Kajian Pustaka

e. Hubungan Kesehatan dan Kesegaran Jasmani

Di milenium ketiga ini pengetahuan kesehatan mengalami kemajuan yang pesat, mengalami deferensiasi yang sangat rinci dan harus saling melengkapi diberbagai bidang pekerjaan. Pendapat yang memisahkan antara kesehatan dan kesegaran jasmani hendaknya disingkirkan jauhjauh, karena ditinjau dari fungsi keduanya sangat berperan di segala bidang pekerjaan.

Kesegaran jasmani dapat ditingkatkan dengan cara diet, latihan olahraga atau kombinasi keduanya. Meskipun kadang-kadang diet dan latihan olahraga itu

commit to user

khusus dalam bidang yang khusus pula. Itulah sebabnya latihan olahraga ditinjau dari ilmu kesehatan tidak hanya bersifat rekreatif, tetapi lebih dari itu menuju

kepada kesehatan yang sempurna. Menurut Peter V. Karpovich (1959) dalam penelitian Sarwono dkk. (2000:8) menggambarkan tentang hubungan antara kesehatan dan kesegaran jasmani seperti terlihat pada gambar sebagai berikut

Gambar 3. Relation Between Health, Disease and Physical Fitness (Sarwono dkk. 2000:8)

Keterangan :

1) Garis tegak menggambarkan derajat sehat, jika derajat sehat sakit = 0, maka derajat sehat menjadi sempurna.

2) Garis mendatar menggambarkan derajat sakit, pada derajat sakit = 100 orangnya mati.

3) Diagonal penghubung titik sempurna sehat dan titik mati, merupakan garis

sehat. Keadaan sehat makin menurun, jika derajat sehat makin besar.

4) Daerah sekitar garis sehat merupakan daerah kesegaran jasmani. Daerah bujur sangkar di ujung atas garis sehat merupakan tempat kedudukan mereka yang tergolong pada kesegaran jasmani yang memuaskan.

commit to user

dalam penelitian Sarwono dkk. (2000:9) memperjelas hubungan antara kesehatan dan kesegaran jasmani seperti terlihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 4. The Healt Continum Show That Between Optimal Healt and Death

Lies Disease, Wich is Preceded By A Prolonged Period of Negative

f. Usaha Meningkatkan dan Memelihara Kebugaran Jasmani

Kebugaran jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi setiap orang. Kualitas kebugaran jasmani yang dimiliki seseorang akan sangat berpengaruh terhadap penampilan geraknya dan produktivitas kerjanya. Upaya menjaga kebugaran jasmani adalah melakukan kegiatan olahraga secara teratur. Djoko Pekik Irianto (2004: 8) menyatakan, “Berolahraga adalah salah satu alternatif paling efektif dan aman untuk memperoleh kebugaran. Berolahraga secara teratur mempunyai multi manfaat antara lain manfaat fisik (meningkatakan komponen kebugaran), manfaat psikis (lebih tahan terhadap stress, lebih mampu berkonsentrasi) dan manfaat sosial (menambah percaya diri dan sarana berinteraksi)”.

Kegiatan olahraga yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani yaitu dengan memberikan pembenan pada jantung dan paru. Hal ini karena, tingkat kebugaran jasmani seseorang akan tercermin dari kemampuan kerja

commit to user

tingkat kebugaran jasmani yang baik pula. Cooper yang dikutip Sudarno SP. (1992: 64) menyatakan, "Untuk membina kesegaran jasmani, kita harus memberi

beban kepada sistem kardiorespirasi. Latihan yang kita lakukan harus memberi beban kepada sistem jantung dan paru". Latihan yang sangat efektif untuk memberikan beban jantung dan paru adalah latihan aerobik. Latihan aerobik merupakan bentuk latihan yang memberi beban kepada sistem jantung dan paru, sehingga kapasitas jantung dan paru akan menjadi lebih baik. Marta Dinata (2003:

10) berpendapat: Bentuk latihan aerobik dilakukan dengan intensitas rendah, sehingga dapat

menimbulkan efisiensi kerja dari organ-organ tubuh, yaitu jantung dan paru- paru, serta sistem pernafasan. Dengan meningkatkan kapasitas aerobik maka cadangan tenaga menjadi lebih besar sehingga tubuh lebih mampu mempertahan kondisi fisik pada suatu aktivitas. Hal ini disebabkan pada latihan aerobik, sistem pamasukan oksigen berlangsung terus menerus dan seimbang dengan kebutuhan pembetukan energi.

