Analisis Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

(1)

Analysis of taxpayers attitude in the implementation of fines

sanctions toward of tax compilance

(Study in soreang small Taxpayers Office)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Sidang

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

I GUSTI KETUT WISNU WARDANA

21107023

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG


(2)

Bimbingan Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,SE.,M.Si

Meskipun pemerintah sudah memberikan sanksi terhadap wajib pajak yang terlambat dalam menyampaikan SPT, tetapi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang masih terdapat sikap wajib pajak yang menunda-nunda dalam hal pembayaran sanksi denda tersebut. Dengan sikap wajib pajak yang demikian, tentunya akan mempengaruhi kepatuhan wajib pajak. Berdasarkan permasalahan tersebut, tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang Bandung

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Unit analisis dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang berjumlah 100 orang wajib pajak dengan metode Jugdmendtal sampling. Pengujian statistik yang digunakan adalah perhitungan korelasi Person Product Moment, koefisien determinasi, regresi sederhana dan uji hipotesis dengan uji t dengan menggunakan bantuan software SPSS14.0 for windows.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang termasuk dalam kategori baik, namun indikator tingkat keyakinan wajib pajak terhadap adanya sanksi denda menunjukan cukup, karena wajib pajak merasa kurang yakin sanksi denda tersebut digunakan untuk kepentingan Negara, sehingga wajib pajak selalu menunda-nunda dalam hal pembayaran sanksi denda tersebut. Dan kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan pajak Pratama Soreang juga sudah termasuk dalam kategori baik, namun indikator pembayaran pajak yang terutang tepat pada waktunya memperoleh tanggapan cukup hal ini dikarenakan wajib pajak melakukan pembayaran sanksi denda setelah jatuh tempo. Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang, dengan besar pengaruh 65,9%. Hal ini berarti perubahan yang terjadi pada kepatuhan wajib pajak dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda. Katakunci: Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,


(3)

Implementation of Sanctions Against Influence Compliance Fines Taxpayers In

Tax Office Primary Soreang", Under the Guidance of Prof. Umi Narimawati,

Dra., SE., M. Si

Although the government has given sanction against taxpayers who are late in

the SPT, but the Tax Office Primary Soreang there is still the attitude of taxpayers

who procrastinate in terms of payment of the fine sanction. With attitudes such

taxpayer, of course, will affect taxpayer compliance. Based on these problems, the

purpose of this study is to analyze the influence of attitudes on taxpayer compliance

implementation of financial penalties against taxpayers in the Tax Office Soreang

Pratama Bandung

The method used in this research is descriptive method and verifikatif. The

unit of analysis in this study is an individual taxpayer in the Tax Office Primary

Soreang taxpayers amounted to 100 persons with Jugdmendtal sampling method.

The test statistic used is the calculation of Person Product Moment correlation,

coefficient of determination, simple regression and hypothesis testing by t test using

the help of software SPSS14.0 for windows.

The results of this study indicate that the attitudes of taxpayers in the

implementation of financial penalties in the Tax Office Primary Soreang included in

either category, but the indicator of the level of confidence of taxpayers to show the

existence of sufficient financial penalties, since taxpayers feel less confident that

financial penalties be used for the interests of the State , so that taxpayers always

procrastinate in terms of payment of the fine sanction. And taxpayer compliance in

the Office of Tax Services Primary Soreang also been included in either category,

but the indicators of tax payable in timely obtaining sufficient response this is

because the taxpayer makes payment of financial penalties after the due date. The

attitude of taxpayers in the implementation of financial penalties and significant

positive effect on the compliance of taxpayers in the Tax Office Primary Soreang,

with much influence 65.9%. This means that changes in taxpayer compliance can be

explained or influenced by the attitudes of taxpayers in the implementation of

financial penalties.


(4)

Segala puji bagi Allah SWT karena atas segala rahmat dan hidayahNya

penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “

ANALISIS SIKAP WAJIB

PAJAK

PADA

PELAKSANAAN

SANKSI

DENDA

TERHADAP

KEPATUHAN WAJIB PAJAK

” yang telah sesuai dengan tujuan dan tepat pada

waktunya.

Penulis menyusun Skripsi ini untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh

gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi, Penulis menyadari bahwa selsainya

Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dorongan dari semua pihak baik secara

langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dengan segenap rasa hormat

penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra.,

SE., M.Si selaku pembimbing yang kaya akan saran dan ide serta seorang yang

memiliki wawasan luas,bersikap terbuka dan mempunyai komitmen tinggi pada

perubahan dan pengembangan. Dengan perasaan tulus juga penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Yth. Bapak Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas

Komputer Indonesia Bandung.

2.

Yth. Ibu Prof. Dr. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Komputer Indonesia Bandung.

3.

Yth. Ibu Sri Dewi Anggadini SE., M.Si., AK., selaku Ketua Program Studi

Akuntansi Universitas Komputer Indonesia Bandung.


(5)

dukungan baik secara moril maupun materil kepada penulis, yang tidak dapat

diukur oleh apapun.

6.

Kekasihku Anggi Meilani terima kasih atas dukungannya selama penulis

mengerjakan skripsi

7.

Sahabat-sahabat seperjuangan angkatan 2007 Program Studi Akuntansi,

khususnya AK-1, suka duka semasa kuliah kita lalui bersama, semoga tahun

2011 kita semua lulus dan di wisuda.

8.

Sahabat, rekan-rekan, dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu atas segala bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak

langsung selama penulis menyelsaikan Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam Skripsi

ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dan positif akan

senantiasa diterima penulis sebagai masukan yang berarti sehingga diharapkan dalam

penyusunan Skripsi lainnya ,penulis dapat menyusun lebih baik

Akhir kata, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan

menjadi acuan bagi penulis untuk berkarya lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Bandung, Agustus 2011

I Gusti Ketut Wisnu Wardana

21107023


(6)

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pembangunan nasional dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berkelanjutan untuk memacu kemampuan nasional dalam rangka mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain yang telah maju. Di dalam pembangunan diperlukan biaya yang besar. Salah satu sumber dana pembangunan yang menjadi andalan utama adalah sector penerimaan pajak. Penerimaan pajak dapat berasal dari Pajak Penghasilan (PPh) dari sektor migas dan non migas, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), penerimaan cukai, maupun pajak– pajak lainnya. Pajak-pajak tersebut nantinya akan berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pajak yang dibayarkan oleh masyarakat mempunyai peranan yang penting di dalam pembangunan nasional. Sehingga sudah selayaknya bila perpajakan mendapat perhatian yang serius dari pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak. Namun demikian tidaklah begitu mudah untuk menggugah kesadaran masyarakat untuk taat membayar pajak. Banyak sekali hal-hal yang menjadi kendala dalam upaya meningkatan penerimaan negara dari sektor pajak, baik dari segi wajib pajaknya, dari aparat fiskusnya yang menyangkut pelayanan kepada wajib pajak maupun dari undang-undang. (Agus Nugroho jatmiko, 2006)


(7)

perpajakannya sendiri serta kebijakan-kebijakan terkait dengan perpajakan, yang menurut penilaian masyarakat terlalu sulit diterima dan dimengerti atau dijabarkan menurut pikiran mereka masing-masing. Hal ini jelas menuntut penanganan yang lebih serius lagi dan perlunya pemberitahuan-pemberitahuan serta sosialisasi pajak guna makin meningkatkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya pajak bagi pembangunan nasional yaitu dengan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusianya, yang dalam hal ini adalah aparat fiskus yang secara tidak langsung akan memberikan pelayanan kepada wajib pajak. Sebagai organisasi pemerintah yang melaksanakan tugas pengumpulan penerimaan Negara dan sekaligus berkewajiban memberikan pelayanan kepada masyarakat, peran dan fungsi Direktorat Jenderal Pajak semakin menjadi penting, tidak dapat berbuat atau berperilaku hanya berdasarkan aturan, prosedur, ketentuan dan kebiasaan belaka akan tetapi mau tidak mau harus dapat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh masyarakat melalui pelayanan yang terbaik. (Agus Nugroho Jatmiko, 2006)

Terdapat masalah yang menjadi kendala bagi DJP mengenai pertumbuhan tingkat kepatuhan wajib pajak. Kepatuhan masyarakat dalam membayar pajak pribadi di Indonesia masih sangat lemah. Hal tersebut terlihat dari kontribusi penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) yang berasal dari orang pribadi jauh lebih kecil dibandingkan penerimaan PPh badan. Fenomena ini justru terbalik dengan kondisi di luar negeri di mana PPh orang pribadi lebih besar dari PPh badan. Tingkat kepatuhan sukarela (voluntary compliance) wajib pajak orang pribadi di Indonesia selama ini masih tergolong lemah, Mentri keuangan mengatakan, di


(8)

negara-negara yang sudah maju, peranan penerimaan PPh orang pribadi justru lebih besar daripada peranan penerimaan PPh badan. Sebagai pembanding, pada tahun 2008 di Indonesia, kontribusi penerimaan PPh badan adalah 77,11 persen, sementara PPh orang pribadi 22,89 persen. Di Amerika Serikat, kontribusi penerimaan PPh badan adalah 15,09 persen, sementara PPh orang pribadi 84,91 persen. (www.pajak.go.id, 29 januari 2010)

