Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Gambar : Slab

Lampiran 2


(2)

Lampiran 3

Gambar : Wallace Punch

Lampiran 4


(3)

Gambar : Plastimeter

Lampiran A

Standar Mutu SIR menurut SNI 06-1903-2011

No Jenis Uji Karakteristik

Satuan Persyaratan

SIR 10 SIR 20

1 Kadar Kotoran % Max 0,08 Max 0,16

2 Kadar Abu % Max 0,75 Max 1,00

3 Kadar Zat Menguap % Max 0,80 Max 0,80

4 PRI - Min 50 Min 40

5 P – 0 - Min 30 Min 30

6 Nitrogen % Max 0,60 Maz 0,60

7 Viscositas Mooney - - -

8 Lambang - Coklat Merah

9 Tebal plastic bandela Mm 0,03 ± 0,01 0,03 ± 0,01


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alaerts, G. 1987. Metoda Peneltian Air. Surabaya. Usaha Nasional.

[Anonim]. 1972. Work Introduction of production department. Medan. PT. Perkebunan Nusantara III, Dolok Merawan.

Anwar, A. 1987. Teknologi Pengolahan Karet Spesifikasi Teknis. Sungai Putih, Medan. Lembaga Pendidikan Perkebunan.

Kartowardoyo. S. 1980. Penggunaan Wallace Plastimeter Untuk Penentuan Karakteristik Pematangan Karet Alam. Yogyakarta. UGM- PRESS.

Kartowiryo, S. 1970. Kemungkinan Pengolahan Karet Remah di Indonesia. Jakarta. PT. Soeroengan Djakarta.

Kartowiryo, S. 1989. Komoditi Karet. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Kanisius. Kroschwitz, J.I. 1998. Concise Encylopedia Of Polymer Science and Enginering.

New York. John Willey and Sons, Inc.

Kunardi, W. 1969. Kemungkinan Pengolahan Karet Remah Di Indonesia. Bogor Balai Penelitian Perkebunan.

Ompusunggu, M. 1987. Pengetahuan Lateks Havea. Sei Putih. Balai Penelitian Perkebunan.

Polhamus, L.G. 1962. Rubber. New York. Intersciense Publishers, Inc. Spillane, J. 1989. Komoditi karet. Cetakan Pertama. Yogyakarta. Kanisius.

Tim Penulis PS. 1992. Karet Budidaya dan Pengolahan, Strategi Pemasaran. Jakarta. Penebar Swadaya.


(5)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat- Alat

1. Mill

2. Gunting 3. Oven

4. Wallace Punch 5. Plastimeter

3..2 Bahan

1. Cup Lump 2. Slab

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Pembuatan Sampel Exblending

1. Campuran pembuatan sampel exblending dari Slab dan Cup Lump Dengan perbandingan 2 : 3


(6)

Dengan perbandingan 2 : 3

3. Campuran pembuatan sampel exblending dari Cup Lump dan Slab Dengan perbandingan 5 : 1

4. Campuran pembuatan sampel exblending dari Slab dan Cump Lump Dengan perbandingan 4 : 1

5. Campuran pembuatan sampel exblending dari Cup Lump dan Slab Dengan perbandingan 2 : 1

6. Campuran pembuatan sampel exblending dari Slab dan Cup Lump Dengan perbandingan 3 : 1

7. Campuran pembuatan sampel exblending dari Cup Lump dan Slab Dengan perbandingan 4 : 1

8. Campuran pembuatan sampel exblending dari Slab dan Cup Lump Dengan perbandingan 2 : 1

9. Campuran pembuatan sampel exblending dari Cup Lump dan Slab Dengan perbandingan 3 : 1

10.Campuran pembuatan sampel exblending dari Slab dan Cup Lump Dengan perbandingan 5 : 1

3.3.2 Penentuan PRI

1. Dipastikan alat Po/ PRI dalam keadaan layak dan aman digunakan.

2. Ditipiskan sample exblending 15- 25 gr sebanyak 3 pass dengan ketebalan (thickness) 1,6- 1,8 mm.


(7)

3. Dipotong dengan Wallace punch sebanyak 6 butir ( 3 butir untuk Po dan 3 butir untuk Pa).

4. Dipastikan plastimeter telah “ready” untuk digunakan.

5. Dimasukkan talam berisi sampel ke dalam oven selama 30 menit pada temperatur 140± 0,2o

6. Dikeluarkan sampel dari oven dan tunggu sampai dengan suhu C.

Kamar.

7. Diuji Po dan Pa untuk mendapatkan nilai PRI (nilai Po dan Pa adalah average masing- masing Po dan PRI).

8. Ditampung kertas yang telah bercampur dengan sampel dan

3.3.3 Penggunaan Plastimeter

1. Dipastikan alat dalam keadaan layak dan aman digunakan.

2. Dihidupkan saklar utama.

3. Diatur setting panas pada steam generator sehingga tekanan uap yang dihasilkan berkisar 0,5 – 1 psi.

4. Dimasukkan sampel yang akan dianalisa.


(8)

6. Waktu analisa adalah berkisar 40 detik, dimulai pada saat platen diturunkan.

7. Dimatikan kembali platen dan dikeluarkan sampel yang telah

Dianalisa dan Diganti sampel lain yang akan dianalisa.

8. Bila dibutuhkan, digunakan kain atau sarung tangan pada saat

Memasukkan air Steam Generator untuk menghindarkan tersengat Panas.


(9)

BAB 4

DATA DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Percobaan

Pengumpulan data percobaan diperoleh dari data pengamatan yang dilakukan sendiri di PT. Perkebunan Nusantara III- Dolok Merawan.

Tabel 4.1(a) Perbandingan Bahan Baku

No. Pallet Bahan Baku

Slab Cup Lump

A 2 3

B 3 2

C 1 5

D 4 1

E F

1 2

3 1

G 4 1

H I

2 1

1 3


(10)

Table 4.1.(b) Pengujian Po/ PRI

Nomor Pallet

Po Pa

1 2 3 Rata-

rata

1 2 3 Rata-

rata

A 41 41 42 41 34 35 33 34

B 42 42 43 42 34 33 35 34

C 40 40 41 40 36 37 35 35

D 33 35 35 34 23 24 25 24

E 39 40 39 39 31 32 33 32

F 39 36 37 37 25 26 27 26

G 40 39 38 39 33 34 33 33

H 36 37 37 37 30 31 30 30

I 41 41 41 41 32 33 32 32

J 27 27 26 26 16 16 16 16

4.1.1. Penentuan Nilai PRI

Untuk menentukan nilai Plasticity Retention Index (PRI), sebagai salah satu penentu standar mutu SIR 10 di PT. Perkebunan Nusantara III- Dolok Merawan, maka perhitungannya:

Diketahui, untuk pallet A: plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 41 Plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 34

Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = ��

�0 x 100%

= 34

41 x 100


(11)

Diketahui, untuk pallet B : plastisitas sebelum pengusangan (Po) =42 Plastisitas sesudah pengusangan (Pa) =34 Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = ��

�� x 100%

= 34

42 x 100%

= 81 %

Diketahui, untuk pallet C : plastisitas sebelum pengusangan (Po) =40 Plastisitas sesudah pengusangan (Pa) =35 Maka Nilai PRI :

Nilai PRI = ��

�� x 100%

= 40

35 x 100%

= 88 %

Diketahui, untuk pallet D : plastisitas sebelum pengusangan (Po) = 34

Plastisitas sesudah pengusangan (Pa) = 24 Maka Nilai PRI :


(12)

Nilai PRI = ��

�� x 100%

= 34

24 x 100%

= 71 %

Dengan cara yang sama untuk pallet E – J pallet diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut:

Tabel 4.3. Hasil Perhitungan

No. Pallet Po. Rata- Rata Pa. Rata- Rata PRI

A 41 34 83

B C

42 34 81

40 35 88

D 34 24 71

E 39 32 82

G 39 33 85

H 37 30 81

I 41 32 78


(13)

4.3 Pembahasan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan adalah dimana hasil PRI (Plasticity Retention Index) adalah 61 – 88 %. Dimana angka ini memenuhi syarat standart mutu SIR. Pencampuran bahan baku yang terdiri dari 75 % Cup Lump dan 25 % Slab. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kualitas SIR 10. Dikarenakan jika pencampuran tidak sesuai, maka kualitas karet yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar mutu. Misalnya jika kadar karet sedikit, maka karet yang dihasilkan akan menjadi lembek dan terdapat butiran- butiran putih (white spot) didalam bandela.

