Kelayakan pengembangan usaha pembibitan ayam kampung pada warso unggul gemilang di kabupaten Bogor

KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN
AYAM KAMPUNG PADA WARSO UNGGUL
GEMILANG DI KABUPATEN BOGOR

HARYANI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

2

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kelayakan
Pengembangan Usaha Pembibitan Ayam Kampung pada Warso Unggul Gemilang
di Kabupaten Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi

pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Haryani
NIM H34124024

*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

ii

ABSTRAK
HARYANI. Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Ayam Kampung pada
Warso Unggul Gemilang di Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh YANTI
NURAENI MUFLIKH.
Permintaan pasar ayam kampung yang tinggi memberikan peluang terhadap

pengembangan bisnis pembibitannya. Pengembangan usaha dilakukan untuk
meningkatkan produktivitas ayam kampung melalui penggunaan teknologi
modern, sehingga penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kelayakan
pengembangan usaha dengan penerapan mekanisasi produksi dan mengukur
kepekaan bisnis pada skala 20 000 ekor indukan. Metode analisis yang digunakan
adalah metode analisis nonfinansial dan finansial. Analisis nonfinasial dilakukan
berdasarkan penilaian terhadap aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen,
aspek hukum, aspek sosial dan lingkungan. Analisis finansial dilakukan
berdasarkan kriteria penilaian investasi berupa Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C) dan Payback Period (PP).
Analisis kepekaan bisnis digunakan untuk mengukur batas perubahan peningkatan
harga pakan dan penurunan harga DOC. Hasil analisis menunjukkan bahwa usaha
pembibitan ayam kampung dengan pengembangan memberikan manfaat lebih
besar daripada tanpa pengembangan. Pengembangan bisnis sebaiknya diterapkan
oleh Warso Unggul Gemilang.
Kata kunci: kelayakan usaha, pengembangan usaha, pembibitan, ayam kampung

ABSTRACT
HARYANI. Business Development Feasibility of Chicken Breeding in Warso
Unggul Gemilang in Bogor. Supervised by YANTI NURAENI MUFLIKH.

Market demand is high provide opportunities for business development
breeding free-range chicken. Business development is done to increase
productivity of free-range chicken through the use of modern technology, so this
research was conducted to analyze business development feasibility with
application of production mechanization and measuring business sensitivity on a
scale 20 000 parent tail. Analysis method has been used is nonfinancial analysis
and financial analysis. The analysis was done based on nonfinancial analysis
such as market aspects, technical aspects, management aspects, legal aspects,
social and environment aspects. Financial analysis is based on the assessment
criteria of investment such as Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), and Payback Period (PP). Analysis of
sensibility business used to measure the changes increased the price of feed and
DOC prices decreased. Results of analysis showed that business of free-range
chicken breeding with development of greater benefit than without development.
Business development should be applied by Warso Unggul Gemilang.
Keywords: business feasibility, business development, breeding, free-renge
chicken

iii


KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA PEMBIBITAN
AYAM KAMPUNG PADA WARSO UNGGUL
GEMILANG DI KABUPATEN BOGOR

HARYANI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

iv


2

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2014 ini adalah kelayakan bisnis,
dengan judul Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Pembibitan Ayam
Kampung pada Warso Unggul Gemilang di Kabupaten Bogor.
Terimakasih penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta, atas segala
limpahan do’a dan kasih sayangnya. Ungkapan terimakasih juga penulis
sampaikan kepada Yanti Nuraeni Muflikh, SP.MAgribus selaku dosen
pembimbing. Selain itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Toro,
Bapak Muchaeri, dan para karyawan yang bekerja di Warso Unggul Gemilang
serta lainnya yang telah membantu penulis selama penelitian.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Haryani

i


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan pada Usahaternak Unggas
Kelayakan Usahaternak Unggas
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data

Metode Analisis Data
Aspek Non Finansial
Aspek Finansial
Analisis Switcing Value
Asumsi Dasar
GAMBARAN UMUM WARSO UNGGUL GEMILANG
ANALISIS KELAYAKAN NON FINANSIAL
Aspek Pasar Skenario I
Aspek Pasar Skenario II
Aspek Teknis Skenario I
Aspek Teknis Skenario II
Aspek Manajemen Skenario I
Aspek Manajemen Skenario II
Aspek Hukum Skenario I
Aspek Hukum Skenario II
Aspek Sosial dan Budaya Skenario I
Aspek Sosial dan Budaya Skenario II
Aspek Lingkungan Skenario I
Aspek Lingkungan Skenario II
ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Analisis Finansial Skenario I
Analisis Finansial Skenario II
Perbandingan Usaha Skenario I dan Skenario II
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