Apabila dilihat dari masalah yang terjadi di Indonesia, tingkat kepatuhan wajib pajak masih sangat rendah. Masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak juga bisa dilihat dari jumlah wajib pajak efektif dalam menyampaikan SPT. Berikut adalah data tentang kepatuhan wajib pajak :

Tabel 1.1

Tingkat Kepatuhan WP dalam Pelaporan SPT Masa PPh Pasal 21

Masa Pajak

Wajib Pajak Efektif

SSP

Ada SSP Nihil

SPT Total

Persentase Pelaporan

1 2 3 4 5 5:2

Juni 2009 19.160 1270 5090 6360 33,19%

Juli 2009 19.500 1620 5960 7580 38,87%

Agustus 2009 19.770 1360 5890 7250 36,67%

Sep 2009 20.080 1340 6080 7420 36,95%

Oktober 2009 20.300 1710 6260 7970 39,26%

Nopember 2009 20.490 1360 5890 7250 35,38%

Desember 2009 20.620 1550 6080 7630 37,00%

Januari 2010 20.940 1900 6130 8030 38,35%

Februari 2010 21.190 1700 6850 8550 40,35%

Maret 2010 21.570 1670 6330 8000 37,09%

Apr-10 21.870 1790 6810 8600 39,32%

Mei 2010 22.200 1770 7170 8940 40,27%

Juni 2010 22.380 1660 6820 8480 37,89%


(9)

Agustus 2010 22.850 1650 7430 9080 39,74%

Sep 2010 23.060 1690 6760 8450 36,64%

Oktober 2010 23.280 1500 6870 8370 35,95%

Nov 2010 23.430 1720 7420 9140 39,01%

Desember 2010 23.770 1410 7130 8540 35,93%

Januari 2010 24.050 1500 6980 8480 35,26%

Februari 2010 24.280 1670 7690 9360 38,55%

Maret 2010 24.550 1760 8080 9850 40,12%

Sumber : Seksi TUP dan Seksi P2PPh

Berdasarkan data pada tabel 1 diatas maka dapat dilihat bahwa jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan sejak Masa Pajak Juni 2009 sampai dengan Maret 2010 adalah berkisar antara 33,19% - 40,35%. Dan apabila dirata-ratakan yaitu sebesar 37,64%. berdasarkan keadaan yang diharapkan, angka persentase pelaporan tersebut dapat dikatakan masih sangat rendah. Dimana angka yang ideal itu adalah 100% atau minimal sekitar 70% . Meskipun terlihat terjadinya peningkatan jumlah SPT Masa PPh Pasal 21 yang disampaikan ternyata apabila dibandingkan dengan jumlah wajib pajak efektifnya akan menghasilkan persentase pelaporan yang tidak berbeda jauh dengan tahun sebelumnya yaitu masih pada sekitar persentase rata-ratanya. Sehingga, masih terdapat wajib pajak yang telat menyapaikan SPT. Mungkin dikarenakan kesibukan dari masing-masing WP.

Diluar dari keterangan tersebut, Hal serupa juga di perjelas oleh Kepala Subdirektorat Kepatuhan Wajib Pajak dan Pemantauan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan, Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan Liberti Pandiangan. Menyatakan bahwa sebanyak 5.899.624 wajib pajak orang pribadi dan badan dilaporkan tidak patuh memenuhi kewajiban mereka


(10)

menyampaikan surat pemberitahuan Pajak Penghasilan tahunan pada 2010. Mereka diperkirakan tidak memiliki waktu untuk menyampaikan SPT atau sengaja tidak melaporkan SPT karena merasa sudah kehilangan pekerjaan. ”Pada 2010, jumlah wajib pajak terdaftar mencapai 15.911.576 baik orang pribadi maupun badan, tetapi hanya 14.101.933 yang wajib menyampaikan SPT. Yang menyampaikan SPT masih 8.202.309 wajib pajak atau dengan tingkat kepatuhan 58,16 persen. Ini masih naik signifikan dibanding tahun 2008 yang hanya 33,08 persen dan 54,15 persen pada 2009.”(Liberti Pandiangan, KOMPAS.com, 3 Maret 2011)

Demi kelancaran jalannya pemerintahan negara Indonesia maka sumber penerimaan negara terutama di bidang perpajakan harus terus diupayakan peningkatannya agar dapat mencukupi kebutuhan pengeluaran dan melunasi hutang-hutang negara. Disamping itu Undang-undang perpajakan harus dapat memberikan kepastian hukum, khususnya yang menyangkut keseimbangan antara hak dan kewajiban perpajakan dari wajib pajak maupun aparatur pajak. Agar suatu sistem perpajakan efektif, mayoritas wajib pajak harus patuh terhadapnya. Kepatuhan wajib pajak merupakan faktor utama yang mempengaruhi realisasi penerimaan pajak, dimana kepatuhan wajib pajak dalam hal ini dinilai dengan ketaatannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan dari segi formil dan materil, Misalnya kepatuhan dalam hal waktu, seorang wajib pajak mungkin selalu membayar kewajibannya secara penuh tetapi jika kewajiban tersebut dibayar secara terlambat, maka hal demikian tidak dapat dianggap sebagai patuh. Untuk itulah diperlukan adanya pembaharuan dibidang perpajakan yang nantinya akan


(11)

berguna untuk menjangkau seluas-luasnya wajib pajak yang ada agar menjadi wajib pajak yang patuh, selain itu juga menjangkau seluas-luasnya wajib pajak yang ada agar menjadi wajib pajak yang patuh, selain itu juga menjangkau seluas-luasnya warga negara mampu yang belum menjadi wajib pajak agar dapat menjadi wajib pajak patuh.

Tingkat kepatuhan wajib pajak juga dapat dipengaruhi beberapa faktor, artinya dengan faktor tersebut kepatuhan wajib pajak bisa meningkat atau sebaliknya, menjadi menurun, faktor tersebut di antaranya adalah sikap wajib pajak tentang sanksi perpajakan Terdapat undang-undang yang mengatur tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan. Agar peraturan perpajakan dipatuhi, maka harus ada sanksi perpajakan bagi para pelanggarnya. Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang bahwa sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya (Nurgoho, 2006).

Soerjotamtomo menduga tingkat kepatuhan itu sangat berkaitan dengan sanksi yang diterapkan. Dahulu sanksi bagi wajib pajak badan yang tidak menyerahkan surat pemberitahuan tahunan hanya berupa denda Rp 50 ribu, Mulai tahun ini meningkat, menjadi Rp 1 juta.. Sedangkan wajib pajak perorangan yang terlambat menyampaikan surat pemberitahuan tahunan dikenai denda Rp 100 ribu. (Soerjotamtomo , Koran Tempo, 18 Maret 2009)

Akan tetapi. Menurut Kepala UPTD PBB Dispenda Natsir Halid, faktor yang menyebabkan terjadi tunggakan hingga miliaran dalam perpajakan, lebih kepada ringannya sanksi yang dibebankan ke penunggak pajak, serta pengaruh krisis global. (Natsir Halid , Harian Seputar Indonesia, 30 September 2009)


(12)

Selain karena ringannya sanksi denda yang diberikan kepada wajib pajak yang telat menyampaikan SPT, Sikap wajib pajak juga selalu selalu menunda-nunda dalam membayar sanksi denda yang diberikan apabila telat menyampaikan SPT. Meskipun pemerintah setempat sudah membuat sanksi terhadap Wajib Pajak yang tidak patuh, sanksi yang diberikan oleh pemerintah yakni berupa denda. Tapi hal ini juga kurang berhasil untuk membuat masyarakat itu menjadi sadar pajak. Dilihat dari fenomena tentang sanksi perpajakan tersebut, itu dikarenakan sikap wajib pajak yang terlalu memandang remeh sanksi denda.

Faktor yang akan diteliti dalam penelitian ini tentang sikap Wajib Pajak yang meliputi kepatuhan Wajib Pajak, dan sikap Wajib Pajak terhadap sanksi denda. Sebelum peneliti malakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti mencari beberapa referensi mengenai penelitian terdahulu yang sebelumnya meneliti tentang sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dan kepatuhan wajib pajak. Beberapa penelitian tentang kepatuhan wajib pajak telah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Hasil penelitian Sulud Kahono (2003) dengan judul “Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pembayaran PBB (Studi Empiris di wilayah KPPBB Semarang), hasilnya sikap wajib pajak terhadap prioritas pembangunan daerah, sikap wajib pajak terhadap sanksi denda, sikap wajib pajak terhadap pelayanan fiskus, dan sikap wajib pajak bahwa penghindaran PBB telah umum berpengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Semarang. Hampir sama dengan penelitian Sulud Kahono (2003), Suyatmin (2004) juga menggunakan beberapa variabel yang sama yaitu sikap WP terhadap pembangunan daerah, sikap WP terhadap


(13)

sanksi denda PBB, dan sikap WP terhadap pelayanan fiskus. Suyatmin (2004) menggunakan pula variabel sikap WP terhadap kesadaran bernegara dan sikap WP terhadap kesadaran perpajakan sebagai variabel bebas. Hasil penelitian Suyatmin (2004) juga menunjukkan bahwa semua variabel bebas yang digunakan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kepatuhan WP PBB. Dan yang terakhir adalah penelitian Karsimiati (2009) tentang pengaruh pelayanan fiskus,sanksi denda dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kecamatan Gabus-Pati. Hasil dari penelitian ini juga menunjukan adanya pengaruh yang signifikan terhadap variabel yang bersangkutan.

