjaan persiapan Pekerjaan persiapan terdiri dari hal – hal berikut :

• Pengesetan Lokasi • Pembersihan Rute • Pengukuran • Mobilisasi Peralatan dan Bahan-Bahan

2. Pekerjaan – pekerjaan sipil Pekerjaan – pekerjaan sipil terdiri dari hal – hal berikut :

• Fasilitas-fasilitas intake • Bak pengendap • Saluran air • Bak penenang

• Saluran pelimpah (spillway) • Pipa pesat dan pondasi • Pondasi dan dasar power house • Saluran pembuang • Bangunan power house • Finishing

3. Pekerjaan – pekerjaan mekanikal-elektrikal Pekerjaan – pekerjaan mekanikal-elektrikal terdiri dari hal – hal berikut :

• Turbin • Alat pengontrol • Ballast load / Dummy load • Accessories, suku cadang dan peralatan • Generator • Pengesetan dan pemasangan • Transportasi dan Pengepakan • Testing • Pre commisioning Trial Run (uji coba)

4. Pekerjaan pekerjaan distribusi Pekerjaan pekerjaan distribusi terdiri dari hal – hal sebagai berikut :

• Tiang transmisi • Kabel • Trafo (Transformeter) • Accesories

5. Sambungan Pelanggan • Kabel

• Switch (Saklar) • Accessories

2.8.8 Metode Penentuan Tarif

Untuk mendapatkan sistem manajemen keuangan yang berkelanjutan, maka diperlukan sumber keuangan sendiri, karena tidak mungkin investor akan membantu secara terus – menerus. Dari sudut pandang ini, hal yang perlu dipertimbangkan adalah cara menentukan sistem tarif yang sesuai dengan daya beli masyarakat. Beberapa langkah untuk menentukan sistem tarif yang sesuai adalah sebagai berikut :

1) Daya beli masyarakat Harga listrik yang sesuai adalah harga yang memperhitungkan daya beli masyarakat. Begitu juga dengan sistem tarif yang sesuai juga harus memperhitungkan daya beli masyarakat. Hal ini dapat diperoleh dengan wawancara langsung pada masing – masing rumah tangga.

2) Memperjelas total biaya yang dibutuhkan Untuk menentukan sistem tarif yang sesuai, biaya yang diperlukan harus dibuat sejelas mungkin. Biaya yang diperlukan pada umumnya dibagi menjadi dua kategori yaitu biaya pemasangan awal dan biaya untuk operasi dan pemeliharaan. Biaya pemasangan awal terdiri dari beberapa biaya sebagai berikut :

a) Biaya langsung (direct cost) terdiri dari : • Pekerjaan persiapan

• Pekerjaan sipil, termasuk fasilitas intake, saluran pembawa, saluran pelimpah, saluran air, pipa pesat dan pondasinya, dasar rumah pembangkit, rumah pembangkit dan finishing, untuk kasus fasilitas dengan menggunakan tenaga air. • Pekerjaan M/E termasuk turbin, kontrol beban listrik, ballas housing, alat proteksi, pembangunan dan instalasi, transportasi dan finishing,

dan beberapa suku cadang untuk kasus fasilitas yang menggunakan tenaga air.

• Transmisi dan distribusi • Sambungan konsumen (sambungan rumah) • Lainnya

• Biaya Manajemen • Pajak

c) Biaya untuk operasi dan perawatan terdiri dari : • Operasi dan pemeliharan

• Gaji untuk operator tetap • Suku cadang • Penggantian untuk beberapa bagian atau keseluruhan fasilitas

3) Pemeriksaan dari daya beli masyarakat untuk memperhitungkan biaya pemasangan awal.

4) Perhitungan biaya pembayaran bulanan untuk operasional/perawatan dan penggantian.