Hal terpenting dan harus diperhatikan dalam latihan kebugaran jasmani adalah adanya tekanan terhadap jantung dan paru-paru untuk bekerja dalam waktu

yang relatif lama pada suasana aerobik. Bentuk dan jenis olahraga yang efektif untuk memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, di antaranya jogging, sepeda santai, dan jalan santai. Di samping melakukan jenis olahraga tersebut dapat pula dengan melakukan olahraga seperti sepakbola, bolabasket, renang, tenis, bulutangkis dan lain sebagainya.

Latihan aerobik yang dilakukan dengan intensitas rendah dalam waktu relatif lama dapat mendorong kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru, sehingga dapat merangsang kemampuan kerja jantung, peredaran darah dan paru- paru ke arah yang lebih baik. Latihan aerobik yang dilakukan secara baik dan teratur akan memberikan perubahan-perubahan secara fisiologis. Latihan yang dilakukan secara teratur dan sistematis dapat meningkatkan kapasitas total paru- paru dan volume jantung. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya rangsangan yang diberikan terhadap tubuh. Dengan demikian latihan olahraga yang dilakukan secara teratur akan meningkatkan kesegaran jasmani, sehingga penampilannya akan kelihatan selalu bugar.

commit to user

a. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani telah ditetapkan sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tanggal 14 Juli 1987 Nomor: 0413/U/1987 bahwa pendidikan olahraga dan kesehatan berlaku dan digunakan di sekolah-sekolah sejak dibakukannya kurikulum yang disempurnakan tahun 1984, dirubah namanya menjadi pendidikan jasmani yang berlaku untuk Sekolah Dasar (SD) Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan suatu pendidikan yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 3-4) menyatakan bahwa pendidikan jasmani:

1) Bagian yang tidak terpisahkan dari usaha-usaha pendidikan secara keseluruhan.

2) Program yang memperhatikan terhadap perkembangan individu.

3) Berpusat kepada siswa bukan kepada bahan pelajaran.

4) Sasaran pelajaran pendidikan jasmani diarahkan pada perkembangan siswa secara keseluruhan. Baik yang berkaitan dengan perkembangan organik, neuromuscular, inetelektual, maupun yang berkaitan dengan segi emosionalnya.

Pendapat tersebut menunjukkan, tujuan pendidikan jasmani pada hakikatnya untuk membentuk dan mengembangkan kepribadian serta meningkatkan kemampuan siswa ke arah yang lebih tinggi bagi kepentingan hidupnya agar anak dapat mengembangkan kemampuannya dikemudian hari. Pendidikan jasmani merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan sangat besar peranannya terhadap pembentukan dan perkembangan manusia. Aip Syarifuddin dan Muhadi (1991/1992: 8-13) menyatakan ada 6 peranan pendidikan jasmani terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak yaitu: “(1) Pembentukkan tubuh, (2) Pembentukkan prestasi, (3) Pembentuk sosial, (4) Keseimbangan mental, (5) Kecepatan proses berpikir dan (6) Kepribadian anak”.

commit to user

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan sering kali disalah artikan oleh banyak orang. Banyak anggapan bahwa, pendidikan jasmani olahraga dan

kesehatan hanyalah suatu pelajaran untuk membuat anak bersenang-senang dan bergembira atau pelajaran selingan dari pelajaran lain yang menuntut berpikir dengan keras. Bahkan juga dikatakan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan pendidikan yang tidak berbobot dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya seperti matematikan, bahasa inggris dan lain sebagainya. Agus Mahendra (2004: 16) menyatakan, “Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah pentingnya dengan pelajaran lain seperti; Matematika, Bahasa, IPS, IPA dan lain-lain”.

Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan umum. Melalui program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa ada pendidikan jasmani di lingkungan sekolah, maka akan berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Menurut Agus Mahendra (2004: 7-8) bahwa, secara umum manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup:

1) Memenuhi kebutuhan anak akan gerak Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, semakin besar kemaslahatannya bagi keulaitas pertumbuhan itu sendiri.

2) Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya Pendidikan jasmani adalah waktu untuk berbuat. Anak-anak akan lebih memilih untuk berbuat sesuatu daripada hanya harus melihat atau mendengarkan oarng lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas ruang kelas. Keadaan ini benar-benar tidak sesuai dengan dorongan nalurinya.

Dengan bermain dan bergerak anak benar-benar belajar tentang potensinya dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalaman ini penting untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadian kelak.

commit to user

Peranan pendidikan jasmani di sekolah dasar cikup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan dikemudian hari. Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedangkan tiba pad amasa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak pad amasa berikutnya.