I
ii
IIii
iii
III
1
1
4
10
10
10
11
11

11
15
15
20
22
22
22
22
23
23
25
27
28
30
33
33
38
40
46
48

50
52
52
53
53
54
55
56
56
76
82
83
83
84

ii

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP


85
87
104

DAFTAR TABEL
1 Populasi ternak di Indonesia pada tahun 2013
2 Populasi ayam kampung tiga besar di Indonesia tahun 2011-2013
3 Perkembangan populasi ayam di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013
4 Perkembangan produk ayam kampung di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013
5 Jumlah permintaan & penawaran DOC Warso Unggul Gemilang satu tahun
6 Metode penelitian di Warso Unggul Gemilang tahun 2014
7 Hasil analisis kelayakan aspek pasar pada Warso Unggul Gemilang
8 Hasil analisis kelayakan aspek teknis pada Warso Unggul Gemilang
9 Hasil analisis kelayakan aspek manajemen pada Warso Unggul Gemilang
10 Hasil analisis aspek hukum pada Warso Unggul Gemilang
11 Hasil analisis kelayakan aspek sosial dan budaya Warso Unggul Gemilang
12 Hasil analisis aspek lingkungan Warso Unggul Gemilang
13 Biaya investasi per tahun Warso Unggul Gemilang skenario I
14 Harga pakan Warso Unggul Gemilang tahun 2014
15 Penggunaan vaksin di Warso Unggul Gemilang Tahun 2014 per kandang
16 Kebutuhan vitamin herbal pada Warso Unggul Gemilang per hari
17 Penggunaan biosecurity pada Warso Unggul Gemilang per tahun
18 Kebutuhan box kemas Warso Unggul Gemilang per tahun pada skenario I
19 Kriteria kelayakan Warso Unggul Gemilang pada skenario I
20 Hasil switching value Warso Unggul Gemilang pada skenario I
21 Kriteria kelayakan Warso Unggul Gemilang pada skenario II
22 Hasil switching value Warso Unggul Gemilang pada skenario II
23 Resume hasil analisis pada skenario I dan skenario II

1
2
2
33
5
23
39
48
51
52
54
55
69
71
71
72
72
73
74
76
80
81
83

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran operasional rencana pengembangan usaha
2 Saluran kegiatan produksi pada Warso Unggul Gemilang
3 DOC ayam kampung hasil produki Warso Unggul Gemilang
4 Alur distribusi produk DOC ayam kampung Warso Unggul Gemilang
5 Layout/denah Warso Unggul Gemilang pada skenario I
6 Layout/denah Warso Unggul Gemilang pada skenario II
7 Struktur organisasi Warso Unggul Gemilang skenario I tahun 2014
8 Struktur organisasi Warso unggul gemilang pada skenario II
9 Kandang produksi ayam kampung milik Warso Unggul Gamilang
10 Kondisi ayam kampung di kandang karantina Warso Unggul Gemilang
11 Ruang pengemasan DOC ayam kampung pada Warso Unggul Gemilang
12 Ruang gudang pada Warso Unggul Gemilang
13 Ruang biosecurity pada Warso Unggul Gemilang
14 Alat pemanas untuk DOC pada Warso Unggul Gemilang

21
32
37
37
45
47
49
51
69
61
69
62
69
64

iii

15 Egg tray pada Warso Unggul Gemilang
16 Fasilitas transportasi milik Warso Unggul Gemilang
17 Keranjang panen DOC pada Warso Unggul Gemilang
18 Indukan ayam kampung milik Warso Unggul Gemilang
19 Hubungan NPV dan discount rate pada skenario I
20 Penggunaan teknologi modern pada ayam ras petelur milik Asia Farm
21 Hubungan NPV dan discount rate pada skenario II