Dari hasil Pengujian PRI yang dilakukan untuk mengukur degrandasi atau penurunan ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi, nilai PRI yang tinggi (lebih 50%) menunjukkan bahwa nilai ketahanan karet terhadap oksidasi adalah besar. Ini menunjukkan bahwa semakin besarnya nilai PRI yang didapatkan semakin bagus mutu SIR 10 yang diperoleh.


(14)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil kerja praktek dan perhitungan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengaruh perbandingan dari bahan baku Cump Lump : slab. Yang terdiri dari Cup Lump 75% dan Slab 25%. Dimana setiap perbandingan yang berbeda, berpengaruh terhadap bahan baku karet remah nya, jika tidak sesuai dengan perbandingan bahan baku yang telah bercampur itu akan mengalami bentuk yang pecah, ada yang tidak lengket antara campuran bahan baku nya.

2. Dari data dan perhitungan, diperoleh nilai PRI yang sesuai dengan standar mutu SIR 10, yang artinya setiap perbandingan bahan baku antara Cup Lump : Slab yang berbeda- beda nilainya memperoleh hasil yang memenuhi standar mutu SIR 10.


(15)

5.2 Saran

1. Sebaiknya pada saat analisa Nilai PRI diperhatikan pengaturan panas pada steam Generatornya untuk mendapatkan tekanan uap yang telah ditentukan.

2. Sebaiknya pada pengambilan bahan baku harus lebih diperhatikan perbandingan Yang telah ditentukan, agar mutu karet remah yang dihasilkan sesuai dengan


(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Perkembangan Karet

Sejak pertama kali ditemukan sebagai tanaman yang tumbuh secara liar sampai dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, karet memiliki sejarah yang cukup panjang. Apalagi setelah ditemukan beberapa cara pengolahan dan pembuatan barang dari bahan baku karet, maka ikut berkembang pula industri yang mengolah getah karet menjadi bahan berguna untuk kehidupan manusia (Anwar. 1987).

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke Benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”. Dalam perjalanan ini ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah. Pohon-pohon itu hidup secara liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika Asli mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang didapat kemudian dijadikan bola yang dipantul-pantulkan. Bola ini disukai penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.

Tanaman yang dilukai batangnya ini diperkenalkan sebgai tanaman Hevea. Hasil laporan Ekspedisi Peru ditulis dalam buku oleh Freshneau tahun 1749 dengan menyebut nama tersebut, Freshneau juga menyertakan gambar dari tanaman tersebut.


(17)

Dua tahun kemudian, tepatnya tahun 1751, De La Condomine membuat usulan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai tanaman Havea ini.

Pengenalan pohon Hevea membuka langkah awal yang sangat pesat kearah zaman penggunaan karet untuk berbagai keperluan. Cara pelukaan untuk memperoleh getah karet memang jauh lebih efisien dari pada cara tebang langsung. Lagipula dengan cara ini tanaman karet bisa diambil getahnya berkali-kali.

Pengetahuan di bidang botani tanaman karet juga berkembang. Pada tahun 1825 diterbitkan sebuah buku mengenai botani tanaman karet atau Hevea Brasiliensis Muell Erg. Nama ini diperkenakan karena tanaman Hevea yang didapat berasal dari Brazil, tepatnya di daerah Amazon (Ompusunggu. 1987).

Setelah tahun 1839 dicapailah babak baru yang membuat karet sempat menjadi primadona daerah-daerah perkebunan di beberapa Negara tropis. Pada tahun itu Charles Goodyear menemukan cara vulkanisir karet. Goodyear mencampur karet dengan belerang dan kemudian dipanaskan pada suhu 120o-130o

Berawal dari penemuan Charles Goodyear, karet mulai banyak digunakan orang untuk dibuat aneka barang keperluan. Cara vulkanisasi memungkinkan orang untuk mengolah karet menjadi ban. Menurut beberapa literature, Alexander Parkes ikut pula mengembangkan cara vulkanisasi. Sedangkan yang memiliki ide atau pencetus gagasan dibuatnya ban adalah Dunlop pada tahun 1888 dan kemudian dikembangkan oleh Goldrich (Tim Penulis PS, 1999).


(18)

2.2 Bahan Baku Crumb Rubber

Bahan baku utama yang digunakan pada pengolahan crumb rubber adalah lump, cup lump dan slab. Lump adalah lateks yang menggumpal atau telah terkoagulasi. Jika lateks menggumpal atau terkoagulasi di dalam mangkok penampung lateks disebut

cup lump ataulump mangkok. Sedangkan slab merupakan lateks pekat yang membeku secara alami,dengan perbandingan cup Lump 3 dan Slab 1.

2.2.1 Slab

Slab adalah bahan baku karet yang terbuat dari lateks yang telah digumpalkan dengan asam formiad. Slab mempunyai ukuran lebih kurang (60 x 30 x 20) cm.

Bahan baku slab dapat diolah menjadi: a. SIR 5

b. SIR 10 c. SIR 20

Slab yang baik harus memenuhi ketentuan dan kriteria sebagai berikut: 1) Kadar kotoran maksimum 0,030%.

2) Kadar abu maksimum 0,50%.

3) Tidak terkontaminasi dengan tanah, lumpur, tatal, daun, pupuk (TSP), bahan Kimia lain selain asam formiad, kawat, goni, plastic, dll.

4) Selama disimpan tidak boleh terendam dengan air atau terkena matahari secara langsung.


(19)

2.2.2 Getah Mangkok (Cup Lump)

Cup lump yaitu bekuan lateks dalam mangkok sadap (tempurung). Jenis produksi karet yang dihasilkan seperti SIR 20 dan SIR 20 CV. Cup lump yang diolah dapat berasal dari perkebunan sendiri atau pembelian dari luar (OP/Out Purchase). Lump mangkok yang berasal dari luar (OP) dibeli dari perkebunan rakyat yang dibedakan atas 3 jenis yaitu C1, C2, dan C3.

Lihat lampiran 2: Gambar Cup Lump

2.2.3 Lump dan slab

Lump merupakan koagulum yang terbentuk pada mangkok penampung lateks kebun beberapa saat setelah penyadapan. Menurut Standar Mutu yang kini berlaku, proses penggumpalan harus terjadi secara alami atau dengan koagulan yang baik. Mutu I diberlakukan untuk ketebalan tidak lebih dari 50 mm, mutu II diatas 50 sampai 100 mm, mutu III lebih dari 100 hingga 150 mm, ketebalan di atas 150 mm digolongkan sebagai mutu IV.

Slab adalah gumpalan (koagulum) yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam semut dan dari lum mangkok segar yang direkatkan dengan atau tanpa lateks. Slab tipis tidak boleh dikotori oleh tatal sadap, kayu, daun, pasir dan benda asing lainnya. Jenis- jenis kontaminan tersebut hasil dari limbah padat yang dihasilkan dari pabrik Crumb Rubber. Perbandingan komposisi bahan baku Cup Lump: slab yaitu 3:1 (Anonim. 1972 ; Tim PS. 1992).