4) Menyalurkan energi yang berlebihan Anak adalah makhluk yang sedang berada dalam nasa kelebihan keseimbangan perilaku dan mental anak. Segera setelah kelebihan energi tersalukan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energi secara optimum.

5) Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan anak secara keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh dari pendidikan jasmani adalahperkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, metal, emosi , sosial dan moral.

Banyak manfaat yang diperoleh dari pendidikan jasmani di antaranya sebagai pemenuhan akan gerak anak. Mengenalkan lingkungan dan potensi anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna, untuk menyalurkan energi yang berlebihan dan sebagai proses secara serempak baik fisik, mental maupun emosional. Hal ini artinya, pendidikan jasmani merupakan suatu pendidikan yang di dalamnya mencakup pengembangan individu secara menyeluruh. Cakupan pendidikan jasmani tidak hanya pada aspek jasmani saja, tetapi juga aspek mental, emosional dan spiritual. Menurut Adang Suherman (2000: 23) bahwa, secara umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan empat kategori yaitu:

1) Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekutan fisik dari berbagai organ tubuh seseorang (physical fitness).

2) Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, sempurna (skillful).

3) Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan berpikir dan menginteprestasikan keseluruhan pengetahuan tentang pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan tumbuh dan berkembangnya, sikap dan tanggung jawab siswa.

4) Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa dalam menyesuaikan diri pada kelompok atau masyarakat.

commit to user

Secara sederhana pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial. Di samping itu juga, mengembangkan kepercayaan diri memperoleh dan mempertahankan derajad kebugaran jasmani, mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara berkelompok maupun perorangan, mengembangkan keterampilan sosial dan menikmati kesenangan dan kegembiraan melalui aktivitas jasmani termasuk permainan olahraga.

c. Hakikat Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran berkaitan dengan perencanaan atau pola yang dijadikan sebagai pedoman dalam kegiatan pembelajaran. Suharno dkk., (1998: 25-26) menyatakan, “Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pembelajaran jangka panjang) merancang bahan-bahan pembelajaran dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain”. Menurut Joyce (1992: 4) yang dikutip Trianto (2007: 5) bahwa, “Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum dan lain-lain”. Pendapat lain dikemukakan Syaiful Sagala (2005: 176) bahwa:

Model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka koseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu pola atau perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam mengajar.

Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, model pembelajaran merupakan sebuah perencanaan yang dibuat oleh seorang guru sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal

commit to user

dengan strategi atau metode pembelajaran. Trianto (2007) menyatakan:

Model pembelajaran mempunyai empat (4) ciri khusus yang tidak dimiliki oleh strategi, metode atau prosedur. Ciri-ciri tersebut adalah:

1) Rasional, teoritik, logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangannya.

2) Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai).

3) Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4) Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, ciri-ciri dari suatu model pembelajaran mencakup empat aspek yaitu: rasional, teoritik, logis disusun oleh pengembangnya, landasan pemikiran untuk mencapai tujuan pembelajaran, perilaku guru dalam mengajar dan lingkungan belajar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pembelajaran. Agar model pembelajaran berjalan dengan baik, maka harus memiliki ciri-ciri tersebut di atas.

d. Macam-Macam Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Memahami dan menguasai macam-macam model pembelajaran sangat penting bagi seorang guru. Dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas atau lapangan, sehingga tujuan pembelajaran yang ditetapkan dapat tercapai. Arends (2001: 2) yang dikutip Trianto (2007: 9) menyatakan, “Model pengajaran yang sering dan praktisi digunakan dalam mengajar yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi kelas”. Siedentop, Mand dan Taggart (1986) yang dikutip Toho Cholik M & Rusli Lutan (2001: 57) menyatakan:

Model pembelajaran pendidikan jasmani untuk sekolah dasar yaitu:

1) Direct instruction.

2) Task/station teaching.

3) Reciprocal/group teaching

4) Contracting

commit to user

6) Contigency management.

Menurut Mosston yang dikutip Toho Cholik M & Rusli Lutan (2001: 57-58) mengklasifikasi model pengajaran berdasarkan hasil analisis siapa yang membuat

keputusan. Klasifikasi model pembelajaran tersebut yaitu:

1) Commad styles (model komando)

2) Task teaching (pengajaran tugas)

3) Reciprocal teaching (pengajaran berpasangan)

4) Small group teaching (pengajaran kelompok)

5) Individual programs (pengajaran individual)

6) Guided discovery (pengejaran penemuan terbimbing)

7) Problem solving (pemecahan masalah)

Sedangkan menurut Griffin, Mitchell dan Oslin (1997), Joyce, Well, dan Showers (1992), Singer dan Dick (1980) dalam Kurikulum Penjas untuk (2004: 27-28) model pembelajaran yang sering digunakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai berikut:

1) Model pengetahuan keterampilan (knowledge skill aproach). Model pembelajaran ini memiliki dua metode yaitu ceramah (lecture) dan latihan (drill).