5) Penentuan tarif akan dibuat dengan mengambil prioritas permintaan berikut ke dalam pertimbangan :

a) Para pengguna listrik harus membayar paling tidak untuk biaya finansial dari operasional dan perawatan harian tanpa pengecualian.

b) Jika para pengguna listrik memiliki kemampuan membayar lebih besar diatas biaya operasional dan perawatan harian, sehingga mereka akan diperlukan untuk membayar biaya tambahan untuk perbaikan tidak terjadwal.

c) Jika para pengguna listrik ke depan mempunyai kemampuan untuk membayar lebih besar dari biaya operasional dan perawatan ditambah dengan perbaikan tidak terjadwal sehingga mereka akan dibutuhkan untuk membayar biaya tambahan untuk biaya penggantian yang sudah dijadwalkan.

d) Jika para pengguna listrik kedepan memiliki kemampuan untuk membayar diatas semua biaya, sehingga mereka akan diperlukan untuk membayar semua atau sebagian dari biaya investasi awal.

Rumus yang digunakan untuk menentukan harga listrik per kWh (MacDonald, 1986) :

Generator Capasity ( hp ) xFuel Cost ( Rp / ltr ) xFuel Consumtion ( g / hp − hr ) T =

γ x Generator Capasity ( hp )

Dengan : T

= Tarif yang dihasilkan (Rupiah/kWh) γ

= Rasio berat jenis bahan bakar = 0,85 kg/liter

2.9 Analisis Finansial

2.9.1 Pengertian Analisis Finansial

Analisis finansial adalah suatu kelayakan proyek yang mencakup analisis masalah yang berkaitan dengan aspek pembiayaan atau finansial. Dalam analisis ini perlu dilihat sampai sejauh mana proyek ini memenuhi segala kewajiban finansialnya dan tetap dalam batas – batas yang menguntungkan (Soekarwati, 2005).

Pudjosumarto (1988), mendefinisikan analisis finansial sebagai analisis yang melihat suatu proyek dari sudut lembaga – lembaga atau badan – badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek atau yang menginvestasikan modalnya ke dalam proyek. Analisis ini menitikberatkan kepada pendekatan individu, maksudnya adalah analisis yang melihat suatu kegiatan proyek dari segi individu. Dalam hal ini bisa lembaga – lembaga keuangan, badan – badan pemerintah maupun perusahaan swasta yang berhubungan langsung dengan proyek (sebagai pemilik perusahaan atau pemegang saham) dan disebut investor.

Menurut Suad Husnan dan Suwarsono M., analisis finansial adalah analisis yang hanya membatasi manfaat dan pengorbanan dari sudut pandang perusahaan. Sedangkan analisis ekonomi adalah analisis yang tidak hanya memperhatikan manfaat yang dinikmati dan pengorbanan yang ditanggung perusahaan, tetapi juga oleh semua pihak dalam perekonomian.

Perbedaan mendasar dari analisis finansial dan analisis ekonomi adalah sebagai berikut :

• Harga Dalam analisis finansial harga yang dipakai pedoman adalah harga pasar

(market price), baik untuk sumber – sumber yang digunakan dalam proses produksi maupun untuk hasil – hasil produksi dari proyek. Dalam analisis ekonomi harga yang dipakai pedoman adalah harga bayangan (shadow price), yaitu sebuah harga yang nilainya tidak sama dengan harga pasar (bisa diatas maupun dibawah harga pasar), tetapi harga tersebut dianggap mencerminkan nilai ekonomi yang sebenarnya dari suatu barang atau jasa.

• Pajak Dalam analisis finansial pajak merupakan biaya dalam proyek yang

dibayarkan kepada instansi pemerintah sehingga perlu diperhitungkan, atau dipakai untuk mengurangi benefit. Dalam analisis ekonomi pajak merupakan transfer payment, yaitu bagian dari benefit proyek yang diserahkan kepada pemerintah. Oleh sebab itu pajak tidak dikurangi dalam perhitungan benefit dari suatu proyek.

• Subsidi Dalam analisis finansial besarnya subsidi yang diberikan akan meringankan

proyek karena mengurangi biaya. Dalam analisis ekonomi subsidi dianggap sebagai sumber – sumber yang dialihkan dari masyarakat untuk digunakan dalam proyek, oleh karena itu subsidi yang diperoleh proyek merupakan beban masyarakat, sehingga besarnya subsidi harus ditambahkan pada harga pasar barang – barang yang digunakan dalam proyek.