Dari uraian mengenai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian yang telah ada cenderung melakukan uji beda kepatuhan wajib pajak dalam membayar hal pembayaran PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Maka,peneliti akan mencoba mengkaji tentang penelitian terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi. Sehingga, berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk mengambil judul “ANALISIS SIKAP WAJIB PAJAK PADA PELAKSANAAN SANKSI DENDA PENGARUHNYA TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK”.


(14)

1.2 Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka untuk memudahkan pembahasan ini, maka penulis akan mengidentifikasi beberapa permasalahan antara lain :

1. Sikap wajib pajak selalu menunda-nunda dalam membayar sanksi denda yang diberikan apabila telat menyampaikan SPT.

2. Sanksi denda yang diberikan bagi wajib pajak yang melanggar masih cenderung ringan.

3. Masih terdapat wajib pajak yang terlambat menyampaikan SPT

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil dari identifikasi masalah di atas, terdapat beberapa rumusan masalah, antara lain adalah :

1. Bagaimana sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP Pratama Soreang

2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang

3. Seberapa besar Pengaruh Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama soreang


(15)

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Masksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi tentang objek penelitian atas sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dan kepatuhan wajib pajak.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP Pratama Soreang.

2. Untuk mengetahui Kepatuhan Wajib Pajak di KPP Pratama Soreang 3. Untuk mengetahui pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi

denda terhadap tingkat kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini penulis mengharapkan hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain sebagai berikut:

1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan sebagai tambahan pengetahuan mengenai pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak.


(16)

1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Peneliti

Peneliti mengharapkan hasil penelitian dapat bermanfaat dan selain itu untuk menambah pengetahuan, dan juga memperoleh gambaran langsung bagaimana Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang

2. Bagi Instansi

Dengan penelitian ini dapat memberikan pandangan bagi instansi tentang Analisis Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang

3. Bagi Peneliti Lain

Dapat dijadikan sebagai bahan tambahan pertimbangan dan pemikiran dalam penelitian lebih lanjut dalam bidang yang sama, yaitu Analisis Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang

1.5 Lokasi Dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dilakukan penulis ini bertempat di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Soreang Jl. Raya Cimareme No. 205 Ngamprah – Kab. Bandung Barat 40552 Telp. (022) 6868787 Fax. (022) 6868427.


(17)

1.5.2 Waktu Penelitian

Adapun waktu dan pelaksanaan penelitian adalah dimulai pada bulan maret 2011 sampai dengan juni 2011.

Tabel 1.2 Waktu Penelitian

Prosedur

Bulan

Maret

2011

April

2011

Mei

2010

Juni

2011

Juli

2011

Tahap Persiapan:

1. Bimbingan dengan dosen pembimbing 2. Membuat outline dan proposal skripsi 3. Mengambil formulir penyusunan skripsi 4. Menentukan tempat penelitian

Tahap Pelaksanaan:

1. Mengajukan outline dan proposal skripsi 2. Meminta surat pengantar ke perusahaan 3. Penelitian di perusahaan

4. Penyusunan skripsi 5.Seminar UP Tahap Pelaporan:

1. Menyiapkan draft skripsi 2. Analisis data

3.Pelaporan hasil skripsi 4. Sidang akhir skripsi

5. Penyempurnaan laporan skripsi 6. Penggandaan skripsi


(18)

2.1 Kajian Pustaka

Seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia akan diikuti pula dengan kebijakan-kebijakan dibidang pajak. Oleh karena itu, pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang dimasyarakat. Pajak mempunyai kontribusi cukup tinggi dalam penerimaan negara. Pada beberapa tahun terakhir ini, penerimaan dari sektor fiskal mempunyai proporsi lebih dari 50% penerimaan dari APBN. Berbagai kebijakan dalam bentuk ekstensifikasi dan intensifikasi telah dibuat oleh pemerintah untuk mencapai target penerimaan pajak. Kebijakan ini membawa pengaruh kepada masyarakat, dunia usaha, dan pihak-pihak yang berkaitan dengan pajak. Self Assessment System yang mengharuskan Wajib Pajak untuk proaktif menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak sendiri, menuntut semua pihak (termasuk pemungut/Pemotong Pajak) maupun memahami dan mengaplikasikan setiap peraturan pajak yang berlaku, serta pemerintah harus menindak tegas wajib pajak yang melanggar peraturan perpajakan yang telah dibuat oleh Undang-undang.

2.1.1 Sikap Wajib Pajak

Kepatuhan wajib pajak terkait dengan sikap wajib pajak dalam membuat penilaian terhadap pajak itu sendiri. Persepsi seseorang untuk membuat penilaian mengenai orang lain sangat dipengaruhi oleh kondisi internal maupun eksternal orang tersebut. Menurut Kotler (2000 : 85),


(19)

“Sikap didefinisikan sebagai evaluasi yang dipertahankan seseorang mengenai suka atau tidak suka, perasaan emosi, dan kecenderungan aksi terhadap beberapa obyek atau gagasan”.

Sedangkan pengertian sikap menurut Manahan P Tampubolon (2008:75) :

“Sikap (attitude) adalah kesiapan mental untuk merespon sesuatu,baik negative maupun yang positif”.

Sedangkan menurut Jalaluddin Rakhmat (1996:39) yang dikutip oleh Novita Miladia (2010) mengemukakan pengertian sikap, yaitu:

“Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukan perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara-cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap boleh berupa benda, orang, tempat, gagasan atau situasi, atau kelompok”.

Menurut Azwar (2000:24), mengatakan bahwa :

komponen sikap kognitif adalah berisi kepercayaan, keyakinan, ide dan konsep seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap. Sedangkan komponen sikap afektif menyangkut masalah kehidupan emosional seseorang terhadap suatu objek sikap. Meskipun perasaan pribadi seringkali berbeda perwujudannya bila dikaitkan dengan sikap, secara umum komponen ini disamakan dengan ungkapan perasaan yang dimiliki seseorang dan juga evaluasinya terhadap objek sikap. Komponen sikap konatif (perilaku) yaitu sikap yang menunjukkan perilaku atau kecenderungan berprilaku bila dikaitkan dengan objek sikap tertentu.

Menurut Waluyo (2008:23), mengemukakan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan”.


(20)

Sedangkan menurut Siti Resmi (2008:21), mengemukakan bahwa:

“Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undanganperpajakan”.

Berdasarkan ketiga pengertian diatas maka penulis mengambil kesimpulan bahwa Sikap Wajib Pajak merupakan sikap atau perilaku, dimana subjek pajak yang dikenakan kewajiban untuk memenuhi kewajiban perpajakannya, dimana kewajiban tersebut adalah kewajiban untuk membayar pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan perpajakan.

2.1.2 Pelaksanaan Sanksi Denda

Sanksi berupa denda menurut Sony Devano & Siti Kurnia Rahayu (2006:198) adalah:

“Sanksi Administrasi yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan kewajiban pelaporan.

Sanksi berupa denda menurut S.R.Soemarso (2007:147) adalah :

“Sanksi denda juga dapat muncul oleh karena tindakan wajib pajak sendiri atau dimunculkan oleh pihak pajak,sanksi denda pada umumnya disebabkan oleh kesalahan atau tidak terpenuhinya kewajiban perpajakan tertentu.

Menurut Siti Resmi (2003 : 87) :

“Sanksi administrasi berupa denda dikenakan saat wajib pajak tidak menyampaikan SPT (surat pemberitahuan pajak) dalam jangka waktu yang telah ditetapkan, denda 50 ribu bagi wajib pajak yang telat menyampaikan SPT massa, dan 100 ribu bagi wajib pajak yang telat menyampaikan SPT tahunan.”


(21)

Sedangkan Suyatmin (2004 : 24) menyatakan bahwa:

“Sikap WP terhadap pelaksanaan sanksi denda yaitu sikap responden tentang pelaksanaan sanksi denda terhadap responden dan orang lain di sekitar responden”.

Lalu Yadnyana (2009:58) menyatakan:

“Persepsi atau sikap wajib pajak tentang sanksi perpajakan adalah interprestasi dan pandangan wajib pajak dengan adanya sanksi perpajakan.”

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pada intinya yang dimaksud dengan sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda merupakan sikap wajib pajak dimana wajib pajak tersebut mempunyai respon atas denda yang diberikan apabila wajib pajak melanggar peraturan perpajakan, sanksi dapat berupa denda, bunga, dan kenaikan

2.1.2.1 Sanksi Administrasi berupa Denda

a. Pasal 7

Besarnya denda Rp 50.000 dan Rp 100.000 untuk terlambat memasukkan SPT masa dan SPT tahunan atau menyampaikan SPT masa/tahunan tidak sesuai dengan batas waktu yang ditentukan

b. Pasal 8 Ayat 3

Besarnya denda 2 kali pajak yang kurang bayar, karena membetulkan SPT telah diperiksa, tetapi belum dilakukan penyidikan.


