Pengujian Model Regresi Pengaruh Karakteristik Perusahaan
4.3.1 Pengujian Model Regresi Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Kebijakan Cash Holding
4.3.1.1 Uji Chow Uji Chow dilakukan untuk menentukan metode panel mana yang akan digunakan dalam penelitian ini. Berdasarkan penjelasan pada Bab 3, hipotesis yang digunakan dalam pemilihan metode data panel uji Chow ini adalah:
H 0 : Metode terbaik adalah pooled least square
H 1 : Metode terbaik adalah fixed effect Kriteria penolakan H 0 pada uji Chow ini adalah bilai nilai probabilita Chi 2 bernilai lebih kecil dari α, yaitu sebesar 5%. Berikut adalah tabel hasil
pengujian Chow untuk model regresi pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kebijakan cash holding :
Tabel 4.15 Output Uji Chow Model Regresi Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: MODEL1 Test cross-section fixed effects
Effects Test
Cross-section F 7.986227 -116,458 0.0000 Cross-section Chi-square 647.1004
0.0000** **) Level 5% ***) Level 10%
Sumber: Olahan Penulis dengan E-Views
Tabel 4.15 diatas menunjukan bahwa Prob Chi 2 = 0.0000 yang berarti dalam pengujian Chow ini H 0 harus ditolak. Dengan demikian, untuk pengolahan data model ini metode fixed effect lebih baik dibandingkan dengan metode pooled least square .
4.3.1.2 Uji Hausman Uji Hausman dilakukan untuk menentukan metode panel mana yang akan digunakan dalam penelitian ini, apakah metode fixed effect atau random effect . Berdasarkan penjelasan pada Bab 3, hipotesis yang digunakan dalam pemilihan metode data panel uji Hausman ini adalah:
H 0 : Metode terbaik adalah random effect
H 1 : Metode terbaik adalah fixed effect
Kriteria penolakan H 0 pada uji Hausman ini adalah bila nilai probabilita Chi 2 bernilai lebih kecil dari α, yaitu sebesar 5%. Berikut adalah tabel hasil pengujian Hausman untuk model regresi pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kebijakan cash holding :
Tabel 4.16 Output Uji Hausman Model Regresi Pengaruh Karakteristik Perusahaan Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: MODEL1 Test cross-section random effects
Chi-Sq. Test Summary
10 0.0000** **) Level 5% ***) Level 10%
Cross-section random
Sumber: Olahan Penulis dengan E-Views
Tabel 4.16 diatas menunjukan bahwa Prob Chi 2 = 0.0000 yang berarti dalam pengujian Hausman ini H 0 harus ditolak. Dengan demikian, untuk pengolahan data model ini metode fixed effect lebih baik dibandingkan dengan metode random effect .
Setelah melewati pengujian asumsi, metode fixed effect dan treatment GLS cross section weight , model regresi logistik pengaruh karakteristik perusahaan ini layak untuk dilaksanakan dan menghasilkan fungsi/persamaan
4.1, yaitu:
CASHHOLD it = 0.8055 * - 0.0380 (CA it )- 0.0273 (LEV it )* - 0.0216 (MTB it )* - 0.0776 (NWCNA it )* + 0.0012 (DIVDUM it )+ 0.0024 (ROE it )+ 0.0018 (TAXRATE it )- 0.0001
(CCC it )* - 0.0282 (CAPEX it )- 0.0226 (SIZE it )* + ε it
Persamaan 4.1 diatas menunjukan semua variabel memiliki koefisien masing- masing antara lain konstanta sebesar 0.8055; Rasio Aset Lancar ( CA ) sebesar - 0.0380; Rasio Penggunaan Utang ( LEV ) sebesar -0.0273; Rasio Market to Book ( MTB ) sebesar -0.0216; Rasio Modal Kerja Bersih ( NWCNA ) sebesar -0.0776; Pembayaran Dividen ( DIVDUM ) sebesar 0.0012; Rasio Profitabilitas ( ROE ) sebesar 0.0024; Tingkat Pajak ( TAXRATE ) sebesar 0.0018; Rasio Siklus
Konversi Kas ( CCC ) sebesar -0.0001; Rasio Pengeluaran Modal ( CAPEX ) sebesar -0.0282; dan Size sebesar -0.0226.