• Biaya Investasi dan Pelunasan Pinjaman Dalam analisis finansial yang tergolong biaya pada tahap permulaan proyek

hanyalah yang dibiayai dengan modal saham si penanam modal sendiri. Bagian investasi yang dibiayai dengan modal pinjaman, baik dalam maupun luar negeri tidak dianggap sebagai biaya pada saat dikeluarkannya, sebab pengeluaran modal milik pihak lain tidak menjadi beban bagi penanam modal

• Bunga Dalam analisis finansial bunga atas pinjaman dari dalam maupun dari luar negeri, merupakan biaya proyek.

Dalam analisis ekonomi bunga pinjaman tidak dimasukkan sebagai biaya karena modal tersebut dianggap sebagai modal masyarakat sehingga bunga pun dianggap sebagai benefit proyek.

2.9.2 Aliran Kas ( Cash Flow )

Aliran kas adalah suatu aliran yang menggambarkan keluar masuknya uang untuk setiap periode waktu tertentu (Giatman, 2007). Aliran kas proyek dikelompokkan menjadi tiga yaitu aliran kas awal, aliran kas operasional, dan aliran kas terminal.

1) Aliran kas awal Aliran kas awal adalah pengeluaran untuk merealisasi gagasan sampai menjadi kenyataan fisik, misalnya arus kas langsung pengeluaran biaya untuk membangun unit instalasi (produksi) baru sampai siap beroperasi, yang terdiri dari biaya prakonstruksi, pembelian material dan peralatan, konstruksi, start-up, dan modal kerja. Untuk proyek – proyek besar, arus kas awal dapat berlangsung 2-3 tahun (Soeharto, 2002). Oleh karena itu, aliran kas ini biasanya diberi tanda negatif.

2) Aliran kas periode operasi Aliran kas ini berasal dari operasi perusahaan (kegiatan utama perusahaan). Aliran kas operasional meliputi aliran kas masuk dan aliran kas keluar. Aliran kas masuk berasal dari penjualan (pendapatan), sedangkan aliran kas keluar adalah kas yang dikeluarkan untuk membayar operasional perusahaan (Suratman, 2001).

3) Aliran kas akhir Aliran kas akhir menunjukkan aliran kas pada akhir umur ekonomis proyek. Oleh karena itu aliran kas ini berasal dari modal kerja dan penjualan aktiva tetap yang sudah habis umur ekonomisnya (Suratman, 2001).

2.9.3 Konsep Nilai Waktu Uang

Time value of money adalah perubahan nilai mata uang seiring dengan berjalannya waktu. Perubahan yang dimaksud adalah penurunan daya beli uang terhadap suatu barang atau jasa. Pemahaman bahwa seribu rupiah saat ini akan lebih tinggi nilainya daripada beberapa tahun yang akan datang merupakan fenomena yang dapat menunjukkan bahwa nilai uang senantiasa berubah dengan berjalannya waktu. Konsep inilah yang menjadi landasan dalam membuat keputusan untuk melakukan investasi.

Pada umumnya masalah finansial suatu investasi mencakup periode waktu yang cukup lama, bertahun – tahun, sehingga perlu diperhitungkan pengaruh waktu terhadap nilai uang. Hal ini dirumuskan sebagai bunga (interest) atau tingkatan arus pengembalian (rate of return). Bunga tersebut dibedakan menjadi dua macam yaitu bunga sederhana dan bunga majemuk atau bunga berbunga. Bunga sederhana adalah bunga yang dihitung secara lancar, tidak ditambahkan ke dana pokok untuk menghitung perolehan berikutnya. Bunga majemuk adalah bunga yang perhitungan besarnya dana pokok berikutnya sama dengan dana pokok periode sebelumnya ditambah jumlah bunga yang diperoleh sampai waktu itu (Soeharto, 1997).