2) Model sosialisasi (socialization approach), berlandaskan pandangan bahwa, proses pendidikan harus diarahkan untuk meningkatkan keterampilan pribadi berkarya, keterampilan interaksi sosial. Model pembelajaran ini terdiri dari: model the social family, the information processing family, dan the professional skills.

3) Model personalisasi. Model ini berlandasakan atas pemikiran bahwa aktivitas jasmani dapat dipergunakan sebagai media untuk mengembangkan kualitas pribadi, model pembelajarannya yaitu: movement education (problem solving techniques).

4) Model belajar (learning approach). Model ini berupaya untuk mempengaruhi kemampuan dan proses belajar anak dengan metode terprogram (programmed instruction), Computer Assisted Instruction (CAI) dan model kreativitas dan pemecahan masalah (creativity and problem solving ).

5) Model pembelajaran motorik (motor learning). Model ini mengajarkan aktivitas jasmani berdasarkan klasifikasi keterampilan dan teori proses informasi yang diterima. Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan model part hwole methods dan modelling (demonstration).

6) Spektrum gaya mengajar. Spektrum dikembangkan berdasarkan pemikiran bahwa, pembelajaran merupakan interaksi antra guru dengan murid dan pelaksanaan pembagian tanggungjawab. Model pada spektrum gaya mengajar berjumlah sebelas (11) yaitu: komando

commit to user

inklusi (inclusion), penemuan terbimbing (guided discovery), penemuan tunggal (convergen discovery ), penemuan beragam (divergent production ), program individu (individual program), inisiasi siswa (learner initiated), dan pengajaran diri (self teaching).

7) Model permainan taktis (tactical games approaches). Model ini mengajarkan permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak.

Berdasarkan tentang pendapat model-model pembelajaran Penjaskes, maka seorang guru Penjasorkes harus memahaminya agar dalam pembelajaran Penjasorkes mampu menerapkan model pembelajaran yang tepat. Namun dari macam-macam model pembelajaran tersebut, tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik, karena setiap model pembelajaran memiliki kelemahan atau kekuarangan. Trianto (2007: 9) menyatakan, “Tidak ada satu model pembelajaran yang paling baik di antara yang lainnya, karena masing-masing model pembelajaran dapat dirasakan baik apabila telah diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu”.

Memahami dan mengujicobakan beberapa macam model pembelajaran perlu dilakukan oleh seorang guru. Namun seorang guru harus mampu memilih model pembelajaran yang tepat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa dan sarana atau fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dapat tercapai.

3. Pembelajaran Pendidikan Jasmani dengan Model Bermain

a. Hakikat Bermain

Bermain merupakan suatu aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dengan dunia anak-anak. Jika diamati di sekolah-sekolah pada saat waktu luang, waktu sebelum masuk atau waktu istirahat, para siswa bermain di halaman sekolah, mereka berlari, berkejar-kejaran, main bola dan masih banyak aktivitas bermain

commit to user

memperoleh kesenangan. Berkaitan dengan bermain Rusli Lutan (1992: 2) dalam Seri Bahan Kuliah Olahraga ITB menyatakan, “Bermain merupakan kegiatan

hakiki atau kebutuhan dasar pada manusia”. Menurut Soemitro (1992: 1) bahwa, “Bermain sebenarnya merupakan dorongan dari dalam anak, atau merupakan naluri. Semua naluri atau dorongan dari dalam harus diusahakan untuk disalurkan secara baik”. Menurut hasil Lokakarya Nasional Ilmu Keolahragaan (1998: 16) dijelaskan, “Bermain merupakan dorongan naluri, fitrah manusia, dan pada anak merupakan keniscayaan sosiologis dan biologis. Ciri lain yang amat mendasar yakni kegiatan itu dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan, dalam waktu luang”. Sedangkan M. Furqon H. (2006: 2) berpendapat, “Bermain merupakan cara untuk bereksplorasi dan bereksperimen dengan dunia sekitar sehingga menemukan sesuatu dari pengalaman bermain”.