(22)

c. Pasal 14 Ayat 4

Besarnya denda 2% dari Dasar Pengenaan Pajak

d. Pasal 44 B Ayat 2

Besarnya denda 4 kali jumlah pajak yang tidak dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan. Penghentian penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan atas permintaan Menteri Keuangan untuk kepentingan penerimaan negara.

2.1.2.2 Perubahan Sanksi Denda Administrasi atas Keterlambatan Atau Tidak Melaporkan Surat Pemberitahuan (SPT)

Pemerintah membuat sanksi terhadap wajib pajak yang melanggar pajak supaya masayarakat menjadi jera dengan adanya sanksi tersebut, sehingga masyarakat dalam hal ini wajib pajak dapat patuh terhadap perundang – undangan perpajakan yang berlaku. Meskipun pemerintah melakukan beberapa kali perubahan terhadap Undang-undang ketentuan umum tentang sanksi perpajakan bagi wajib pajak yang terlambat melaporkan SPT, tetapi saat ini pemerintah sudah menetapkan Undang – undang tahun 2007.

Berdasarkan Pasal 7 Undang-Undang No 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan maka terdapat perubahan sanksi denda administrasi dimana perubahan tersebut adalah sebagai berikut :


(23)

Tabel 2.1

Perubahan Nilai Sanksi Denda Administrasi

NO JENIS

SPT

KETENTUAN LAMA

KETENTUAN BARU

1 2

1

2

SPT MASA SPT Masa PPN SPT Masa Lainnya

SPT TAHUNAN

SPT Tahunan PPh WP BADAN

SPT Tahunan PPh WP Orang Pribadi

Rp. 50.000,- Rp. 50.000,-

Rp. 100.000,-

Rp. 100.000,-

Rp. 500.000,- Rp. 100.000,-

Rp. 1.000.000,-

Rp. 100.000,-

Sumber : Y. Sri Pudyatmoko (2009)

Ketentuan tersebut mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2008. Perubahan ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk membantu meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya.

2.1.3 Kepatuhan wajib pajak

Kondisi perpajakan yang menuntut keikutsertaan aktif Wajib Pajak dalam menyelenggarakan perpajakannya membutuhkan kepatuhan Wajib Pajak yang tinggi. Yaitu kepatuhan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan kebenarannya. Karena sebagian besar pekerjaan dalam pemenuhan kewajiban perpajakan dilakukan oleh Wajib Pajak (dilakukan sendiri atau dibantu


(24)

oleh ahli misalnya praktisi perpajakan nasional atau tax agent) bukan fiskus selaku pemungut pajak, sehingga kepatuhan diperlukan dalam Self Asserssment System dengan tujuan penerimaan pajak yang optimal.

Dengan adanya kepatuhan maka secara tidak langsung penerimaan pajak akan berjalan dengan lancar karena kepatuhan Wajib Pajak telah menunjukan bahwa Wajib Pajak telah melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik.

Safri Nurmantu (2009:138) mengatakan bahwa kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai :

“Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.

Pengertian kepatuhan wajib pajak yang ditulis oleh Norman D. Norwak dan dikutip oleh Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:110), menyatakan bahwa:

“Kepatuhan wajib pajak ialah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, bercermin dalam situasi dimana :

 Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

 Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas

 Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar

 Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.”

Adapun jenis-jenis kepatuhan Wajib Pajak menurut Sony Devano dan Siti Kurnia Rahayu (2006:110) sebagai berikut:

”Jenis-jenis kepatuhan adalah:

1. Kepatuhan formal adalah suatu keadaan dimana wajib pajak memenuhi kewajiban secara formal sesuai dengan ketentuan dalam Undang-undang perpajakan.


(25)

2. Kepatuhan material adalah suatu keadaan diamana wajib pajak secara substantif/hakikatnya memenuhi semua ketentuan material perpajakan yaitu sesuai isi dan jiwa Undang-undang pajak kepatuhan material juga dapat meliputi kepatuhan formal. ”

Dari semua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa wajib pajak diharuskan membayar pajak, dimana pembayarannya dilakukan setiap bulan dalam tahun berjalan, maka dari pembayaran masa setiap bulannya dapat diketahui pengembangan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya

2.1.4 Keterkaitan Antar Variabel Penelitian

2.1.4.1 Hubungan Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

Prinsip utama pemungutan pajak sebagai perwujudan kewajiban kenegaraan warga negara untuk ikut membantu pembiayaan negara dan pembangunan nasional adalah diberikannya kepercayaan kepada Wajib Pajak untuk menghitung, melaporkan dan membayarkan jumlah pajak yang seharusnya terhutang (Self Assessment System). Meskipun Wajib Pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, melaporkan dan membayarkan jumlah pajak yang terhutang, ia tetap harus jujur dan selalu berpegang teguh kepada ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Ini berarti Apabila ada Wajib Pajak yang menyimpang dari ketentuan kewajiban perpajakannya misalnya apabila Wajib Pajak tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) atau menyampaikan tapi telah melebihi batas waktu yang telah ditetapkan maka, kepadanya dapat dikenai sanksi yang bersifat administratif. Sanksi administratif perpajakan berupa; denda,


(26)

bunga dan kenaikan. Hal ini sesuai dengan isi Pasal 7 ayat 1 Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan No 16 Tahun 2000 yang berbunyi :

”Apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) atau batas waktu perpanjangan penyampaian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp50.000,00 (lima puluh ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Masa dan sebesar Rp100.000,00 (seratus ribu rupiah) untuk Surat Pemberitahuan Tahunan.”

Jangka waktu yang dimaksud adalah untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lambat 20 (dua puluh) hari setelah akhir Masa Pajak, dan untuk Surat Pemberitahuan Tahunan, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Penerapan sanksi disini dimaksudkan untuk memberikan hukuman positif kepada Wajib Pajak yang telah lalai dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sehingga dengan diberikannya sanksi administrasi Wajib Pajak akan merasa jera dan mau belajar dari kesalahan yang telah dilakukannya sehingga untuk pemenuhan kewajiban perpajakannya di masa pajak yang akan datang juga bisa lebih baik lagi. Dengan diberikannya sanksi terhadap Wajib Pajak yang lalai maka Wajib Pajak pun akan berfikir dua kali jika dia akan melakukan tindak kecurangan atau dengan sengaja lalai dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya, sehingga Wajib Pajak pun akan lebih memilih patuh dalam hal pemenuhan kewajiban perpajakannya daripada dia harus menanggung sanksi administrasi yang diberikan. Hal serupa juga dikemukakan oleh Mohammad Zain (2007:35) yaitu :

”Sesungguhnya tidak diperlukan suatu tindakan apapun, apabila dengan rasa takut dan ancamam hukuman (sanksi dan pidana) saja wajib pajak sudah akan mematuhi kewajiban perpajakannya. Perasaan takut tersebut merupakan alat pencegah yang ampuh untuk mengurangi penyelundupan pajak atau kelalaian


(27)

pajak. Jika hal ini sudah berkembang dikalangan para wajib pajak maka akan berdampak pada kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.”

Selain dari teori diatas Sony Devano& Siti Kurnia Rahayu (2006:112) menyatakan bahwa:

“Wajib pajak akan patuh karena mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan illegal dalam usahanya untuk penyelundupan pajak,tindakan pemberian sanksi tersebut terjadi jika wajib pajak terdeteksi dengan administrasi yang baik dan intregasi serta melalui aktivitas pemeriksaan oleh aparat yang bekompeten dan memilik intregasi tinggi,melakukan tindakn tax evasion.”

Hal serupa juga dikemukakan oleh Nugroho (2006), yang menyatakan bahwa :

“Wajib pajak akan memenuhi kewajiban perpajakannya bila memandang sanksi perpajakan akan lebih banyak merugikannya.”

Dari penjelasan diatas maka dapat dikatakan bahwa sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda ini dapat mempengaruhi kepatuhan Wajib Pajak. 2.2 Kerangka Pemikiran

Suatu negara pada umumnya bertujuan untuk mensejahterakan rakyatnya, salah satu cara yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan dilakukannya pembiayaan pembangunan diberbagai sektor kehidupan dan sumber utama pembiayaan pembangunan tersebut adalah berasal dari pajak.

Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berdasarkan atas Undang-undang serta aturan pelaksanaan pemungutan pajak mengisyaratkan adanya alih dana dari sektor swasta (Wajib Pajak yang membayar pajak) ke sektor negara (pemungut pajak


(28)

pemerintah) dan diperuntukan bagi keperluan pembiayaan umum pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintah, baik rutin maupun pembangunan. Karena pajak merupakan penerimaan terbesar untuk negara dan merupakan salah satu sumber yang diutamakan maka dalam pelaksanaan pemungutannya dilakukan pembaharuan sistem dari Official Assesment System menjadi Self Assesment System. Dalam sistem ini pemerintah khususnya pihak Dirjen pajak memberikan kepercayaan sepenuhnya pada Wajib Pajak untuk melakusanakan kegiatan pemenuhan kewajiban perpajakannya.

