EPIDEMIOLOGI HIV DAN AIDS
BAB V EPIDEMIOLOGI HIV DAN AIDS
A. Pengertian HIV dan AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome, yaitu menurunnya daya tahan tubuh terhadap berbagai penyakit karena adanya infeksi Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). AIDS adalah kumpulan gejala penyakit akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV. Penularan dapat terjadi melalui tiga cara, sebagai berikut.
1. Hubungan seksual. Baik secara vagina, oral ataupun anal dengan seorang pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi, meliputi 80-90% total kasus.
2. Kontak langsung dengan darah/ produk/ jarum suntik:
1. Transfusi darah yang tercemar HIV, risikonya sangat tinggi sampai lebih dari 90%.
2. Pemakaian jarum tidak steril/ pemakaian bersama jarum suntik pada para pecandu narkotik.
3. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan risikonya sekitar kurang dari 0,5% dan telah terdapat kurang dari 0,1 dari total kasus sedunia.
3. Secara vertikal dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya selama hamil, saat melahirkan atau pun setelah melahirkan. Sekitar 25-40% terdapat 0,1% dari total kasus sedunia, (Dexamedia, 1996).
Gambar 6. Gejala Klinis pada stadium AIDS
Dr. Irwan, S.K.M., M.Kes.
Beberapa masalah yang menyulitkan pencegahan dan pemberantasan AIDS, sebagai berikut.
a. Belum terdapat pengobatan yang efektif untuk mempertahankan fungsi imunologis, infeksi yang oportunistik dan menghilangkan aktivitas HIV.
b. Tidak ada vaksin (immunoglobulin) yang efektif untuk mencegah infeksi HIV dan pengadaan vaksin (imunologlobulin) tersebut belum dimungkinkan dalam waktu lima tahun mendatang bahkan lebih lama lagi.
c. Lokasi/ karantina bukanlah merupakan cara pengawasan rutin yang praktis dan efektif.
d. Pelacakan kontak atau pendekatan terhadap efektivitasnya terbatas, karena penyakit tersebut mempunyai masa inkubasi yang panjang juga karena banyak orang kelompok risiko tinggi. (Dexamedia, 1996).
B. Kronologi Perjalanan Infeksi HIV dan AIDS
Seseorang yang telah terinfeksi virus HIV di dalam tubuhnya menjalani beberapa stadium terdiri atas stadium awal yang dikenal dengan periode jendela (window periode). Stadium kedua adalah periode asimptomatik berlangsung selama 5-10 tahun tergantung tingkat kekebalan tubuh seseorang. Stadium ketiga adalah stadium dimana munculnya satu di antara tiga gejala minor antara lain timbulnya pembesaran pada kelenjar limfe, dan stadium terakhir adalah stadium AIDS.
Gambar 7. Perjalanan Infeksi Virus HIV di dalam Tubuh dengan Perbandingan Tingkat Kekebalan Tubuh pada Manusia
34 Kearifan Lokal dalam Pencegahan HIV /AIDS pada Remaja
Penularan HIV ditularkan melalui cairan tubuh yang terinfeksi HIV seperti cairan sperma, cairan vagina atau darah dan ASI ibu yang sudah terinfeksi. Penularan HIV terjadi melalui kontak, sebagai berikut.
a. Penularan melalui Hubungan Seksual Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi saat senggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki dengan laki-laki. Senggama berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, oral seksual antara dua individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual langsung (mulut ke penis atau mulut ke vagina) masuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV. Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang keluar dan masuk ke dalam tubuh seseorang, seperti luka sayat atau gores dalam mulut, perdarahan gusi dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital akan memperbesar risiko.
b. Penularan melalui Pajanan oleh Darah Terinfeksi, Produk Darah atau Transplantasi Organ dan Jaringan Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak di
lakukan uji saring untuk antibodi HIV, transfusi darah yang terinfeksi HIV, penggunaan ulang jarum dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medis lainnya. Kejadian di atas, dapat terjadi pada semua pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional melalui alat tusuk atau jarum, juga pada IDU (Penasun=pengguna NAPZA suntik). Pajanan HIV pada organ dapat terjadi dalam proses transplantasi jaringan atau organ di pelayanan kesehatan.
