Karakteristik Partisipan HASIL DAN PEMBAHASAN

Partisipan 2 pernah melakukan perawatan bayi baru lahir kepada ke16 anaknya dan bayi masyarakat yang dibawa kepadanya. 1.3 Partisipan 3 Partisipan 3 adalah seorang ibu berusia 50 tahun. Mempunyai anak lima orang. Pendidikan terakhir di D2 dan memiliki pekerjaan sebagai seorang Guru. Beragama Kristen Protestan. Partisipan 3 mendapatkan informasi perawatan bayi baru lahir dari orang tua yang telah dipercayai secara turun-temurun. Partisipan 3 melakukan perawatan bayi baru lahir pada kelima anaknya. 1.4 Partisipan 4 Partisipan 4 adalah seorang ibu berusia 49 tahun dan mempunyai 5 orang anak. Partisipan 4 tidak pernah sekolah dan memiliki pekerjaan sebagai petani. Partisipan 4 pernah bekerja sebagai orang yang membantu melahirkan dan merawat bayi baru lahir bagi masyarakat di sekitarnya. Partsipan 4 beragama Kristen Protestan. Patisipan 4 pernah melakukan perawatan bayi baru lahir pada kelima anaknya dan bayi baru lahir di masyarakat. 1.5 Partisipan 5 Partisipan 5 adalah seorang ibu berusia 55 tahun dengan empat orang anak. Pendidikan terakhir di Sekolah Dasar SD dan bekerja sebagai petani. Partisipan 5 juga berprofesi sebagai tukang pijat. Partisipan 5 pernah bekerja sebagai sibaso dukun beranak. Partisipan 5 mendapat informasi mengenai perawatan bayi baru lahir dari orang tua. Partisipan 5 pernah melakukan perawatan bayi baru lahir pada kelima anaknya dan bayi di masyarakat. 2 Hasil Wawancara Analisa data dilakukan dengan metode perbandingan tetap dengan proses reduksi data, kategorisasi, sintesisasi, dan menyusun hipotesis kerja. Setelah dilakukan analisa data maka didapatkan hasil sesuai wawancara yang dilakukan terhadap kelima partisipan, peneliti mengidentifikasi perawatan bayi baru lahir menurut perspektif budaya suku Batak Toba yaitu ke dalam beberapa kategori yaitu: 1 perawatan organ tubuh, 2 perawatan tali pusat, 3 perawatan higiene dan kulit, 4 perawatan saluran cerna, 5 menghangatkan tubuh bayi, 6 pemenuhan nutrisi, 7 pemberian kekebalan, dan 8 perawatan khusus lainnya. 2.1 Perawatan Organ Tubuh Setiap organ tubuh bayi harus dirawat yaitu terdiri dari perawatan kepala, hidung, telinga, mulut, tangan, kuku, tangan, dan kaki. 2.1.1 Perawatan Kepala Pada bayi dapat dibentuk dengan menggunakan bantal yang disebut sigundal bolon atau kain yang berisikan beras. Hal ini bertujuan agar kepala wanita bagus bersanggul berkonde dan membentuk kepala agar tidak miring. Kepala bayi juga dapat disembur dengan kemiri, sirih dan lada untuk menjaga ubun-ubun bayi. “...dibentuk ulu ni on. Jadi dibahen ma boras i otik di abit-abitna i, asa bagak ulu nai. Molo boru-boru bagak marsanggul ina, boras do battalna dibahen.” ...membentuk kepalanya. Jadi diambil beras sedikit pada kain, supaya kepalanya bagus. Kalau perempuan supaya cantik memakai sanggul, beraslah bantalnya dikenakan. Partisipan A “...baru binahen do muse sigundal bolon, ahana battal na, adong so adong antong sigundal bolon niba, boras ido binahen saminggu-saminggu i asa bagak berbentuk ulu nai. Ide i.” Lalu dibuat sigundal bolon sebagai bantalnya, jika tidak ada sigundal bolon kita, beraslah penggantinya sampai seminggu supaya bagus bentuk kepalanya. Partisipan B “Dipohol ma kan dibentuk ma sude songonon, kepalanya ada sampe dua minggu itu...” Dipohol untuk membentuk badannya, kepala selama dua minggu... Partisipan C “Jadi antong asa panas. Makana gok poga-poga ni dakdanak on, longkot ma antong kan, longkot-longkot ujungna angin ipe dang pala be masuk tu bagasan, songon ima. Ido parsijujung nai, sai binurskhon ma antong. Ujungna longkot ma dison. Naeng hira naeng tutup ibana, dibahen ma minyak makan ibana naeng maridi, dibungka.“ Supaya panas. Jadi fontanel bayi tersebut dan lengket, lengket sehingga angin pun tidak bisa lagi masuk. Iya, kepalanya ini disembur. Sehingga lengket disitu. Kira-kira akan tutup dibuat minyak sebelum mandi, dan supaya terbuka. Partisipan D “Oh iya, molo disungkun ho tong mai dibahen ma boras di bagasan sorpet-sorpet songoni, asa bagak talmak ulu na on, unang tepal. Adong do na deba jugul dakdanak i. Sai dipatingkos ai tong do jugul. Ai na deba sala ni natua-tua, sae olo ibana modom paminumhon ima antong asa tepal kan. Molo hundul dipaminum nuaeng, dang mereng be. Jadi olo do alani malasna, dipapodom songoni. Ai ujungna mereng uluna.” Oh iya, kalau hal itu dibuat beras ke dalam kain, supaya bagus dan rata kepalanya, dan tidak miring. Karena sebagian bayi sangat bandal. Sebagian juga kesalahan orangtua, karena mau dia tidur sambil menyusui, sehingga miring kepalanya. Kalau duduk tidak menjadi miring. Kadang- kadang karena malas, ditidurkan saja sehingga miring kepalanya. Partisipan D “Ehm, simburna on ma kan napuran, gambiri, jarango do. Gambiri, napuran. Dihil-hil mai, disimburi asa unang mohop-mohop, dibahenma sude tu badannai menyembur. Adong ma sopa-sopa na tu son na on. Alana manjaga parsiguguna on, kan olo do mangolbak-olbak songoni.” Bahan semburnya sirih, kemiri, jarango. Dikunyah lalu disembur supaya tidak panas, disembur ke seluruh kulit badannya. Supaya menjaga kepalanya juga, karena masih berdenyut-denyut. Partisipan E “Oh bantalna do i, asa bagak ulu na on asa unang aha kan, ibana antongkan, olo hot dope, lembek do. Dibahen ma boras on tolu tangkar.” Itu adalah bantal supaya bentuk kepala bagus karena kepala bayi masih lembek. Dibuat beras sebanyak tiga muk. Partisipan E 2.1.2 Perawatan Hidung dan Telinga Hidung dan telinga bayi dapat dibentuk dengan dipohol dipijat dengan telapak tangan yang hangat, supaya hidung mancung dan pada wanita agar telinga cantik menggunakan anting-anting. “Ai ima. Dipohol, nyon ma api i kan, telanjang ma dakdanak on nyon ma binahen ma songoni mambentuk biar mancung, mambentuk telinga ini. jai sipata, nyon pe dibentuk do songoninon i. dibentuk asa bagak kan molo poso-poso lembek nyon dibentuk unang pissur ngingina” Ya itulah. Dipohol, inilah misalnya api, telanjanglah bayi tersebut. Dibuatlah begitu supaya membentuk biar mancung, membentuk telinga. Jadi kadang-kadang dibentuk seperti ini. Dibentuk supaya bagus, karena anak-anak masih lembek. Dibentuklah supaya tidak ke depan giginya, Partisipan A “Asa boi antong dibentuk sude igungna asa mancung, ba dibahen ma antong songoni, baru tu pinggolna i asa bagak pinggolnnai...” Supaya hidung terbentuk sehingga mancung, dibuatlah seperti itu, lalu ke telinganya, supaya bagus telinganya. Partisipan B “Waktu ditataring i kan, dipohol unang songon inna pesek, ai ima. Ai halak si David on dohot si Jefri, ido antong. Anggo lagi sehat do antong iba, sae mandadang iba, sae mandi asa unang gabe pesek.” Sewaktu di perapian, dipohol supaya jangan pesek. Anak saya David dan Jefri juga seperti itu. Jika sedang dalam kondisi sehat, memanaskan kita, setelah mandi supaya tidak pesek. Partisipan D “Ido nyan boi doi api i tu pinggolna i, tu patna i muse asa jago manjangkit, maragat ina muse.” Ya bisa juga, api ke telinganya, ke kakinya juga supaya pintar memanjat dan menyadap tuak. Partisipan D “Oh boi do antong, igungna asa mancung lanjutanna sinangkin na marsisilu ido antong i, na pangke api i, dipohol-poholkan. Nga hudok nangkin dipohol, baru dipisit ma igungna on asa timbo buti, mancung.” Ya bisa, ini adalah lanjutan di perapian tadi untuk dipohol, supaya hidung mancung. Seperti yang saya bilang tadi, lalu hidung ditekan supaya lebih tinggi dan mancung. Partisipan E 2.1.3 Perawatan Mulut Mulut bayi kadang-kadang keputih-putihan yaitu bekas Air Susu Ibu ASI yang dapat menyebabkan panas dalam sehingga digunakan rambut ibu untuk membersihkannya dengan cara mengkorek mulut bayi, tetapi sebelumnya dipastikan kalau rambut ibu dalam keadaan bersih, jika rambut ibu tidak bisa maka digunakan bulu ayam yang sudah dibersihkan sebelumnnya. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut: “Adong, aha dibahen obutni omaknai. Kan marbottar do olo babani dakdanak on kan, nyonma obutni kan, dikorekkon buti, dioles do i.” Mulut bayi yang baru lahir keputih-putihan, rambut kita ini yang dioleskan. Partisipan A “Diusaha hon ma da. Ale ipe molo pendek hian obut niba songoni ba ni aha on buti jadi nunga beda pabbuaton hami tu nuaeng hamu naposo nuaeng. Ale misalna so adong pe obut bulu ni manuk i dipapungu tolu bulu ni manuk i kan.” Diusahakanlah. Tapi kalau pendek pun rambut kita, diambilkan saja begitu. Itu pun kalau tetap tidak bisa maka bulu ayam dikumpulkan tiga helai. Partisipan A “Emm, molo i antong obutna i do antong, jambulanni iba do antong binahen. Nipaiashon ma ibana, panas dalam inna. Jadi bontar-bontar dilana binereng, dibahen ma jambulanni iba i paiashon, ima.” Rambutlah yang dibuat. Dibersihkan, karena akan seperti panas dalam. Karena mulutnya biasanya keputih-putihan, jadi untuk membersihkannya menggunakan rambut. Partisipan B “Ido, dibahen do obut, molo hiamonkan sahera panas dalam si anak kan, lagian minum ASI ibana, molo daong bersih, dibersihon baba nai gabe longkot-longkot bekas ASI i, itu bisa menimbulkan tebal di mulutnya, i aha ni ASI i kan, bekasna, baru minum ASI ibana kan, tertidur, jadi gok babana i, kotor, jadi olo menimbulkan panas dalam muse. Rambut, rambut do binahen paiashon i. Molo so tuk rambut ni iba, bulu ayam, dicucilah ini kan, ima digosokkon buti tu babana i, kan molo so tuk obut niba on, biasana diusahakan itu rambut itu, ima ni ula do i tu halak on, songoni dibahen.Nah itu. Kita pun yakin rambut kita dalam keadaan bersih, tak mungkin kita masukkan ke mulut anak yang kotor kan. Kita yakin rambut keadaan bersih, itulah kita membuat menggosok. Intor dapot do nabontar- bontar na di baba nai, intor dikorek doi.” Iya dibuat rambut membersihkan karena seperti panas dalam, karena minum ASI jadi sisa ASI kalau tidak dibersihkan maka sisa ASI akan lengket dan menimbulkan tebal di mulutnya. Saat minum ASI jadi tertidur maka mulutnya akan kotor dari sisa ASI tersebut. Maka digunakan rambut membersihkan, digosokkan kalau rambut tidak sampai, harus diusahakan. Kalau pun tidak bisa digunakan bulu ayam yang sudah dicuci. Itu saya lakukan pada anak saya. Nah itu. Kita yakin rambut kita dalam keadaan bersih, tak mungkin kita masukkan ke mulut anak yang kotor kan. Kita yakin rambut keadaan bersih, itulah kita membuat menggosok. Sehingga langsung dapat putih-putih yang ada di mulutnya, karena langsung dikorek. Partisipan C “Olo ganjang do antong obuthu. Hubuathon, hukorek ma antong asa tor dapot do antong. Obut on do tu baba nai, samara ma goarna, giang do antong. Na giamon do antong dakdanak.” Ya, rambut kan panjang lalu digosok ke mulutnya. Rambut saya yang ke mulut bayi. karena bayi tersebut panas dalam. Partisipan E 2.1.4 Perawatan Tangan dan Kaki Pada tangan dan kaki dibedung dengan menggunakan kain sorbet agar tidak bergerak-gerak dan dipohol. Cara membedung ini dapat membuat tangan bagus menari dan kaki terhindar dari kaki O. Kaki dipohol supaya pintar memanjat maragat. Untuk kuku bayi digunakan sarung tangan supaya kuku bayi tidak mengenai bagian tubuh bayi. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut ini: “Ai dibukkus do antong tangannai, dang pola digunting-gunting on i, mabiar do iba. Ai nageleng tanganna i, jadi dang pola digunting, nijaithon do aha i kain-kain i, binahen ma i asa adong sarung tanganna dungi asa aha e, unang digaromahi badanna i, dang pola binahen.” Tangannya dibungkus, tidak perlu digunting, karena masih takut. Tangannya masih sangat kecil, jadi tidak perlu digunting, kain dijahit supaya ada sarung tangannya, apalagi supaya jangan dicakar badannya. Partisipan B “...alai boi do alani dapol natua-tua on, api on dibahen mandapol, api on do, dohot kemiri, didapol songoni, ale utuh do denggan, dibentuk badannai asa jago, timbo, asa timbo ibana, tanganni on ingkon lurus mambedong, dang bebas songoni, pokokna ingkon songon na di kandungan ibana selama seminggu, tujuh hari tujuh malam.” ...tapi bisa karena pijat dari orangtua, panas api tersebut dibuat memijat dan kemiri tersebut, akhirnya bisa utuh kembali, membentuk badan supaya tinggi dan tangan harus lurus, dibedong supaya tidak bebas, pokoknya posisinya seperti di dalam kandungan selama seminggu, tujuh hari tujuh malam. Partisipan C “Persis kayak di kandungan itu, harus ketat dia, meronta-ronta, ingkon dibahen tangannon lurus songonon, asa molo haduan manortor katanya kan tangannya ini lurus cara membedungnya. Jadi ketat do on diikat, ketat hanya ini. Badan nyon paling songonon, tangannai ingkon songonon ketat dohot patna on lurus, asa malo ina manortor. Asa malo manortor haduan, unang tor bebas tu san tu son, bisa diatur tanganmu manortor, menari, dididik simatuaku on, dipalurus do tangan on dibahen songonon, dibedung, dibungkus, songonna di batuhaon. Alana perasaan on nuaeng, didia dope ahu nuaeng ina rohana.” Persis seperti di dalam kandungan. Harus ketat supaya tidak bisa meronta-ronta, supaya bisa menari. Supaya tidak bisa bebas ke sana-ke sini dan tangannya bisa diatur, pandai menari, sudah dididik mertua saya supaya meluruskan tangannya. Karena bayi masih merasa belum tahu di mana saat itu berada. Bayi di dalam perut dalam keadaan terbungkus, jadi harus dibungkus juga sampai tiba waktunya karena sudah di dunia luar. Partisipan C “Ido nyan boi doi api i tu pinggolna i, tu patna i muse asa jago manjangkit, maragat ina muse.” Ya bisa juga, api ke telinganya, ke kakinya juga supaya pintar memanjat dan menyadap tuak. Partisipan D “Asa unang lasak, pangke lampin dibungkus.” Supaya tidak bergerak-gerak, sehingga dibungkus dengan lampin. Partisipan E 2.2 Perawatan Tali Pusat Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara terhadap lima partisipan yang melakukan perawatan bayi baru lahir menurut perspektif budaya Batak Toba, peneliti mengidentifikasi perawatan tali pusat pada bayi baru lahir yaitu dimulai dari memotong tali pusat, mengikat dan mengobati tali pusat. 2.2.1 Pemotongan tali pusat Tali pusat dipotong menggunakan bambu dan ubi atau kunyit sebagai landasan dengan jarak tiga jari dari bayi. Hal ini dinyatakan oleh lima partisipan, berikut pernyataannya: “Ima tubu ma, jadi molo maneat pusok nai. Jadi adong do antong najolo dibahen sisik ni bulu.” Setelah lahir, maka pusatnya dipotong digunakan sisik bambu. Partisipan A “Sisik ni bulu, diboan, intor diboan hian do i, mamotong pusok na i. Intor i do dibahen, diseat dibahen tolu jari songon on sian i bah gadongma sangkalanna.” Sisik bambu dibawa untuk memotong pusatnya, dipotong dengan tiga jari dan ubi sebagai landasan. Partisipan A “Oh, songonon, molo pusok nai hira-hira dung tubu ibana, hira-hira tolu jari ni aha ma inon, niputus ma i dohot bambu, bambu ima binaen manggunting i, angka gadong ma sangkalanna.” Begini setelah bayi lahir, maka pusat dipotong menggunakan bambu dengan jarak tiga jari, dan ubi sebagai landasan. Partisipan B “Mamotong tali pusatni dakdanak on kan sambilu goarna, molo didok sambilu dari bambu itu mamotong tali pusat ini. Sambilu goarnai, nga diparsiaphon antongan i.” Untuk memotong tali pusat digunakan bambu. Sebelumnya bambu sudah harus dipersiapkan. Partisipan C “Lao diparsiaphon hian do dohot sangkalanna gadong do dibahen.” Disediakan juga dengan landasannya yaitu ubi. Partisipan C “Ahu tor husediahon do aha bulu, huseat mai tipis. Eh molo melahirhon ahu, ahama ahu do mangukur pusok nai tolu jari, kan adong do buhu nai, parbatasanna. Misalna hera nasa on ma, tolu jari sian pusok nai, sian pusok on ni ukurma antong, niukurma songoni baru bulu ma marharitonteng, ima binahen mamotong unang hona tetanus” Saya langsung menyiapkan bambu, saya potong tipis. Jika saya melahirkan, saya mengukur tiga jari dari pusat. Kira-kira begini, tiga jari dari pusat dan bambu memotong agar tidak tetanus. Partisipan D “Jadi molo sae huukuri kan, niukur buti huikat ma dohot bonang pusok nai, baru ubi, gadong julur ma sangkalanna mamotong. “ Setelah selesai diuukur, lalu diikat dengan benang, untuk memotong digunakan ubi, ubi rambat sebagai landasan. Partisipan D “Hubuatma bulu antong, bulu, patajom lingkit nai, sisik nai, donganni bulu on muse, hunikma sangkalannai mamotong antong. Alana molo maraha pusok nai tolu jongkal ma antong ibana, eh tolu jari.” Saya ambil bambu, kulitnya atau sisiknya ditajamkan, lalu kunyit untuk landasan pemotongannya. Untuk memotong pusatnya tiga jengkal eh...tiga jari. Partisipan E “Oh boi do gadong. Sarupa ma inon, gadong julur pe boi, pokokna boi mai. Parsedianma antong bonangna, buluna, gadong i, molo naeng partus antong, disediakan ma on antong, Dipotong ma dohot bulu i pake sangkalanna, ukuranna ma antong i kan, niukurma i, tor ni potong ma i dungi diikatma dohot bonang” Ubi juga bisa. Karena itu sama saja, ubi rambat juga bisa. Jika akan melahirkan disediakan benang, bambu, ubi. Dipotong menggunakan bambu, diukur lalu dipotong kemudian diikat dengan benang. Partisipan E 2.2.2 Mengikat Tali Pusat Tali pusat yang sudah dipotong kemudian diikat dengan menggunakan benang atau jimbai ulos. Hal ini dinyatakan oleh partisipan. Berikut pernyataannya: “Diikat ma, ahado di bahen, rambu ni ulos tusi. Diikat, menggunakan jimbai ulos. Partisipan A “Tusi, ulos bulak i. Ido dibuathon dua biji, dirappingkon” Ke pusat, ulos bulak yang dicabut dua buah. Partisipan A “Dungi diikat mai, binahenma bonang mangingkati dibahen ma rabbu ni ulos i, diikatma, ima binahen mangingkat pusok i.” Setelah itu diikat, digunakan benang untuk mengikat atau jimbai ulos, diikat. Partisipan B “E..bonang kan, bonangma dipake nalao martonun ulos i laho mangingkat pusok nai.” Benang digunakan, yaitu benang yang dipakai menenun ulos untuk mengikat pusat. Partisipan C “Jadi molo sae huukuri kan, niukur buti huikat ma dohot bonang pusok nai, baru ubi, gadong julur ma sangkalanna mamotong.” Jadi setelah diuukur lalu dipotong dengan benang, ubi jalar sebagai landasannya. Partisipan D “Dipotong ma dohot bulu i pake sangkalanna, ukuranna ma antong i kan, niukurma i, tor ni potong ma i, dungi diikatma dohot bonang.” Dipotong dengan bambu menggunakan landasan, diukur, lalu dipotong, kemudian diikat dengan benang. Partisipan E 2.2.3 Mengobati Tali Pusat Berdasarkan wawancara dengan partisipan mengatakan bahwa pusat bayi kadang-kadang lembab, maka diberi obatnya berupa abu bekas pembakaran kain warna hitam atau sirih. Berikut pernyataannya: “Molo ubatna, ditutung ma aha e.., abit nabirong i, e...e” Obatnya, dibakar apa, kain hitam. Partisipan A “E..e.. dapot ma, dibahen ma songonon tu pusok na mapulpul on, ido obatna, dibuatma abu nai, ido disonlophon hu bagas. Ido dibahen ubatna.” Dibuat seperti ini ke pusat yang telah putus, itu adalah obatnya. Abunya diambil lalu dimasukkan ke pusat. Partisipan A “Ah songonon, asa molo maraek pusok i jadi dibuathon ma rabbu ulos i dibakarma i, nung dibakar dibahen ma i obatnai tu pusok nai tu pusok ni poso-poso i asa unang maraek-aek.” Saat pusatnya lembab maka diambil jimbai ulos dan dibakar, setelah itu diberi obat kepada bayi supaya tidak lembab. Partisipan B “Ima dibahenma rambu ni ulos on, on ma dibahen songoni. Ai ima sampe dua minggu antong maraek-aek pusok nai” Dibuat jimbai ulos karena bisa sampai dua minggu pusatnya lembab. Partisipan C “Imana, tong do siniburan napuran tu pusok nai.” Sirih disembur ke pusatnya. Partisipan D “Ima haroa, ima ubatna inna. Ai na maraek ba napuran, napuran on do torus ima dibahen asa hatop. Napuran ditabasi.” Sebagai obat. Jika lembab maka sirih yang digunakan supaya kering. Partisipan D “Molo maraek-aek pusok inon, hupio ma muse napuran i. Antong dung mapipil pusok na on, dibahen ma songoni.” Jika pusatnya lembab, saya melumatkan sirih. Setelah pusat putus, dibuat ke pusat. Partisipan E 2.3 Perawatan Higiene dan Kulit Perawatan Higiene dimulai dari memandikan bayi, kebersihan bayi dan pakaian bayi serta perawatan kulit bayi. 2.3.1 Memandikan Bayi Setiap bayi baru lahir dimandikan menggunakan air hangat yang dicampur dengan kemiri, daun sona, pucuk leung atau daun longa. Berdasarkan wawancara pada saat bayi lahir harus segera dimandikan setelah tali pusat dipotong, karena bayi dalam keadaan kotor. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut ini: “Ba isi lahir dididi ma da. Na di huta-huta i dope, sibaso na hudokkon on, dididi do natubu, dibahen aek las, adong dibaen bunga raya, molo adong bulung sona i.” Ya, setelah lahir langsung dimandikan. Di kampung juga, sibaso yang saya katakan dimandikan dengan air hangat serta daun sona. Partisipan A “...molo nga tubu bah dipaias ma, diparidi, dung diparidi...” ...jika sudah lahir dibersihkan, dimandikan, setelah dimandikan... Partisipan B “Oh. Songonon molo maridi poso-poso niba i, dihilhilma gambiri, paridian nai, binahen ma dohot pusuk ni leung, pitu-pitu pusuk, ima gabbiri dohot leung on ma dibahen ma tu paridianna...” Oh, begini kalau bayi mandi, dikunyahlah kemiri, pemandiannya itu dibuatlah dengan pucuk leung inilah ke pemandiannya... Partisipan B “Aek las do antong, aek las dibahen paridianna dibahenma sinakkaning gambiri, dihilhil dibahen tu paridian nai...” Air hangat dibuat sebagai pemandiannya, dibuatlah kemiri, dikunyah, dibuat ke pemandiannya. Partisipan B “Begitu lahir si anak dimandikan, dimandikan, dibersihkan...” Partisipan C “...intor inna do, dilehan mangan tong tangis, berarti ada lagi mengganggunya, buka semua bajunya, mungkin maraek ma on, koncing. Jadi molo tahan dakdanak, ingkon steril do sude, ias do, molo adong pe somut masuk tu dakdanak on, buka bajunya, contohnya ganti bajunya, intor ido antong, intor ganti.” ...katanya jika sudah diberi makan tetap menangis, berarti ada lagi mengganggunya, buka semua bajunya, mungkin basah karena sudah buang air. Jadi bayi akan nyaman jika sudah steril semua dan bersih, misalnya ada semut masuk maka buka bajunya dan ganti. Pakaian gantinya dikelilingkan dulu diatas api supaya hangat dan menghindari ada kuman. Setelah itu bayi akan tenang kembali. Partisipan C “Dipamandima. Molo iba tor diparidi hian do. Dididi do.” Dimandikan. Kalau saya langsung memandikan. Partisipan D “Ingkon dididi do, pangke gambiri, bulung longa, sona pe boi do, bunga tawar i. Niparidi sampe hira-hira sabulan asa lebih aha, lambok ma modom.” Harus dimandikan, dengan kemiri, daun longa, daun sona pun bisa. Dimandikan begitu sampai kira-kira sebulan supaya segar dan nyaman tidur. Partisipan D “...kebersihan ni ibana ingkon rajin ni sada ibu.” ..seorang ibu harus rajin dalam kebersihan bayi. Partisipan E “Molo paridihon antong muse, dibahen ma gambiri, dihilhilma gambiri. Dibahen untuk mandian nai muse, nisampurhon asa bolong angka imbulu ari nai. Ehm, asa bersih.” Dalam memandikan bayi, digunakan kemiri, kemiri yang dikunyah. Dicampur ke dalam air pemandiannya supaya menghilangkan kotoran. Partisipan E “Bah tubu ibana tor diparidi do da, dung lahir ibana tor diparidi do i, dipaias, nung sae ba dibungkus.” Setelah lahir langsung dimandikan, dibersihkan dan dibungkus. Partisipan E 2.3.2 Kebersihan Bayi dan Pakaian Bayi Kebersihan bayi harus selalu dijaga karena bayi akan terganggu kalau dalam keadaan kurang bersih sehingga akan menangis, jadi seorang ibu harus rajin memperhatikan kondisi bayinya serta membersihkan hidung dan telinga. Pakaian bayi juga harus dalam keadaan bersih dan seluruh tubuh harus dijaga dari kotoran dan bakteri. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut ini yaitu: “Nisisiran do antong, dikorek-korek do otik-otik membersihkan hidung, telinga, molo masuk aek muse tu pinggolna i, niendat ma asa unang tungkikon. Niendatma, kaluarma aek i. ido memang ingkon naias do.” Kita sambil menyisir, mengorek untuk membersihkan hidung, telinga, supaya jika ada air yang masuk ke telinga maka dihisap supaya tidak bernanah di dalam telinga. Dihisap supaya air tersebut keluar, jadi memang harus dalam keadaan bersih. Partisipan E “Bah ido, molo bandanna i nipaias do sasude antong, apalagi boru- boru.” Iya, seluruh badan harus dibersihkan, apalagi jika perempuan. Partisipan E 2.3.3 Perawatan Kulit Pada saat bayi lahir maka badannya akan penuh dengan lendir dan akan menyebabkan badan seperti meleleh serta kerak di kulit kepala yang tebal. Kulit bayi harus dirawat supaya mulus, lembut dan tidak gatal, sehingga disembur dengan kemiri, halinan atau pucuk sona. Hal ini dinyatakan oleh partisipan berikut: “Oh gabbiri i do di bursikkon, ibaratna obat ni tubu-tubu na i, ima dihilhili. Molo godang tubu-tubu ni dakdanak i, gabbiri natata dihilhili holan i dibahen naeng lima ari tor malum ma i.” Oh iya kemiri disembur, ibaratnya sebagai obat ubun-ubun, itu yang dikunyah. Kalau tebal ubun-ubun bayi tersebut, kemiri yang mentah dikunyah, hanya itu dibuat, setelah lima hari akan sembuh. Partisipan A “...gambiri dibursik, dihilhil, dung dihilhil bah dibursik molo dakdanak i sampe tu dagingna asa hatop mata na i bukka ingkon dibursik do antong” ...kemiri disembur dibuat ke bayi tersebut, dikunyah, setelah dikunyah lalu seluruh tubuh bayi disembur. Partisipan B “Ido, gabbiri ido dihilhili dibahen tu daging nai, biar mulus badannya, dikunyah ma tu sude dagingna paling sedikitlah sekali dua hari kita buat itu.” Iya, kemiri dikunyah dan dibuat ke badannya, supaya mulus, dikunyah untuk seluruh tubuhnya sekali dalam dua hari. Partisipan C “Gambiri, molo iba hinan, molo i dibahen ma halinan, ima. Halinan, na marbunga-bunga na bontar. Ido. Baru pusuk ni sona , songon an...” Kemiri dan saya juga menambahkan halinan. Halinan itu tanaman yang bunganya berwarna putih. Partisipan D “Hah baru ima ni bursikhon baen ma asa labe daging nai tubu.” Lalu disembur supaya lembut badannya. Partisipan D “Gambiri dihilhil mai, disimburi asa unang mohop-mohop, dibahenma sude tu badannai. Adong ma sopa-sopa na tu son na on” Kemiri dikunyah lalu disembur supaya tidak panas, disembur ke seluruh kulit badannya. Partisipan E 2.4 Perawatan Saluran Cerna Perawatan saluran cerna pada bayi dilakukan dengan memberikan kemiri secukupnya yang sudah dikunyah terlebih dahulu kepada bayi supaya dapat Buang Air Besar BAB dan akhirnya kotorannya yang menyerupai darah dapat keluar dengan lancar. Jika kotoran tidak keluar maka akan dapat menimbulkan penyakit. Hal ini dinyatakan oleh ke lima partisipan, berikut pernyataannya: “...gabbiri i asa kaluar do angka nakotor sude angka selama di kandungan, kan mudar do diallangi.” ..kemiri supaya semua kotoran keluar, karena selama di kandungan makanan bayi adalah darah. Partisipan A “Piga godang ma, songon nuaeng bohama, nasaon mengepalkan tangan. Dihilhilma.” Seberapa banyaklah, sebanyak ini, lalu dikunyah. Partisipan A “Dihilhilma, dilean ma tu dakdanak i. dilean ma. Molo adong manang dua ari ima kotoran ma kaluar denggan, kaluarma holan mudar kotoran on. Mudar do najolo kotoran dakdanak da.” Dikunyah, diberikan pada anak tersebut. Dua hari kemudian maka kotoran akan keluar dengan lancar, dan keluar hanya berupa darah. Partisipan A “...baru gambiri i dihilhilma asa lancar kotoranna i, ima diallang poso- poso i, asa lancar kotoranna i, kan molo so lancar antong boido gabe sahit, asa lancar binahenma gambiri tu poso-poso i asa lancar dohot kotoranna i, ido” ...lalu kemiri dikunyah supaya kotoran dibuang dengan lancar. Itu dimakan bayi supaya lancar karena kalau tidak lancar maka akan menimbulkan penyakit. Partisipan B “Gambiri on dihilhil muse dilean ma allangon ni poso-poso on dangi asa lancar kotoranna kaluar, angka mudar ma antong kaluar. Kemiri dikunyah untuk dimakan bayi supaya kotoran keluar dengan lancar. Partisipan C “Molo songonon, tubu ma ibana kan, gambiri ma allanganna asa tor kaluar sude mudarna niallanggan nai kan hinan, nimemehonma gambiri. Ima dilean, dua ari nai berak ma ibana, kaluar ma mudar” Setelah lahir, diberi kemiri dimakan bayi, yaitu kemiri yang sudah dilumatkan. Setelah diberi maka setelah dua hari maka bayi akan buang air besar, dan kotorannya berupa darah. Partisipan D “Ido dilean do antong otik asa ias, asa bersih kotorannai antong. Kan mudar do i, asa bersih ibana berak.” Diberi sedikit supaya bersih karena kotoran keluar. Dan berupa darah. Partisipan E “Hah iya, tubu antong ibana kan dilean ma gambiri, wajib do i kan, asa kaluar do antong sude i, adongma berakon ni ibana antong. Dionjar gambiri on mamuse antong asa licin, asa unang adong penyakit.” Setelah bayi lahir diberi kemiri, hal ini wajib dilakukan supaya semua kotoran keluar. Kemiri mendorong supaya lancar dan tidak ada penyakit. Partisipan E 2.5 Menghangatkan Tubuh Bayi Menghangatkan tubuh bayi dalam budaya Batak Toba dapat dilakukan dengan martataring. Martataring adalah membuat perapian dari kayu bakar atau arang. Bayi juga akan dimandarbagashon dimasukkan ke dalam sarung Ibu dengan tujuan agar bayi tetap hangat dan tidur nyenyak. Hal ini dilakukan dengan cara yakni: tataring dipasang, lalu bayi yang dalam keadaan telanjang dimasukkan ke dalam sarung ibu, maka Ibu akan membelakangi tataring sehingga panas dari tataring akan mengenai Ibu dan seterusnya ke bayi sehingga bayi akan merasa nyaman dan dapat tidur dengan pulas. Martataring akan dilanjutkan dengan proses mamoholi. Mamoholi adalah menggosokkan badan bayi dengan telapak tangan yang hangat karena diarahkan ke api dari tataring tungku sambil dipijat-pijat. Berdasarkan hasil wawancara api merupakan modal utama bagi bayi baru lahir dan dapat digunakan untuk mamoholi bayi sehingga badan bayi lebih sehat, kuat dan terhindar dari penyakit dan angin-angin. Mamoholi juga dapat berfungsi untuk membentuk bagian tubuh bayi supaya lebih ideal misalnya hidung, telinga, kaki, tangan, dan lain-lain. Api digunakan menjaga bayi agar tetap hangat sehingga bayi akan merasakan nyaman dan tidak kedinginan sehingga bayi akan dapat tidur dengan pulas. Api juga digunakan untuk menangkal angin-angin yang dapat menyebabkan kematian pada bayi dalam ritual khusus. Berikut pernyataannya: “Maksudna molo dibahen i unang logam-logamon” Maksud memberikan yaitu supaya tidak logam-logamon sejenis penyakit yang disebabkan oleh setan yang lewat. Partisipan A “Didokma “buat ma on begu, molo dang di ho ba di ahu ma on”. Ima songonima, ima ubatna” Dikatakan ambil ini setan, kalau engkau tidak mau ini menjadi milik saya. Inilah obatmu. Partisipan A “Unang songon nuaeng, asa unang sangkot-sangkot ina. Hah..hah.. ina, kan olo pas marumur hurang sabulan songonna tegang-tegang..” Seperti sekarang supaya jangan tergantung-gantung katanya. Hah..hah..katanya, kan kalau sudah berumur kurang sebulan sepertinya tegang-tegang, apa namanya kalau di rumah sakit? Partisipan A “Olo, dimandarbagashon, diparbagashon songon on ma nyan, nga masuk gelleng na i, api di pudi molo langsung api i tu dakdanak i dang tahan, ai ipe najolo molo borngin dipohol do dakdanak.” Iya, dimasukkan ke sarung, dimasukkan seperti ini, jika sudah masuk bayinya, api di belakang si Ibu, kalau ke bayi tidak tahan, tapi bayi tersebut pun dipohol. Partisipan A “Ai ima. Dipohol, nyon ma api i kan, telanjang ma dakdanak on nyon ma binahen ma songoni mambentuk biar mancung, mambentuk telinga ini. jai sipata, nyon pe dibentuk do songoninon i. dibentuk asa bagak kan molo poso-poso lembek nyon dibentuk unang pissur ngingina sogot, dipohol ma dibentuk ulu ni on.” Ya itulah. Dipohol, inilah misalnya api, telanjanglah bayi tersebut. Dibuatlah begitu supaya membentuk biar mancung, membentuk telinga. Jadi kadang-kadang dibentuk seperti ini. Dibentuk supaya bagus, karena anak-anak masih lembek. Dibentuklah supaya tidak ke depan giginya, dipohol membentuk kepalanya. Partisipan A “Tu patna dipohol do songoni asa molo baoa ibana ina jago marbola, asa unang kaki O, diikatma dohot serbet nai, jadi boi dibentuk.” Ke kakinya dipohol supaya kalau laki-laki pintar main bola, supaya tidak kaki O, diikatlah dengan serbet, jadi bisa dibentuk. Partisipan A “Nah, molo nga tubu bah dipaias ma, diparidi, dung diparidi ba binahenma tu api i, di aha on buti, nikalilinghon, didokkon ma buaton begu, buaton begu, molo so di ho di ahu ma on. Ningonma tu api i, baru molo lao tu jolo-jolo i, tu dalani, didokkon ma songoni, diahahon tu api i, buaton begu, buaton begu molo so di ho di ahu ma on. Ningonma songoni.” Nah, kalau sudah lahir maka dibersihkan, dimandikan, setelah dimandikan dibuat ke atas api, dikelilingkan, dikatakan ambil ini setan, ambil ini, kalau engkau tidak mau, menjadi milikku. Dikatakan ke api itu, lalu kalau pergi ke teras, ke jalan, dikatakan lagi seperti itu, diabuat ke atas api itu, ambil ini setan, ambil ini, kalau engkau tidak mau, menjadi milikku. Dibuatlah seperti itu. Partisipan B “Asa aha, asa ima adatna najolo, songoni, asa unang, asa di iba ma, ba molo misalna lao buaton ni aha i, nalewat-lewat i bah dibuat sonari, bah molo daong, bah daong diganggu ibana be, songoni.” Supaya apa, supaya, ya adatnya, supaya menjadi milik kita, ya kalau misalnya mau diambil apa itu, yang lewat-lewat, ya diambillah sekarang, kalau tidak, tidak diganggu lagi dia, begitu. Partisipan B “Asa unang dibuat alogo-alogo i...” Supaya tidak diambil angin-angin tersebut... Partisipan B “Songonon, dipohol, ingkon dipohol do antong poso-poso i dibahen ma tangan niba on tu api pas nga panas ni rasa tangan niba on, binahen ma i huhut didampol-dampol mulai sian ulu nai sahat tu daging nai dohot tu daging na sasude, jadi dibahen do antong songoni.” Oh begini, dipohol, harus dipijat bayi tersebut, tangan kita diarahkan ke api, setelah kita merasa panas pada tangan, maka bayi dipijat-pijat mulai dari kepala sampai ke seluruh badannya. Partisipan B “Asa boi antong dibentuk sude igungna asa mancung, ba dibahen ma antong songoni, baru tu pinggolna i asa bagak pinggolnnai baru binahen do muse sigundal bolon, ahana battal na, adong so adong antong sigundal bolon niba, boras ido binahen saminggu-saminggu i asa bagak berbentuk ulu nai. Ide i.” Supaya hidung