(20)

Agar dapat dihasilkan slab tipis yang baik, cara pengolahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Lump segar harian hasil penyadapan ditata berjajar satu lapis dalam kotak kayu atau bak pembekuan lain dengan tebal tidak lebih dari 50mm.

b. Lateks kebun langsung ditambahkan larutan asam semut 10% sebanyak 10 ml per liter lateks, kemudian segera dituangkan secara merata ke dalam bak pembekuan yang telah berisi lum segar, sehingga terbungkus oleh lapisan lateks.

c. Koagulum yang diperoleh berbentuk slab tipis dengan ketebalan kurang dari 50mm. Slab ini selanjutnya dapat dipipihkan dengan tangan atau benda lain (kayu) di atas alas yang bersih.

d. Slab tipis ditiriskan dan didinginkan di atas rak atau digantung seperti meng-gantung sit angin di udara terbuka selama 1 - 2 minggu dan tidak boleh terkena sinar matahari langsung. Slab tipis yang telah dikering-anginkan disimpan dalam bangsal penyimpanan. (Spillane J.J., 1989).

2.3 Proses Pengolahan Karet Crumb Rubber

Proses pengolahan karet menjadi produk crumb rubber melalui beberapa tahap, yaitu sebagai berikut :


(21)

1. Penerimaan Bahan Baku

Sesampainya LTT (Lateks Tangk Transport) di pabrik, bahan baku terlebih dahulu ditimbang menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 10 s/d 40.000 kg untuk mengetahui jumlah bahan baku yang diterima setiap hari. Setiap truk pengangkutan Latek, cup lump dan Scrab yang tiba di pabrik ditimbang di jembatan timbang untuk memperoleh berat sewaktu berisi (Bruto) dan sesudah dibongkar kemudian ditimbang (Tarra) adalah jumlah Latek, cup lump dan Scrab yang diterima di PPK (Pabrik Pengolahan Karet). Setiap Lateks dan Cup lump yang diterima diambil contohnya untuk dianalisa.

Penimbangan bahan baku dilakukan terpisah menurut jenis bahan baku yang diterima dan dibedakan menurut pengirim bahan baku. Tidak dibenarkan Cup lump

dan Slab ditimbang bersamaan. Hal ini dilakukan karena kedua jenis bahan baku ini memiliki karakter yang berbeda. Kadar Karet Kering (KKK) kedua bahan baku ini juga berbeda. Hal ini akan mempermudah pemeriksaan Kadar Karet Kering pada bahan baku.

2. Unloading Muatan dan Pengecilan Ukuran

Cup lump yang telah ditimbang, kemudian dibongkar ditempat penerimaan bahan baku olahan yang akan diolah menjadi SIR 10/20. Proses pembongkaran ini dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan tenaga manusia. Setelah pembongkaran, kemudian dilakukan pengecilan ukuran secara manual yaitu dengan memotong cup lump menjadi beberapa bagian dengan menggunakan pisau. Hal yang


(22)

harus diperhatikan pada saat penerimaan bahan baku adalah bahan baku harus bersih dari kontaminasi serta kotoran didalamnya antara lain : Daun, Ranting, Tali Rafia, Besi, tatal, dan lainnya.

3. Pencampuran/Blending

Setelah dilakukan pengecilan ukuran pada cup lump maupun slab, maka kedua bahan tersebut dimasukkan kedalam bak pencampuran atau bak blending. Tujuan pencampuran adalah untuk memperoleh kualitas yang diinginkan oleh perusahaan. Komposisi pencampuran didalam bak pencampuran sangat menentukan mutu hasil akhir produksi. Pemakaian bahan baku menggunakan sistem FIFO (First In First Out). Pencampuran bahan baku dilakukan dengan perbandingan 3 : 1, dimana 75%

cup lump/lump dan 25% slab.

4. Pencacahan I

Setelah dilakukan pencampuran didalam bak, kemudian kompo dimasukkan kedalam prebreaker dengan menggunakan baked elevator. Prebreaker merupakan Alat pemecah/pemotong bahan baku (Cup lump, Slab) menjadi potongan yang lebih kecil dengan ukuran ± 30 mm. Yang perlu diperhatikan pada saat pencacahan yaitu : Ketepatan perbandingan campuran, kondisi housing, kondisi screw, working plate, dan baking plate. Pre breaker mempunyai kapasitas olah sebesar 1000 Kg / jam.


(23)

5. Pencucian I

Setelah dihancurkan didalam prebreaker, kemudian bahan baku (Cup lump, Slab) masuk kedalam bak Pencucian I. didalam bak pencucian I, bahan baku dicuci sekaligus pemisahan dari kotoran maupun kontaminasi yang terdapat didalam bahan baku.

6. Pencacahan II

Setelah melalui proses pencucian didalam bak pencucian satu, kemudian bahan baku (Cup lump, Slab) di masukkan kedalam Hammer Mill dengan menggunakan baked elevator. Turbo mill / Hammer mill merupakan pencacah bahan baku yang berasal dari pre breaker agar menjadi potongan yang lebih kecil dengan ukuran ± 15 mm sekaligus menghomogenkan karet remahan dengan kapasitas olah: 1000 Kg/Jam. Pada hammer mil, yang perlu diperhatikan yaitu : Kondisi pisau pemotong, dan pedal, kontinyu pengumpanan.

7. Pencucian II

Setelah melalui proses pencacahan yang kedua, bahan baku masuk kedalam bak Pencucian kedua. Bak pencucian II berfungsi sebagai temapat pembersihan bahan baku dari kontaminasi sekaligus pencampuran bahan baku menjadi lebih homogen. Bak pencucian ini juga berfungsi untuk mengalirkan bahan baku ke mesin


(24)

macerator/crepper. Pada bak ini, proses pengaliran ini dibantu oleh kipas Hydro Cyclone.

8. Penggilingan Awal

Butiran karet dari bak blending II dimasukkan kedalam macerator dengan menggunakan baked elevator. Macerator berfungsi untuk membuat butiran karet menjadi lembaran blanket.

9. Penggilingan Lanjutan

Lembaran blanket yang telah dibentuk dalam macerator, kemudian digiling dengan menggunakan crepper. Tujuan utama penggilingan remahan adalah untuk mendapatkan keseragaman bahan baku dengan proses mikro dan menjadikannya dalam bentuk lembaran. Proses ini sering juga disebut proses Mikro Blending. Proses Mikro Blending merupakan kegiatan menghomogenkan remahan karet dengan cara menggiling remahan yang diatur sedemikian rupa sehingga remahan saling "tindih" satu sama lain didalam penggilingan. Proses "saling tindih" ini memaksa remahan-remahan karet untuk menjadi satu bagian yang akhirnya akan menjadi bentuk lembaran.

Penggilingan dilakukan dengan menggunakan mesin giling Crepper. Roll Gilingan Crepper dibuat berulir/motif bunga agar efek pemerasan terjadi pada bahan baku. Agar diperoleh jaminan bahwa setiap remahan karet sudah menjadi sebuah kesatuan maka perlu dilakukan penggilingan berulang-ulang.


(25)

Penggilingan dilakukan sambil menyemprotkan air diatas lembaran sehingga kotoran-kotoran yang keluar pada saat proses penggilingan terbuang oleh proses pencucian. Proses perpindahan bahan dari 1 gilingan ke gilingan berikutnya dilakukan secara manual oleh Operator Gilingan (Operator Crepper). Setiap mesin Crepper dijaga oleh 1 orang Operator. Operator Crepper juga bertugas untuk melipat lembaran sebelum masuk kedalam Crepper selanjutnya. Lembaran yang terlipat inilah yang akan membuat remahan-remahan karet saling "tindih" pada saat digiling. Namun lembaran yang terlipat hanya bisa digiling di Crepper Jumbo (yang 5 buah). Pada Crepper terakhir (sering juga disebut Crepper Finisher) proses pelipatan lembaran tidak diperlukan lagi.