69
66
69
67
75
77
81

DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan HPP DOC ayam kampung Warso Unggul Gemilang skenario I 87
2 Perhitungan HPP DOC ayam kampung Warso Unggul Gemilang skenario II 87
3 Perhitungan investasi dan nilai sisa Warso Unggul Gemilang skenario I
8891
4 Laporan laba/rugi Warso Unggul Gemilang skenario I
8995
5 Arus kas Warso Unggul Gemilang skenario I
95
6 Perhitungan investasi dan nilai sisa Warso Unggul Gemilang skenario II
95
7 Laporan laba/rugi Warso Unggul gemilang skenario II
96
8 Proyeksi arus kas Warso Unggul Gemilang skenario II
99

iv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ayam kampung merupakan ayam jenis lokal asli Indonesia. Keunggulan
yang dimiliki dalam melakukan usaha ayam kampung menurut Krista dan
Harianto (2013) ialah peluang pasar yang besar dan berkesinambungan, peternak
yang membudidayakan secara intensif jumlahnya sedikit, harga jual tinggi dan
relatif stabil, semakin lama pemeliharaan maka harga jual akan semakin mahal,
untung besar dari sedikit populasi, relatif tahan terhadap beberapa penyakit dan
memiliki kebanggaan beternak unggas lokal.
Keunggulan ayam kampung lainnya terlihat dari tingkat mortalitas yang
lebih rendah jika dibandingkan dengan ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.
Tingkat mortalitas ayam ras pedaging dalam kondisi yang baik menurut
Pangestika (2011) berkisar antara dua hingga tiga persen sedangkan untuk tingkat
mortalitas ayam ras petelur menurut Medion (2011) rata-rata mencapai empat
hingga tujuh persen. Tingkat mortalitas pada ayam kampung lebih rendah
daripada keduanya, yakni berkisar antara 0.5 persen hingga satu persen
(Pangestika 2011) dalam kondisi baik. Tingkat mortalitas ayam kampung yang
lebih rendah daripada ayam jenis lainnya menunjukkan bahwa risiko kematian
ayam kampung lebih rendah.
Subsektor peternakan ayam kampung dapat dikembangkan guna memenuhi
kebutuhan pangan hewani masyarakat di Indonesia. Peternakan ayam kampung
dapat dikembangkan di seluruh Indonesia, karena keunggulan yang dimilikinya.
Secara keseluruhan populasi ternak di Indonesia pada tahun 2013 dapat dilihat
pada Tabel 1.

N
o
1
2
3
4

Tabel 1 Populasi ternak di Indonesia pada tahun 2011-2013
Rata-rata
Jumlah populasi (ekor)
pertumbuhan/
Jenis ternak
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013
tahun (%)

Sapi potong
27 086
25 802
Sapi perah
8 973
9 487
Kerbau
23 696
23 563
Kambing PE
5 097
6 139
Kambing non PE
118 889
124 710
5 Domba
221 873
214 408
6 Babi
4 102
3 895
7 Ayam Ras Petelur
4 438 536
4 580 155
8 Ayam Ras Pedaging 17 175 302 17 684 762
9 Ayam Ras Pembibit
1 044 275
1 756 525
10 Ayam Kampung
1 436 530
1 546 554
11 Itik
176 174
163 284
Sumber: Direktorat Jenderal Peternakan, 2014

34 392
9 526
24 088
6 327
107 865
203 373
3 556
4 952 394
19 783 144
1 868 812
1 747 292
170 323

14.28 %
3.07 %
0.83 %
11.75 %
-4.31 %
-4.26 %
-6.87 %
5.66 %
7.42 %
37.30 %
10.32 %
-1.50 %