terbentuk sehingga mancung, dibuatlah seperti itu, lalu ke telinganya, supaya bagus telinganya. Lalu dibuat sigundal bolon sebagai bantalnya, jika tidak ada sigundal bolon kita, beraslah penggantinya sampai seminggu supaya bagus bentuk kepalanya. Partisipan B “...tataring, martataring goarna.” Disebut dengan perapian. Partisipan B “...iba tor ni pasang ma antong api kan, molo dibahen ma api parsisiluan...” Langsung dipasang api untuk perapiannya... Partisipan C “...songoni nidok ni natua-tua on, dipohol ma kan dibentuk ma sude songonon, kepalanya ada sampe dua minggu itu, tolu simatuaku kakak beradik mamoholi hian...” Dikatakan orangtua, dipohol untuk membentuk kepalanya sampai dua minggu, tiga mertua saya kakak-beradik memoholi bayi... Partisipan C “...tor ni pasang ma antong api kan, molo dibahen ma api parsisiluan...” ...langsung memasang api, dibuat perapian. Partisipan C “Halak Batak ingkon najago, asa pir tambok na, katanya kan, api ini api on do sude modal, ingkon las unang sampe adong angin jahat di badan nai tinggal dibuang semua lewat api ini saja.” Masyarakat Batak harus pandai, supaya kuat batin, api adalah modal utama sehingga angin jahat ditinggalkan hanya melalui api. Partisipan C “Binahen torus api on, olo sappe sabulan nipakke on.” Api akan terus dinyalakan, ada yang sampai sebulan. Partisipan C “...kayu bakar harus banyak persiapan, sudah dipersiapkan itu, bagus- bagus apa kayu, biar sehat jadi api itu juganya asa sehat, on ma biar hangat tubuh ni bayi dohot ibana supaya jangan kena angin dan kena penyakit...” ...kayu bakar yang bagus sudah dipersiapkan, karena api dapat membuat sehat, membuat tubuh bayi hangat dan terhindar dari angin dan penyakit... Partisipan C “...alai boi do alani dapol natua-tua on, api on dibahen mandapol, api on do, dohot kemiri, didapol songoni, ale utuh do denggan...” .. pijat dari orang tua yaitu yang menggunakan api dan kemiri sehingga badan bayi jadi bagus... Partisipan C “Songonon, molo mangalulus poda ni najolo, dibahen ma ingkon aha do bulung rata, bulung rata ma goarna diampehon tu api, istilahna songonon ma poda ni najolo. Molo namate do ibana saonari, kan adong do istilahna najolo molo i alap begu ma ibana ba isima dialap. Kan inna di dilulus- lulus “alap on begu, anggo alaponmu do saonari, alapma saonari, molo so i ho di ahu”. Ido asa dibahen songoni. Dibahenma pitu ari songoni. Dibahen. Ima goarna mangalulus. Alapon begu ma on, molo so alaponna dangi berarti dang alaponna be on, di hami ma on. Ido i. ima inna poda najolo.” Begini, kalau mengelilingkan nasehat orangtua dulu, dibuat daun hijau diletakkan di atas api. Kalau meninggal bayi tersebut sekarang, kalau dijemput setan dia disitulah dijemput. Lalu dikatakan “jemputlah setan, kalau ingin engkau jemput sekarang, jemputlah sekarang, kalau tidak sama saya”. Itu namanya ritual mengkelilingkan. Dijemput setan, kalau tidak dijemput berarti tidak akan pernah lagi dijemput dan menjadi kepunyaan kita. Itu adalah nasehat orangtua yang terdahulu. Partisipan D “Waktu ditataring i kan, dipohol unang songon inna pesek, ai ima. Ai halak si David on dohot si Jefri, ido antong. Anggo lagi sehat do antong iba, sae mandadang iba, sae mandi asa unang gabe pesek.” Sewaktu di perapian, dipohol supaya jangan pesek. Anak saya David dan Jefri juga seperti itu. Jika sedang dalam kondisi sehat, memanaskan kita, setelah mandi supaya tidak pesek. Partisipan D “...ido nyan boi doi api i tu pinggolna i, tu patna i muse asa jago manjangkit, maragat ina muse.” ...panas api juga dibuat ke telinga, ke kaki supaya pandai memanjat, menyadap tuak. Partisipan D “...dang ah, dang tahan i dang binoto songoni, sian daging ni iba on do. Molo aha dipohol-pohol songoni.” ...dari badan kita yang akhirnya berpindah ke bayi dan sambil dipohol. Partisipan D “...ima na nidokna nangkin “buaton begu, buaton begu, molo so di ho di ahu”. Dang papitu ari hon dope tor mate do i.” ...ya itulah yang dikatakan tadi “Ambil ini setan, kalau engkau tidak mau, menjadi punyaku”. Belum tujuh hari langsung meninggal. Partisipan D “...anggo so buatonmu saonari di ahu ma on, dibahen bulung rata tu api i. Ima dilulus ma, lulus ima. Ima ubatna. Molo so dialap be na pitu borngin i, bah dang mate be.” Kalau tidak diambil sekarang menjadi milik saya, dibuat daun hijau. Ya dikelilingkan. Itu sebagai obatnya, kalau tidak dijemput malam itu, tidak akan meninggal lagi. Partisipan D “Molo marsisilu do iba, martataring songonon ma iba, nihaolma antong gelleng ni iba i, nibungkus ma antong. Modom ma ibana, dipudi niba ma api i.” Kalau saya berjemur di perapian, saya akan memeluk anak saya dan dibungkus. Dan tidurlah saya dan dibelakang saya sudah ada api. Partisipan E “Oh molo marsahit molo baru tubu tor dibahen ma songoni dilala-lalaon ma buti kan, ditutungma bulung ni rata, dikalilinghon songoni. Didokma “na begu, molo so di ho di hami ma on”. Ido tertawa. “Na begu, molo so di ho be on, di hami ma on”, songon ima antong. Ahana doi, e...” Kalau bayi baru lahir sakit maka dilakukan, dibakar daun hijau, dan bayi dikelilingkan diatasnya dan dikatakan “Ini setan, kalau Engkau tidak mau, menjadi milikkulah”. Ya seperti itu “Ini setan kalau Engkau tidak berkenan akan menjadi milik kami”, seperti itu lah. Partisipan E “Bah diabingma, diabing ina songoni kan, dipohol, olo do antong gelleng nai menak.” Bayi digendong sambil dipohol sehingga bayi akan merasa nyaman. Partisipan E “Asa las ma antong. Asa las bayi, asa hatop do ibana kuat. Didampol- dampol buti. Haroa hurang pohol do ho, dang pir holi-holim, hurang pohol do ho dibahen natua-tuam, inna do istilahna. Dang hea haroa ho najolo dipohol-pohol do antong molo marapi.” Supaya hangat. Supaya hangat, supaya cepat kuat. Sambil dipijat. Mungkin yang kurang pohol sehingga tidak kuat tulang, ternyata kurang pohol dibuat orangtua, itulah kata lainnya. Partisipan E 2.6 Pemenuhan Nutrisi Nutrisi bayi dipenuhi dengan memberikan Air Susu Ibu ASI dan pemberian makanan tambahan. Suku Batak Toba menganggap bahwa Air Susu Ibu ASI adalah makanan utama dan hal terpenting bagi bayi, tetapi mereka menganggap ASI belum cukup untuk membuat bayi kenyang. Tanda-tanda seorang bayi tidak kenyang adalah menangis dan rewel, jadi perlu memberikan makanan tambahan yaitu air tajin bekas menanak nasi dan bubur nasi yang disaring dicampur dengan bayam, tomat atau wortel. Beberapa saat setelah lahir bayi juga diberikan kemiri yang sudah dikunyah oleh Ibu, sesuai dengan hasil wawancara untuk perawatan saluran cerna bayi. Tumbuh kembang bayi tergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu karena seorang bayi masih menyusui, sehingga ibu harus mengkonsumsi makanan atau minuman yang berpengaruh pada ASI misalnya mengkonsumsi banyak sayur bangun-bangun, minum tuak, dan minuman beralkohol lain contohnya bir hitam, makanan yang bergizi tinggi misalnya sup, serta mengurangi makanan yang pedas supaya bayi tidak sakit perut. Hal diatas dinyatakan oleh partisipan berikut: “Mangalang sup mangalang iba huhut ma galak api disi, minum tuak minum alkohol. Makan sup, makan sambil api menyala, minum tuak dan minum alkohol. Partisipan A “Ba ido asa kuat, asa godang hua ni on. Tuak ma diminum dohot alkohol, memperbaiki ASI. Ai molo boi do i diminum dua hali tuak dohot bir itam i” Ya supaya kuat, supaya banyak air susu. Tuaklah diminum dengan alkohol, memperbaiki ASI. Kalau bisa minumtuak dan bir hitam dua kali sehari. Partisipan A “Oh, asa sehat antong bah dilean ma antong angka tuak dohot angka puding-puding, sayur bangun-bangun do muse, asa godang tarusna binahenma asa godang tarusna kan, ai tarus nai do antong allangon ni poso-poso i, dang adong susu najolo, tarus ni inangna i do antong ido binahen asa godang, dilean ma tu inongna i. Ido i.” Oh, supaya sehat. Kalau diberi tuak dan puding, sayur bangun-bangun supaya banyak air susu, karena hanya air susulah makanan bayi tersebut. Itu dikonsumsi supaya banyak air susu. Partisipan B “... iba molo mangan sayur bangun-bangun ma dibahen sayur ni iba, dungi minuman ni iba tuak, asa bagak ina ASI, diutamakan itu ASI, orangtua dulu ASI kalo gak bagus ASInya, marah orangtua itu, lean ma bagokmi tu babian, molo dang pakean leanon tu anakmu i, gitu orang itu.” ...saya harus makan sayur bangun-bangun, dan minuman saya adalah tuak supaya bagus ASI kita, ASI adalah yang terutama. Kalau ASI tidak bagus maka orangtua akan marah dan berkata berikanlah payudaramu ke babi, kalau tidak dapat diberikan kepada anakmu. Partisipan C “ ...asa lam gogo mangan. Nah gogo mangan sayur na dang boi dilupahon bangun-bangun dohot tuak minumanna, asa molo ina on, pahoppu on, cucu on anon biar sehat dan ASI.” ...dan nafsu makan juga bertambah. Nafsu makan bertambah dan sayur harus ada, bangun-bangun juga tuak, sehingga pengaruhnya ke bayi supaya sehat dan ASI. Partisipan C ”Cabenya dikit saja tak usah banyak. Unang hasit batuhani si usok anon. Ndang boi godang, asalma adong rasa ni uap ni sabe i.” Cabe sedikit saja, tidak perlu banyak. Supaya perut bayi tidak sakit. Partisipan C “Molo tangis-tangis dakdanak on borngin i, intor dilompa do indahan, dibuatma purik-purik ni indahan i, ima dilean membantu, manatau kurang ASI kan, lapar kan. Molo di Batak molo sai tangis-tangis dilean do mangan, dilompa ma indahanon, dilalai, sasendokkan. Intor so do tutu, modom.” Pada malam hari jika anak kita menangis dan rewel maka nasi dimasak dan air tajin nasi diberi membantu, karena mungkin ASI tersebut kurang, jadi bayi masih lapar. Pada orang Batak, jika anak rewel dan menangis maka diberi makan, nasi dimasak dan dilumatkan, lalu bayi disuapi. Bayi pun akan langsung tenang. Partisipan C “Ido sada satonga taon molo halakon...ale na deba holan isi tubu nga mangido mangan. Kan ido, molo sungkun hamu anong halakan mungkin asing. Molo halakon sada satonga taon halakon baru hupajae pe halakon asa mangan.” Iya, satu setengah tahun, tapi yang lain ada yang begitu lahir meminta makan. Mungkin jika kamu tanya orang lain mungkin lain.tapi kalau anakku satu setengah tahun saya pisahkan dulu lalu makan. Partisipan D “Ai ahama holanna minum ASI do. Alai molo songonna hurang nihilala bah nilean ma bubur ni indahan i.” Hanya minum ASInya. Tapi kadang-kadang kita merasa masih kurang jadi diberi bubur nasi. Partisipan D “Manusu, manetek...” Menyusu Partisipan E “Bah susu ma, susu ibu. Bah molo ni rasa hurang bah dilean ma indahan, dibahen bubur satonga cangkir, disampur dohot bayam, wortel, tomat. Molo bayi dope ibana disaring ma inon asa gabe bubur.” Susu, susu ibu. Kalau kita merasa masih kurang maka diberi nasi yang dibuat menjadi bubur sebanyak setengah cangkir, dicampur dengan bayam, wortel dan tomat. Jika masih bayi harus disaring sehingga bisa menjadi bubur. Partisipan E 2.7 Pemberian Kekebalan Seorang bayi harus diberikan penjaga yaitu berupa kalung atau gelang yang terbuat dari benang Manalu dan jarango sebagai matanya. Benang Manalu yaitu benang yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Benang Manalu diyakini mempunyai nilai kepercayaan bagi suku Batak Toba. Pemberian penjaga ini diharapkan agar bayi kebal terhadap angin-angin dan penyakit. Jarango yang mempunyai bau khas juga dapat membuat setan jahat tidak berani mendekati bayi. Selain dibuat