Maka dari itu ketentuan dalam hal perpajakannya haruslah berdasarkan perundang-undangan yang telah ada, sehingga akan tercipta wajib pajak yang patuh,dan akan berdampak juga terhadap penerimaan pajak. Untuk itu pemerintah tidak bisa membiarkan begitu saja wajib pajak yang lalai dalam hal perpajakannya,maka dibuatlah sanksi sebagai hukuman bagi wajib pajak yang lalai tersebut. Salah satunya sanksi denda yang dikenakan bagi wajib pajak yang dikenakan terhadap pelanggaran yang berkaitan dengan pelaporan. Sanksi denda tersebut akan dinilai oleh wajib pajak melalui sikap wajib pajak, Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda itu sendiri adalah penilaian oleh wajib pajak mengenai baik atau buruknya pelaksanaan sanksi denda, apabila sikap wajib pajak menilai positif terhadap sanksi denda tersebut, maka respon wajib pajak tersebut akan baik pula, dan juga sebaliknya. Dimana sikap wajib pajak tersebut diukur menggunakan 3 indikator yaitu kognitif, afektif dan konatif. Dengan adanya 3 ukuran sikap tersebut, maka dapa dilihat bahwa sikap itu dilihat dari tingkat


(29)

kepercayaan, tingkat keyakinan, tingkat kepuasan dan tingkat kesediaan wajib pajak membayar sanksi denda tersebut.

Sikap wajib pajak tidak hanya berdampak terhadap hal – hal tertentu saja, tetapi nantinya akan berdampak ke kepatuhan pajak sendiri dan nantinya akan berpengaruh terhadap penerimaan pajak,maka dari itu kepatuhan pajak harus ditingkatkan. Kepatuhan pajak dapat diukur dengan indikator Wajib Pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya. Apabila wajib pajak sudah melakukan hal tersebut maka wajib pajak dapat dikatakan patuh, tetapi wajib pajak dikatakan tidak patuh apabila wajib pajak tersebut tidak melakukan hal yang dikategorikan patuh tersebut. Penelitian ini juga didukung berdasarkan penelitian terdahulu, ada beberapa penelitian terdahulu yang telah dijadikan referensi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sikap wajib pajak yang baik terhadap penilaian pelaksanaan sanksi denda maka akan berdampak ke kepatuhan wajib pajak.

Penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yaitu Suyatmin (2004), Suyatmin melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pembayaran PBB Studi Empiris di wilayah KPPBB Surakarta”. Menyatakan bahwa sikap Wajib Pajak terhadap sanksi denda PBB, sikap Wajib Pajak terhadap pelayanan fiskus, sikap Wajib Pajak terhadap kesadaran bernegara, sikap Wajib Pajak terhadap kesadaran perpajakan berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam


(30)

pembayaran PBB di kota Surakarta. Sedangkan sikap Wajib Pajak terhadap prioritas pembangunan daerah tidak berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran PBB di kota Surakarta.

Sulud Kahono (2003) melakukan penelitian tentang pengaruh dari sikap WP terhadap prioritas pembangunan daerah, sikap WP terhadap sanksi denda PBB, sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap WP terhadap penghindaran PBB terhadap kepatuhan wajib pajak PBB di KP PBB Semarang. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda. Hasil penelitian Sulud Kahono (2003) adalah bahwa semua variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepatuhan WP PBB baik secara parsial maupun bersama-sama, Karsimiati (2009) dengan judul pengaruh pelayanan fiskus,sanksi denda dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kecamatan Gabus-Pati. Lumumba Omweri Marti, Migwi S. Wanjohi, Obara Magutu (2010) yang berjudul Tax payer’s attitudes and tax compliance. Dan penelitian yang dilakukan oleh Ni Ketut Muliari (2011) tentang Pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi. Agus Nugroho Jatmiko (2006) dengan judul pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan dan persamaan dengan peneliti terdahulu, maka dapat dilihat tabel dibawah ini:


(31)

Tabel 2.2

Ringkasan Penelitian dan referensi yang berkaitan dengan sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak

NO Peneliti Judul Hasil Penelitian Perbedaan Kesamaan

1 Suyatmin (2004)

Pengaruh Sikap Wajib Pajak terhadap Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pembayaran PBB Studi Empiris di wilayah KPPBB Surakarta

Sikap Wajib Pajak terhadap sanksi denda PBB, sikap Wajib Pajak terhadap pelayanan fiskus,

berpengaruh positif terhadap kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran PBB di kota Surakarta. kepatuhan Wajib Pajak dalam pembayaran PBB di kota Surakarta. Perbedaan variabel Y karena cenderung kepada kepatuhan pembayaran PBB Terdapat kesamaan yaitu,meneliti tentang sikap wajib pajak

2 Sulud Kahono (2003)

pengaruh dari sikap WP terhadap prioritas pembangunan daerah, sikap WP terhadap sanksi denda PBB, sikap WP terhadap pelayanan fiskus dan sikap WP terhadap penghindaran PBB terhadap kepatuhan wajib pajak PBB di KP PBB Semarang

Semua variabel bebas yang diteliti memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap kepatuhan WP PBB baik secara parsial maupun bersama-sama. Terdapat variabel yang berbeda yaitu sikap wp terhadap prioritas pembanguna n daerah dan sikap WP terhadap penghindara n PBB Terdapat kesamaan yaitu membahas tentang sikap wajib pajak

3 Karsimiati (2009)

pengaruh pelayanan fiskus,sanksi denda dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak dalam membayar PBB di Kecamatan Gabus-Pati

Adanya pelayanan fiskus yang baik, sanksi denda bagi Wajib Pajak, dan kesadaran perpajakan yang tinggi oleh Wajib Pajak diduga akan berpengaruh terhadap kepatuhan Wajib Pajak. Faktor-faktor ini saling berkaitan dari Wajib Pajak sadar akan pentingnya membayar pajak, sanksi denda yang dijatuhkan akan menambah beban pajak yang harus dibayar. Wajib Pajak akan membayar pajak tepat waktu karena didukung mutu pelayanan fiskus dalam melayani Wajib Pajak.

Memiliki variabel yang lebih menekankan kepada kepatuhan WP dalam membayar PBB Terdapat variabel tentang sanksi denda.

4 Lumumba Omweri Marti, Migwi S. Wanjohi, Obara Magutu (2010)

TAX PAYERS’

ATTITUDES AND TAX COMPLIANCE

BEHAVIOUR IN KENYA

on the relationship between the taxpayers’

attitudes and tax compliance in Kenya. It was found that there is a very strong relationship between the taxpayers’ attitudes and tax compliance in Kenya i.e.

Hanya membahas tentang sikap wajib pajak saja. Meskipun hanya membahas tentang sikap wajib pajak saja,tetapi miliki kesamaan


(32)

taxpayers’ attitudes encourages tax compliance in Kenya since the

correlation of 0.846. And all the that influence the taxpayers’ attitudes, equally affect the taxpayers’ compliance with the tax requirement i.e. taxpayers’ attitudes encourages tax compliance in Kenya

antara sikap wajib pajak dan kepatuhan wajib pajak yang akan di teliti

5 Ni Ketut Muliari (2011)

Pengaruh persepsi tentang sanksi perpajakan dan kesadaran wajib pajak pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi

Persepsi wajib pajak tentang snksi perpajakan berpengaruh positif dan signifikan pada kepatuhan pelaporan wajib pajak orang pribadi

Variabel yang kurang mendukung penelitian yaitu kesadaran wajib pajak Memiliki kesamaan yang membahas tentang sanksi dan kepatuhan

6 Agus Nugroho Jatmiko (2006)

pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak.

sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus dan kesadaran perpajakan bersama-sama berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak Variabel yang kurang mendukung penelitian yaitu kesadaran wajib pajak dan pelayanan fisku Memiliki kesamaan variable yaitu sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dengan kepatuhan wajib pajak

7 Munari (2005) Pengaruh faktor Tax Payer

terhadap keberhasilan penerimaan PPH

Faktor persepsi WP tentang pelaksanaan sanksi

denda,berpengaruh signifikan terhadap penerimaan,hal tersebut disebabkan karena UU dan peraturan yang diterapkan secara lugas,tegas dan konsisten dapat membuat masyarakat taat dan patuh akan pajak Adanya faktor wajib pajak,khusus nya wajib pajak pada sanksi denda yang berpengaruh terhadap kepatuhan pajak Perbedaan variabel dependen,lebih menekankan kepada penerimaan pajak nya

Berdasarkan uraian diatas, penulis menuangkan kerangka pemikirannya dalam bentuk skema kerangka pemikiran sebagai berikut :


(33)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Dari kerangka pemikiran tersebut penulis menyimpulkan sebuah paradigma penelitian sebagai berikut :

Self Assesment

system Pelayanan

Fiskus

Patuh Tidak Patuh

Sikap wajib pajak pada pelaksanaan

sanksi denda

Sanksi Denda

Kepatuhan wajib pajak

Hipotesis:

Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda,pelayanan fiskus berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak

Kepatuhan wajib pajak (Y) Indikator:

Sanksi Administrasi


(34)

Nugroho (2006:112)

Gambar 2.2 Paradigma Penelitian

Sehingga apabila dilihat dari paradigma tersebut,maka dapat disimpulkan bahwa sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda (X), dapat mempengaruhi kepatuhan wajib pajak (Y).

