VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

V. VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN

1. Konsep Valuasi ESDAL

Valuasi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan (SDAL) adalah upaya untuk memberikan nilai kuantitatif (monetisasi) terhadap barang atau jasa yang dihasilkan oleh sumber daya alam dan lingkungan atas dasar nilai pasar ( market value ) ataupun nilai non pasar ( non market value ). Valuasi ekonomi ESDAL merupakan alat ekonomi ( economic tools ) yang menggunakan teknik penilaian tertentu untuk mengestimasi nilai uang atau jasa yang dihasilkan oleh SDAL.

Ada perbedaan antara valuasi ekonomi ( economic valuation ) dengan apraisal ekonomi ( economic appraisal atau economic assessment ) dimana apraisal ekonomi berkaitan dengan penilaian rencana investasi pada suatu kegiatan ekonomi atau studi kelayakan investasi. Pada umumnya studi kelayakan investasi menilai biaya dan manfaat barang dan atau jasa yang bersifat nyata ( tangible ) dan ada pasarnya ( marketable good ), baik dengan harga pasar atau harga bayangan ( shadow price ). Tujuan kegiatan apraisal ekonomi adalah untuk menentukan nilai atau manfaat dan kelayakan investasi berdasarkan kriteria pengambilan keputusan. Sementara valuasi ekonomi upaya memberi nilai kuantitatif (monetasi) terhadap barang atau jasa yang dihasilkan sumber daya alam dan lingkungan baik atas dasar nili pasar ( market value ) maupun nilai non pasar ( non market value ).

Pemahaman terhadap konsep valuasi ekonomi SDAL memungkinkan para pengambil kebijakan dapat menentukan penggunaan SDAL yang efektif dan efisien. Valuasi ekonomi SDAL dapat digunakan untuk menunjukan keterkaitan antara konservasi SDAL dan pembangunan ekonomi, sehingga valuasi ekonomi dapat menjadi alat penting dalam upaya meningkatkan apresiasi dan kesadaran masyarakat terhadap SDAL dan lingkungan. Valuasi ekonomi SDAL merupakan suatu bentuk penilaian yang komprehensif, tidak hanya nilai pasar ( market value ) dari barang tetapi juga nilai jasa yang dihasilkan oleh SDAL yang sering tidak terkuantifikasi ke dalam perhitungan menyeluruh SDAL.

Pendekatan perhitungan ekonomi untuk jasa ekosistem dan sumber daya alam (economic valuation) dewasa ini semakin popular di dunia konservasi alam dan perlindungan hutan. Conservation International (CI) kerap menggunakan metoda ini Pendekatan perhitungan ekonomi untuk jasa ekosistem dan sumber daya alam (economic valuation) dewasa ini semakin popular di dunia konservasi alam dan perlindungan hutan. Conservation International (CI) kerap menggunakan metoda ini

Keberatan dan kritik yang dilontarkan terhadap kajian ekonomi ini dipicu oleh berbagai alasan yang umumnya dipengaruhi oleh dasar filosofi yang dianut oleh kalangan tertentu. Misalnya kelompok ekosentris berpendapat bahwa setiap makhluk bernyawa memiliki hak untuk hidup sehingga manusia tidak sepatutnya memberikan nilai ekonomi terhadap mereka kalau sekedar demi memuluskan tujuan eksploitasi SDA. Di lain pihak kalangan antroposentris berargumen bahwa SDA baru berarti bila mampu memberikan kontribusi nyata terhadap kesejahteraan masyarakat.

Pendapat ini tentu saja dibantah oleh kelompok pertama yang bersikeras bahwa pendapat di atas akan menyebabkan eksploitasi berlebihan. Aliran yang mempromosikan bahwa SDA dianggap bermanfaat jika sanggup memenuhi kebutuhan manusia adalah sumber malapetaka kerusakan lingkungan selama ini. Pendapat ini juga ada benarnya bila kita menilai kebutuhan manusia dalam pandangan sempit yaitu hanya dari aspek pemenuhan materi.