2

Tabel 1 menunjukkan bahwa ayam kampung menempati peringkat kedua
terbesar untuk populasi ternak terbanyak di Indonesia. Kebijakan pemerintah
untuk menjadikan unggas termasuk ayam kampung sebagai penyedia daging
dimaksudkan untuk pemenuhan protein hewani bagi penduduk di Indonesia, hal
ini sesuai dengan Undang-Undang No 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan
Kesehatan Hewan.
Sentra ayam kampung di Indonesia tersebar di wilayah Jawa Tengah, Jawa
Timur, Jawa Barat dan beberapa wilayah lainnya. Ketiga provinsi tersebut
memiliki pertumbuhan populasi ayam kampung terbesar di Indonesia, sesuai
dengan Tabel 2. Tabel 2 menunjukkan bahwa Jawa Barat menempati urutan
ketiga terbesar di Indonesia berdasarkan pertumbuhan populasi ayam kampung.
Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang menjadi
sentra ayam kampung, sesuai dengan daftar wilayah sentra peternakan yang
dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Pertumbuhan populasi ayam
kampung di Kabupaten Bogor dibandingkan dengan ternak unggas lainnya
tergolong cukup tinggi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 2 Populasi ayam kampung tiga besar di Indonesia (ribu ekor) tahun 2011-2013
Wilayah
Tahun 2011
Tahun 2012
Tahun 2013
Rata-rata
Jawa Tengah
38,296
39,486
40,112
39,298
Jawa Timur
29,310
29,750
29,131
29,397
Jawa Barat
27,396
27,305
26,739
27,147
Sumber: BPS (2014)
Tabel 3 Perkembangan populasi ayam di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013
Rata-rata
Jumlah populasi (ekor)
pertumbuhan/
No Jenis ternak
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 tahun (%)
1 Ayam Ras Petelur
4 438 536
2 Ayam Ras Pedaging
17 175 302
3 Ayam Ras Pembibit
1 044 275
4 Ayam Buras/Kampung
1 436 530
Sumber: Disnakan Kab Bogor (2014)

4 580 155
17 684 762
1 756 525
1 546 554

4 952 394
19 783 144
1 868 812
1 747 292

5.66
7.42
37.30
10.32

Tabel 3 menunjukkan bahwa ayam kampung di Kabupaten Bogor
merupakan ternak yang pertumbuhannya termasuk besar jika dibandingkan ternak
unggas lainnya. Pertumbuhan populasi ayam kampung di Kabupaten Bogor
menempati urutan kedua terbesar setelah ayam ras pembibit. Selain itu jumlah
populasi dari ayam kampung selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal
tersebut menunjukkan bahwa terdapat upaya peningkatan populasi ayam
kampung. Pertumbuhan populasi ayam kampung di Kabupaten Bogor tertera pada
Tabel 3 serta pertumbuhan produksi daging ayam kampung dan telurnya yang
tertera pada Tabel 4 juga mengindikasikan peningkatan jumlah peternak ayam
kampung maupun jumlah ayam kampung yang diusahakan oleh peternak.

3

Tabel 4 Perkembangan produk ayam kampung di Kabupaten Bogor tahun 2011-2013
Jenis produk
Tahun
Daging (ekor)
Telur (butir)
2011
886 453
17 620 020
2012
955 346
18 969 540
2013
1 179 218
21 431.00 720
Rata-rata Pertumbuhan/tahun (%)
15.60
10.32
Sumber: Disnakan Kab Bogor (2014)