2.3 Hipotesis

Undang-undang dan peraturan secara garis besar berisikan hak dan kewajiban, tindakan yang diperkenankan dan tidak diperkenankan oleh masyarakat. Agar undang-undang dan peraturan tersebut dipatuhi, maka harus ada sanksi bagi pelanggarnya. WP akan mematuhi pembayaran pajak bila memandang sanksi denda akan lebih banyak merugikannya. Semakin banyak sisa tunggakan pajak yang harus dibayar WP, maka akan semakin berat bagi WP untuk melunasinya.

Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda (X)

Indikator: 1.Kognitif 2.Afektif 3.konatif


(35)

Oleh karena itu sangat relevan apabila sikap Wajib Pajak pada pelaksanaan sanski denda digunakan sebagai variabel bebas penelitian ini. Berdasarkan hal tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dan pelayanan fiskus secara simultan dan parsial berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang.


(36)

BAB III

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sasaran untuk mendapatkan tujuan tertentu mengenai suatu hal yang akan dibuktikan secara objektif. Pengertian objek penelitian menurut Sugiyono (2009:13) adalah sebagai berikut :

“Sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang sesuatu hal (variabel tertentu)”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian digunakan untuk mendapatkan data sesuai tujuan dan kegunaan tertentu. Objek yang penulis gunakan dalam penelitian adalah Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak. Penelitian ini dilaksanakan di KPP Pratama Soreang.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Pengertian dari Metode Penelitian adalah sebagai berikut:

Menurut Sugiyono (2010:2) menjelaskan bahwa:

“Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.


(37)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa merupakan cara pemecahan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan cermat dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan agar dapat memahami, menjelaskan, meramalkan, dan mengendalikan keadaan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif.

Metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:29) adalah sebagai berikut: “Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas”.

Metode deskriptif ini merupakan metode yang bertujuan untuk mengetahui sifat serta hubungan yang lebih mendalam antara dua variabel dengan cara mengamati aspek-aspek tertentu secara lebih spesifik untuk memperoleh data yang sesuai dengan masalah yang ada dengan tujuan penelitian, dimana data tersebut diolah, dianalisis, dan diproses lebih lanjut dengan dasar teori-teori yang telah dipelajari sehingga data tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan. Setelah itu apabila data sudah dideskriptifkan maka selanjutnya data tersebut di verifikatikan.

Sedangkan metode verifikatif menurut Mashuri (2008:45) menyatakan bahwa :

“Penelitian verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan .”


(38)

Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel X (Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda), terhadap Y (Kepatuhan Wajib Pajak). Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis apakah diterima atau ditolak.

3.2.1. Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian sangat perlu dilakukan perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan sistematis.

Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2003:84) memaparkan bahwa: “Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”.

Dari definisi di atas maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya dapat ditetapkan judul yang akan diteliti. Dalam penelitian ini permasalahan yang terjadi difokuskan pada Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, pelayanan fiskus serta kepatuhan wajib pajak. Oleh karena itu penulis mengambil judul Analisis sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak.


(39)

2. Mengidentifikasi masalah yang terjadi. Dalam penelitian ini permasalahan yang berhasil diidentifikasi antara lain adalah Sanksi yang diberikan bagi wajib pajak yang melanggar masih cenderung rendah,wajib pajak selalu menunda – nunda dalam hal pembayaran sanksi denda, serta tingkat kepatuhan wajib pajak sangat rendah.

3. Menetapkan rumusan masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Proses penemuan masalah merupakan tahap penelitian yang paling sulit karena tujuan penelitian ini adalah menjawab masalah penelitian sehingga suatu penelitian tidak dapat dilakukan dengan baik jika masalahnya tidak dirumuskan secara jelas. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP Pratama Soreang

2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak yang ada di KPP Pratama Soreang 3. Seberapa besar pengaruh Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi

denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang 4. Menetapkan tujuan penelitian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, terhadap kepatuhan wajib pajak

5. Menetapkan konsep variable sekaligus pengukuran variable penelitian yang digunakan. Dalam penelitian ini konsep Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda mengacu kepada pendapat Suyatmin (2004), selanjutnya


(40)

kepatuhan wajib pajak mengacu pada konsep Siti Kurnia Rahayu (2009).

Pengukuran dengan skala ordinal karena data yang diukurnya berupa tingkatan.

6. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori. Penulis menetapkan hipotesis dalam penelitian ini: Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang.

7. Metode penelitian

Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua, yaitu:

1. Bagaimana sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP Pratama Soreang

2. Bagaimana kepatuhan wajib pajak yang ada di KPP Pratama Soreang

Sedangkan metode verifikatif digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga, yaitu Seberapa besar pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dan pelayanan fiskus terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang

8. Menyusun instrumen penelitian

Setelah metode penelitian yang sesuai dipilih, maka peneliti dapat menyusun instrumen penelitian. Instrumen ini digunakan sebagai alat pengumpul data. Instrumen pada penelitian ini berbentuk kuesioner. Sebelum instrumen digunakan untuk pengumpulan data, maka instrumen penelitian harus terlebih


(41)

dulu diuji validitas dan reliabilitas. Dimana validitas digunakan untuk mengukur kemampuan sebuah alat ukur dan reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh mana pengukuran tersebut dapat dipercaya. Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Selanjutnya peneliti menganalisis dan mengambil sampel untuk melakukan penelitian mengenai:

a. Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda yang diperoleh dari data kuesioner yang akan diisi oleh wajib pajak pada KPP Pratama Soreang b. Kepatuhan wajib pajak dari data data kuesioner yang akan diisi oleh wajib

pajak pada KPP Pratama Soreang.

Selanjutnya penulis mulai menggunakan perhitungan dengan menggunakan MSI (Method Succesive Interval) untuk menaikkan skala ordinal menjadi interval, regresi linier sederhana untuk membuktikan sejauh mana pengaruh yang diperlihatkan antara sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak, Korelasi Pearson Product Moment untuk meneliti erat tidaknya pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak, koefisien determinasi untuk menilai besarnya pengaruh sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak dan thitung untuk menguji tingkat signifikan.


(42)

9. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir berupa jawaban atas rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diuraikan desain dari penelitian ini, seperti pada Tabel 3.1 berikut :

Tabel 3.1 Desain Penelitian Tujuan Penelitian Desain penelitian Jenis Penelitian Metode yang digunakan Unit Analisis Time Horizon T-1 Descriptive Descriptive

dan Survey

Wajib pajak Cross Sectional T-2 Descriptive Descriptive

dan Survey

Wajib Pajak Cross Sectional T-3 Descriptive

dan verikatif

Descriptive dan

Explanatory

Wajib Pajak Cross Sectional

Dari tabel di atas dapat penulis uraikan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di KPP Pratama Soreang, digunakan metode deskriptif dan survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan.

2. Untuk mengetahui bagaimana Kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang, digunakan metode deskriptif dan survey dengan cara membandingkan keadaan yang ada dengan teori-teori yang relevan pada KPP dengan waktu yang telah dijadwalkan.


(43)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak di KPP Pratama Soreang digunakan metode deskriptif dan verifikatif yaitu dengan cara mengumpulkan informasi dengan membuat instrumen kedua variabel dan menganalisis secara kualitatif dan kuantitatif serta melakukan uji hipotesis yang telah ditetapkan dengan menggunakan uji statistika.

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Pengertian variabel menurut Sugiyono (2010: 31) adalah

“sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan.”

Sedangkan definisi operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002:69) sebagai berikut:

“Definisi operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Definisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan oleh peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik.”

Operasionalisasi variabel diperlukan dalam menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam suatu penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar.


(44)

1. Variabel Bebas / Independent (variabel X1)

Sugiyono (2010:33) mengemukakan bahwa, “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (dependen)”.

Variabel bebas merupakan variabel stimulus atau variabel yang dapat mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas merupakan variabel yang diukur, dimanipulasi, atau dipilih oleh peneliti untuk menentukan hubungannya dengan suatu gejala yang diobservasi. Variabel bebas yang diteliti dalam penelitian ini adalah, sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda

2. Variabel tergantung / Dependent (Variabel Y)

Variabel tergantung adalah variabel yang memberikan reaksi/respon jika dihubungkan dengan variabel bebas. Menurut Sugiyono (2010:39) ,

“Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”.

Dalam hal ini variabel terikatnya adalah Kepatuhan wajib pajak.

Berdasarkan uraian di atas, operasionalisasi variabel penelitian ini dapat dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala N0

kuesioner (X1)

Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi Denda

“Sikap wajib pajak terhadap

pelaksanaan sanksi denda yaitu sikap responden tentang pelaksanaan sanksi denda terhadap

1.Kognitif (berisi kepercayaan, keyakinan, ide dan konsep seseorang mengenai apa Tingkat

pengetahuan wajib pajak terhadap perhitungan sanksi denda

Ordinal 1-2


(45)

responden dan orang lain di sekitar responden.”