Hasil akhir dari penggilingan remahan-remahan akan diperoleh lembaran selebar kurang lebih 60 cm dengan ketebalan 6 - 7 mm dan panjang 10-12 m. Karet yang sebelumnya berupa remahan kini telah berubah menjadi lembaran yang homogen. Selanjutnya lembaran yang telah homogen ini digulung kemudian dikirim ke Gudang Maturasi untuk proses Pemeraman. 1 buah gulungan memiliki berat kurang lebih 24 kg (Berat sebelum maturasi). Gulungan ini sering disebut juga dengan nama "Blangket". Kadar Karet Kering dalam Blangket yang baru dihasilkan adalah sekitar 70% (nilai sebelum maturasi).

10. Maturasi

Lembaran yang dihasilkan dari mesin crepper kemudian digulung dan ditimbang dengan berat 24 kg. Setelah proses penimbangan, gulungan blanket dimasukkan kedalam ruang maturasi selama 6-8 hari. Biasanya hasil terbaik didapatkan ketika


(26)

blangket sudah dimaturasi selama 8 hari. Maturasi yang lebih dari 8 hari juga akan memberikan hasil yang lebih baik. Bahan baku karet akan menjadi lebih cepat kering dalam proses Dryer dan kemungkinan terjadinya cacat (white spot) lebih sedikit. Penambahan umur maturasi tentunya akan berpengaruh kepada kebutuhan luas Gudang Maturasi. Ruang maturasi berfungsi untuk mengeringkan lembaran blanket dan menaikkan nilai P0

Penyusunan blangket di Gudang Maturasi diatur sedemikian rupa sehingga setiap blanket dapat diidetifikasi menurut umurnya. Untuk itu perlu dibuatkan papan identifikasi yang diletakkan disetiap kelompok blangket. Gudang maturasi juga harus dilengkapi dengan drainase yang baik. Blangket baru masih dalam keadaan basah dan dapat menimbulkan genangan air. Kondisi yang basah akan membuat kelembaban gudang maturasi menjadi tinggi. Semangkin tinggi kelembaban akan menambah kebutuhan waktu untuk maturasi. Blangket memerlukan suhu normal untuk kebutuhan maturasi (tidak boleh terlalu tinggi dan tidak boleh terlalu rendah.

serta mempertahankan nilai PRI (Plasticity Retention Index). Jika waktu maturasi tidak cukup, maka akan menyebabkan pencampuran tidak homogen, menyebabkan white spot pada bandela (terdapat butiran-butiran putih yang tidak menyatu) serta memiliki kadar air yang tinggi sehingga menyulitkan proses pengeringan remahan karet.

11. Peremahan

Sebelum melalui proses pengeringan, blangket akan diremahkan dulu dengan mesin Schereder menjadi butiran butiran yang lebih kecil dengan ukuran 3 - 4 mm. Tujuan peremahan ini adalah untuk mendapatkan luas permukaan yang cukup bagi bahan


(27)

baku untuk kontak dengan udara panas di mesin Dryer. Remahan-remahan yang dihasilkan oleh Schreder selanjutnya akan masuk ke bak panjang berisi air bersih (berfungsi sebagian pencuci dan media transport) didepan Schreder. Dari bak tersebut remahan kemudian dipindahkan melalui pipa dengan pompa hidro cyclon ke box dryer. Ada 2 orang yang bertugas untuk memastikan remahan masuk kedalam box dryer dengan baik dan benar Hasil butiran dimasukkan kedalam Trolly / Box Drayer dengan Static Pump hingga trolley penuh dan kemudian dikeringkan.

Sebuah box dryer memiliki kapasitas 120 Kg Kering. Remahan harus masuk kedalam box dengan cara yang alami dan tidak boleh ada penekanan terhadap remahan. Hal ini untuk menghidari terjadi pemadatan didalam remahan. Remahan yang padat menyulitkan udara panas untuk menyentuh seluruh permukaan remahan. Akibatnya adalah pengeringan menjadi tidak sempurna. Kepadatan remahan didalam box dryrer harus diatur sedemikian rupa sehingga masih dapat terjadi sirkulasi udara panas diantara celah-celah remahan pada saat pengeringan didalam dryer.

12. Pengeringan

Setelah di tiris, butiran karet dikeringkan dalam dryer. Pengeringan bertujuan untuk mendapatkan produk SIR 10 yang bebas dari kadar air agar karet dapat disimpan / tahan lama. Kadar air yang lebih tinggi akan menurunkan ketahanan produk terhadap pembusukan. Kandungan air yang tinggi akan memungkinkan produk ditumbuhi oleh jamur. Menghilangkan sebagian kandungan air akan meningkatkan keawetan dari produk dan menjadi syarat agar dapat diolah pada proses selanjutnya. Produk SIR 10


(28)

sendiri adalah produk yang setengah jadi dan akan diproses lebih lanjut menjadi produk bahan jadi seperti ban mobil, belt conveyor, dock fender dan lain sebagainya.

Suhu pengeringan diatur pada suhu 110 - 128 o

Proses pengeringan di dalam Dryer dilakukan dengan menggunakan udara panas. Udara panas ini dihasilkan oleh Heat Exchanger. Komponen pemanas yang terdapat pada Heat Exchager adalah susunan pipa yang berisi oli panas. Udara yang melewati pipa berisi oli panas inilah kemudian yang berubah menjadi udara panas dan kemudian diteruskan ke dalam dryer untuk mengeringkan remahan karet didalam box dryer. Udara tersebut selanjutnya disirkulasikan lagi ke Heat Exchanger sehingga dengan proses sirkulasi ini didapatkan suhu dryer yang stabil.

C. Total waktu pengeringan yang dilakukan adalah selama kurang lebih 4 jam. Operator dryer bertugas menjaga agar remahan benar-benar kering optimal. Kondisi remahan yang kurang kering dapat menyebabkan white spot ataupun virgin rubber pada produk akhir (bandela). Sedangkan bila suhu pengeringan terlalu tinggi atau waktu pengeringan terlalu lama maka hasil yang keluar dari dryer menjadi berlendir dan lengket-lengket. Kondisi karet berlendir dan lengket ini merupakan gambaran awal bahwa parameter mutu PRI (Plasticity Retention Index) gagal didapatkan.

Oil panas yang ada didalam pipa merupakan oli panas yang mengalir dan bersirkulasi dari Thermal Oil Heater dan Heat Exchanger. Thermal Oil Heater berfungsi memanaskan oli yang terdapat didalam pipa. Oli panas ini selanjutnya dipompakan ke Heat Exchanger. Dari Heat Exchanger oli panas tersebut kembali lagi untuk dipanaskan di Thermal Oil Heater (TOH) dan begitu seterusnya. Bahan bakar yang digunakan oleh TOH adalah berupa cangkang kelapa sawit.


(29)

13. Pendinginan

Trolley box yang keluar dari drayer didinginkan dulu dengan cooling fan hingga temperature ± 40ºC selama 15-20 menit untuk selanjutnya dilakukan pengepresan. Bila suhu butiran karet > 40ºC sudah di press, maka akan mengakibatkan :

a. Temperature bale (bandela) yang telah di press akan bertahan selama 3 bulan, akibatnya terjadi penguapan/pengembunan dalam plastic pembungkus yang mengakibatkan karet mentah kembali dan menjadi media pertumbuhan jamur. b. Plastic pembungkus bale akan meleleh dan sesama bale akan lengket.

c. Nilai Plasticity Retention Index (PRI) akan menurun karena panas yang tertahan didalam kemasan.

14. Pengepresan dan Pengemasan

Sebelum dilakukan proses pengemasan, box dryer terlebih dahulu dikeluarkan isinya (berupa remahan berbentuk bantalan yang telah kering) dan diletakkan ke meja sortasi. Hasil yang keluar dari Dryer akan dipisahkan secara visual antara hasil yang memenuhi spesifikasi dan hasil yang keluar dari spesifikasi/out spek. Hasil yang out spek biasanya adalah hasil yang masih mengandung karet mentah/virgin rubber/white spot (ditandai bintik putih dan bau yang menyengat), atau bisa juga hasil yang terlalu matang (lembek dan lengket). Di meja sortasi dilakukan juga pemeriksan terhadap kontaminasi (mis: serpihan kayu, plastik atau logam).