Tabel 4.17 Output Fixed Effect Method Model Regresi Pengaruh Karakteristik Perusahaan Adj. R 2 0.8124
CA -0.0379
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan ROE
Tidak Signifikan TAXRATE
Tidak Signifikan
Tidak Signifikan
*) Level 1% **) Level 5% ***) Level 10%
Sumber: Olahan Penulis dengan E-Views
2 Tabel 4.17 diatas menunjukan bahwa model ini memiliki nilai R sebesar 81.24%, artinya variabel-variabel karakteristik perusahaan yang dipilih
mampu menjelaskan 81.24% dari kebijakan cash holding. Dalam hal signifikansi, variabel konstanta mempunyai pengaruh positif-signifikan, Rasio Penggunaan Utang ( LEV ) mempunyai mempunyai pengaruh negatif-
signifikan, Rasio Market-to-Book ( MTB ) mempunyai pengaruh negatif- signifikan, Rasio Modal Kerja Bersih ( NWCNA ) mempunyai pengaruh negatif- siginifikan, Rasio Siklus Konversi Kas ( CCC ) mempunyai pengaruh negatif-
signifikan, dan Firm Size ( SIZE ) mempunyai pengaruh negatif-signifkan terhadap model ini pada level 1 – 10%. Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan 1x penggunaan utang ( LEV ) akan menurunkan cash holding perusahaan sebesar 0.0273. Hasil ini sesuai dengan pecking order theory dan free cash flow theory yang mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi jumlah kas yang dipegang karena memiliki kemampuan untuk mendapatkan pendanaan eksternal lebih mudah dan murah. Dengan meningkatnya utang, signifikan, dan Firm Size ( SIZE ) mempunyai pengaruh negatif-signifkan terhadap model ini pada level 1 – 10%. Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan 1x penggunaan utang ( LEV ) akan menurunkan cash holding perusahaan sebesar 0.0273. Hasil ini sesuai dengan pecking order theory dan free cash flow theory yang mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan mengurangi jumlah kas yang dipegang karena memiliki kemampuan untuk mendapatkan pendanaan eksternal lebih mudah dan murah. Dengan meningkatnya utang,
Apabila terjadi kenaikan 1x rasio market-to book/growth opportunity ( MTB ) akan menurunkan cash holding perusahaan sebesar 0.0273. Hasil ini sesuai dengan free cash flow theory yang mengatakan bahwa perusahaan
dengan kesempatan investasi yang tinggi akan menggunakan kas tersebut untuk berinvestasi pada aset yang memberikan return tinggi dan proyek-proyek dengan NPV positif.
Apabila terjadi kenaikan 1x modal kerja bersih ( NWCNA ) akan menurunkan cash holding perusahaan sebesar 0.0776. Hasil ini sesuai dengan trade-off theory, pecking order theory, dan penelitian sebelumnya yang dilakukan di berbagai negara seperti Opler et al (1999) di Amerika, Ozkan dan Ozkan (2004) di Inggris, dan Islam (2012) di Pakistan, dimana modal kerja bersih dapat dianggap sebagai aset likuid-non kas yang dapat menjadi subtitusi kas. Jika suatu saat perusahaan membutuhkan kas, modal kerja bersih ini bisa dikonversi secara cepat dan dengan biaya yang murah.
Apabila terjadi kenaikan 1x siklus konversi kas ( CCC ) akan menurunkan cash holding perusahaan sebesar 0.0001. Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bigelli dan Vidal (2012) pada perusahaan swasta di Italia, dimana ketika perusahaan memiliki siklus konversi kas lebih panjang, akan meningkatkan saldo kasnya. Hasil penelitian pada perusahaan manufaktur di Indonesia justru menunjukan bahwa ketika siklus konversi kas meningkat, perusahaan memegang kas lebih sedikit. Hal itu diakibatkan karena kemampuan perusahaan untuk mendapatkan kas dari kegiatan operasionalnya menjadi lebih panjang, sehingga tingkat nominal kas yang dimiliki perusahaan menjadi lebih sedikit atau turun.
Apabila terjadi kenaikan 1x size ( SIZE ) perusahaan akan menurunkan cash holding perusahaan sebesar 0.0226. Hasil ini sesuai dengan trade-off theory yang mengatakan bahwa perusahaan besar cenderung menerapkan economies of scale dalam cash management- nya. Karena perusahaan akan menggunakan kas-nya ntuk investasi pada aset dan proyek-proyek yang menguntungkan.
Hasil temuan variabel karakteristik perusahaan yang signifikan yaitu , LEV, MTB, NWCNA, CCC, dan SIZE sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh: Ozkan dan Ozkan (2004), Ferreira dan Vilela (2004), Gill dan Shah (2012), Datta dan Jia (2012), Bigelli dan Vidal (2012), Al-Najjar (2013).