Berdasarkan empat pendapat tersebut menunjukkan, bermain merupakan suatu luapan ekspresi anak tanpa paksaan dan sungguhan yang dilakukan dalam waktu luang tanpa terikat pada peraturan. Banyak hal yang didapat dari bermain yaitu dapat memberikan pengalaman belajar misalnya membina hubungan sesama teman, menjalin kerjasama, saling menghargai dan lain sebagainya. Seperti diungkapkan Sukintaka (1992: 7) bahwa salah satu sifat dari bermain yaitu: “Bermain untuk memperoleh kesenangan, menimbulkan kesadaran agar bermain dengan baik perlu berlatih, kadang-kadang memerlukan kerjasama dengan teman, menghormati lawan, mengetahui kemampuan teman, patuh pada peraturan dan mengetahui kemampuan diri sendiri”.

Bermainan merupakan kebutuhan atau dorongan dari dalam diri anak. Dorongan dari dalam ini harus disalurkan untuk mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, pada masa anak-anak kesempatan bermain harus diberikan seluas-luasnya. Banyak manfaat yang diperoleh dari bermain baik fisik, mental maupun sosial. Yudha M. Saputra (2001: 7) menyatakan, “Aspek yang dikembangkan dari bermain mencakup fisik, motorik, sosial, emosional, kepribadian, kognisi, keterampilan olahraga dan lain

commit to user

dijelaskan secara singkat sebagai berikut:

1) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Fisik

Apabila siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh siswa tersebut akan menjadi sehat, otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat. Siswa dapat menyalurkan energi yang berlebihan dengan aktivitas bermain, sehingga tidak merasa gelisah. Dalam melakukan kegiatan bermain, siswa tidak dibatasi dengan aturan-aturan yang mengikatnya. Agar kegiatan bermain memberi sumbangan yang positif bagi perkembangan fisik siswa, maka guru dapat merancang kegiatan bermain yang kontruktif bagi perkembangan fisik anak.

2) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Motorik

Aspek motorik kasar seperti lari, lempar dan lompat dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain. Salah satu contohnya adalah tampak pada saat kita amati siswa yang lari kejar-kejaran untuk menangkap temannya. Pada awalnya belum terampil untuk berlari, tetapi dengan bermain kejar-kejaran, kemudian siswa berminat untuk melakukannya dan menjadi lebih terampil dalam berlari. Keteraturan dan kreativitas siswa mengalami perkembangan tingkat kemampuannya dalam aspek motorik halus (fine movement). Kedua keterampilan akan berkembang melalui pengalaman belajar yang kaya dan kesempatan yang banyak bagi siswa untuk melakukannya dengan penuh keceriaan.

3) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Sosial

Biasanya kegiatan bermain dilakukan oleh siswa dengan teman sebayanya. Siswa akan belajar berbagai hak milik, menggunakan mainan secara bergiliran, melakukan kegiatan bersama, mempertahankan hubungan yang sudah terbina, atau mencari cara pemecahan masalah yang dihadapi dengan teman bermainnya. Perkembangan sosial pada siswa tingkat SMP sedang memasuki masa pencarian jati diri. Mereka akan selalu mencari teman sebaya untuk bisa berafiliasi satu

commit to user

biasanya mampu memenuhi keinginan siswa untuk berafiliasi. Dengan rancangan pengajaran yang kreatif, pengalaman itu akan berhasil merangsang perkembangan

sikap sosial siswa.

4) Manfaat Bermain untuk Perkembangan Emosi

Bagi siswa sekolah dasar, bermain merupakan suatu kebutuhan. Tidak ada siswa yang tidak suka bermain. Melalui bermain siswa dapat melepaskan ketegangan yang dialaminya. Misalnya, siswa yang sering gagal untuk meraih prestasi belajar yang baik, ia dapat bermain peran seakan-akan menjadi murid yang terpandai. Dari kegiatan bermain yang dilakukan bersama sekelompok teman, siswa akan mempunyai penilaian terhadap dirinya tentang kelebihan yang dimiliki, sehingga dapat membantu pembentukan konsep diri ke arah yang lebih positif.