Hasil yang telah lewat sortasi selanjutnya ditimbang sebanyak 35 kg dan selanjutnya dilewatkan ke Metal Detector. Metal Detector akan memeriksa


(30)

kandungan logam pada produk. Kontaminasi logam harus dihindari. Hasil keluaran dryer selanjutnya akan dicetak menjadi bentuk kotak memanjang dengan berat 35 kg. Pencetakannya dilakukan dengan mesin Press Bale dengan tekanan 700 x 350 r.p.m/40 sec. Remahan-remahan akan di tekan dalam sebuah cetakan hingga didapatkan ukuran 17 cm x 36 cm x 72 cm. Hasil cetakan ini disebut dengan Bandela atau sering juga disebut Bale. Bandela tersebut selanjutnya dibelah dengan arah memanjang (tidak sampai terbelah 2) untuk memeriksa apakah bandela bebas dari kondisi bintik putih (Whitespot). Karet mentah didalam bandela biasanya akan menimbulkan bekas bintik putih (White spot). Apabila ditemukan bintik putih (white spot) maka Bandela harus segera dipisahkan (out spek). Untuk pemeriksaan mutu dilaboratorium, maka setiap bandela diambil sampel sebanyak 300-400 g setiap kelipatan 9. Setelah bandela diyakini bebas dari white spot maka bandela sudah siap untuk dibungkus dengan pembungkus plasitk. Hasil analisa secara laboratorium menentukan SIR-10 sebagai produksi utama (Main Product).

Bandela yang sudah dibungkus dengan plastik selanjutnya akan disusun ke dalam Forming Box. Mula-mula alas Forming Box dilapisi dengan plastik polietilen yang memiliki ketebalan 0,10 - 0,15 mm, kemudian bandela disusun diatas alas peti. Bandela disusun sebanyak 6 lapis dengan 6 buah bandela untuk tiap lapisannya. Artinya akan ada 36 bandela dalam 1 Forming Box. Antara setiap lapisnya diberi alas plastik interlayer yang merupakan satu potong (utuh) dalam setiap kemasan.

Kemasan Shrink Wrapped Jumbo Pallet (SW/JP) beralaskan Tapak Kayu. Syarat kayu yang digunakan sebagai tapak SW/JP adalah kayu Meranti II atau kayu sembarang no. 1 atau kayu karet yang memenuhi persyaratan dengan warna merah


(31)

atau kuning dengan berat jenis > 0,6 dan tidak berjamur/lapuk. Kayu yang digunakan harus difumigasi. Kadar air kayu diharapkan dibawah 20% sehingga fumigasi lebih efektif. Kayu harus diketam bagian luar dan dalam, bebas dari serpihan atau serbuk kayu. Arah paku harus menuju arah luar dengan pengertian kepala paku dan mata paku tidak boleh menonjol.

15. Penyimpanan dan Pendistribusian

Setelah seluruh bandela tersusun dalam Forming Box, maka diatas susunan bandela diletakkan tutup papan yang ukurannya persis sama dengan ukuran Forming Box sehingga apabila ditekan dapat masuk ke dalam Forming Box. Diatas tutup papan tersebut diletakkan beban seberat 2 Ton selama 36 - 48 jam sehingga apabila beban tersebut diangkat maka diperoleh suatu susunan bandela yang padat dan rapi.

Selanjutnya plastik pengemas dalam bentuk kantung diselubungkan pada susunan Bandela yang telah padat dan rapi tersebut dan dipanaskan dengan shrink fast gun yang bahan bakarnya elpiji sampai plastik pembungkus menyusut dengan rapat. Susunan Bandela yang padat dan rapi tersebut selanjutnya disebut dengan Pallet. Setiap palet terdiri dari 36 bandela sehingga berat untuk 1 palet adalah 1260 kg. Palet-palet kemudian disimpan di dalam gudang penyimpanan dan diberi identitas serta TPP ( Tanda Pengenal Produsen ) dan disimpan digudang hingga ada instruksi untuk dikirim ke Instalasi Belawan. SIR 10 biasanya diekspor dan SIR 20 dijual didalam negeri (Alaerts, G. 1987 dan Spillane 1989).


(32)

2.4. Plasticity Retention Index (PRI)

Platicity Retention Index adalah nilai dari sifat plastisitas (keliatan/ kekenyalan) karet yang mentah yang masih tersimpan bila karet dipanaskan selama 30 menit pada temperature 140

Nilai Plasticity Retention Index adalah persentase plasisitas karet setelah dipanaskan dibandingkan plastisitas sebelum dipanaskan yang ditentukan dengan alat

Plastimeter Wallace, dengan persamaan:

o.

PRI = ��

�� X 100 %

dimana : Pa = Plastisitas karet sesudah dipanaskan selama 30 menit (setelah pengusangan).

Po = Plastisitas karet sebelum dipanaskan (sebelum pengusangan).

(Kartowardoyo. 1980)

Tujuan pengujian PRI dilakukan untuk mengukur degrandasi atau penurunan ketahanan karet mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi, nilai PRI yang tinggi (lebih dari 80%) menunjukan bahwa nilai ketahanan karet terhadap oksidasi adalah besar. Oksidasi karet oleh udara (O2

Terpetusnya rantai polimer pada karet mengakibatkan sifat karet menjadi rendah. Bila nilai PRI diketahuai, dapat diperkirakan mudah atau tidaknya karet mudah menjadi ) terjadi pada ikatan rangkap molekul karet, yang akan berakhir dengan pemutusan ikatan rangkap karbon-karbon sehingga panjang rantai polimer semakin pendek.


(33)

lunak atau lengket jika lama disimpan atau dipanaskan. Hal ini berhubungan dengan vulkanisasi karet pada pembuatan batang jadi, agar diperoleh sifat bahan jadi karet. Tinggi rendahnya nilai PRI dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang digunakan dan proses pengolahan crumb rubber. Terdapatnya nilai PRI yang rendah, disebabkan karena terjadinya reaksi oksidasi pada karet. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya oksidasi pada karet antara lain adalah:

a. Sinar Matahari

Sinar matahari mengandung sinar ultraviolet yang menggiatkan terjadinya oksidasi pada karet apabila bahan baku lateks dan koagulum tekena langsung oleh sinar matahari, hal ini ditandai dengan mengeringnya kulit permukaan lateks dan koagulum.

b. Pengenceran lateks dan Koagulum (penggumpalan)

Pengenceran lateks dengan penambahan air yang terlalu banyak dan perendaman dengan air yang terlalu lama yang tujuannya untuk mencuci kotoran-kotoran yang melekat pada koagulum. Hal ini akan menurunkan konsentrasi zat-zat nonkaret didalam lateks seperti terlarutnya asam-asam amino yang berfungsi sebagai anti oksidasi dan dapat juga berfungsi sebagai bahan pemacu cepat pada pembuatan barang jadi karet yang selanjutnya menurunkan PRI pada karet.


(34)

c. Zat-zat pro-oksidasi (tembaga atau mangan)

Kandungan ion-ion logam seperti Cu, Mg, Mn, dan Ca berkolerasi dengan kadar abu didalam analisa karet.

Kadar abu diharapkan rendah karena sifat logam tembaga (Cu) dan mangan (Mn) adalah zat pro-oksidasi yang dalam bentuk ion merupakan katalis reaksi oksidasi pada karet sehingga dalam jumlah yang melewati batas konsentrasinya akan merusak mutu karet, sehingga oksidasi dipercepat dan mengakibatkan nilai PRI karet menjadi rendah.

d. Pengering karet

Penguraian molekul karet oleh reaksi oksidasi dapat pula terjadi bila karet dikeringkan terlalu lama dan temperatur pengeringan yang dipakai adalah 127o

Nilai PRI akan turun bila terjadi ikatan silang (Storage Hardening) didalam lateks kebun dan diantara butiran-butiran karet hasil pengeringan. Ikatan silang terjadi pada pembentukan gel secara perlahan-lahan sehingga butiran-butiran karet menjadi melendir dan lengket-lengket. Hal ini akan menyebabkan plastisitas karet Po karet, maka akan merubah nilai PRI karet sehingga menjadi turun (Kartowiryo, S. 1970).