jadi kalung atau gelang, jarango dapat disembur secara langsung ke tubuh bayi. Hal diatas dinyatakan oleh partisipan berikut: “O ido. Boi do i. Ima ubatna, angka alogo-alogo doi.” Bisa itu. Itu adalah obatnya, angin-angin tersebut. Partisipan A “Hah, boi ma. Molo najolo antong dakdanak olo do logam-logamon, hah..hah..., ina. Songgop-songgop ma goarna i, ima ina ubatna, jarango i, molo aha dibahen tu tangannai. Molo daong dibahen tu rungkung nai.” Hah, bisalah itu. Kalau dulu bayi mau logam-logamon, Hah..hah..katanya. Didatangi hantu namanya, itulah obatnya, jarango tersebut, kalau pun dibuat ke tangannya. Kalau tidak dibuat ke lehernya. Partisipan A “Adong, sitolu rupa, nabottar, nabirong, namera. Ima dipilin dibahen tali na diikat ma. Nyon ma nyan jarango on kan, diikatma songoni, ima dibahen golang-golangna. Jadi kan gok do palasik, najolo adong do songoni ale dang binoto mandok palasik. Unang ro alogo-alogo ina, jadi ima panjaga na, jarango na i.” Ada, tiga warna, yang putih, hitam, dan merah. Maka dipilinlah, dibuat talinya, diikatlah. Inilah misalnya jarangonya, diikatlah seperti ini, maka dibuatlah gelangnya. Jadi kan banyak palasik, dulu tidak tahu mengatakan palasik. Supaya jangan datang angi-angin katanya, jadi jarango tersebut sebagai penjaga. Partisipan A “...alai jarango i ima dihorung-horunghon olo, dibahen tu tanganna i songoni asa angin-angin i antong ina sa mabiar.” ...jarango tersebut bisa dibuat menjadi kalung atau dibuat ke tangannya seperti itu supaya angin-angin menjadi takut. Partisipan B “Jadi tolu do antong bonang ni Batak najolo warnana, ima sibirong, si mera, dohot si bottar, ido dibahen jarango i songoni diikathon, molo adong rohana dibahen tu daging ni dakdanak i, jadi molo nahuboto dibursik do i antong.” Jadi ada tiga benang orang Batak warnanya, yaitu hitam, merah, dan putih, itulah dibuat jarango, diikatkan, juga dibuat ke badan bayi ini, jadi kalau yang saya tahu akan disembur juga. Partisipan B “Adong anggo mardalan tu simbur-simbur da asa las ari, kurang bagus cuasa, hilhil jarango on katanya ke kita.” Jika berpergian pun kemana-mana, cuaca kurang bagus maka jarango dikunyah. Partisipan C “... supaya baulah kita dicium-cium angin-angin itu, untuk angin-angin itu tolak bala kira-kira itulah, menurut angka natua-tua antong.” ...supaya bau dicium angin-angin tersebut dan untuk tolak bala, menurut orang tua. Partisipan C “Alana godang do inna gabe songonnon, molo on inna boi do inumon obatni molo mohop, panas, adong do ahana lapatanna, ima pengalaman najolo.” Karena bisa digunakan sebagai obat demam, dan ada juga artinya, menurut pengalaman yang terdahulu. Partisipan D “Ima songonon mai, molo dibahen bonang manalu obatni bontan, unang retretan. Bonang manalu istilahna adong do rambu ni ulos i, kan nga disi warnana i sasude, bontar, mera, birong. Ima na idokna bonang Manalu” Jadi begini, kalau dibuat benang Manalu obat penyakit bontan, supaya tidak retretan. Benang Manalu istilahnya, ada juga jimbai ulos, kan sudah ada tiga warnanya, putih, merah dan hitam. Itulah yang disebut benang Manalu. Partisipan D “Olo, molo najolo songon ima, molo boru-boru dibahen golang-golangna inna, idok natua-tua kan tu iba, dibahen magolang-golangna. Obatni mohop-mohop songon ima, alogo-alogo i.” Kalau saya begitu, orang tua mengajarkan untuk wanita supaya dibuat gelangnya. Obat panas dan angin-angin. Partisipan D “Dibahen hami do songoni, ahu do mambahen tu si, hona simburan do tong i, ni ahu do mambahen golang-golang nai. Nai hubaen ma jarango, molo mardalani misalna mardalan malam pe ibana dang pola, tarsonggot anong tangis-tangis. Na adong ma lapatanna, ni ma diajarhon natua-tua, poda mai. Poda nama, asalma binahen. So binoto poda ni, pokokna ima diajarhon. Ubat do hape on inna ma.” Dibuatlah seperti itu, saya sendiri membuat, dan disembur juga. Saya juga yang membuat gelangnya tersebut. Saya buat jarango, kalau bepergian pun, misalnya malam pun tidak apa-apa, terkejut atau menangis. Itulah yang diajarkan orangtua sebagai nasehat. Partisipan D “Bonang manalu on ma ingkon tolu masam, ido bonang Manalu antong, namera, nabontar, dohot na birong.” Benang Manalu harus tiga macam yaitu merah, putih dan hitam. Partisipan E “Ubat ni mohop, pokokna asal marsahit ma gelleng on, disimpan do on. Ai ahu songon ido ai na rajin do ahu manimpan. Tolu taon pe ibana mohop boi do muse. Ido boi, kalung-kalung pe boi, manjaga angka penyakit i.” Obat demam, pokoknya kalau sakit anak tersebut, karena akan disimpan. Aku juga seperti itu karena aku rajin menyimpan. Saat bayi tiga tahun demam pun bisa digunakan. sebagai kalung juga bisa, menjaga dari penyakit. Partisipan E “Dibahen jarango antong, dibahen dohot abit-abit nabirong manjaga antong.” Digunakan jarango, dibuat kain hitam sebagai tempatnya. Partisipan E “Dihil-hil mai, disimburi asa unang mohop-mohop, dibahenma sude tu badannai.“ Dikunyah lalu disembur supaya tidak panas, disembur ke seluruh kulit badannya. Partisipan E 2.8 Perawatan Khusus Suku Batak Toba mempunyai perawatan khusus dalam perawatan bayi baru lahir diantaranya yaitu maranggap, maresek-esek serta pemberian pasu-pasu berkat. 2.8.1 Maranggap Maranggap adalah menjaga bayi dan ibu bergiliran, biasanya dari pihak keluarga atau pun tetangga terdekat. Menurut budaya Batak Toba selama tujuh hari bayi dan ibu harus dijaga karena banyak makhluk yang akan mengganggu dan agar tidak terjadi kebakaran dimana jika melahirkan dibuat martataring perapian. Berikut pernyataan partisipan: “...ai lomo na do, lomo ni kaluarga, alai ipe biasana saminggu.” Terserah, terserah keluarga, tetapi biasanya seminggu. Partisipan A “Saminggu antong ingkon dianggapi poso-poso i mandongani, jadi bah ingkon ro do antong mandongani halak i. Bah molo adong hepeng ni iba, dibahen siallangan, tar sonari lampet molo najolo antong dang masa lampet, lomok-lomok do dibuathon, dilean ma tu tetangga-tetangga i. Papitu arihon dijou ma, manganma, jadi molo soadong antong hepengna dang pola binahen songoni antong. Ingkon parhepeng ma antong. Molo soadong bah songoni, holan panganggap-anggapi ma disi maraha, mandongan-dongani songoni do.” Selama seminggu bayi harus dijaga dan ditemani, jadi harus datang menemani mereka. Kalau ada uang, diadakan acara makan, misalnya kalau sekarang menyediakan kue, kalau dulu harus daginglah disediakan, diberi kepada tetangga. Hari ke tujuh tetangga dipanggil untuk makan, jadi kalau tidak berkecukupan, tidak harus mengadakan jamuan. Kalau itu, hanya orang yang sudah menjaga disitu menemani. Partisipan B “Lahir ma anakkon ni iba nga ro tetangga ro mamereng, maranggap, maranggap do antong.” Ketika lahir maka tetangga akan datang melihat, menjagai secara bergilir. Partisipan C “...maranggap do, ittor ro do angka simatuaku sude, angka orangtua na dekat dengan kita.” ...menjaga bergilir, akan datang mertua, orang tua saya dan orang yang terdekat. Partisipan C “...paling sedikit datang menjaga kita paling sedikit kalo aku dulu dua minggu aku dijaga tapi yang paling ketatnya tujuh hari tujuh malam dijaga.” Partisipan C 2.8.2 Maresek-esek Maresek-esek adalah menunjukkan rasa gembira karena kelahiran anak. Hasil wawancara menyatakan bahwa kelahiran seorang anak akan membawa kegembiraan bagi keluarga, maka diadakan jamuan makan bersama orang sekampung. Hal ini menunjukkan rasa terima kasih bagi yang telah menjagai selama tujuh hari dan rasa sukacita karena kelahiran anak. Bagi keluarga yang kurang mampu hanya menyediakan makanan bagi orang-orang yang telah menjagai atau tidak sama sekali. Berikut pernyataannya: “Ba najolo dihuta molo nga adong pitu ari natubu, dijou do parhuta i mangan. Esek-esek ni si usok ina molo baoa, molo boru esek-esek ni si butet ina. Jadi tubu ma anakkonna, las rohana. Adong sibahenonna, jae anggo soadong dang dibahen i. Aha bahenon molo songonna dang adong hepengna manuhor manuk sada sontona. Ale molo adong do, ba ima olo do dipotong babi, dangi. Ba ima.” Kalau sudah ada tujuh hari setelah kelahiran, sekampung akan dipanggil untuk makan. Hari gembira si Ucok katanya kalau laki-laki, kalau perempuan hari Gembira si Butet katanya. Jadi lahirlah anaknya, senang hatinya, ada yang mau diberinya, jadi kalau tidak ada tidak diadakan itu. Apa yang mau dibuat kalau tidak ada uangnya membeli seekor ayam contohnya. Tapi kalau ada, akan dipotong babi. Partisipan A “Bah ido pitu ari pitu borngin paulak paranggap ma dibahenma esek- esekma, anggo iba nga boi binahen esek-esek ba, menghargai orang yang menjaga kita, dibahen ma on, molo iba tingki i kue do ni aha, pohul-pohul goarna. Jadi papituhon i mangalangma nyon na maranggap on, mangalang ma, minum kopi angka tetangga-tetangga on sude dipalean pohul-pohul ni si usok, tutup anggap si usok, inama muse iba nga halak” Jadi hari ketujuh adalah malam untuk memulangkan penjaga yang sudah menjagai kita dan diadakan acara kegembiraan. Jadi setelah hari ketujuh akan diadakan jamuan makan. Maka akan menyediakan kue pohul-pohul, kue pohul-pohul dan kopi untuk seluruh tetangga. Partisipan C 2.8.3 Pemberian pasu-pasu berkat. Perawatan khusus pada bayi yaitu pemberian pasu-pasu. Hasil wawancara menyatakan bahwa pasu-pasu berkat akan diterima setiap bayi lahir dari tulang saudara laki-laki ibu dan opung kakeknenek. Pada anak pertama laki-laki juga akan dilakukan upacara untuk memangkas rambut oleh tulang. Tulang adalah seorang yang dihargai karena merupakan sijaga tondi menguasai roh bayi tersebut. Pasu-pasu diberikan dengan mengunyah kemiri, sirih, dan lada, lalu menyembur ke kepala bayi. Tujuan pemberian pasu-pasu adalah agar bayi panjang umur, pir tondi kuat batin, dan kelak menjadi anak yang berhasil. Berikut pernyataan dari partisipan: “Gambiri, pining, hapur, dibursik, oppungna ma i tu sonna i dibursik.” Kemiri, pinang, kapur sirih, disembur oleh kakekneneknya. Partisipan A “Molo didokkon halak i, asa pir tondina. Asa olo pajjang umurna, ima hata natua-tua najolo molo diboan pe mamulus dang aha be, dang be songgot-songgot on jadi goarna pagar ma.” Kalau dikatakan orang, supaya kuat batinnya. Supaya panjang umurnya, itulah kata-kata orangtua yang dulu kalau ada pun setan yang lewat tidak terkejut lagi, inilah namanya penjaga. Partisipan A “Molo anak pertama, baoa anak pertama ingkon tulangna ma antong mamangkas obutna on. Ba ido asa idokkon ama do tulang. Ima tandana, muse tulang do tondina antong.” Kalau anak pertama, laki-laki anak pertama harus tulangnya yang memangkas rambutnya. Ya itulah alasan dikatakan Ayah adalah Tulang. Itulah pertanda bahwa Tulang adalah penguasa roh bayi tersebut. Partisipan A “Dibursikkon, dihilhilma demban, napuran baru lada, baru gambiri dibursik dibahenma buti tu dakdanak, sihapur dang dohot tahe gabbiri sihapur do, lada, pining, dibahen ma napuran i, dihilhil, dung dihilhil bah dibursik” Disembur, sirih dikunyah, sirih lalu lada, lalu kemiri disembur dibuat ke bayi tersebut, kapur sirih, kapur sirih, lada, pinang, dibuatlah sirih, dikunyah. Partisipan B “Mmm, songon sinangkaning antong kan, tulangna do mamangkas i, ipe anak buha baju do, dibahen ma, adatna doi, asa digomgom tondi ni tulangna, hula-hulana aha nai poso-poso i. Ido i.’ Tulangnya yang memangkas dan itu pun hanya anak pertama, dan itu menjadi adat, supaya roh bayi dikuasai oleh Tulangnya, hula-hula bayi tersebut. Partisipan B “Molo anak pertama. Ima dilatih simatua ni iba on do kan, asa pir pahopungki asa na berhasil haduan, asa angka napistar haduan.” Kalau masih anak pertama kita masih diajari oleh mertua maupun orangtua, supaya kuat cucunya, berhasil di kemudian hari dan sehat. Partisipan C “Pangke gabbiri dohot napuran. Dihilhilma gabbiri dohot napuran, jadi dibursikma. Ima. Ulu nai do dibursikma, molo nga diberi nama udah diberangkatkan lao semakin gagah muse on, dibahen ito ni iba, tulangna dipohol, disiburi dihilhilma gabbiri dohot napuran on, disiburima.” Dengan kemiri dan sirih. Kemiri dan sirih dikunyah, setelah itu disembur. Disembur di kepala dan kalau sudah diberi nama, udah diberangkatkan dan semakin gagah lagi, disembur oleh Abang saya, Tulangnya kemiri dan sirih. Partisipan C “Molo i napuran, jarango, lada dibusikhon tu sonna i.” Sirih, jarango, lada disembur ke kepalanya. Partisipan D “Ehm, simburna on ma kan napuran, gambiri, jarango do. Gambiri, napuran.” Bahan semburnya sirih, kemiri, jarango. Partisipan E “Dang molo sabulan, anak pertama ma paling, ipe ingkon tulangna ma. Tidak harus sebulan, hanya anak pertama, dan itu pun harus tulang yang melakukan. Partisipan E “Molo baru-baru i gelleng ni iba, tulangna do mambuat i. Bah ido inna, unang olo pangarimason, tulangna pangarimason dohot tulang sijaga tondi.” Jika masih anak pertama tulangnya yang memotong rambutnya. Ya itu yang dikatakan, supaya tulang tidak marah dan tulang dipercayai dapat menjaga roh bayi tersebut. Partisipan E 3 Pembahasan Bayi baru lahir menjalani berbagai perubahan biologis selama jam dan hari pertama setelah lahir. Walaupun kebanyakan bayi dapat menjalani penyesuaian yang dibutuhkan untuk hidup di luar rahim tanpa banyak kesulitan, tetapi kesehatannya tergantung pada perawatan yang diterimanya Bobak, 2005. Perawatan bayi baru lahir yang dilakukan oleh suku Batak Toba dalam penelitian ini adalah perawatan organ tubuh bayi, perawatan tali pusat, perawatan higiene dan kulit, perawatan saluran cerna, menghangatkan tubuh bayi, pemenuhan nutrisi, pemberian kekebalan, dan perawatan khusus lainnya. 3.1 Perawatan Organ Tubuh Setiap organ tubuh bayi harus dilakukan perawatan untuk mempertahankan kesehatan bayi dan mencegah timbulnya suatu penyakit. Berdasarkan wawancara dengan kelima partisipan, setiap organ tubuh bayi adalah penting untuk dirawat. Perawatan organ tubuh yaitu terdiri dari perawatan kepala, hidung, telinga, mulut, tangan, kuku, dan kaki. 3.1.1 Perawatan Kepala Perawatan kepala yang dilakukan yaitu dimulai dengan membentuk kepala menggunakan bantal yang disebut sigundal bolon atau kain yang berisikan beras. Bantal tersebut bertujuan agar kepala wanita bagus mengenakan sanggul konde dan membentuk kepala agar tidak miring. Kepala bayi juga disembur dengan kemiri, sirih dan lada untuk menjaga ubun-ubun bayi dan fontanel bayi. Kepala bayi baru lahir mungkin tampak tidak seimbang dan berbentuk lonjong seperti buah melon akibat tekanan di jalan lahir. Besar kepala tampak tidak proporsional dengan tubuhnya. Membran liat menutupi dua titik bukan kepala yang disebut fontanel, yakni tulang tengkorak yang belum menyatu. Fontanel anterior merupakan fontanel fontanel yang lebih besar berada di atas agak ke depan, menutup setelah usia 18 sampai 24 bulan. Sedangkan fontanel posterior terletak lebih belakang, menutup pada usia enam bulan Kelly, 2010 Menurut budaya Batak Toba fontanel tersebut harus ditutupi dengan kemiri, sirih dan jarango yang sudah dikunyah terlebih dahulu dan disembur ke kepala bayi sampai menutupi seluruh fontanel bayi supaya tidak masuk angin dan menjaga agar tidak mencederai kepala bayi. Kemiri, sirih dan jarango dipercayai mempunyai efek yang dapat melindungi kepala. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Departemen Translational Onkologi, National Institut for Cancer Research di Italia, menemukan kandungan taxanes pada kulit dan daun tanaman kemiri yang dapat dijadikan obat penyakit kanker. Tidak hanya kanker, kemiri dapat membantu mengatasi penyakit yang menyerang sistem pernafasan anak-anak. Kemiri memiliki kandungan protein dan lemak tak jenuh. Kemiri juga mengandung vitamin B6 dan thiamin. Selain itu, Kemiri kaya akan vitamin E, serat makanan, mineral, dan antioksidan fenolat. Satu cangkir tepung kemiri 237ml memiliki 20 gram karbohidrat dan 12 gram serat. Minyak kemiri ternyata dapat juga digunakan dalam produk kecantikan kulit. Bahkan, minyak ini diklaim sebagai minyak terbaik untuk perawatan kulit berminyak. Minyak ini pun bisa dimanfaatkan sebagai toner dan terbukti efektif dapat mengencangkan kulit. Bahkan, dapat membantu regenerasi sel dan memperkuat kapiler. Minyak kemiri juga biasa digunakan untuk pijat karena dapat memberikan efek penenang membuat kulit menjadi rileks. Kemampuan minyak kemiri dalam menyaring sinar ultraviolet juga membuat minyak ini digunakan dalam pembuatan produk kecantikan penangkal UV. Daun sirih mengandung minyak atsiri betlephenol, seskuiterpen, pati, diastase, gula, chavicol yang memiliki daya mematikan kuman, anti oksidasi fungisida, dan anti jamur. Daun sirih mengandung phenolic yang menstimulasi katekolamin. Daun sirih juga sudah dipakai untuk mengobati batuk, bronkhitis, gangguan lambung, rematik, menghilangkan bau badan, keputihan dan sebagainya. Bahkan air rebusan daun sirih digunakan untuk obat sariawan, pelancar dahak, pencuci luka, obat gatal-gatal, obat sakit perut, obat jantung, dan menghentikan perdarahan. 3.1.2 Perawatan Hidung dan Telinga Perawatan bayi juga dapat dilakukan pada hidung dan telinga bayi. Hidung dan telinga dapat dibentuk dengan dipohol dipijat dengan telapak tangan yang hangat. Hal ini berfungsi supaya hidung bayi menjadi mancung dan bagus menggunakan anting-anting. Sentuhan alamiah pada bayi sesungguhnya sama artinya dengan tindakan mengurut atau memijat. Kalau tindakan ini dilakukan secara teratur dan sesuai dengan tata cara dan teknik pemijatan bayi, sehingga bisa menjadi terapi untuk mendapatkan banyak manfaat bagi bayi. Menurut Utami Roesli 2005 terapi sentuhan pijat bisa memberikan efek positif secara positif, antara lain kenaikan berat badan dan peningkatan produksi ASI. Hal ini sudah dibuktikan oleh penelitian Field dan Scafidi dari Universitas Miami, yang menunjukkan bahwa 20 bayi prematur mengalami kenaikan berat badan 20-47 per hari setelah dipijat 3x5 menit selama 10 hari. Bayi cukup bulan usia 1-3 bulan yang dipijat 15 menit dua kali seminggu selama enam minggu mengalami kenaikan berat badan lebih tinggi dari pada kelompok bayi yang tidak dipijat. Bayi yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus saraf otak ke 10. Ini membuat kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin naik sehingga penyerapan terhadap sari makanan pun menjadi lebih baik. Menurut Rene Spitz 2005 bayi yang banyak memperoleh sentuhan jarang mengalami simptom hospitalimus gangguan seperti di radang telinga tengah, campak, dan gangguan usus. Memijat bayi bisa juga dengan gerakan remasan. Menurut Ahr remasan berkhasiat pada jaringan penentu kelenturan otot yang terletak pada gelondong jaringan otot. Dengan kata lain, remasan dapat membuat otot bayi menjadi lebih kuat, sekaligus akan lebih melancarkan peredaran darah. Teknik remasan dilakukan pada bagian tungkai atau lengan dipadatkan menggunakan sisi tangan bagian dalam dan sedikit gerakan memeras. 3.1.3 Perawatan Mulut Mulut bayi sama seperti juga anggota tubuhnya yang lain, sebaiknya selalu dibersihkan, meskipun gigi-geliginya belum tumbuh. Pada mulut bayi biasanya ditemukan bercak keputih-putihan yaitu merupakan bekas Air Susu Ibu ASI. Untuk mencegah hal tersebut maka menurut suku Batak Toba, mulut bayi dibersihkan dengan rambut ibu atau bulu ayam dengan cara menyapukan pada mulut bayi sampai bersih. Sebelum melakukan tindakan rambut Ibu atau bulu ayam tersebut harus dipastikan dalam keadaan bersih. Menurut Ladewig, et al 2006 bercak putih pada membran mukosa yang tampak seperti penumpukan susu dan hal ini bisa mengindikasi jamur Candida albicans. Untuk mencegah hal tersebut terjadi maka harus membersihkan mulut bayi. Jika mulut bayi senantiasa bersih maka bayi akan merasa nyaman sehingga kesehatan mulut bayi terjaga. Penelitian analisis rambut didapatkan adanya nutrisi dan kadar racun terkandung dalam rambut. Analisis rambut memiliki kelebihan ketika mendeteksi keberadaan logam berat Permanasari, 2010. Dalam rambut, kuku, dan gigi lah mineral-mineral dalam bentuk kecil disimpan. Selama struktur rambut tidak berubah, mineral tertanam dalam rambut dan kadarnya tidak berubah walaupun rambut memanjang. Analisis akurat memberikan konsentrasi mineral yang terakumulasi dalam rambut pada waktu pertumbuhan, sekitar satu sampai tiga bulan. Kandungan yang terdapat dalam rambut yaitu besiAr 55,85 Ayurai, 2009. 3.1.4 Perawatan Tangan dan Kaki Hasil penelitian menyatakan bahwa tangan dan kaki dibedung dengan menggunakan kain agar bayi tidak dapat bergerak-gerak. Cara membedung ini dapat membuat tangan lihai menari dan kaki terhindar dari kaki O. Tangan dan kaki juga dipohol supaya bayi pandai memanjatmenyadap nira maragat. Mamoholi juga dilakukan pada seluruh bagian tubuh mulai dari kepala sampai kaki. Selama beberapa minggu pertama bayi dibungkus erat dengan selimut atau selendang. Bedung memberi bayi kehangatan dan perasaan disentuh yang konstan. Bedung membantu bayi merasa tenang untuk tidur dan merupakan cara yang baik untuk menenangkan bayi yang kolik, terutama jika dikombinasi dengan mengayun Kelly, 2010 3.2 Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat bertujuan untuk mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini. Apabila ada perdarahan dari pembuluh darah tali pusat, maka harus memeriksa keadaan ikatan Bobak, 2005 Berdasarkan wawancara tali pusat bayi dipotong dengan menggunakan bambu beralaskan ubikunyit dan diikat dengan benang, baik benang biasa atau benang Manalu. Di Cina dan Jepang, pisau bambu juga digunakan untuk memotong tali pusar bayi pada saat dilahirkan . Bambu memiliki bagian yaitu diantaranya pangkal, buku, tengah, dan ujung. Pada bagian pangkal dan buku memiliki kandungan pati yang lebih tinggi dibanding bagian tengah atau ujung. Selain pati, bambu merupakan bahan berlignin selulosa yang rawan terhadap serangan jamur. Bambu juga bersentuhan dengan tanah. Padahal tanah merupakan salah satu media tumbuh jamur pengotor mould dan jamur pewarna staining fungi Duryatmo, 2000. Berdasarkan hasil wawancara, pusat bayi yang lembab akan diobati dengan abu sisa pembakaran kain berwarna hitam. Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, karena akan membuatnya menjadi lembab. Selain memperlambat puputnya tali pusat, juga menimbulkan resiko infeksi Ayurai, 2009 Tujuan dari perawatan tali pusat adalah untuk mencegah infeksi dan meningkatkan pemisahan tali pusat dari perut. Dalam upaya untuk mencegah infeksi dan mempercepat pemisahan, banyak zat yang berbeda dan kebiasaan- kebiuasaan yang telah digunakan untuk perawatan tali pusat ini. Hanya dari beberapa penggunaannya yang telah dipelajari dengan baik. Timbulnya infeksi pada tali pusat, karena tindakan atau perawatan yang tidak memenuhi syarat kebersihan, misalnya pemotongan tali pusat dengan bambugunting yang tidak steril, atau setelah dipotong tali pusat dibubuhi abu, tanah, minyak daun-daunan, kopi dan sebagainya Ellen, 2006. 