3. Penularan HIV melalui Penggunaan NAPZA Kontaminasi virus HIV sangat mungkin terjadi selama
beberapa tahapan persiapan dan tahapan dalam penyuntikan NAPZA. Proses penyuntikan NAPZA dengan menggunakan alat suntik bersama menjadi media penularan yang efektif saat ini. Dengan menggunakan peralatan suntik yang sama (jarum suntik, air pembilas, sendok, wadah pengaduk obat), berarti ada peluang darah yang terkontaminasi dapat mengkontaminasi peralatan lain.
4. Penularan dari Ibu ke Anak Tidak semua anak yang lahir dari ibu HIV+ mengidap HIV+.
Tanpa suatu intervensi yang lain, satu dari tiga wanita HIV+ menularkan virus ke bayinya. Kebanyakan infeksi HIV pada anak
Dr. Irwan, S.K.M., M.Kes.
didapat dari ibunya saat ia dikandung, dilahirkan, dan sesudah lahir. Risiko penularan tanpa intervensi, sangat bervariasi di satu negara dengan negara lain dan umumnya diperkirakan antara 25-40% di negara berkembang dan 16-20% di Eropa dan Amerika Utara.
C. Penemuan Kasus HIV
Beberapa langkah utama yang dilakukan untuk menemukan kasus HIV. Langkah pertama dilakukan sosialisasi kepada tokoh masyarakat di kampung yang bersangkutan oleh Lay Konselor. Pada sosialisasi disampaikan tentang HIV dan AIDS dan pentingnya testing serta agar tokoh masyarakat mendukung pelaksanaan testing. Langkah tindak lanjutadalah diharapkan tokoh masyarakat meyakinkan masyarakat agar mau mengikuti testing HIV.
Langkah kedua adalah pelayanan testing HIV oleh Mobile VCT. Masyarakat membuat jadwal kapan dan dimana pelayanan konseling dan testing HIV dilakukan. Lay Konselor memberikan jadwal yang disepakati oleh masyarakat tersebut kepada petugas Mobile VCT agar petugas Mobile VCT memberikan pelayanan konseling dan testing kepada masyarakat sebagaimana disepakati. Setiap Mobile VCT rata-rata melayani 3 sampai 5 kampung sesuai dengan situasi dan kondisi geografis. Perlu diingat bahwa pengumpulan masyarakat ini dilakukan untuk efisinesi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan.
D. Model Penanggulangan HIV dan AIDS pada Kelompok Sasaran
Pendekatan upaya pencegahan terjadinya infeksi baru dan infeksi lanjutan perlu memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan yaitu promotif, preventif, diagnosis dini, kuratif dan rehabilitatif. Tabel berikut adalah program dan kegiatan yang dilakukan berdasarkan jenis populasi dan prinsip pencegahan seperti di bawah ini. dapat dituliskan dalam tabel tersebut.
36 Kearifan Lokal dalam Pencegahan HIV /AIDS pada Remaja
Tabel 2. Model Pencegahan HIV /AIDS konsep Five Level Prevention
Kelompok Promotif
Diagnosis Kuratif populasi
Preventif
Dini
Populasi PHBS
- umum
Seks Aman (ABC)
Pengamanan darah donor
PITC
Kewaspadaan
VCT aktif
Universal
VCT mobile
PMTCT
Layanan IMS berisiko
Populasi PHBS
Pengamanan darah
VCT aktif
Perubahan
donor
VCT mobile Perilaku)
Kewaspadaan Universal
PMTCT
Kelompok PHBS
Aman Diagnostik Layanan OI, Gizi, orang
Seks
palliatif dengan
Dukungan (PHN) HIV
Pengamanan darah penyerta
Kelompok PHBS
Aman Diagnostik Layanan OI, orang
Seks
Gizi, palliatif dengan
,ARVefek AIDS
Pengamanan darah penyerta
donor
Penentuan sampingDukungan,
adherence dan
PMTCT
resistensi
37
Dr. Irwan, S.K.M., M.Kes.
38 Kearifan Lokal dalam Pencegahan HIV /AIDS pada Remaja