C, dengan waktu pengeringan 2 - 4 jam tergantung pada jenis alat pengeringan.


(35)

2.5Po Rendah

Plastisitas awal (Po) menggambarkan kekuatan karet. Kegagalan pemenuhan syarat Po dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Bahan baku yang telah mengalami degradasi akibat perlakuan yang tidak tepat seperti perendaman dalam air, penggunaan formalin sebagai pengawet lateks kebun dan umur bahan olah yang terlalu lama dapat menyebabkan penurunan nilai Po.

Nilai Po rendah juga bisa disebabkan oleh pengeringan pada suhu terlalu tinggi (lebih dari 130 oC) dalam waktu yang lama dan pengeringan ulang karet yang kurang matang. Pemeraman dapat menyebabkan karet menjadi keras dengan disertai peningkatan nilai viskositas atau Po, serta penurunan PRI.

Nilai Po crumb rubber juga dipengaruhi oleh karakter bahan baku, yaitu lateks kebun. Jenis bahan penggumpal berpengaruh baik terhadap nilai Po maupun ketahan karet terhadap pengusangan (PRI). Lateks kebun dari klon yang berbeda memiliki nilai Po atau viskositas yang mungkin berbeda sebagaimana ditunjukkan oleh hasil penelitian pada table berikut.


(36)

Tabel 2.1. Mutu Crumb Rubber dan penyebabnya

Cacat mutu Faktor penyebab

Vm tinggi • Koagulum asal lateks beraroma tinggi

• Ukuran remah besar

• Suhu rendah

• Remahan menggumpal

Po rendah • Blending kurang baik

• Proporsi karet lunak terlalu tinggi

• Suhu terlalu tinggi

• Drying terlalu lama Ash tinggi • Bahan olah mutu rendah

• Tercampur tanah liat

• Burner kurang baik Kadar kotoran

tinggi atau bervariasi

• Blending kurang sepurna

• Pre- cleaning tidak efektif

• Bahan olah kualitas rendah

• Air pencuci kotor

• Jumlah pass di kreper kurang banyak

PRI rendah • Maturasi terlalu lama

• Bahan olah mutu rendah

• Karet teroksidasi atau terlalu lama terkena cahaya

• Suhu drying tinggi, lambat


(37)

2.6 Pengolahan Karet Bongkah SIR

Penilaian mutu secara spesifikasi teknis didasarkan pada hasil analisa dari beberapa syarat uji.

Tabel 2.2. Syarat Uji Mutu

Syarat uji untuk berbagai jenis mutu SIR

Spesifikasi (syarat mutu)

SIR 5

SIR 10 SIR 20 SIR 35 SIR 50

% % % % %

- Kadar kotoran 325 mesh(max) Ø 44 mikron

0,05 <0,08 0,20 0,35 0,50

- Kadar abu 0,50 <0,75 0,75 1,00 1,25 - Kadar zat

menguap

1,00 80 1,00 1,00 1,00

Yang ditetapkan untuk SIR yaitu penetapan : - Kadar kotoran

- Kadar abu

- Kadar zat menguap - Plasticity retention index


(38)

Karet yang berasal dari lateks biasanya mempunyai PRI yang tinggi, karena dalam lateks tersebut terdapat bahan- bahan anti oksidan. Tetapi dengan adanya variasi pada cara- cara pengolahan dapat mempengaruhi jumlah dan jenis anti oksidan dalam karet, sehingga PRI nya juga dapat berubah. Bila perbandingan antara pro oksidan dan anti oksidan berubah PRI juga akan berubah (Polhamus. 1962).

Secara singkat akan diuraikan di bawah ini faktor- faktor yang dapat mempengaruhi PRI:

a. Ion- ion logam

Ion- ion logam seperti Cu, Mn, dan Fe akan merangsang atau mempercepat degradasi karet pada waktu pemanasan.

Karena itu bahan olah yang terkontaminasi dengan logam- logam tersebut di atas akan menyebabkan rendahnya PRI (Kroschwitz. 1998).

b. Pencampuran dengan karet skim

Bila lump dicampur dengan karet skim maka SIR yang dihasilkan akan mempunyai nilai PRI yang rendah, karena karet skim mempunyai kadar Cu yang relative tinggi. Oleh karena itu pencampuran bahan olah SIR dengan karet skim tidak diperbolehkan. Adanya pencampuran karet skim ini biasanya dapat diduga jika kadar dalam SIR 0,7 %.


(39)

c. Jumlah ammonia

Untuk mempertahankan kestabilan, biasanya lateks diawetkan dengan ammonia. Bila lateks tersebut akan diolah menjadi SIR harus dijaga kadar ammonia tidak terlalu tinggi karena hal ini akan mengakibatkan turunnya nilai PRI. Di samping itu juga akan menambah kebutuhan asam untuk koagulasi.

d. Sinar matahari

Bahan mentah yang terkena sinar matahari langsung akan mengalami penurunan PRI secara drastic, karena sinar ultra violet yang terkandung dalam sinar matahari akan menggiatkan oksidasi. Penurunan PRI akan lebih besar jika lump yang disinari sudah kering.

Penyinaran lump mangkong (Cup Lump) kering selama 6 jam dapat menyebabkan penurunan PRI ±45%. Dengan alasan tersebut diatas, sedapat mungkin haruslah diusahakan agar bahan yang akan diolah menjadi SIR tidak terkena sinar matahari langsung,

f. Perendaman dan Penggilingan

Lump mangkok (Cup Lump) dan skrep biasanya direndam untuk membersihkan kotoran. Pada perendaman itu ternyata bukan hanya kotoran yang terbuang tetapi anti oksidan nya juga turut tercuci. Oleh karena itu sangat perlu dijaga agar perendaman lump atau skrep tidak lebih dari 3 hari agar PRI tidak terlalu rendah.


(40)

Untuk menurunkan kadar kotoran lump biasanya dilakukan penggilingan missal dengan pelletizer. Gesekan- gesekan yang timbul pada penggilingan itu dapat mengakibatkan menurunnya PRI. Biasanya penurunan itu tergantung dari kondisi bahan mentah dan peralatannya.

g. Perlakuan dengan bahan kimia

jika dianggap perlu, PRI dapat diperbaiki dengan cara merendam karet yang telah dibutirkan dengan bahan kimia. Bahan kimia yang dapat digunakan menaikkan PRI antara lain : Asam Fosfat, Asam Oksalat, dan Thiourea.


(41)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah salah satu Negara penghasil karet terbesar di dunia. Produk karet Indonesia adalah jenis karet remah (Crumb Rubber) yang dikenal sebagai karet Standar Indonesia Rubber (SIR) merupakan jenis karet alam padat yang diperdagangkan saat ini. Karet ini tergolong kedalam karet spesifikasi teknis, karena penilaian mutunya didasarkan pada sifat teknis dari parameter dan besaran nilai yang dipersyaratan dalam penetapan mutu karet (Anwar. 1987).

Jenis karet remah yang menggunakan bahan baku koagulan kebun digolongkan pada kualitas mutu karet tersebut, seperti SIR 3CV, SIR 3L, SIR 3WF, SIR 5, SIR 10, SIR 20, yang umumnya diproduksi dari bahan baku olahan koagulum. Bahan baku biasanya dipasok oleh suatu perkebunan besar yang bersifat teritegrasi secara baik antara pemasok bahan olahan dan pabrik pengolah (Kunardi. 1969).