Tabel 4 menunjukkan bahwa produk daging dan telur ayam kampung di
Kabupaten Bogor selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, hal tersebut
menjadi bukti bahwa terdapat upaya untuk meningkatkan produksi ayam kampung
baik dari daging maupun telurnya. Permintaan ayam kampung di Kabupaten
Bogor terlihat dari jumlah populasi penduduk di Kabupaten Bogor pada tahun
2013 sebanyak 5 644 263 dengan konsumsi ayam kampung perkapita sebanyak
0.205 kg per tahun, setiap satu ekor diasumsikan 1 kg, maka untuk memenuhi
kebutuhan konsumen di Kabupaten Bogor diperlukan tambahan ayam kampung
sebanyak 1 161 174 ekor. Selain itu perkembangan pasar ayam kampung di
Kabupaten Bogor terlihat dari salah satu peternak ayam kampung di Kabupaten
Bogor, sebanyak 500 ekor ayam kampung yang diproduksinya selalu terserap
pasar. Permintaan telur ayam kampung pun pada salah satu usaha pembibitan di
Kabupaten Bogor sebanyak 660 butir per hari selalu diserap pasar. Krista dan
Harianto (2013) juga menyebutkan besarnya peluang pasar ayam kampung
tergambar dari salah satu kelompok pembudidaya ayam kampung berskala besar
di Jawa Barat. Permintaan yang ada mencapai 35 000 ekor per bulan, namun
hanya mampu dipenuhi sebesar 25 persen. Hal tersebut menunjukkan adanya gap
antara permintaan dan penawaran akan produk ayam kampung, gap tersebut dapat
menjadi peluang para peternak untuk meningkatkan produksinya.
Pemenuhan peluang pasar ayam kampung dapat dilakukan melalui
peningkatan produksinya, peningkatan produksi ayam kampung diikuti dengan
peningkatan permintaan terhadap day old chick (DOC) ayam kampung. DOC
merupakan ayam yang memiliki umur satu hari. DOC berkualitas baik memiliki
kemampuan hidup yang tinggi saat dilakukan pembesaran. Peternak ayam
kampung membutuhkan tambahan input berupa DOC ayam kampung dalam
memenuhi permintaan produksinya. Komoditas DOC ayam kampung ini
merupakan sub sistem hulu dalam sistem agribisnis, sehingga diperlukan sebagai
penyedia input bagi sistem agribisnis on farm. Usaha on farm berasal dari
peternak ayam kampung pedaging maupun petelur. Peluang pasar yang cukup
besar tersebut juga menjadi peluang potensial bagi usaha pembibitan DOC ayam
kampung. DOC ayam kampung berkualitas tinggi diperoleh dari serangkaian
proses produksi yang baik sesuai standar operasional pembibitan.
Pembibitan ayam kampung secara tradisional atau secara alami dipandang
tidak dapat meningkatkan kualitas DOC dan jumlah DOC yang dihasilkan. Oleh
karena itu ada dua alternatif pengembangan usaha pembibitan ayam kampung,
yaitu penggunaan teknologi konvensional dan penggunaan teknologi modern.
Teknologi konvensional yang sering dikembangkan dalam pembibitan ayam
kampung yaitu kandang bambu tipe terbuka, mesin yang digunakan manual
hingga semi otomatis, investasi tidak terlalu besar, keterlibatan tenaga kerja

4

tinggi, serta pengawasan yang tidak mudah, sesuai dengan penelitian Wibowo dan
Sartika (2010). Sedangkan teknologi modern biasanya menggunakan alat yang
serba otomatis dalam pelaksanaannya, pada usaha pembibitan ayam kampung
teknologi modern yang digunakan biasanya kandang tipe tertutup, dilengkapi
dengan alat pemberi makan dan minum otomatis, collecting telur otomatis,
pembersihan kotoran otomatis, penggunaan mesin tetas setter dan hatcher secara
otomatis, serta penerapan kawin suntik atau inseminasi buatan (IB).
Teknologi konvensional memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu
modal tidak terlalu besar, dapat dilakukan oleh peternak kecil, pengawasan mutu
sulit, banyak menggunakan tenaga kerja, dan memerlukan tempat yang luas
karena kapasitasnya yang sedikit. Selain itu teknologi modern memiliki beberapa
kelebihan, yaitu pengawasan mutu yang lebih mudah, dapat menghasilkan jumlah
DOC relatif lebih banyak, dapat menekan jumlah produk afkir, dapat diusahakan
pada luasan yang terbatas namun dengan skala besar, dan penggunakan tenaga
kerja yang relatif lebih sedikit, sedangkan kelemahannya yaitu diperlukan biaya
yang besar, diperlukan tenaga ahli, dan kapasitas listrik yang tinggi. Selain itu,
waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan DOC pada usaha pembibitan dengan
menggunakan teknologi modern dapat berlangsung lebih cepat. Proses pembibitan
ayam kampung dengan pemanfaatan teknologi modern jarang dilakukan hingga
saat ini karena membutuhkan investasi yang besar dan modal yang dikeluarkan
akan kembali dalam beberapa tahun1. Investasi yang dikeluarkan mencapai
ratusan juta rupiah bahkan lebih, sedikitnya jumlah pengusaha yang bergerak di
pembibitan ayam kampung berteknologi justru membuka peluang bagi pengusaha
yang memiliki modal besar.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pembibitan ayam kampung
adalah Warso Unggul Gemilang. Warso Unggul Gemilang dipilih karena berada
di wilayah Kabupaten Bogor dan berencana menerapkan teknologi baru.
Teknologi tersebut membutuhkan investasi yang cukup besar. Investasi yang
dikeluarkan berkisar antara Rp 500 Juta hingga miliaran rupiah. Nilai tersebut
tergolong besar jika diterapkan pada usaha pembibitan ayam kampung yang
sebagian besar berupa perusahaan rakyat dengan modal terbatas. Warso Unggul
Gemilang berani mengambil langkah pengembangan dengan pertimbangan hasil
yang diperoleh dianggap layak bagi perusahaan. Hasil yang dianggap layak antara
lain perusahaan harus mampu memperoleh keuntungan, modal yang dikeluarkan
dapat diperoleh kembali, dan informasi lainnya yang menunjang kelayakan
rencana pengembangan tersebut. Oleh karena itu penting melakukan analisis
kelayakan bisnis pembibitan ayam kampung dengan teknologi kandang tertutup
serba otomatis yang belum banyak diusahakan oleh pelaku bisnis ayam kampung.