Oleh karena itu, tujuan valuasi ekonomi SDAL adalah untuk menjamin tercapainya tujuan maksimalisasi kesejahteraan individu yang berkaitan dengan keberlanjutan ekologi dan keadilan distribusi.

Sedangkan manfaat valuasi ekonomi SDAL adalah untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumber daya alam yang baik, menggambarkan keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program Sedangkan manfaat valuasi ekonomi SDAL adalah untuk mengilustrasikan hubungan timbal balik antara ekonomi dan lingkungan yang diperlukan untuk melakukan pengelolaan sumber daya alam yang baik, menggambarkan keuntungan dan kerugian yang berkaitan dengan berbagai pilihan kebijakan dan program

2. Nilai Ekonomi Total SDAL

Berdasarkan tipologi valuasi ekonomi Barton (1994), Barbier (1993) dan Freeman (2002), penentuan valuasi (nilai) ekonomi SDAL menggunakan Nilai Total Valuasi (TEV) SDAL, dengan skema sebagai berikut:

Nilai Guna Langsung / Direct Use Value (DUV)

Nilai Kegunaan / Use Value (UV)

Nilai Guna Tidak Langsung / Indirect Use Value (IUV)

Nilai Ekonomi Total (TEV) Nilai Guna Pilihan / Option Value (OV)

Nilai Non Kegunaan / Non-

Nilai Keberadaan /

Use Value (NUV)

Existance Value (EV) Nilai Warisan / Bequest

Value (BV)

Nilai Guna Langsung (DUV): mencakup seluruh manfaat SDA dan lingkungan yang dapat diperkirakan langsung dari konsumsi dan produksi melalui satuan harga berdasarkan mekanisme pasar. Nilai guna tersebut dibayar oleh seseorang atau masyarakat yang secara langsung menggunakan dan mendapatkan manfaat dari SDA dan lingkungan. Nilai DUV dihitung berdasarkan kontribusi SDA dan lingkungan dalam membantu proses produksi dan konsumsi saat ini (komiditi yang secara langsung dapat dikonsumsi atau bahan produksi barang atau jasa)

Nilai Guna Tidak Langsung (IUV): terdiri atas manfaat fungsional dari proses ekologi yang secara terus-menerus memberikan konstribusinya terhadap masyarakat dan ekosistem. Areal pertanian yang cukup luas memberikan manfaat tidak langsung berupa kenyamanan udara, keindahan pemandangan, pengendali banjir, Nilai Guna Tidak Langsung (IUV): terdiri atas manfaat fungsional dari proses ekologi yang secara terus-menerus memberikan konstribusinya terhadap masyarakat dan ekosistem. Areal pertanian yang cukup luas memberikan manfaat tidak langsung berupa kenyamanan udara, keindahan pemandangan, pengendali banjir,

Nilai Guna Pilihan (OV): tidak dieksploitasi pada saat ini, tetapi "disimpan" demi kepentingan yang akan datang. Manfaat ini bersifat bonus dimana konsumen mau membayar untuk aset yang tidak digunakan, dengan alasan yang sederhana yakni untuk menghindari risiko karena tidak memilikinya di masa mendatang.

Nilai Keberadaan (EV): muncul dari kepuasan seseorang atau komunitas atas keberadaan suatu aset, walaupun yang bersangkutan tidak berminat untuk menggunakannya. Dengan kata lain nilai diberikan seseorang atau masyarakat kepada SDAL tertentu karena memberikan manfaat spiritual, estetika dan budaya.

Nilai Warisan (BV): diberikan oleh masyarakat yang hidup saat ini terhadap SDA dan lingkungan tertentu agar tetap ada dan utuh untuk diberikan kepada generasi akan datang. Nilai ini berkaitan dengan konsep penggunaan masa datang atau pilihan dari orang lain untuk menggunakannya.