Bahan baku untuk menghasilkan karet SIR 10 umumnya mudah dikendalikan dari segi mutu maupun kesinambungan pasokan bahan baku, karena telah terintegrasi secara baik, akan tetapi sebaliknya bahan baku yang berasal dari kebun rakyat sangat beragam dan banyak jumlahnya, keadaan ini mengakibatkan penanganan bahan olah


(42)

dilapangan umumnya masih sangat bervariasi sehingga kurang mendukung mutu karet.

Bahan baku utama yang digunakan pada pengolahan crumb rubber adalah

lump, cup lump dan slab. Cup Lump adalah lateks yang menggumpal atau telah terkoagulasi. Jika lateks menggumpal atau terkoagulasi di dalam mangkok penampung lateks disebut cup lump atau lump mangkok. Sedangkan slab merupakan lateks pekat yang membeku secara alami..

Lump merupakan koagulum yang terbentuk pada mangkok penampung lateks kebun beberapa saat setelah penyadapan. Menurut Standar Mutu yang kini berlaku, proses penggumpalan harus terjadi secara alami atau dengan koagulan yang baik. Mutu I diberlakukan untuk ketebalan tidak lebih dari 50 mm, mutu II diatas 50 sampai 100 mm, mutu III lebih dari 100 hingga 150 mm, ketebalan di atas 150 mm digolongkan sebagai mutu IV.

Slab adalah gumpalan (koagulum) yang berasal dari lateks kebun yang sengaja digumpalkan dengan asam semut dan dari lump mangkok segar yang direkatkan dengan atau tanpa lateks. Slab tipis tidak boleh dikotori oleh tatal sadap, kayu, daun, pasir dan benda asing lainnya. Jenis- jenis kontaminan tersebut hasil dari limbah padat yang dihasilkan dari pabrik Crumb Rubber.

Mutu bahan baku SIR umumnya ditentukan berdasarkan standar kebersihan bahan, kekeringan bahan, penanganan bahan sebelum dijual atau diolah dipabrik, cara pembekuan dan juga daerah asal (tumbuhnya karet). banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi mutu bahan baku ini, serta umumnya sumber bahan baku ini berasal


(43)

dari rakyat, maka variasi mutu bahan baku menjadi bervariasi. Bahan baku yang digunakan harus bebas dari kontaminasi fisik seperti bokar yang mengandung pasir, kerikil, tatal, ranting, daun-daun dan bekas-bekas tali (Anonim. 1972).

Selain itu, bahan baku juga harus bebas dari kontaminasi kimia seperti limbah kompon dan limbah vulkanisat yang berasal dari barang jadi lateks seperti sisa-sisa (reject) karet busa, sarung tangan, balon putih dan vulkanisat barang jadi lateks lainnya. Kontaminan yang bersifat kimiawi ini sepintas menyerupai tampilan bokar sehingga sulit terdeteksi secara kasat mata. Kontaminasi ini akan menyebabkan karet mudah teroksidasi, memperlemah elastisitas, menurunkan kekuatan tarik, dan ketahanan sobek dari vulkanisatnya (Kartowiryo. 1989).

Dari penjelasan uraian diatas jelas bahwa perbandingan bahan baku antara

Cup Lump dengan Slab berbeda dalam pemberian jumlah perbandingannya, hal tersebut berpengaruh dalam hasil mutu produksi karet SIR 10. Hal inilah yang membuat penulis berminat membahas, dimana hasil pembahasan diwujudkan dalam bentuk karya akhir dengan judul, Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump

Dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III.


(44)

1.2 Permasalahan

Dari permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil nilai PRI (Palsticiy Retention Index) dari jenis perbandingan bahan baku Cup Lump dengan Slab yang beragam yang menghasilkan mutu SIR 10.

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh perbandingan bahan baku Cup Lump dengan Slab

agar menghasilkan mutu produksi karet SIR 10.

2. Untuk mengetahui nilai PRI pada SIR 10 sesuai dengan data percobaan.

1.4 Manfaat

1. Memberikan pengetahuan pada penulis bagaimana hubungan antara variasi perbandingan antara bahan baku Cup Lump dengan Slab pada karet remah.

2. Memberikan pengetahuan pada penulis bagaimana hasil dari Plasticity Retention Index (PRI) yang terdapat pada bahan baku tersebut.


(45)

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP

DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI

TERHADAP MUTU CRUMB RUBBER SIR 10

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh bahan baku terhadap nilai PRI (Plasticity Retentuin Index) pada mutu Crumb Rubber. Dimana perbandingan dengan pencampuran bahan baku yang beragam yaitu, Cup Lump : Slab “ 2:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 3:2” dan Slab : Cup Lump “ 2:1 ; 3:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 2:3.

Hasil yang diperoleh dari pengujian PRI (Plasticity Retention Index) dengan perbandingan bahan baku yang berbeda memperoleh angka 61 – 88 %, dimana hasil yang diperoleh dari setiap perbandingan tersebut telah memenuhi standar mutu SIR.


(46)

COMPARISON OF THE EFFECT OF RAW MATERIALS CUP

LUMP WITH SLAB PRI (PLASTICITY RETENTION INDEX)

TO GET VALUE OF CRUMB RUBBER QUALITY SIR 10

IN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

ABSTRACT

Experiments have been conducted to determine the effect of raw material to the value of PRI (Plasticity Retention Index) on the quality Crumb Rubber. Where compared with mixing various raw materials. Namely, Cup Lump : Slab “ 2:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 3:2 and Slab : Cup Lump “2:1 ; 3:1 ;4:1 ;5:1 ; 2:3.

The results obtained from testing the PRI (plasticity Retention Index) by comparison of different raw materials scored 61-88%, where the results obtained from each of these comparisons have met quality standard SIR.


(47)

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP

DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI

(PLASTICITY RETENTION INDEX) TERHADAP

MUTU CRUMB RUBBER SIR 10 DI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

TUGAS AKHIR

AMELIA ANJANI SINAGA

102401034

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA

DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(48)

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP

DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI

(PLASTICITY RETENTION INDEX) TERHADAP

MUTU CRUMB RUBBER SIR 10 DI

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat Memperoleh Ahli Madya

AMELIA ANJANI SINAGA 102401034

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KIMIA DEPARTEMEN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(49)

PERSETUJUAN

Judul : Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump

dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

Kategori : Tugas Akhir

Nama : Amelia Anjani Sinaga

Nomor Induk Mahasiswa : 102401034

Program Studi : Diploma 3 Kimia

Departemen : Kimia

Fakultas : Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Disetujui di

Medan, Juni 2013

Program Studi D3 Kimia

Ketua, Pembimbing

Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si Dr. Adil Ginting, M.Sc

NIP. 195512181987012001 NIP. 195307041980031002

Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

Dr. Rumondang Bulan, MS NIP. 195408301985032001


(50)

PERNYATAAN

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI (PLASTICITY RETENTION

INDEX) TERHADAP MUTU CRUMB RUBBER SIR 10 DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

TUGAS AKHIR

Saya mengakui bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri.kecuali beberapa dari ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2013

AMELIA ANJANI SINAGA 102401034


(51)

PENGHARGAAN

Bismillaahhirrohmaanirrohiim,

Alhamdulillaahi Robbil aalamiin Penulis ucapkan sebagai suatu ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT yang Maha Esa atas kuasanya yang tetap mencurahkan berkah, rahmat, nikmat kesehatan jasmani dan rohani. Shalawat dan salam Penulis hanturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah mengemban risalah dan mengalirkan nilai-nilai islam dalam rangkaian tarbiah kepada seluruh umat. Alhamdulillah tidak habisnya Penulis ucapkan rasa syukur, Atas ridho Allah SWT Penlis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump Dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10.

