Ego Tokoh Nyonya Toine

4.1.4 Ego Tokoh Nyonya Toine

  Menurut Freud, Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan secara baik dengan dunia kenyataan atau realita. Berikut peneliti sertakan gambaran Ego pada tokoh nyonya Toine dalam cerpen Toine dengan menyertakan beberapa kutipan di bawah ini.

  (8) (T) (11)

  “Mais la mère Toine devient de plus en plus méchante. Elle ne peut pas supporter que son gros paresseux de mari continue à s’amuser, à jouer aux cartes dans son lit.”

  “Namun, ibu Toine semakin lama semakin kejam. Dia tidak tahan suaminya yang gemuk dan pemalas itu terus senang, terus bermain kartu di kamarnya.”

  Kutipan di atas menjelaskan ketika nyonya Toine menjadi sangat marah ketika melihat suaminya selalu bermalas-malasan setiap hari dan terlihat bersenang-senang dengan temannya sambil bermain kartu di kamar tempat ia berbaring.

  Pada kalimat “Mais la mère Toine devient de plus en plus méchante.” yang artinya “Namun, ibu Toine semakin lama semakin kejam.” kata “méchante” yang berarti “kejam” merupakan gambaran Ego dari tokoh Nyonya Toine. Kejam adalah kebutuhan organik yang ditimbulkan oleh sifat dasar “marah”. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan Sigmud Freud bahwa Ego adalah aspek psikologis dari kepribadian dan timbul karena kebutuhan organisme untuk berhubungan dengan dunia kenyataan atau realita. Id dari nyonya Toine yang pemarah menjadikan Ego dari nyonya Toine yang menjadi kejam muncul karena melihat suaminya tidak melakukan hal yang dapat memenuhi kebutuhannya sebagai seorang suami. Toine hanya berbaring dan terlihat riang terlebih ketika sedang dijenguk para temannya kemudian mereka bermain kartu di atas rajang tempat ia tidur. Hal tersebutlah yang mendorong Ego dari nyonya Toine menjadi semakin kejam terhadap suaminya, Toine.

  (9) (T) (11)

  «Elle lui dit qu’il est un bon à rien parce qu’il gagne de l’argent sans rien faire, qu’il mange et boit comme dix, et presque tous les jours elle déclare d’un air furieux : – Ça serait mieux avec les cochons, un gros lard comme ça. Ça a tant

  de graisse qu’on en a mal au coeur.»

  “Dia berkata kepadanya, bahwa suaminya tidak bagus dalam hal apapun karena dia mendapatkan uang tanpa melakukan apa-apa, karena dia makan dan minum seperti 10 orang, dan hampir setiap hari dia berkata dengan air muka marah ; -Lebih baik dengan babi, lelaki gemuk seperti itu. Itu juga memiliki lemak yang membuat sakit jantung.”

  Kutipan di atas menjelaskan ketika nyonya Toine menjadi sangat marah ketika melihat suaminya selalu terlihat riang dan tanpa melakukan apa-apa suaminya bisa mendapatkan uang. Ia juga merasa bahwa suaminya, Toine tidak bagus dalam segala hal. Selain itu ia merasa kesal dengan suaminya karena ketika suaminya sedang makan atau minum, makanan dan minuman yang diambilnya jika dihitung dapat dihabiskan oleh 10 orang. Kemudian nyonya Toinepun merasa bahwa ia lebih baik memilih untuk bersama dengan babi daripada degan suaminya sekarang karena tubuh dan kelakuan dari suaminya yang hampir sama dengan babi.

  Pada kalimat “Ça serait mieux avec les cochons, un gros lard comme ça. Ça a tant de graisse qu’on en a mal au coeur.” yang berarti "Lebih baik dengan babi, lelaki gemuk seperti itu. Itu juga memiliki lemak yang membuat sakit jantung” mengungkapkan nyonya Toine yang berpemikiran bahwa ia lebih baik bersama dengan babi daripada dengan suaminya. Hal tersebut dikarenakan suaminya yang berkelakuan hampir menyerupai seekor babi. Pada konteks tersebut Ego dari nyonya Toine adalah dorongan untuk lebih memilih bersama dengan seekor babi daripada dengan Toine. Sejalan dengan teori psikoanalisis menurut Freud, bahwa Ego adalah aspek psikologis daripada kepribadian dan Pada kalimat “Ça serait mieux avec les cochons, un gros lard comme ça. Ça a tant de graisse qu’on en a mal au coeur.” yang berarti "Lebih baik dengan babi, lelaki gemuk seperti itu. Itu juga memiliki lemak yang membuat sakit jantung” mengungkapkan nyonya Toine yang berpemikiran bahwa ia lebih baik bersama dengan babi daripada dengan suaminya. Hal tersebut dikarenakan suaminya yang berkelakuan hampir menyerupai seekor babi. Pada konteks tersebut Ego dari nyonya Toine adalah dorongan untuk lebih memilih bersama dengan seekor babi daripada dengan Toine. Sejalan dengan teori psikoanalisis menurut Freud, bahwa Ego adalah aspek psikologis daripada kepribadian dan