3.3 Perawatan Higiene dan Perawatan Kulit Perawatan higiene dimulai dengan memandikan bayi dan menjaga kebersihan bayi. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir dan sebelum dimandikan harus dipastikan suhu tubuh stabil suhu aksila 36,50C- 37,50C, jika suhu tubuh bayi di bawah suhu normal maka memandikan bayi ditunda Rukiyah, 2010. Sebaliknya menurut suku Batak Toba, setelah bayi lahir maka harus segera dimandikan karena bayi dianggap kotor. Menurut suku Batak Toba, bayi dimandikan dengan air hangat dengan campuran kemiri, daun Sona atau daun Leung. Seperti telah dijelaskan kemiri mempunyai kandungan alamiah yang sangat bermanfaat terutama bagi kulit. Kemiri memiliki kandungan protein dan lemak tak jenuh. Kemiri juga mengandung vitamin B6 dan thiamin. Selain itu, kemiri kaya akan vitamin E, serat makanan, mineral, dan antioksidan fenolat. Satu cangkir tepung kemiri 237ml memiliki 20 gram karbohidrat dan 12 gram serat. Kemiri juga digunakan sebagai toner dan terbukti efektif dapat mengencangkan kulit. Bahkan, dapat membantu regenerasi sel dan memperkuat kapiler. Kebersihan bayi juga dijaga dari segi pakaian bayi. Pakaian bayi harus tetap dalam keadaan bersih dan kering, sehingga bayi akan merasa nyaman. Membersihkan pakaian dilakukan untuk mengurangi infeksi silang dan membuang sisa sabun, tinja, atau kemih yang dapat mengiritasi kulit bayi Bobak, 2005. Berdasarkan wawancara jika telinga bayi kemasukan air maka ibu harus segera menghisapnya keluar. Telinga yang kemasukan air akan membuat sumbatan pada telinga dan jika dibiarkan maka akan menimbulkan infeksi di bagian dalam telinga. 3.4 Perawatan Saluran Cerna Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna, memetabolisme, dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat sederhana, serta mengemulsi lemak. Karakteristik enzim dan cairan pencernaan sudah ditemukan pada bayi baru lahir. Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna karbohidrat, lemak dan protein diatur oleh beberapa enzim tertentu. Kebanyakan enzim ini telah berfungsi saat bayi lahir, kecuali enzim amylase, yang diproduksi oleh kelenjar saliva setelah tiga bulan dan oleh pancreas pada usia sekitar enam bulan Bobak, 2005 Saat bayi lahir, usus bagian bawah penuh dengan mekonium. Mekonium yang dibentuk selama janin dalam kandungan berasal dari cairan amnion dan unsure-unsurnya, dari sekresi usus dan dari sel-sel mukosa. Mekonium berwarna hijau kehitaman, konsistensi kental dan mengandung darah samar. Bayi baru lahir yang diberi makan lebih awal akan lebih cepat mengeluarkan tinja daripada yang makan kemudian Bobak, 2005. Menurut hasil wawancara perawatan saluran cerna pada bayi dilakukan yaitu dengan memberikan kemiri secukupnya yang sudah dikunyah terlebih dahulu kepada bayi supaya dapat Buang Air Besar BAB dan akhirnya kotorannya yang menyerupai darah dapat keluar dengan lancar. Jika kotoran tidak keluar maka akan dapat menimbulkan penyakit. 3.5 Menghangatkan Tubuh Bayi Perawatan bayi baru lahir yang efektif didasarkan pada upaya mempertahankan suhu optimal udara di ruangan. Suhu tubuh dipertahankan supaya tetap berada pada batas sempit suhu tubuh normal dengan memproduksi panas sebagai respon terhadap pengeluaran panas. Hipotermia akibat pengeluaran panas secara berlebihan adalah masalah yang membahayakan hidup bayi baru lahir Bobak, 2005. Menghangatkan tubuh bayi dalam budaya Batak Toba dapat dilakukan dengan martataring perapian dengan bayi dimandarbagashon dimasukkan ke dalam sarung Ibu dan dilanjutkan dengan mamoholi memijat bayi dengan tangan yang hangat. Api merupakan modal utama bagi bayi baru lahir dan digunakan untuk mamoholi bayi sehingga badan bayi lebih sehat, kuat dan terhindar dari penyakit dan angin-angin. Mamoholi juga dapat berfungsi untuk membentuk bagian tubuh bayi supaya lebih ideal misalnya hidung, telinga, kaki, tangan, dan lain-lain. Api digunakan menjaga bayi agar tetap hangat sehingga bayi akan merasakan nyaman dan tidak kedinginan sehingga bayi akan dapat tidur dengan pulas. Api juga digunakan untuk menangkal angin-angin yang dapat menyebabkan kematian pada bayi dalam ritual khusus. Mekanisme pengaturan temperatur bayi baru lahir belum berfungsi sempurna, oleh karena itu jika tidak ddilakukan pencegahan kehilangan panas maka bayi akan mengalami hipotermia Rukiyah, 2010. Bayi dengan hipotermia sangat beresiko mengalami kesakitan berat atau bahkan kematian. Hipotermia sangat mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada dalam ruangan yang hangat JNPK-KR, 2007 dalam Rukiyah, 2010. Bentuk interaksi orang tua dengan bayinya, dimana ibu menggendong bayinya dengan kontak kulit dengan kulit pada posisi vertikal, kepala diantara payudaranya selama 20 menit atau lebih disebut dengan metode kanguru. Dianjurkan penggunaan metode kanguru ini selama 24 jam penuh namun penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan lima jam sehari sudah berdampak positif www.community.siutao.com, 2011 Keuntungan yang didapat dengan metode kanguru yaitu: stabilisasi suhu tubuh, stabilisasi laju denyut jantung dan pernafasan, pengaruh terhadap berat badan dan pertumbuhan, pengaruh terhadap tingkah laku, memfasilitasi pemberian ASI, pengaruh terhadap kejadian infeksi, mendorong kelekatan dan ikatan emosional dengan orang tua,dan memperpendek masa rawat inap di rumah sakit www.community.siutao.com, 2011 Berdasarkan hasil penelitian di Indonesia dengan penggunaan metode kanguru didapatkan bahwa: suhu tubuh BBLR lebih stabil dalam waktu satu minggu dan berat badan lebih cepat naik pada metode kanguru dibandingkan pada perawatan konvensional inkubator; walaupun keadaan umum bayi yang mendapat metode kanguru kurang menguntungkan tetapi lebih jarang mengalami hipotermia dan kecepatan kenaikan berat badannya lebih besar; penggunaan metode kanguru pada awal kehidupan bayi terbukti lebih baik dibandingkan inkubator untuk menstabilkan suhu tubuh BBLR dengan keamanan yang setara dengan incubator www.community.siutao.com, 2011 Berdasarkan hasil studi para ilmuwan Denmark yang dipublikasikan dalam jurnal dari American Chemical Society, Chemical Research in Toxicology, mendapatkan bahwa partikel tak terlihat yang terhirup ke paru-paru dari asap kayu bakar menimbulkan beberapa dampak yang merugikan kesehatan. Informasi yang terkait dengan dampak menghirup asap kayu bakar masih relatif sedikit, walaupun jutaan orang di seluruh dunia menggunakan kayu untuk penghangat dan memasak. Partikel udara dari asap kayu bakar murni cenderung menjadi yang paling berpotensi bahaya karena ukuran partikel ini cukup kecil sehingga terhirup hingga ke bagian terdalam dari paru-paru. Selain itu, asap kayu bakar mengandung kadar hidrokarbon aromatik polisiklik PAH yang lebih tinggi. Ketika diuji pada kultur sel manusia, asap murni dari kayu bakar ini juga menyebabkan kerusakan lebih pada materi genetik DNA, lebih menyebabkan peradangan, dan mempunyai aktivitas lebih besar dalam membangkitkan gen yang dikaitkan dengan penyakit. Mamoholi adalah pijat pada bayi dengan menggunakan tangan yang sudah panas dari tataring. Manfaat pijat bayi bagi bayi yaitu: meningkatkan daya tahan tubuh, memperbaiki peredaran darah dan pernapasan, merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi stress dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit mengurangi kembung dan sakit perut, meningkatkan hubungan batin antara orang tua dan bayi, dan meningkatkan produksi ASI Rakhmawati, 2007. 3.6 Pemenuhan Nutrisi Nutrisi bayi yang utama adalah Air Susu Ibu ASI karena mengandung hampir semua zat gizi dengan komposisi sesuai kebutuhan bayi tetapi kecukupan komposisinya hanya sampai usia empat bulan The Children Indonesia, 2009. ASI ialah makanan pilihan utama untuk bayi. Menyusui memberi banyak keuntungan: nutrisi, imunologi, dan psikologis Bobak, 2005. Prinsip pemberian ASI adalah sedini mungkin dan eksklusif. Bayi baru lahir harus mendapat ASI dalam waktu satu jam setelah lahir Rukiyah, 2010. Laktasi terjadi dibawah pengaruh berbagai kelenjar endokrin, terutama hormon-hormon hipofisis prolaktin dan oksitosin. Keadaan ini dipengaruhi oleh isapan bayi dan emosi ibu. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses laktasi yaitu laktogenesis permulaan produksi susu dimulai pada tahap akhir kehamilan, produksi susu, ejeksi susu, dan kolostrum. Kolostrum berwarna kuning kental, mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil sesuai untuk makanan awal bayi. menyusui dini yang efesien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah Bobak dkk, 2005 Suku Batak Toba menganggap bahwa Air Susu Ibu ASI adalah makanan utama dan hal terpenting bagi bayi, tetapi mereka menganggap ASI belum cukup untuk membuat bayi kenyang. Tanda-tanda seorang bayi tidak kenyang adalah menangis dan rewel, jadi perlu memberikan makanan tambahan yaitu bubur nasi yang disaring dicampur dengan bayam, tomat atau wortel atau air tajin bekas menanak nasi. Bayi tidak segera diberikan ASI karena kepada bayi diberikan kemiri yang sudah dikunyah oleh ibu terlebih dahulu. Hal ini menunjukkan bahwa bayi tidak diberikan ASI eksklusif. Berdasarkan wawancara lanjutan didapatkan bahwa sejak pertama kali keluar ASI sudah diberikan kepada bayi, baik ASI yang kekuning-kuningan maupun ASI yang putih. Menyusui harus dilakukan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dengan kegiatan apapun disebut dengan inisiasi menyusui dini IMD. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu. Bayi yang lahir normal diletakkan di perut ibu segera setelah lahir. Kulit ibu melekat pada kulit bayi selama setidaknya satu jam, dalam usia 20 menit bayi merangkak kearah payudara, dan pada 50 menit bayi tersebut akan menyusu. Hypothermi akan terhindar karena kulit ibu mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi Bobak dkk, 2005 Asi eksklusif adalah pemberian air susu ibu saja kepada bayi umur 0 – 6 bulan tanpa diberikan makanan atau minuman tambahan selain obat untuk terapi pengobatan penyakit Dewa, 2010. Makanan tambahan dapat diberikan pada usia enam bulan karena jika diberikan terlalu dini akan menurunkan konsumsi ASI dan bayi mengalami gangguan pencernaan atau bisa diare The Children Indonesia, 2009. Pemberian makanan padat yang terlalu dini hanya akan mengisi lambung bayi dan bayi tetap kekurangan zat gizi yang diperlukan. Penundaan pemberian makanan tambahan membantu bayi terhindar dari alergi akibat makanan dan manifestasi alergik, seperti ekzema dan asma Kelly, 2010. Tumbuh kembang bayi tergantung pada makanan yang dikonsumsi ibu karena seorang bayi masih menyusui, sehingga ibu harus mengkonsumsi makanan atau minuman yang berpengaruh pada ASI misalnya mengkonsumsi banyak sayur Torbangun bangun-bangun, minum tuak, dan minuman beralkohol lain contohnya bir hitam, makanan yang bergizi tinggi misalnya sup, serta mengurangi makanan yang pedas supaya bayi tidak sakit perut. Menurut Mahmud et al. 1995 dalam Marlina, 2007 daun Torbangun Coleus Amboinicus Lour berpotensi sebagai bahan pangan sumber zat besi, provitamin A karoten, dan kalsium. Dalam 100 gram bahan, daun Torbangun mengandung kalsium sebesar 279 mg, besi sebesar 13,6 mg, dan karoten total sebesar 13 288 mg. Komposisi zat gizi daun Torbangun yang terdapat dalam daftar komposisi bahan makanan menyebutkan bahwa dalam 100 gram daun Torbangun mengandung lebih banyak kalsium, besi, dan karoten total dibandingkan dengan daun katu Sauropus androgynus. Menurut Mardisiswojo dan Rajakmangunsudarso 1985 dalam Marlina, 2007 dalam daun Torbangun terdapat banyak kalium 6,46 dari berat kering pada K 2 O dan minyak atsiri 0,043 pada daun yang segar atau 0,2 pada daun kering. Weehuizen di dalam Heyne 1987 dalam Marlina, 2007 menyatakan bahwa dari 120 kg daun kering segar kira–kira terdapat 25 ml minyak atsiri yang mengandung phenol isopropyl-O-kresol. Lebih lanjut disebutkan bahwa phenol tersebut berperan sebagai antisepticum yang bernilai tinggi. Minyak atsiri dari daun Torbangun ternyata juga mempunyai aktivitas tinggi melawan infeksi cacing Vasquez et al., 2000 dalam Marlina 2007. Daun Torbangun merupakan salah satu sumber bahan pangan yang secara turun temurun dikonsumsi oleh masyarakat suku batak dan dipercaya berkhasiat sebagai pelancar ASI. Hal ini telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah Damanik 2005, bahwa konsumsi daun Torbangun pada ibu menyusui dapat meningkatkan total volume ASI. Dari hasil penelitian, selain sebagai bahan pangan pemulih tenaga dan untuk memperbanyak ASI, daun Torbangun juga dapat digunakan sebagai bahan obat tradisional untuk penyembuhan beberapa penyakit seperti sariawan, demam, sakit kepala, influenza, dan rheumatik Damanik et al, 2001; Siagian dan Rahayu, 2000. Berdasarkan penelitian Silitonga 1993 dalam Marlina, 2007 selain meningkatkan produksi air susu induk tikus, ternyata konsumsi daun Torbangun dapat berakibat pada peningkatan bobot badan anak tikus. Berdasarkan penelitian Ikegami 1997 tuak merupakan sadapan yang diambil dari mayang enau atau aren Arenga pinnata. Dalam bahasa Indonesia, sadapan dari enau atau aren disebut nira. Nira tersebut manis rasanya, sedangkan ada dua jenis tuak sesuai dengan resepnya, yaitu yang manis dan yang pahit mengandung alkohol. Biasanya kaum wanita Batak Toba tidak minum tuak. Namun demikian, menurut tradisi Batak Toba, wanita yang baru melahirkan akan minum tuak untuk memperlancar air susunya dan berkeringat banyak guna mengeluarkan kotoran-kotoran dari badannya. Mertuanya menyediakan tuak untuk wanita tersebut, dan dia minum tuak setiap kali merasa haus. Dia minum tuak sebagai gantinya air minum, selama paling sedikit satu minggu setelah melahirkan anak. 3.7 Pemberian Kekebalan Sel-sel yang menyuplai imunitas bayi berkembang pada awal kehidupan janin, namun sel-sel ini tidak aktif selama beberapa bulan. Selama tiga bulan pertama kehidupan, bayi dilindungi oleh kekebalan pasif yang diterima dari Ibu Bobak, 2005 Bayi baru lahir harus segera mendapatkan imunisasi karena sistem imun tubuh yang belum adekuat. Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asing seperti kuman-kuman penyakit atau racunnya yang masuk ke dalam tubuh. Imunisasi yaitu tindakan untuk memberikan perlindungan kekebalan di dalam tubuh bayi dan anak agar terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi dan anak Anwar dalam Rukiyah, 2010. Berdasarkan hasil wawancara suku Batak Toba, seorang bayi harus diberikan penjaga yaitu berupa kalung atau gelang yang terbuat dari benang Manalu dan jarango sebagai matanya. Benang Manalu yaitu benang yang terdiri dari tiga warna yaitu merah, hitam, dan putih. Benang Manalu diyakini mempunyai nilai kepercayaan bagi suku Batak Toba. Pemberian penjaga ini diharapkan agar bayi kebal terhadap angin-angin dan penyakit. Jarango yang mempunyai bau khas juga dapat membuat setan jahat tidak berani mendekati bayi. Selain dibuat jadi kalung atau gelang, jerango dapat disembur secara langsung ke tubuh bayi. Benang Manalu yaitu tiga benang masing-masing warna hitam, putih dan merah dipilin menjadi satu. Hitam melambangkan kebijakan Tuhan, putih melambangkan kesucian Tuhan dari Tuhan, dan merah melambangkan kekuatan Tuhan hahomion-hamalimon-hagogoon. Benang Manalu adalah simbol doa suku Batak Toba yang merupakan keyakinan bahwa seseorang akan selamat apabila yakin bahwa tidak ada yang lebih kuat dari Tuhan Yang Maha Esa mula kebijakan, kesucian dan kekuatan itu. apabila memakai benang Manalu berarti telah yakin bahwa apapun yang akan terjadi baik pada saat ada wabah penyakit akan tetap selamat berkat kepercayaan yaitu Tuhan yang dipuja itu jauh lebih kuat dari semua. Meyakini dan percaya bahwa akan tetap selamat berkat kepercayaan bahwa Tuhan pemilik kesucian dan pemilik kekuatan itu adalah lebih kuat dari segala yang ada untuk melindungi. Rimpang dan daun jerango acorus calamus mengandung saponin flanoida, disamping rimpangnya mengandung minyak atsiri yang berguna sebagai pengusir serangga. Selain itu kandungan minyaknya antara lain minyak atsiri yang mengandung eugenol, asarilaldehid, asaron alfa dan beta asaron, kalameon, kalamediol, isokalamendiol, pteisokalmendinol, akorenin, akonin, akoragermakron, akolamonin, isoakolamin, siobunin, isosiobunin, dan epiobunin. Selain itu jerango juga mengandung resin, amilum Atsiri Indonesia dalam Sihite, 2009. Jerango berkhasiat sebagai obat penenang, lambung dan obat limpa. Jerango mengandung anti oksidan, selain itu jerango juga bermanfaat sebagai perangsang, menghilangkan sakit, menambah nafsu makan dan tonik. Jerango juga digunakan untuk meredakan radang. Contoh penyakit yang dapat diatasi dengan jerango antara lain kudis, limpa bengkak, cacar sapi, mimisan, demam, dan lainnya Atsiri Indonesia dalam Sihite, 2009. 3.8 Perawatan Khusus Suku Batak Toba mempunyai perawatan khusus dalam perawatan bayi baru lahir diantaranya yaitu maranggap menemani ibu dan bayi secara bergiliran dan maresek-esek rasa gembira karena kelahiran anak. Suku Batak toba menunjukkan rasa sukacita karena kelahiran anak dengan mengundang orang sekampung untuk makan bersama, biasanya dilakukan setelah tujuh hari dianggapi ditemani. Pada hakikatnya perkawinan pada suku Batak Toba bersifat patrilinear. Tujuannya ialah untuk melestarikan jalur suami dalam garis keturunan lelaki. Maka konsekwensi dari adat perkawinan ini ialah keturunan laki-laki mutlak ada dalam setiap perkawinan. Akan terasa berat bagi seorang Batak Toba apabila perkawinannya tidak membuahkan anak laki-laki yang akan menyambung silsilah dari ayahnya. Bagi kalangan suku Batak Toba perkawinan yang tidak menghasilkan keturunan atau hanya menghasilkan keturunan perempuan dianggap sebagai orang yang sial. Suku Batak Toba menyebut orang yang demikian sebagai orang yang tidak berguna naso hasea, punah punu dan sirna pupur . Disebut tidak berguna apabila seorang dari pasangan perkawinan itu mandul. Bagi seorang yang meninggal sebelum berketurunan sekalipun sebenarnya ia subur disebut punah. Sementara seorang yang meninggal dan berketurunan namun hanya perempuan saja disebut sirna. Salah satu nilai budaya Batak Toba yaitu hagabeon banyak keturunan menjadi suatu pandangan yang menyebabkan suku pada suku Batak Toba akan berketurunan banyak. Dengan banyak keturunan maka seseorang dianggap berhasil dalam hal hagabeon. Sehingga pada suku Batak Toba akan sangat bergembira jika seorang ibu melahirkan, karena hal ini menunjukkan bahwa berhasil mempunyai keturunan. Perawatan khusus lainnya yaitu pemberian pasu-pasu berkat kepada bayi yang lahir dari tulang saudara laki-laki ibu dan opung kakeknenek. Pada anak pertama laki-laki juga akan dilakukan upacara untuk memangkas rambut oleh tulang. Tulang adalah seorang yang dihargai karena merupakan sijaga tondi menguasai roh bayi tersebut. Pasu-pasu diberikan dengan mengunyah kemiri, sirih, dan lada, lalu menyembur ke kepala bayi. Tujuan pemberian pasu-pasu adalah agar bayi panjang umur, pir tondi kuat batin, dan kelak menjadi anak yang berhasil. Nilai budaya Batak Toba juga yaitu kekerabatan yaitu hal yang mencakup hubungan premordial suku, kasih sayang atas dasar hubungan darah, kerukunan unsur-unsur Dalihan Na Tolu Hula-hula, Dongan Tubu, Boru. Salah satu unsur yaitu adanya hula-hula keluarga dari pihak ibu, dalam hal ini yaitu tulang saudara laki-laki dari ibu. Disebutkan dalam Dalihan Na tolu bahwa somba marhula-hula menyembah hula-hula, dimana maksudnya yaitu harus menghormati hula-hula dan menghargai. Karena menurut kepercayaan suku Batak Toba akan terjadi malapetaka penyakit yang tidak sembuh jika tidak menuruti perkataan hula-hula Manik, 2010.

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai perawatan bayi baru lahir menurut perspektif budaya suku Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, maka didapat kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat diambil kesimpulan perawatan bayi baru lahir menurut perspektif budaya suku Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir yaitu: 1.1 Perawatan organ tubuh yaitu meliputi kepala, hidung, telinga, mulut, tangan, kuku, tangan, dan kaki. 1.2 Perawatan tali pusat yaitu pemotongan tali pusat dengan bambu sambilu beralaskan ubikunyit dan obatnya abu sisa pembakaran kain hitam. Perawatan yang tidak tepat pada tali pusat dapat menimbulkan infeksi dan memperlambat puputnya tali pusat. 1.3 Perawatan higiene dan kulit yaitu dimulai dengan mandi dan menjaga kebersihan bayi dan menyembur kemiri pada seluruh kulit. 1.4 Perawatan saluran cerna yaitu dengan memberikan kemiri yang sudah dilumatkan Ibu pada bayi agar BAB lancar. 1.5 Menghangatkan tubuh bayi yaitu martataring perapian dan dimandarbagashon dimasukkan ke dalam sarung ibu. Konsep ini hampir sama dengan metode kanguru, dimana sangat bermanfaat bagi bayi, tetapi penggunaan api berakibat buruk pada bayi. 1.6 Pemenuhan nutrisi yaitu dengan memberikan ASI dan makanan tambahan. ASI diberikan sejak pertama kali ASI keluar dan tidak pernah membuang ASI, hal ini menunjukkan bahwa kolostrum diberikan, tetapi tidak melakukan IMD karena pemberian ASI tidak segera setelah lahir. Bayi tidak diberikan ASI eksklusif karena adanya pemberian makanan tambahan yaitu pemberian kemiri, air tajin, dan bubur nasi sebelum bayi berusia enam bulan. Nutrisi bayi juga tergantung pada makanan yang dikonsumsi Ibu, sehingga Ibu mengkonsumsi tuak dan bir hitam. 1.7 Pemberian kekebalan yaitu dengan pemberian kalung atau gelang yang terbuat dari jerango dan menyembur tubuh bayi dengan jerango agar bayi terhindar dari penyakit dan angin-angin. Ini menunjukkan bahwa imunisasi tidak diberikan kepada bayi, karena hanya memberikan kalung atau gelang sebagai penjaga bayi. 1.8 Perawatan khusus lainnya yaitu terdiri dari maranggap, maresek-esek dan pemberian pasu-pasu.

2. Rekomendasi

2.1 Rekomendasi Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang mengeksplorasi tentang perawatan bayi baru lahir menurut perspektif budaya suku Batak Toba di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir, namun tidak menjelaskan bagaimana pengaruh perawatan bayi baru lahir tersebut terhadap kesehatan bayi baru lahir tersebut. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya tentang pengaruh perawatan bayi baru lahir menurut perspektif budaya terhadap