Rumusan Masalah
Kabupaten Bogor memiliki permintaan terhadap DOC ayam kampung yang
cukup besar. Permintaan DOC ayam kampung di Kabupaten Bogor terlihat dari
jumlah populasi ayam kampung di Kabupaten Bogor pada tahun 2013 adalah
sebanyak 1 747 292 ekor, dengan mortalitas rate ayam kampung sebesar satu
1

Informasi diperoleh dari Bapak Toro (wakil pimpinan Warso Unggul Gemilang), dilakukan pada
Agustus 2014.

5

persen atau sama dengan 17 473 ekor, maka untuk memenuhi kebutuhan
konsumen DOC ayam kampung di Kabupaten Bogor diperlukan tambahan
sebanyak 1 764 765 ekor DOC ayam kampung. Kebutuhan DOC ayam kampung
tersebut dapat dipenuhi melalui pembibitan ayam kampung.
Pembibitan ayam kampung sebagai penyedia DOC ayam kampung
merupakan subsistem hulu dalam sistem agribisnis, karena perannya sebagai
penyedia input bagi usahaternak ayam kampung. Terdapat beberapa subsistem
yang mendukung sistem agribisnis DOC ayam kampung, mulai dari subsistem
hulu hingga hilir. Subsistem hulu dalam usaha DOC ayam kampung yaitu pakan,
vaksin, obat dan vitamin sebagai penyedia input perusahaan. Subsistem on farm
adalah kegiatan produksi DOC ayam kampung. Sedangkan subsistem hilir dalam
usaha ayam kampung adalah hasil output berupa daging, telur, ceker dan kepala
ayam kampung, serta lainnya yang berasal dari produk ayam kampung. Setiap
subsistem dalam sistem agribisnis saling berkaitan, sehingga kestabilan supply
input penting untuk menjaga kestabilan pasokan ayam kampung.
Warso Unggul Gemilang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak
dalam bidang produksi DOC ayam kampung. Usaha Warso Unggul Gemilang
dipilih karena berada di daerah sentra peternakan Kabupaten Bogor. Saat ini
perusahaan tersebut memiliki market share DOC ayam kampung sebesar 47.15
persen2 untuk wilayah Kabupaten Bogor. Perusahaan pembibitan ayam kampung
lainnya yang menjadi pesaing dari Warso Unggul Gemilang yaitu PT. AKI (Ayam
Kampung Indonesia), Jimmy Farm, dan Citra Lestari. Jumlah permintaan dan
jumlah produksi Warso Unggul Gemilang tertera pada Tabel 5.
Tabel 5 Jumlah permintaan dan penawaran DOC Warso Unggul Gemilang satu tahun
terakhir
Tahun
Bulan Permintaan (ekor)
Produksi (ekor)
2013
Jul
86 500
70 000
Agt
87 000
71 100
Sep
87 700
72 000
Okt
86 700
72 100
Nov
86 600
70 500
Des
88 400
70 300
2014
Jan
87 500
70 200
Feb
87 400
71 600
Mar
88 800
70 150
Apr
88 500
70 400
Mei
88 000
70 300
Jun
87 500
70 788
Total
1 050 600
849 438
Rata-rata per bulan
87 550
70 786
Sumber: Warso Unggul Gemilang (diolah), 2014

2
Market share diperoleh dari banyaknya produksi DOC Warso Unggul Gemilang saat ini dibagi
dengan banyaknya permintaan DOC di Kabupaten Bogor dikalikan dengan 100 persen, yaitu 832
000 ekor dibagi dengan 1 764 765 ekor dan dikalikan 100 persen sama dengan 47.15 persen.