Terimakasih penulis sampaikan kepada Dr. Adil Ginting, M.Sc selaku pembimbing yang telah meluangkan waktunya selama penyusunan Tugas Akhir ini. Terimakasih kepada Dr. Rumondang, M.S dan Drs. Albert Pasaribu, M.Sc selaku Ketua Departemen dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA-USU Medan, Dra. Emma Zaidar Nasution, M.Si selaku Ketua Program Studi D3 Kimia, Dekan dan Pembantu Dekan FMIPA USU, seluruh Staff dan Dosen Kimia FMIPA USU, pegawai FMIPA USU dan rekan- rekan kuliah. Akhirnya tidak terlupakan kepada Bapak, Ibu dan Keluarga yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan, serta orang- orang terdekat saya. Semoga Tuhan Yang Maha Esa akan membalasnya.


(52)

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP

DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI

TERHADAP MUTU CRUMB RUBBER SIR 10

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh bahan baku terhadap nilai PRI (Plasticity Retentuin Index) pada mutu Crumb Rubber. Dimana perbandingan dengan pencampuran bahan baku yang beragam yaitu, Cup Lump : Slab “ 2:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 3:2” dan Slab : Cup Lump “ 2:1 ; 3:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 2:3.

Hasil yang diperoleh dari pengujian PRI (Plasticity Retention Index) dengan perbandingan bahan baku yang berbeda memperoleh angka 61 – 88 %, dimana hasil yang diperoleh dari setiap perbandingan tersebut telah memenuhi standar mutu SIR.


(53)

COMPARISON OF THE EFFECT OF RAW MATERIALS CUP

LUMP WITH SLAB PRI (PLASTICITY RETENTION INDEX)

TO GET VALUE OF CRUMB RUBBER QUALITY SIR 10

IN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

ABSTRACT

Experiments have been conducted to determine the effect of raw material to the value of PRI (Plasticity Retention Index) on the quality Crumb Rubber. Where compared with mixing various raw materials. Namely, Cup Lump : Slab “ 2:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 3:2 and Slab : Cup Lump “2:1 ; 3:1 ;4:1 ;5:1 ; 2:3.

The results obtained from testing the PRI (plasticity Retention Index) by comparison of different raw materials scored 61-88%, where the results obtained from each of these comparisons have met quality standard SIR.


(54)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 4

1.4. Manfaat 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Perkembangan Karet 5

2.2. Bahan Baku Crumb Rubber 7

2.2.1. Slab 7

2.2.2. Getah Mangkok (Cup Lump) 8

2.2.3. Lump dan Slab 8

2.3. Proses Pengolahan Crumb Rubber 9

2.4. Plasticity Retention Index (PRI) 21

2.5 Po Rendah 24

2.6. Pengolahan Karet Bongkah SIR 26

Bab 3. Metode Penelitian 3.1. Alat- Alat 30

3.2. Bahan- Bahan 30

3.3. Prosedur Penelitian 30

3.3.1. Pembuatan Sampel Exblending 30

3.3.2. Penentuan PRI 31


(55)

Bab 4. Data dan Pembahasan

4.1. Data Percobaan 34

4.1.1. Penentuan Nilai PRI 35

4.2. Pembahasan 38

Bab 5. Kesimpulan dan saran

5.1. Kesimpulan 39

5.2. Saran 40


(56)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1. Mutu Crumb Rubber dan Penyebabnya 24

2.2. Syarat Uji Mutu 25

4.1. Perbandingan Bahan Baku 33

4.2. Pengujian Po/ PRI 34


(57)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1. Bahan Baku Slab 7

2. Bahan Cup Lump 8

3. Alat Wallace Punch 30

4. Alat Plastimeter 30


(1)

PENGARUH PERBANDINGAN BAHAN BAKU CUP LUMP

DENGAN SLAB UNTUK MENDAPATKAN NILAI PRI

TERHADAP MUTU CRUMB RUBBER SIR 10

DI PT.PERKEBUNAN NUSANTARA III

ABSTRAK

Telah dilakukan percobaan untuk mengetahui pengaruh bahan baku terhadap nilai PRI (Plasticity Retentuin Index) pada mutu Crumb Rubber. Dimana perbandingan dengan pencampuran bahan baku yang beragam yaitu, Cup Lump : Slab “ 2:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 3:2” dan Slab : Cup Lump “ 2:1 ; 3:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 2:3.

Hasil yang diperoleh dari pengujian PRI (Plasticity Retention Index) dengan perbandingan bahan baku yang berbeda memperoleh angka 61 – 88 %, dimana hasil yang diperoleh dari setiap perbandingan tersebut telah memenuhi standar mutu SIR.


(2)

COMPARISON OF THE EFFECT OF RAW MATERIALS CUP

LUMP WITH SLAB PRI (PLASTICITY RETENTION INDEX)

TO GET VALUE OF CRUMB RUBBER QUALITY SIR 10

IN PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

ABSTRACT

Experiments have been conducted to determine the effect of raw material to the value of PRI (Plasticity Retention Index) on the quality Crumb Rubber. Where compared with mixing various raw materials. Namely, Cup Lump : Slab “ 2:1 ; 4:1 ; 5:1 ; 3:2 and Slab : Cup Lump “2:1 ; 3:1 ;4:1 ;5:1 ; 2:3.

The results obtained from testing the PRI (plasticity Retention Index) by comparison of different raw materials scored 61-88%, where the results obtained from each of these comparisons have met quality standard SIR.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan i

Pernyataan ii

Penghargaan iii

Abstrak iv

Abstract v

Daftar Isi vi

Daftar Tabel viii

Daftar Lampiran ix

Bab 1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1

1.2. Permasalahan 3

1.3. Tujuan 4

1.4. Manfaat 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka 2.1. Sejarah Perkembangan Karet 5

2.2. Bahan Baku Crumb Rubber 7

2.2.1. Slab 7

2.2.2. Getah Mangkok (Cup Lump) 8

2.2.3. Lump dan Slab 8

2.3. Proses Pengolahan Crumb Rubber 9

2.4. Plasticity Retention Index (PRI) 21

2.5 Po Rendah 24

2.6. Pengolahan Karet Bongkah SIR 26

Bab 3. Metode Penelitian 3.1. Alat- Alat 30

3.2. Bahan- Bahan 30

3.3. Prosedur Penelitian 30

3.3.1. Pembuatan Sampel Exblending 30

3.3.2. Penentuan PRI 31


(4)

Bab 4. Data dan Pembahasan

4.1. Data Percobaan 34

4.1.1. Penentuan Nilai PRI 35

4.2. Pembahasan 38

Bab 5. Kesimpulan dan saran

5.1. Kesimpulan 39

5.2. Saran 40


(5)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel

2.1. Mutu Crumb Rubber dan Penyebabnya 24

2.2. Syarat Uji Mutu 25

4.1. Perbandingan Bahan Baku 33

4.2. Pengujian Po/ PRI 34


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran

1. Bahan Baku Slab 7

2. Bahan Cup Lump 8

3. Alat Wallace Punch 30

4. Alat Plastimeter 30


Dokumen yang terkait

Penentuan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Crumb Rubber Berdasarkan Perbedaan Pencampuran Bahan Baku Compo Dan Slab Di PT. Perkebunan Nusantara III

5 95 50

Perlakuan Pengeringan Bahan Baku Karet Remah Untuk Mendapatkan Nilai Pri Sesuai Dengan Parameter Mutu Karet Sir 10 Di PT. Bridgestone Sumatra Rubber Estate - Dolok Merangir

7 54 44

Penentuan Suhu Optimum Bandela Sebelum Proses Pengepakkan Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT.Perkebunan Nusantara III

0 10 44

Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

0 0 11

Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

0 0 2

Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

0 1 4

Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

0 1 25

Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

0 0 1

Pengaruh Perbandingan Bahan Baku Cup Lump dengan Slab Untuk Mendapatkan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Terhadap Mutu Crumb Rubber SIR 10 Di PT. Perkebunan Nusantara III

0 0 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA - Penentuan Nilai PRI (Plasticity Retention Index) Crumb Rubber Berdasarkan Perbedaan Pencampuran Bahan Baku Compo Dan Slab Di PT. Perkebunan Nusantara III

0 0 21