5) Manfaat Bermain untuk Pengembangan Keterampilan Olahraga

Apabila siswa yang terampil berlari, melempar dan melompat, maka ia lebih siap untuk menekuni bidang olahraga tertantu pada saatnya nanti. Jadi, kalau siswa terampil melakukan kegiatan tersebut, maka lebih percaya diri dan merasa mampu melakukan gerakan yang lebih sulit. Kegiatan-kegiatan yang relevan dengan perkembangan siswa adalah atletik. Atletik memiliki kegiatan yang khas yakni, jalan, lari,lompat dan lempar. Kegiatan ini akan menjadi fundasi bagi siswa dalam berolahraga. Khususnya dalam konteks pendidikan jasmani, perlu ditata secara serius mengenai kegiatan atletik yang bernuansa permainan.

b. Hakikat Pembelajaran Model Bermain

Perilaku anak usia sekolah dasar (6-12) tahun tampak bahwa, aktivitas geraknya sangat tinggi. Pada saat menjelang istirahat atau pulang sekolah, seolah- olah mereka ingin cepat-cepat meninggalkan kelas. Begityu bel berbunyi mereka berhamburan keluar, lari kesana-kemari sambil berjingkrak-jingkrak, kejar- kejaran dengan temannya atau mungkin menendang sesuatu di depannya dan lain

commit to user

tenaganya. Tas sekolah ditaruh begitu saja dan secepat itu pula mereka pergi bermain lagi.

Naluri bermain yang muncul pada masa anak-anak seolah tidak dapat dibendung. Bagi anak bermain merupakan suatu kebutuhan seperti kebutuhan dasar lainnya. Hal ini terkait dengan naluri gerak yang merupakan kodrat bagi anak. Bahkan dapat dikatakan sebagian besar kehidupan anak dihabiskan untuk bermain. Permasalahannya sekarang adalah bagaimanakah menyalurkan potensi itu agar bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangnnya. Pada usia 6-12 tahun merupakan masa penting pertumbuhan baik secara fisik, mental, emosional, ientelektual maupun sosial. Karena sangat diharapkan bahwa bermain merupakan wahana pembelajaran . Anak bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain. Disinilah letaknya peran strategi pendidikan jasmani. Oleh karena itu, model pembelajaran sangat penting dan harus disesuaikan dengan taraf perkembangan anak agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Karena pada masa anak-anak senang dengan bermain, maka model pembelajaran untuk masa anak-anak (usia SD) dengan model bermain.

Pembelajaran dengan model bermain merupakan suatu cara yang diterapkan seorang guru dalam kegiatan pembelajaran yang dikemas dalam bentuk bermain atau permainan. Wahjoedi (1999: 121) menyatakan, “Pembelajaran dengan pendekatan bermain adalah latihan yang diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Menurut Benny A. Pribadi (2009: 43-44) bahwa:

Metode pembelajaran bermain bersifat kompetetif dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai dan mengarahkan siswa untuk dapat mencapai prestasi atau hasil belajar tertentu. Permainan harus menyenangkan dan memberi pengalaman belajar baru bagi siswa. Pada umumnya dalam metode pembelajaran bermain ada pihak yang menang ada pihak yang kalah. Pihak yang menang akan mendapat reward, sedangkan pihak yang kalah perlu berlatih lebih keras untuk memenangkan permainan.

Berdasarkan pengertian pendekatan bermain yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat disimpulkan, pembelajaran dengan model bermain merupakan bentuk pembelajaran yang dikemas ke dalam suatu permainan. Dari permainan yang dilaksanakan ada pihak yang menang dan ada pihak yang kalah. Hal ini

commit to user

menjadi kalah. Dengan melaksanakan tugas ajar secara sungguh-sungguh dan aktif bergerak dan menyenangkan, maka tujuan pembelajaran dapat tercapai.

c. Pengaruh Bermain bagi Perkembangan Anak

Bermain merupakan suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dengan masa kanak-kanak. Dapat dikatakan bahwa, hampir semua waktunya dihabiskan dengan bermain. Namun disisi lain dari bermain yang dilakukan anak mempunyai pengaruh terhadap perkembangannya. M. Furqon H. (2006: 4-5) menyatakan pengaruh bermain terhadap perkembangan anak yaitu:

1) Pengembangan keterampilan gerak Bermain berisi berbagai keterampilan gerak, mulai dari keterampilan gerak yang sederhana atau dasar hingga keterampilan yang kompleks. Anak perlu belajar keterampilan gerak dasar seperti, lari, lompat, loncat, berbelok, menendang dan melempar. Jika anak memiliki keterampilan gerak dasar yang baik. Selanjutnya anakmemiliki landasan untuk mengembangkan keterampilan gerak yang kompleks. Oleh karena itu, dengan bermain akan memberikan perkembangan keterampilan gerak bagi anak.

2) Perkembangan fisik dan kesegaran jasmani Bermain penting bagi anak untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh, termasuk mengembangkan daya tahan kardiovaskuler. Bermain juga berfungsi sebagai penyaluran tenaga yang berlebih, bila tidak tersalurkan akan menyebabkan anak tegang, gelisah dan lain-lain.