3. Metode Valuasi Ekonomi SDAL

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam mengukur nilai ekonomi SDAL menurut Turner, Pearce dan Bateman (1993), yaitu:

Monetary Valuation

Dose-Response Inference

Revealed

Method Method

Preference

Method

Contingent Valuation

Replacement Method

Travel Cost

Hedonic

Method

Pricing Method

Cost

Mitigation Measures

Welfare

Consumer

Surplus Measures

Behavior

Opportunity Cost

D-CURVE APPROACHES

1. Expression Inference Method

a. Contingent Valuation Method (CVM) Metode ini digunakan untuk membuat perkiraan nilai ekonomi untuk hampir semua ekosistem atau jasa lingkungan. CVM dapat digunakan untuk memperkirakan nilai-nilai penggunaan dan nilai-nilai non-penggunaan. Merupakan metode yang paling banyak digunakan untuk memperkirakan nilai- nilai non-penggunaan, atau nilai-nlai "penggunaan pasif". Metode ini dilakukan dengan cara meminta orang untuk langsung menyatakan kesediaan mereka untuk membayar jasa lingkungan tertentu, berdasarkan skenario hipotetis. CVM karena bersifat contingent (tergantung) di mana informasi yang diperoleh sangat tergantung pada hipotesis yang dibangun. CVM secara langsung melibatkan partisipasi masyarakat dalam survei dengan cara menanyakan kepada masyarakat berapa banyak mereka akan bersedia membayar untuk jasa lingkungan tertentu. Dalam beberapa kasus, orang ditanyakan tentang seberapa besar jumlah kompensasi yang bersedia mereka terima untuk jasa lingkungan tertentu. Hal ini disebut "kontingen" penilaian, karena orang diminta untuk menyatakan kesediaan mereka untuk membayar, tergantung pada skenario hipotetis tertentu dan deskripsi jasa lingkungan. Pendekatan CVM ini secara teknis dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

 Dengan teknik eksperimental melalui simulasi dan permainan.  Dengan teknik survei.

Didalam tahap operasional penerapan pendekatan CVM terdapat lima tahap kegiatan (proses), yaitu sebagai berikut:

 Tahap I: membuat hipotesis pasar.  Tahap II: mendapatkan nilai lelang ( bids ).  Tahap III: menghitung rataan WTP ( willingness to pay ) dan WTA

( willingness to accept ).  Tahap IV: memperkirakan kurva lelang ( bid curve ).  Tahap V: mengagregatkan data.

2. Revealed Preferences Method

a. Travel Cost Method (TCM) Merupakan metode tertua yang digunakan untuk pengukuran nilai ekonomi tidak langsung. Metode ini seringkali digunakan untuk menganalisis permintaan terhadap rekreasi di alam terbuka ( outdoor recreation ) seperti memancing, berburu, hiking dan lain sebagainya. Metode ini mengkaji biaya yang dikeluarkan setiap individu untuk mendatangi tempat-tempat rekreasi di atas. Dengan mengetahui pola ekspenditur dari konsumen ini, maka dapat dikaji berapa nilai yang diberikan konsumen kepada sumber daya alam dan lingkungan yang dikunjunginya. Metode TCM ini dapat digunakan untuk mengukur manfaat dan biaya akibat:

 Perubahan biaya akses (tiket masuk) di suatu tempat rekreasi.  Penambahan tempat rekreasi baru.  Perubahan kualitas lingkungan tempat rekreasi.  Penutupan tempat rekreasi yang ada.