6

Produksi Warso Unggul Gemilang setiap bulan menghasilkan rata-rata 70
786 ekor DOC. Saat ini Warso Unggul Gemilang berusaha untuk dapat
memproduksi DOC ayam kampung secara kontinyu, dilihat dari sejumlah indukan
yang diproduksi memiliki umur yang berbeda. Kandang untuk indukan berjumlah
sepuluh, setiap kandang memiliki umur berbeda dengan selisih umur tujuh
minggu. Ayam kampung dapat dijadikan sebagai indukan pada saat berumur 19
minggu hingga 75 minggu. Indukan yang ada memproduksi telur calon DOC
ayam kampung, yang kemudian akan dilakukan penetasan pada ruangan khusus.
Jumlah produksi tersebut belum bisa memenuhi permintaan perusahaan yang ada,
sehingga terdapat peluang terhadap usaha DOC ayam kampung.
Tingginya permintaan dan kurangnya stock DOC yang ditawarkan menjadi
perhatian bagi pihak Warso Unggul Gemilang, Warso Unggul Gemilang tidak
ingin kehilangan konsumen dan peluang pasar yang ada. Peluang pasar yang ada
tidak hanya menjadi peluang bagi Warso Unggul Gemilang, tetapi menjadi
peluang bagi usaha pembibitan ayam kampung lainnya. Peningkatan produksi
merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh Warso Unggul
Gemilang untuk mengatasi masalah tersebut. Selain itu peningkatan jumlah
produksi dilakukan untuk perluasan pasar dari produk perusahaan. Konsumen
berasal dari para peternak ayam kampung baik pedaging maupun petelur, dan juga
berasal dari distributor DOC ayam kampung. Beberapa konsumen Warso Unggul
Gemilang diantaranya harus menunggu untuk memperoleh DOC yang dipesan
hingga panen berikutnya, karena banyaknya pesanan dari konsumen sebelumnya
yang belum terpenuhi.
Upaya peningkatan produksi DOC ayam kampung guna memenuhi
permintaan pasar Warso Unggul Gemilang dapat dilakukan melalui beberapa
alternatif. Alternatif yang memungkinkan ada dua pilihan, yaitu peningkatan
jumlah indukan dan peningkatan teknologi yang digunakan dengan menerapkan
mekanisasi produksi. Rencana mekanisasi produksi tersebut dapat tercipta apabila
jumlah indukan ayam kampung mencapai 20 000 ekor, yaitu sesuai dengan
informasi yang diperoleh dari kontraktor kandang ayam modern. Selain itu dengan
jumlah indukan 20 000 ekor diharapkan mampu memenuhi permintaan
perusahaan pada kondisi perusahaan saat ini. Oleh karena itu dalam penelitian ini
akan membandingkan kelayakan usaha tanpa pengembangan teknologi kandang
modern dan dengan pengembangan teknologi kandang modern pada populasi 20
000 ekor ayam kampung.
Alternatif pertama disebut sebagai skenario I, yaitu kondisi usaha pada saat
ini dan terdapat penambahan skala usaha dari sebelumnya yang sebanyak 16 000
ekor indukan menjadi 20 000 ekor indukan, serta terdapat penambahan luasan
kandang produksi tanpa teknologi modern atau dapat disebut teknologi
konvensional. Terdapat beberapa masalah mengenai kondisi perusahaan saat ini,
yaitu kapasitas kandang yang sedikit, luasan lahan yang terbatas, dan lainnya.
Alternatif kedua disebut sebagai skenario II, yaitu terdapat penambahan luasan
kandang produksi baru dengan menerapkan teknologi modern serta penambahan
jumlah indukan menjadi 20 000 ekor. Analisis terhadap jumlah indukan 20 000
ekor tersebut dilakukan untuk melakukan perbandingan usaha dengan kapasitas
yang sama.
Teknologi konvensional pada skenario I merupakan teknologi yang telah
diterapkan oleh Warso Unggul Gemilang saat ini. Pada skenario I Warso Unggul