3) Dorongan berkomunikasi Di dalam suasana bermain, memberikan peluang anak untuk berkomunikasi dengan teman bermainnya. Di samping itu, agar anak dapat bermain dengan baik, anak secara tidak langsung belajar berkomunikasi dan sebaliknya anak harus belajar belajar berkomunikasi agar dapat saling memahami dan dipahami di antara teman bermain.

4) Penyaluran energi emosional yang terpendam Bermain merupakan wahana yang baik bagi anak untuk menyalurkan ketegangan yang disebabkan lingkungan terhadap aktivitas anak.

5) Penyaluran bagi kebutuhan dan keinginan Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi dengan cara lain atau aktivitas lain seringkali dapat terpenuhi dengan bermain. Misalnya, anak yang tidak mendapatkan kesempatan dalam peran tertentu seringkali dapat mendapat peran tertentu dalam bermain.

commit to user

Bermain dapat dikatakan sebagai bentuk miniatur dari kehidupan masyarakat. Dengan bermain berarti anak dapat memperoleh kesempatan untuk mempelajari berbagai hal. Bahkan banyak pelajaran dan pengalaman dapat diperoleh melalui bermain daripada di rumah atau di sekolah.

7) Rangsangan bagi kreativitas Melalui eksprimen dan eksplorasi dalam bermain, anak akan menemukan sesuatu dan terbiasa menghadapi berbagai persoalan dalam bermain untuk dipecahkan. Suasana dan kebiasaan ini biasanya akan memberikan transfer nilai ke dalam situasi lain, sehingga anak terbiasa untuk kreatif dalam menghadapi dan memecahkan persoalan.

8) Perkembangan wawasan diri Dengan bermain anak mengetahui tingkat kemampuannya dibandingkan dengan teman bermainnya. Kondisi ini memungkinkan anak untuk mengembangkan konsep diri secara lebih nyata.

9) Belajar bermasyarakat Dengan bermain bersama teman-teman lain, anak belajar tentang bagaimana membentuk hubungan sosial dan bagaimana menghadapi dan memecahkan masalah yang timbul dalam hubungan sosial tersebut.

10) Perkembangan kepribadian Melalui bermain anak terbiasa dengan aturan-aturan yang lebih disepakati dalam bermain, seperti larangan-larangan yang harus ditaati, disiplin sportivitas, kerjasama, menghargai teman lain, jujur dan lain-lain, secara tidak langsung kondisi tersebut membentuk kepribadian anak.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan, pengaruh dari bermain cukup kompleks di antaranya dapat mengembangkan keterampilan gerak anak, mengembangkan fisik dan kesegaran jasmani, memberikan dorongan berkomunikasi, tempat menyalurkan energi emosional yang terpendam, penyaluran kebutuhan dan keinginan, sebagai sumber belajar, sebagai rangsangan berkreativitas, sebagai tempat perkembangan wawasan diri, tempat belajar bermasyarakat dan mengembangkan kepribadian. Banyaknya manfaat dari bermain, maka seyogyanya orang tua tidak melarang anaknya bermain, karena banyak manfaat yang diperoleh dari bermain. Selain itu juga, dalam membelajarkan pendidikan jasmani hendaknya disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak, sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

commit to user

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan aktivitas gerak tubuh. Dalam membelajarkan pendidikan jasmani dapat dilakukan dengan

berbagai metode atau cara, salah satunya dengan bermain. Seperti dikemukakan Sukintaka (1992: 11) bahwa, “Bermain merupakan salah satu bentuk kegiatan dalam pendidikan jasmani. Oleh karena itu, permainan atau bermain mempunyai tugas dan tujuan yang sama dengan tugas dan tujuan pendidikan jasmani”.

Dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani dengan metode bermain, anak akan merasa senang. Karena rasa senang inilah, maka anak akan mengungkapkan keadaan pribadinya yang asli pada saat bermain, baik itu berupa watak asli maupun kebiasaan yang telah membentuk kepribadiannya. Dengan bermain anak dapat mengaktualisasikan potensi aktivitas manusia dalam bentuk gerak, sikap dan perilaku.

Pendekatan bermain merupakan bentuk pembelajaran yang memiliki banyak manfaat terhadap perkembangan anak. Banyak aspek yang dikembangkan melalui bermain. Yudha M. Saputra (2001: 6) menyatakan, “Aspek yang dikembangkan dalam metode bermain mencakup fisik, motorik, sosial, emosional, kepribadian, kognisi, keterampilan olahraga dan lain sebagainya”.