Secara umum ada dua teknik sederhana yang digunakan untuk menentukan nilai ekonomi berdasarkan TCM yaitu:

 Pendekatan sederhana melalui zonasi.  Pendekatan individual TCM menggunakan data sebagian besar dari survei.

b. Hedonic Pricing (HP) Teknik Hedonic Pricing pada prinsipnya adalah mengestimasi nilai implisit karakteristik atau atribut yang melekat pada suatu produk dan mengkaji hubungan antara karakteristik yang dihasilkan tersebut dengan permintaan barang dan jasa. Misalnya, permintaan rumah yang dibangun di tepi danau akan banyak ditentukan oleh karakteristik yang dihasilkan dari danau itu (keindahan, kebersihan dan sebagainya). Di sisi lain, nilai properti (perumahan) juga banyak ditentukan oleh kualitas lingkungan dan diasumsikan bahwa semakin buruk kualitas lingkungan, maka semakin menurun nilai properti tersebut. Analisis HP terdiri dari dua tahap, yaitu:

 Tahap I: penentuan variabel kualitas lingkungan yang akan dijadikan studi (fungsi HP) dan pengkajiannya memerlukan ketersediaan data spasial dan

data harga suatu objek yang akan dinilai.  Tahap II: penentuan fungsi permintaan dari kualitas lingkungan berdasarkan

informasi yang diperoleh dari Tahap I. Penentuan fungsi permintaan ini akan dipengaruhi oleh informasi mengenai sisi penawaran pasar.

Masalah yang timbul dalam melakukan HP dengan menggunakan metode regresi sederhana untuk menghitung tingkat permintaan, yaitu:

 Ada variabel yang tidak termasuk dalam regresi ( omitted variables ) saat pemilihan variabel bebas, di mana ada kemungkinan variabel yang semestinya mempengaruhi fungsi permintaan tidak dimasukkan ke dalam model sehingga akan menghasilkan nilai R 2 yang kecil dan koefisien yang

bias.  Adanya multi kolinieritas, di mana variabel bebas yang dipilih dalam model

kemungkinan saling terkait satu sama lain sehingga menimbulkan kolinieritas. Munculnya kolinieritas ini bisa saja menghasilkan tanda yang salah untuk koefisien peubah bebas.

 Pemilihan fungsi HP juga harus diperhatikan sebab apakah sudah tepat jika fungsi tersebut dimodelkan secara linier dan bukan non-linier. Kesalahan memilih fungsi ini akan menghasilkan interpretasi yang keliru.

NON D-CURVE APPROACHES

1. Dose-Response Method Ini merupakan prosedur tidak langsung valuasi biaya lingkungan dan manfaat. Dosis analisis metode Response hubungan antara mengatakan, polusi dan efek yang dimilikinya, misalnya, efek kesehatan. Ini adalah proses karakterisasi hubungan antara dosis agen diberikan, dan terjadinya efek yang merugikan kesehatan antara terkena. Insiden efek ini kemudian diperkirakan sebagai fungsi dari paparan agen. 'Dosis' menunjukkan jumlah agen sementara 'respon' mengacu pada pengaruh agen sekali diberikan. Hubungan dosis-respon ditentukan secara grafis dengan menentukan efek dari berbagai dosis diberikan pada respon. Secara umum, meningkatkan dosis agen berbahaya akan menghasilkan peningkatan proporsional 1. Dose-Response Method Ini merupakan prosedur tidak langsung valuasi biaya lingkungan dan manfaat. Dosis analisis metode Response hubungan antara mengatakan, polusi dan efek yang dimilikinya, misalnya, efek kesehatan. Ini adalah proses karakterisasi hubungan antara dosis agen diberikan, dan terjadinya efek yang merugikan kesehatan antara terkena. Insiden efek ini kemudian diperkirakan sebagai fungsi dari paparan agen. 'Dosis' menunjukkan jumlah agen sementara 'respon' mengacu pada pengaruh agen sekali diberikan. Hubungan dosis-respon ditentukan secara grafis dengan menentukan efek dari berbagai dosis diberikan pada respon. Secara umum, meningkatkan dosis agen berbahaya akan menghasilkan peningkatan proporsional