Suyatmin (2004)

yang berlaku) Tingkat

kepercayaan wajib pajak terhadap adanya sanksi denda

3-4

Tingkat keyakinan wajib pajak terhadap

pelaksanaan sanksi denda 5-6 2.Afektif (menyangkut masalah kehidupan emosional seseorang

terhadap suatu objek sikap)

Tingkat kepuasan wajib pajak terhadap sanksi

denda yang

diberikan

7-9

3.Konatif (sikap yang menunjukkan perilaku atau kecenderungan berprilaku)

Tingkat kesediaan wajib pajak membayar sanksi denda 10-12 (Y) Kepatuhan Wajib Pajak “Suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya.” (Safri Nurmantu (2009; 138)

1.Wajib Pajak

paham atau

berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan 13

Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas.

14-15

Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan


(46)

benar.

Membayar pajak yang terutang tepat

pada waktunya. Ordinal

18-19

Jenis skala pengukuran yang digunakan yaitu ordinal, dimana oleh Zainal Mustafa (2009:55) dikemukakan bahwa :

”Skala Ordinal merupakan suatu instrument yang menghasilkan nilai atau skor yang bertingkat atau berjenjang (bergradasi)”.

Dalam operasionalisasi variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe skala likert. Skala likert menurut Sugiyono (2009:134) adalah sebagai berikut:

”Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial”.

Untuk pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (item positif) atau tidak mendukung pernyataan (item negatif). Skor atas pilihan jawaban adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3

Skor pernyataan positif No. Keterangan Skor 1.

2. 3. 4. 5.

A B C D E

5≤ 4 3 2 1


(47)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda, terhadap kepatuhan wajib pajak” adalah data sekunder dan primer.

Menurut Sugiyono (2009:137) menjelaskan data primer sebagai berikut: “Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.”

Menggunakan data primer karena peneliti mengumpulkan sendiri data-data yang dubutuhkan yang bersumber langsung dari objek pertama yang akan diteliti. Setelah data-data terkumpul, data tersebut akan diolah sehingga akan menjadi sebuah informasi bagi peneliti tentang keadaan objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini adalah hasil observasi, dan hasil wawancara, Sedangkan menurut Sugiyono (2009:137) data sekunder adalah:

“Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data.”

Menggunakan data sekunder karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Adapun Teknik Penentuan data terbagi menjadi dua bagian, yaitu populasi dan sampel. Pengertian dari populasi dan sampel adalah sebagai berikut:


(48)

1. Populasi

Adapun Pengertian populasi menurut Sugiyono (2010:115) mengemukakan bahwa:

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terjadi atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakter tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.”

Berdasarkan pengertian di atas, populasi merupakan obyek atau subyek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 1.900 wajib pajak.

2. Sampel

Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap seluruh anggota populasi maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Pengertian sample Menurut Sugiyono (2010:116) mengemukakan bahwa :

“Teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel”.

Pemilihan sampel selanjutnya dilakukan secara acak sederhana dari setiap strata dengan metode alokasi sebanding (proportional allocation methods).

Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin, menurut Umi Narimawati (2008:27) pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut :

N n =


(49)

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%, 10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sampel yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut :

n

=

( %)

n

=

95 > 100

Sehingga jumlah sample yang diambil dalam penelitian ini adalah 100 wajib pajak.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan secara langsung di KPP yang menjadi objek penelitian. Data yang diperoleh merupakan data primer yang diperoleh dengan cara:

a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Dengan cara melakukan pengamatan secara langsung ke KPP Pratama Soreang untuk memperoleh data yang diperlukan.

b. Wawancara Langsung

yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan pihak- pihak yang terkait langsung dan berkompeten dengan permasalahan yang penulis teliti


(50)

c. Kuesioner

Teknik kuesioner yang penulis gunakan adalah kuesioner tertutup, suatu cara pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden dan yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah Wajib pajak, dengan harapan mereka dapat memberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.

Sebelum kuesioner untuk variabel X yaitu sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda digunakan untuk pengumpulan data yang sebenarnya, terlebih dahulu dilakukan uji coba kepada responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan karakteristik populasi penelitian. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesahihan (validitas) dan kekonsistenan (reliabilitas) alat ukur penelitian, sehingga diperoleh item-item pertanyaan -pertanyaan yang layak untuk digunakan sebagai alat ukur untuk pengumpulan data penelitian.


(51)

3.2.4.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2010:2) valid adalah

“Menunjukkan derajad ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi pada obyek dengan data yang dapat dikumpulkan oleh peneliti.”

Berdasarkan definisi diatas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Suatu alat ukur disebut valid bila dia melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur.

Tabel 3.4

Standar Penilaian Untuk Validitas Category Validity

Good 0,50

Acceptable 0,30

Marginal 0,20

Poor 0,10

Sumber: Barker et al, 2002:70

Seperti yang telah dijelaskan padan metodologi penelitian bahwa untuk menguji valid tidaknya suatu alat ukur digunakan pendekatan secara statistika, yaitu melalui nilai koefisien korelasi skor butir pernyataan dengan skor total = 0,30 maka pernyataan tersebut dinyatakan valid dan apabila < 0,30 berarti data tersebut dapat dikatakan tidak valid. Berdasarkan hasil pengolahan menggunakan rumus korelasi pearson product moment (r).

Seperti dilakukan pengujian lebih lanjut, semua item pernyataan dalam kuesioner harus diuji keabsahannya untuk menentukan valid tidaknya suatu item. Uji validitas dilakukan untuk mengukur pernyataan yang ada dalam kuesioner. Validitas suatu data tercapai jika pernyataan tersebut mampu mengungkapkan apa


(52)

yang akan diungkapkan. Uji validitas dilakukan dengan mengkorelasikan masing-masing pernyataan dengan jumlah skor untuk masing-masing-masing-masing variabel. Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi pearson product moment.

Untuk mempercepat dan mempermudah penelitian ini pengujian validitas dilakukan dengan bantuan komputer dengan menggunakan software SPSS 15.0 for windows dengan metode korelasi pearson product moment yang rumusnya sebagai berikut:

Sumber: Sugiono (2010:248)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson

X = Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda Y = kepatuhan wajib pajak

n = Ukuran sampel atau banyak data di dalam sampel

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan program SPSS 14.0 for windows diperoleh hasil uji validitas dan reliabilitas kuesioner kedua variabel seperti dirangkum pada tabel berikut.

Tabel 3.5

Hasil Uji Validitas Kuesioner Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda

Butir Pertanyaan

Index

Validitas Nilai Kritis Keterangan

Item_1 0.613 0.30 Valid

Item_2 0.639 0.30 Valid

Item_3 0.639 0.30 Valid

Item_4 0.496 0.30 Valid

Item_5 0.570 0.30 Valid

Item_6 0.639 0.30 Valid

Item_7 0.490 0.30 Valid


(53)

Item_9 0.469 0.30 Valid

Item_10 0.809 0.30 Valid

Item_11 0.340 0.30 Valid

Item_12 0.507 0.30 Valid

Tabel 3.6

Hasil Uji Validitas Kuesioner kepatuhan wajib pajak Butir Pertanyaan Indeks

validitas Nilai Kritis Keterangan

Item_13 0,731 0,30 Valid

Item_14 0,610 0,30 Valid

Item_15 0,532 0,30 Valid

Item_16 0,415 0,30 Valid

Item_17 0,561 0,30 Valid

Item_18 0,937 0,30 Valid

Item_19 0,879 0,30 Valid

Pada kedua tabel di atas dapat dilihat nilai indeks validitas setiap butir pernyataan lebih besar dari nilai 0,30, artinya semua butir pertanyaan yang diajukan valid dan layak digunakan sebagai alat ukur untuk penelitian.

3.2.4.2. Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2010:3) reliabiltas adalah

“Derajad konsistensi / keajegan data dalam interval waktu tertentu.” Berdasarkan definisi diatas, maka relibilitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik terkait dengan keakuratan, ketelitian, dan kekonsistenan. Suatu alat disebut reliabel apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek sama sekali diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Dalam hal ini relatif sama berarti tetap adanya toleransi perbedaan-perbedaan kecil diantara hasil beberapa kali pengukuran.


(54)

Pengujian ini dilakukan terhadap butir pertanyaan yang termasuk dalam kategori valid. Pengujian reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan internal consistency, yaitu dilakukan dengan cara mencobakan instrumen sekali saja, kemudian dianalisis dengan menggunakan suatu teknik perhitungan reliabilitas. Teknik yang digunakan untuk menguji keandalan kuesioner pada penelitian ini adalah metode split-half dari Spearman-Brown menurut Sugiono (2009:126) dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Butir-butir instrument di belah menjadi dua kelompok yaitu kelompok instrument ganjil dan genap.

2. Skor untuk masing-masing pertanyaan pada tiap belahan dijumlahkan sehingga menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden. 3. Mengkorelasikan skor total satu dengan skor total dua dengan analisis

korelasi

4. Mencari reliabilitas untuk keseluruhan pertanyaan dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut:

b b i

r r r

 

1 . 2

Sumber: Sugiyono (2010:186)

Keterangan :

ri = reliabilitas internal seluruh instrumen


(1)

90 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda terhadap kepatuhan wajib pajak maka pada bagian akhir dari penelitian ini, penulis menarik kesimpulan, sekaligus memberikan saran sebagai berikut.