Hubungan antara nilai uang yang akan datang (F), terhadap nilai sekarang (PV) dituliskan dengan rumus :

F = Nilai uang yang akan datang PV = Nilai uang saat ini

i = Tingkat bunga

Untuk penerapan bunga majemuk rumusnya adalah :

Tahun pertama : F 1 = PV (1 + i)

Tahun kedua 2 : F

2 =F 1 (1 + i) = PV (1 + i).(1 + i) = PV (1 + i)

Tahun ke-n : F = PV (1 + i) n n (2.56)

2.9.4 Net Present Value ( NPV )

NPV merupakan selisih antara pengeluaran dan pemasukan yang telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital sebagai diskon faktor, atau dengan kata lain merupakan arus kas yang diperkirakan pada masa yang akan datang yang didiskonkan pada saat ini. Untuk menghitung NPV diperlukan data tentang perkiraan biaya investasi, biaya operasi, dan pemeliharaan serta perkiraan manfaat/benefit dari proyek yang direncanakan.

Berkaitan dengan investasi (modal) yang akan ditanamkan, maka diperlukan pedoman untuk dapat dengan bijak menilai investasi tersebut. Dan pedoman tersebut yang dapat dipakai sebagai panduan adalah :

a. Terima investasi yang diharapkan bilamana memberikan NPV positif.

b. Terima investasi yang memberikan IRR yang lebih besar daripada tingkat keuntungan yang diisyaratkan. Tentu saja penyajian konsep ini berlaku bilamana kondisi pasar uang dan

pasar modal yang sempurna dengan catatan :

a. Tingkat suku bunga yang ada adalah stabil dan sama, tidak berfluktuatif.

b. Tidak adanya pihak yang dominan untuk mempengaruhi pasar.

c. Kondisi diluar transaksi keuangan yang ada adalah stabil.

Perbedaan antara nilai sekarang dari arus masuk kas dan nilai sekarang dari arus kas keluar. NPV digunakan dalam penganggaran modal untuk menganalisis profitabilitas investasi atau proyek. Analisis NPV sensitif terhadap keandalan arus kas masa depan bahwa investasi atau proyek akan menghasilkan. Rumus :

NPV = ∑ n

Cn

= 0 n = 0 ( (2.57) 1 + r )

dengan : Cn = Cashflow pada periode ke-n r= Bunga (%) n

= Periode/tahun terakhir aliran kas

Indikasi NPV terhadap keputusan investasi yang akan dilakukan.

NPV > 0 Investasi yang dilakukan

Proyek bisa dijalankan

memberikan manfaat bagi perusahaan

NPV < 0 Investasi yang dilakukan akan

Proyek ditolak

mengakibatkan kerugian bagi perusahaan

NPV = 0 Investasi yang dilakukan tidak

Kalau proyek dilaksanakan atau

mengakibatkan perusahaan

tidak dilaksanakan tidak

untung ataupun merugi

berpengaruh pada keuangan perusahaan. Keputusan harus ditetapkan dengan menggunakan kriteria lain misalnya dampak investasi terhadap positioning perusahaan.

2.9.5 Internal Rate of Return ( IRR )

Dalam analisis ini, untuk menentukan apakah suatu usulan proyek investasi dianggap layak atau tidak, dengan cara membandingkan IRR dengan tingkat keuntungan yang diharapkan/disyaratkan. Perhitungan IRR dilakukan dengan cara mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi (Suratman, 2001).

Adapun formulasinya sebagai berikut :

A Ao

(2.58) ( 1 + r ) ( 1 + r )

dengan :

A = Aliran kas r

= Discount rate yang digunakan n

= Periode terakhir aliran kas yang diharapkan

Indikasi : IRR > Arus pengembalian yang diinginkan (i), maka proyek dapat diterima. IRR = Arus pengembalian yang diinginkan (i), maka proyek impas (paid off

project). IRR < Arus pengembalian yang diinginkan (i), maka proyek ditolak.