2. Replacement Cost

Damage Cost Method, Replacement Cost, dan Subtitute Cost Method merupakan metode yang memperkirakan nilai jasa ekosistem berdasarkan biaya untuk menghindari kerusakan akibat layanan yang hilang terkait, biaya penggantian jasa ekosistem, atau biaya penyediaan jasa pengganti. Metode ini tidak memerlukan pengukuran yang ketat dari nilai-nilai ekonomi, yang didasarkan pada kesediaan masyarakat untuk membayar untuk suatu produk atau jasa. Sebaliknya, mereka menganggap bahwa biaya untuk menghindari kerusakan atau mengganti ekosistem atau jasa dengan memberikan perkiraan yang berguna dari nilai ekosistem atau jasa tersebut. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa, jika orang mengeluarkan biaya untuk menghindari kerusakan yang disebabkan oleh layanan ekosistem hilang, atau untuk mengganti jasa ekosistem, maka layanan tersebut harus bernilai setidaknya apa yang orang membayar untuk menggantikan mereka. Dengan demikian, metode ini paling tepat diterapkan dalam kasus di mana penghindaran kerusakan atau penggantian pengeluaran benar-benar telah dibuat.

3. Mitigation Behavior

Mitigation Behavior (perilaku mitigasi) adalah metode untuk melihat perilaku masyarakat yang mengalami suatu peristiwa/bencana lingkungan yang belum pernah dialami sebelumnya, misal bencana banjir. Orang tanpa pengalaman banjir cenderung meremehkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh peristiwa semacam itu. Metode ini digunakan untuk melihat orang-orang yang terkena dampak bencana banjir yang dibandingkan dengan orang yang tidak terpengaruh, tetapi juga tinggal di daerah rawan banjir. Metode ini dilakukan dengan wawancara dengan orang- orang yang terkena bencana (misal banjir). Hasil menunjukkan bahwa orang tanpa pengalaman banjir yang dibayangkan konsekuensi dari banjir berbeda dari orang- Mitigation Behavior (perilaku mitigasi) adalah metode untuk melihat perilaku masyarakat yang mengalami suatu peristiwa/bencana lingkungan yang belum pernah dialami sebelumnya, misal bencana banjir. Orang tanpa pengalaman banjir cenderung meremehkan dampak negatif yang ditimbulkan oleh peristiwa semacam itu. Metode ini digunakan untuk melihat orang-orang yang terkena dampak bencana banjir yang dibandingkan dengan orang yang tidak terpengaruh, tetapi juga tinggal di daerah rawan banjir. Metode ini dilakukan dengan wawancara dengan orang- orang yang terkena bencana (misal banjir). Hasil menunjukkan bahwa orang tanpa pengalaman banjir yang dibayangkan konsekuensi dari banjir berbeda dari orang-

4. Opportunity Cost Opportunity Cost of Capital (OCC) adalah nilai ekonomi yang hilang akibat pemilihan penggunaan modal suatu investasi, ketika memilih investasi yang lainnya. Pada umumnya OCC diukur melalui tingkat IRR ( Internal Rate Return ) dari suku bunga pinjaman bank. Penerapan otonomi daerah memberikan dampak tekanan yang tinggi terhadap pengelolaan kawasan konservasi. Menimbulkan negoisasi-negoisasi dengan pemerintah daerah setempat terutama pemanfaatan lahan. Tidak jarang menimbulkan konflik kepentingan antara pengelola kawasan konservasi dengan pemerintah daerah setempat dimana secara teritorial kawasan konservasi terletak di daerah setempat. Apalagi kepentingan mengejar PAD (Pendapatan Asli Daerah) oleh pemerintah daerah setempat dan pertimbangan OCC kawasan konservasi yang lebih menguntungkan apabila dapat digunakan sebagai peruntukan lainnya seperti pertanian.

Dokumen yang terkait

Studi Kualitas Air Sungai Konto Kabupaten Malang Berdasarkan Keanekaragaman Makroinvertebrata Sebagai Sumber Belajar Biologi

23 176 28

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24