Banyak aspek yang dikembangkan dalam pembelajaran dengan metode bermain. Salah satu aspek yang dikembangkan dalam metode bermain yaitu dapat meningkatkan kesegaran jasmani (perkembangan fisik). Lebih lanjut Yudha M. Saputra (2001: 7) menyatakan, “Apabila siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan banyak gerakan tubuh, maka tubuh siswa tersebut akan menjadi sehat, otot-otot tubuh akan tumbuh menjadi kuat”.

Upaya meningkatkan kesegaran jasmani siswa, maka bentuk-bentuk permainan yang diberikan hendaknya mengarah pada peningkatan kesegaran jasmnai siswa. Adapun bentuk-bentuk pembelajaran yang bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani siswa menurut M. Yudha Saputra (2001: 84-185) di antaranya:

1) Jalan berbelok-belok Guru mempersiapkan lapangan dengan membuat tanda 10 buah pada setiap jarak 2 m pada masing-masing lintasan. Jumlah lintasan bisa disesuaikan dengan jumlah siswa. Pelaksanaannya sebagai berikut:

commit to user

berjalan kaki biasa. (2) Setiap siswa yang ada di setiap lintasan harus melewati tanda-tanda

tersebut dengan berjalan kaki cepat

Gambar 5. Jalan Berbelok-Belok (Yudha M. Saputra, 2001: 84)

2) Lari mengelilingi lapangan dengan diiringi musik Lapangan yang tersedia dapat digunakan oleh guru sebagai tempat bermain dengan menerapkan berbagai bentuk permainan yang mengandung konsep lari, di antaranya: (1) Guru menugasi siswa untuk berlari (jogging) mengelilingi lapangan

sambil diiringi musik. (2) Musik berhenti semua siswa harus berhenti berlari. (3) Musik dihidupkan kembali siswa berlari kembali begitu seterusnya.

Gambar 6. Berlari Diiringi Musik (Yudha M. Saputra, 2001: 98)

3) Lompat melewati rintangan Disediakan kotak atau kardus yang ditata sedemikian rupa jaraknya, dari kardus yang cukup rendah sampai yang tinggi. Siswa bermain dengan melompati kardus-kardus yang telah ditata. Ketinggian kardus ditata sedemikain rupa, sehingga siswa akan tertantang melompati kardus dari

commit to user

menimbulkan cidera atau sakit.

Gambar 7. Lompat Melewati Rintangan (Yudha M. Saputra, 2001: 126)

4) Jingkat Keseimbangan Jingkat keseimbangan dapat menggunakan papan dari kardus yang diberi warna hitam dan putih. Para siswa pada saat melakukan jingkat, salah satu kaki yang menumpu disesuaikan dengan warna papan. Jika bertumpu pada papan berwarna hitam harus menggunakan kaki kiri, sebaliknya jika bertumpu pada papan berwarna putih harus menggunakan kaki kanan. Jarak pada papan satu dengan yang lainnya bisa disesuaikan dengan kemampuan siswa.

Gambar 4. Jingkat Keseimbangan

5) Lempar bola warna . Bentuk permainan ini dapat dilakukan dengan menggunakan bola plastik dengan tiga jenis warna dan beberapa bendera yang warnanya disesuaikan dengan warna bola. Para siswa bertugas melempar dan menangkap bola, kemudian para siswa yang menangkap bola berlari menuju bendera dan meletakkan bola ke dekat bendera yang warnanya sesuai dengan bola yang ditangkap.

commit to user

Gambar 9. Lempar Bola Warna

6) Menolak ke sasaran Melempar atau menolak bola voli atau bola basket. Siswa berhadap- hadapan dengan jarak 5-10 meter. Siswa yang memegang bola menolakkan ke depan sejauh-jauhnya, dan siswa yang satunya berusaha menangkan dari pantulan bola yang dilempar. Demikian juga sebaliknya.

Gambar 10. Menolak Ke Sasaran (Yudha M. Saputra, 2001: 180)

Dari bentuk-bentuk permainan yang disebutkan di atas siswa akan berusaha untuk menampilkan kemampuannya. Dengan bentuk-bentuk permainan tersebut aspek-aspek yang terdapat dalam diri siswa akan berkembang seperti, aspek kebugaran jasmani, sosial, kerjasama, saling menghargai dan lain sebagainya. Dari permainan-permainan tersebut siswa selalu aktif bergerak, sehingga tanpa disadarinya akan meningkatkan kesegaran jasmaninya.

commit to user