5.1 Kesimpulan

1. Pada umumnya Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di Kantor Pelayanan Pajak Pratama soreang sudah baik artinya wajib pajak menilai positif terhadap sanksi denda tersebut. . Namun masih terdapat beberapa wajib pajak yang menunda – nunda dalam hal pembayaran sanksi denda apabila telat menyampaikan SPT, selain itu sanksi yang diberikan cukup ringan, sehingga hal tersebut menjadikan wajib pajak menunda pembayaran sanksi

2. Kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang sudah dikatakan baik. Namun meskipun kepatuhan tersebut dikatakan baik, tetapi masih terdapat wajib pajak yang yang terlambat menyampaikan SPT. Ini dikarenakan mungkin wajib pajak tidak mempunyai cukup waktu untuk datang ke KPP tersebut dikarenakan kesibukan wajib pajak untuk bekerja. 3. Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda mampu memberikan

kontribusi atau pengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang sedangkan sisanya sebesar merupakan


(2)

kontribusi variabel lain seperti sikap wajib pajak pada pelayanan fiskus dan kesadaran Arah huubungan positif antara sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dengan kepatuhan wajib pajak adalah apabila sikap wajib pajak menilai positif terhadap pelaksanaan sanksi denda maka kepatuhan wajib pajak akan meningkat.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan bahwa sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda dan pelayanan fiskus telah terbukti membawa pengaruh yang positif terhadap kepatuhan wajib pajak, maka peneliti memberikan saran yang dapat dijadikan masukkan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang sebagai berikut :

1. Sikap wajib pajak pada pelaksanaan sanksi denda di Kantor Pelayanan Pajak Pratama soreang sudah dikatakan baik. Namun dalam pembayaran sanksi denda tersebut masih kurang baik, dimana hal ini harus lebih diperhatikan oleh pemerintah (Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang) khususnya Direktorat Jendral Pajak dengan langkah seperti pemberian sanksi yang lebih tegas lagi bagi wajib pajak yang telat melapor supaya kedepannya apabila wajib pajak diberikan sanksi yang tegas wajib pajak akan merasa jera sehingga wajib pajak akan lebih patuh karena menilai sanksi yang diberikan cukup besar.

2. Kepatuhan wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang pada umumnya juga sudah baik. Namun kepatuhan wajib pajak dalam hal penyampaian SPT masih kurang baik, hal ini harus lebih diperhatikan lagi


(3)

92

oleh pemerintah misalnya dengan langkah lebih meningkatkan pengawasan terhadap wajib pajak yang tidak patuh serta memberikan penyuluhan kepada wajib pajak agar wajib pajak sadar pentingnya membayar pajak. Sehingga dengan meningkatnya kesadaran wajib pajak membayar pajak, maka kepatuhan wajib pajak akan lebih baik.

3. Sanksi denda sebaiknya lebih ditingkatkan lagi karena apabila sanksi denda tersebut dinilai positif oleh sikap wajib pajak, maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak itu sendiri, dan dengan meningkatnya kepatuhan wajib pajak maka akan berpotensi untuk meningkatkan penerimaan pajak juga.


(4)

93

Agus Nugroho Jatmiko. 2006. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Pada Pelaksanaan Sanksi

Denda,Pelayanan Fiskus dan Kesadaran Perpajakan Terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak

Albari. 2009. Pengaruh Kualitas Layanan Terhadap Kepatuhan Membayar Pajak.

Jurnal Siasat Bisnis Vol.13 No.1 April 2009 hal:1-13 ISSN 0353-7665

Chaizi Nasucha. 2004. Reformasi Administrasi Publik. Jakarta : salemba Empat.

Fraternesi. 2002. Studi Empiris Faktor-Faktor Yang Melekat Pada Wajib Pajak

Terhadap Tingkat Keberhasilan Penerimaan Pajak Bumi Dan Bangunan Di

Kota Bengkulu

Jhon Hutagaol.2008

.

Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak melalui Penerapan

Strategi Pelayanan dan Penegegakan Hukum.

Jurnal Perpajakan Indonesia.

Jhon Hutagol,Wing wahyu Winarno,Arya Pradita. 2007. Strategi Meningkatkan

kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal

Perpajakan Indonesia Akuntabilitas Maret

2007, hal 186-19.

Karsimiati. 2009. Pengaruh Pelayanan Fiskus,Sanksi denda dan Kesadaran

Perpajakan Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Membayar PBB di

Kecamatan Gabus-Pati.

Liberti Pandiangan. 2009. Pertumbuhan tingkat kepatuhan wajib pajak. Diakses pada

4 Maret 2011 dari web: www. KOMPAS.com

Lumumba Omweri Marti, Migwi S. Wanjohi, Obara Magutu. 2010. Tax Payers

Attitude And Tax Compilance Behavior In Kenya.

African Journal of

Business & Management (AJBUMA) April 8, 2010 Vol. 1 (2010), 11 pages

Mohamad, Zain. 2007.

Manajemen Perpajakan

. Edisi ke dua. Jakarta : Salemba

Empat.

Munari. 2005. Pengaruh Faktor

Tax Payer

Terhadap Keberhasilan Penerimaan PPH.

Jurnal Eksekutif, Volume2 ,No.2.

Natsir Halid. 2009. faktor yang menyebabkan terjadi tunggakan pajak. Diakses dari

Harian Seputar Indonesia, 30 September 2009


(5)

94

Ni Ketut Muliari,Putu Ery Setiawan. 2011. Pengaruh Persepsi Tentang Sanksi

Perpajakan dan Kesadaran Wajib Pajak Pada Kepatuhan Pelaporan Wajib

Pajak Orang Pribadi di KPP Denpasar Timur.

Audi jurnal akuntasi bisnis

Vol.6.1-Jan 2011

Siti Resmi. 2008.

Perpajakan Teori Dan Kasus

. Jakarta : Salemba Empat.

Soerjotamtomo Soedirdjo. 2009. Pertumbuhan tingkat kepatuhan wajib pajak.

Diakses pada 18 Maret 2009 dari web :

www.pajakonline.com

Sony Devano dan Kurnia Rahayu Siti. 2006.

Perpajakan Konsep, Teori dan Isu

.

Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

S.R, Soemarso. 2007,

Perpajakan Pendekatan Komprenhensif

. Jakarta :

Sulud Kahono. 2003. Pengaruh Sikap WP Terhadap Prioritas Pembangunan Daerah,

Sikap WP Terhadap Sanksi Denda PBB, Sikap WP Terhadap Pelayanan

Fiskus dan Sikap WP Terhadap Penghindaran PBB terhadap Kepatuhan

Wajib Pajak PBB di KP PBB Semarang

Suryadi. 2006. Model Hubungan Kausal Kesadaran, Pelayanan, Kepatuhan Wajib

Pajak dan Pengaruhnya Terhadap Kinerja Penerimaan Pajak .

Jurnal

Keuangan Publik, Vol.4,No.1,April 2006 Hal 105-121.

Suyatmin. 2004. Pengaruh Sikap Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

dalam Pembayaran PBB Studi Empiris di wilayah KPPBB Surakarta

Waluyo. 2008.

Perpajakan Indonesi

a.Jakarta : Salemba Empat.


(6)

126

Data Pribadi:

Nama

:

I Gusti Ketut Wisnu Wardana

Tempat Tanggal Lahir

:

Bandung,24 Juli 1989

Agama

: Islam

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Kewarganegaraan

: Indonesia

Alamat di Bandung

: Jln. Jumbozet 3 No.11 Rt.01/28 Kec. Cimahi selatan

Email

:

igustiketutwisnu@yahoo.com

Riwayat Pendidikan:

TAHUN

PENDIDIKAN

TEMPAT

1994 – 1995

TK Nusa Indah

Bandung

1996 - 2001

SD Karya Bhakti 1

Bandung

2001 - 2004

SLTP 25 Bandung

Bandung

2004 - 2006

SMA Angkasa bandung

Bandung


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pelaksanaan PenyuluhanDalam Upaya Meningkatkan Kepatuhan Wajib PajakUntuk Memenuhi Kewajiban Perpajakan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

1 72 67

Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah

0 40 76

Pengaruh Reformasi Administrasi Perpajakan Terhadap Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Di KPP Pratama Waingapu (Penyuluhan Pajak Sebagai Variabel Moderating)

0 49 128

Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Meningkatkan Jumlah Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

7 67 72

Analisa Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan (SPT PPh) Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

0 57 56

Pengaruh sikap, kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan perpajakan terhadap keputusan wajib pajak dalam membayar pajak bumi dan bangunan di kecamatan Pamulang kota Tangerang Selatan

4 22 110

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesadaran wajib pajak dalam pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB) di Tangerang Selatan

2 28 151

Analisis Atas Sanksi Administrasi Perpajakan Dan Pelaksanaan Penagihan Pajak Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

0 51 149

PENGARUH KESADARAN WAJIB PAJAK, PELAYANAN FISKUS, SANKSI WAJIB PAJAK, PEMAHAMAN WAJIB PAJAK, Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak, Pelayanan Fiskus, Sanksi Wajib Pajak, Pemahaman Wajib Pajak, Dan Sikap Rasional Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Stu

0 8 16

PENGARUH PENGETAHUAN PAJAK, KUALITAS PELAYANAN PETUGAS PAJAK, SIKAP WAJIB PAJAK, SANKSI WAJIB PAJAK, DAN KESADARAN WAJIB PAJAK TERHADAP KEPATUHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA PATI

0 2 17