2.9.6 Benefit-Cost Ratio ( BCR )

Benefit Cost Ratio (BCR) adalah salah satu metode yang sering digunakan dalam tahap – tahap dalam perencanaan investasi atau sebagai analisis tambahan dalam rangka memvalidasi hasil evaluasi yang telah dilakukan dengan metode – metode lainnya. Metode BCR ini memberikan penekanan terhadap nilai perbandingan antara aspek manfaat (benefit) yang akan diperoleh dengan aspek biaya dan kerugian yang akan ditanggung (cost) dengan adanya investasi tersebut (Giatman, 2007). Adapun formulasinya sebagai berikut :

( PV ) B BCR = (2.59) ( PV ) C

dengan : BCR = Perbandingan manfaat terhadap biaya (PV)B = Nilai sekarang benefit (PV)C = Nilai sekarang biaya

Pada proyek – proyek swasta benefit umumnya pendapatan dikurangi biaya diluar biaya pertama, sehingga :

dengan : R

= Nilai sekarang benefit (C)op = Nilai sekarang biaya Cf = Biaya pertama

Indikasi : BCR > 1, usulan proyek dapat diterima BCR < 1, usulan proyek ditolak BCR = 0, berarti netral

2.9.7 Peramalan Pendapatan

Peramalan pendapatan yang akan diperoleh dari proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini/Mikro Hidro di Daerah Aliran Sungai Bendo pada tahun – tahun berikutnya dilakukan setelah data – data yang diperlukan dapat dikumpulkan. Peramalan pendapatan ini sangat penting dalam analisis finansial, karena peramalan pendapatan pada tahun – tahun berikutnya sangat memegang peranan untuk analisa present value (nilai sekarang) dari pendapatan yang didapat. Selain untuk keperluan tersebut, analisis peramalan pendapatan proyek diperlukan

Kesesuaian pemilihan metode peramalan sangat penting dalam kegiatan peramalan pendapatan yang akan dilakukan. Metode yang digunakan dalam peramalan pendapatan yang akan diperoleh dari proyek pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mini/Mikro Hidro ini, yaitu metode deret waktu (time series method). Metode ini semata – mata mendasarkan diri pada data dan keadaan masa lampau. Jika keadaan di masa yang akan datang cukup stabil dalam arti tidak banyak berbeda dengan keadaan masa lampau, metode ini dapat memberikan hasil peramalan yang cukup akurat (Husnan, S. dan Suwarsono, 2000).

Beberapa metode yang terangkum dalam metode time series adalah :

a. Metode Trend Linear Metode ini digunakan jika scatter diagram dari data masa lalu yang tersedia cenderung merupakan garis lurus. Fungsi persamaan dari metode ini adalah :

Y = a + bX (2.61)

Koefisien a dan b dapat diperoleh dengan : a= ∑y : n

(2.62) b= 2 ∑XY : ∑X (2.63)

dengan : Y = Variabel permintaan

X = Variabel tahun n = Jumlah data

b. Metode Trend Kuadratik Metode ini digunakan jika scatter diagram dari data masa lalu yang tersedia cenderung berbentuk parabola. Fungsi persamaan dari metode ini adalah :

Y = a + bX + cX 2 (2.64)

Koefisien a, b dan c diperoleh dengan : a=( 2 ∑y - c∑X ):n

(2.65) b=

∑XY : ∑X 2 (2.66)

2 2 4 2 c = [n 2 ∑X Y–( ∑X )–( ∑Y)] : [n∑X –( ∑X ) ] (2.67)

c. Metode Trend Simple Exponential Metode ini digunakan jika scatter diagram dari data masa lalu yang tersedia cenderung naik turun dengan perbedaan yang tidak terlalu banyak, tetapi secara keseluruhan cenderung naik. Fungsi persamaan dari metode ini adalah :

1 Y x = ab (2.68)

Yang dapat diubah dalam fungsi logaritma : Log Y 1 = log a + (log b) X

(2.69) Jika ∑X = 0 Log a = ( ∑ log Y) : n

(2.70) Log b = [

∑X (log Y)] : ∑X 2 (2.71)

