Belum Ada Standar Perjanjian Repo Master Repo Agreement Yang

Seringkali di dalam praktek Pasar Modal Perusahan Efek bertindak sebagai Penjual, padahal sebenarnya Perusahaan Efek hanya menjadi perantara saja. Tujuan Pembeli Efek melakukan Force Sell adalah agar Pembeli tidak ikut merugi akibat penurunan harga saham. Apabila batasan Rasio Transaksi sebagaimana dijelaskan tadi telah terlewati dan nasabahPembeli tidak mau melakukan top up, maka Pembeli memiliki hak penuh untuk melakukan Force Sell. Jadi, Force Sell bukan suatu aksi yang melanggar mekanisme pasar modal. Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur hak dan kewajiban Pembeli dan Penjual di dalam suatu Perjanjian Repo saham mengingat di dalam Transaksi Repo tidak hanya transaksi jual beli biasa namun terdapat resiko hutang piutang apabila Penjual tidak dapat membeli kembali Saham sesuai dengan harga dan waktu yang telah disepakati bersama dengan Pembeli.

C. Belum Ada Standar Perjanjian Repo Master Repo Agreement Yang

Berlaku Di Pasar Modal Indonesia dan Peraturan Mengenai Transaksi Repo Salah satu kendala transaksi repo adalah tidak adanya standard master agreement antar para pelaku pasar. Karena tidak ada aturan jelas, pelaku pasar membuat perjanjian secara bilateral. Hal ini dapat mengakibatkan perlindungan hukum terhadap para pihak sering menjadi tidak jelas. Dan seringkali yang sangat dirugikan adalah nasabahinvestor. Oleh karena itu sangat penting untuk mengatur hak dan kewajiban Pembeli dan Penjual di dalam suatu Perjanjian Repo yang mengikat kedua belah pihak secara sah mengingat di dalam Transaksi Repo atau Jual Beli Dengan Hak Universitas Sumatera Utara Membeli Kembali tidak hanya transaksi jual beli biasa namun terdapat resiko hutang piutang apabila Penjual tidak dapat membeli kembali Saham sesuai dengan harga dan waktu yang telah disepakati bersama dengan Pembeli. Hal-hal yang seyogyanya akan diatur dalam standar master repo agreement ini antara lain: 215 Tentu tidak semua nasabah bisa melakukan top up. Situasi ini menciptakan potensi terjadinya Force Sell secara massal. Alasannya adalah sekuritas yang hendak melakukan Force Sell, pasti akan mencari harga tertinggi di pasar guna mencegah agar nilai Force Sell tersebut tidak melebihi nilai jaminan yang diberikan nasabah di rekening marjin sehingga seluruh utang nasabah bisa ditutupi. Hal ini adalah pola pikir yang sama di atas ada dalam benak semua sekuritas yang 1. proteksi bagi kedua belah pihak; 2. kewajiban menempatkan saham-saham yang digadaikan dalam custodian 3. serta mengatur masalah keterbukaan bentuk transaksi termasuk suku bunga repo repo rate yang digunakan sebagai acuan. Kendala lain adalah tidak ada peraturan yang tegas mengatur transaksi Repo Saham serta mekanisme batasan rasio jaminan atau bentuk-bentuk perjanjian lainnya yang terkait dengan transaksi Repo belum memiliki bentuk acuan umum yang diberikan secara resmi oleh otoritas bursa. Misalnya saja Force Sell sering dianggap sebagai faktor yang dapat memperburuk keadaan ketika kondisi pasar sedang dalam kondisi penurunan tajam. 215 “Standarisasi Perjanjian Repo Oleh Bapepam”, www.detikfinance.com, diakses tanggal 2 Agustus 2010. Universitas Sumatera Utara hendak melakukan Force Sell. Tentu sekuritas-sekuritas harus menjual saham yang akan di-Force Sell secara cepat, sebelum didahului oleh sekuritas lain. Penurunan pasar yang berlarut-larut, harga terbaik untuk menjual saham- saham yang akan di-Force Sell tersebut adalah mendekati pembukaan pasar. Sebab, dalam tren penurunan, diasumsikan harga sudah akan menurun di tengah perdagangan.Situasi ini yang kemudian menyebabkan melonjaknya posisi jual secara masif pada pembukaan perdagangan. Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan harga-harga saham mengalami koreksi cepat di awal perdagangan. Force Sell massal di tengah tren penurunan memang sekilas terlihat sebagai faktor yang mendorong kejatuhan pasar. Namun sebenarnya itu merupakan konsekuensi atas adanya fasilitas transaksi Repo. Jadi tidak dilakukan secara sepihak oleh sekuritas sehingga menjadi dianggap melanggar. Semuanya tergantung pada Perjanjian antar nasabah dengan Perusahaan Efek. Hal ini terkadang membuat sebagian nasabah kesulitan, karena mekanisme Transaksi Repo di Perusahaan Efek berbeda dengan Perusahaan Efek lainnya.

D. Perlindungan Investor Yang Melakukan Transaksi Repo