2.9.8 Analisis Sensitivitas

Analisis finansial suatu proyek dibuat berdasarkan sejumlah asumsi. Hal ini disebabkan karena banyak faktor ketidakpastian mengenai situasi dan kondisi dimasa depan. Asumsi yang dipakai memperhatikan data yang diperoleh dari proyek yang sudah ada atau dari teori yang berhubungan dengan proyek – proyek yang direncanakan. Walaupun asumsi yang dipakai dipilih dari alternatif – alternatif yang dianggap paling baik menurut data dan perkiraan dimasa itu namun keputusan yang akan diambil berlainan bila asumsi yang dipakai berbeda. Oleh karena itu, studi kelayakan aspek finansial memerlukan suatu analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bermaksud mengkaji sejauh mana perubahan unsur – unsur dalam aspek finansial berpengaruh terhadap keputusan yang dipilih. Disini akan terlihat sensitif tidaknya keputusan yang diambil terhadap perubahan unsur – unsur tertentu. Unsur – unsur ini dapat berupa perubahan harga mentah, biaya produksi, turunnya harga pokok per unit dan lain – lain.

Apabila unsur tertentu berubah dengan variasi yang relatif besar, tetapi tidak berakibat bagi keputusan, maka dikatakan keputusan tersebut tidak sensitif terhadap unsur yang dimaksud. Sebaliknya apabila terjadi perubahan kecil saja sudah mengakibatkan perubahan keputusan maka dikatakan keputusan tersebut sensitif terhadap unsur yang dimaksud (Soeharto, 1997).

Analisa sensitivitas adalah metode umum untuk non probabilistik, dengan tujuan menyiapkan informasi tentang akibat potensial dari ketidakpastian dalam memperkirakan faktor-faktor yang dipilih. Penggunaan secara rutin dalam pengembangan informasi sangat bermanfaat dalam proses keputusan.

Beberapa teknik yang dapat digunakan dalam analisa sensitivitas diantaranya : (1) Analisa titik impas. Teknik ini biasanya digunakan ketika pemilihan diantara alternatif proyek bersifat dependent pada satu faktor yang tidak pasti. Dalam persamaan matematika, dinotasikan sebagai :

EWa = f 1 ( y ) dan Ewb = f 2 ( y ) (2.72)

dengan : EWa = Nilai ekivalen dari aliran kas bersih alternatif a Ewb = Nilai ekivalen dari aliran kas bersih alternatif b y

= Faktor bunga yang mempengaruhi nilai ekivalen dari alternatif

a dan alternatif b.

Faktor-faktor proyek yang mungkin untuk analisa titik impas diantaranya:

(a) Pendapatan dan beban tahunan. (b) Tingkat pengembalian. (c) Nilai pasar (nilai sisa). (d) Usia guna asset.

(e) Kapasitas proyek yang direncanakan.

(2) Grafik sensitivitas (spiderplot). Digunakan untuk dua atau lebih faktor proyek dan melihat tingkat sensitivitas dari perubahan yang terjadi pada faktor tersebut. Spider plot digunakan ketika analisa titik impas tidak tepat untuk keadaan proyek. Pendekatan ini memasukkan pengaruh ketidakpastian pada setiap faktor yang berhubungan dengan pilihan terbaik.

(3) Kombinasi faktor-faktor. Digunakan ketika ada kombinasi pengaruh ketidakpastian dari faktor-faktor proyek. Pendekatan awalnya menggunakan spiderplot. Ketika situasi dimana ketidakpastian dua atau lebih faktor proyek muncul dalam pemilihan alternatif terbaik. Pendekatan kombinasi faktor dapat dilakukan sebagai berikut :

(a) Membuat grafik sensitivitas. Termasuk untuk faktor yang paling sensitif, perbaiki estimasi dan kurangi ketidakpastian sebelum analisa lebih lanjut.

(b) Pilih faktor proyek paling sensitif berdasarkan grafik sensitivitas.

Kembangkan pengaruh antar faktor dengan membuat grafik tambahan yang mengkombinasikan dua faktor yang paling sensitif, lanjutkan untuk tiga faktor yang paling sensitif dan seterusnya.