7

Gemilang telah menerapkan sistem kandang terbuka untuk kegiatan produksinya,
pemberian pakan dan pembersihan kotoran secara manual, sedangkan pemberian
minum telah menggunakan nipple otomatis khusus yang diterapkan di kandang
tersebut. Peningkatan jumlah indukan sebanyak 20 000 ekor menjadikan Warso
Unggul Gemilang membutuhkan tambahan kandang sesuai kapasitas tersebut.
Teknologi modern pada skenario II merupakan teknologi yang menerapkan
mekanisasi produksi pada usaha pembibitan ayam kampung. Mekanisasi produksi
yang diterapkan meliputi penggunaan kandang tertutup, pemberian pakan dan
minum otomatis, collecting telur otomatis, dan pembersihan kotoran otomatis.
Penerapan mekanisasi produksi tersebut salah satunya telah diterapkan pada
usahaternak ayam ras petelur milik Asia Farm di Citeureup, Bogor. Asia Farm
merupakan perusahaan yang bergerak dalam produksi telur ayam konsumsi,
dengan adanya penelitian ini diharapkan mekanisasi produksi pada Asia Farm
dapat diterapkan pada usaha pembibitan Warso Unggul Gemilang dengan skala 20
000 ekor indukan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas DOC ayam
kampung yang dihasilkan.
Rencana mekanisasi produksi DOC ayam kampung pada skenario II terdiri
dari tiga rencana utama. Tiga rencana utama tersebut antara lain pemberian pakan
otomatis, pemanenan telur otomatis, dan pembuangan limbah kotoran secara
otomatis. Tiga rencana tersebut merupakan satu paket yang dapat digunakan oleh
Warso Unggul Gemilang dalam rangka memenuhi rencana mekanisasi produksi
DOC ayam kampung. Penerapan teknologi tersebut penting dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Warso Unggul Gemilang yakni
menjadi pusat pembibitan ayam kampung terbesar, termodern, dan terbaik
kualitasnya di Indonesia. Pengembangan teknologi juga diharapkan mampu
meningkatkan produksi Warso Unggul Gemilang lebih dari 10 persen.
Pemberian pakan secara otomatis akan mengurangi pekerjaan karyawan
Warso Unggul Gemilang khususnya pemberian pakan sehingga dapat dialihkan ke
pekerjaan yang lainnya. Dengan adanya alat pemberi pakan otomatis, setiap
karyawan yang bertugas di kandang akan mampu meningkatkan tanggungjawab
pemeliharaan ayam dengan jumlah yang lebih banyak dari sebelumnya. Pakan
yang diberikan secara manual membutuhkan waktu yang cukup lama, mengingat
gudang pakan dan kandang tidak menyatu. Dari sisi aspek finansial, dampak
penggunaan kandang dengan alat otomatis belum diperhitungkan secara rinci oleh
pihak Warso Unggul Gemilang. Penggunaan alat pemberi pakan otomatis juga
dianggap mampu mempertahankan kualitas pakan bagi ayam kampung. Hal
tersebut terjadi karena untuk mengurangi penyebab timbulnya kontaminasi pada
pakan. Kualitas pakan yang terjaga juga berpengaruh terhadap kualitas indukan
sehingga mampu mengasilkan telur calon DOC dengan kualitas terbaik.
Rencana pengembangan teknologi yang kedua ialah penggunaan alat panen
telur atau collecting telur secara otomatis. Alat panen ini dibuat menyerupai
conveyor. Pengembangan teknologi kedua ini dilakukan atas dasar tingginya
human error yang dilakukan oleh koordinator kandang pada kegiatan panen telur
calon DOC. Frekuensi aktivitas dari koordinator kandang yang tergolong tinggi
juga membuat ayam mudah stress. Koordinator kandang kurang berhati-hati
dalam melakukan pengembilan telur sehingga menyebabkan telur calon DOC
retak dan bahkan pecah. Retak dan pecah pada telur tersebut akan menurunkan
kuantitas DOC yang dihasilkan. Penurunan kuantitas dan kualitas pada DOC yang

8

dihasilkan akan mengurangi pemasukan bagi Warso Unggul Gemilang.
Penggunaan conveyor juga mempermudah pengawasan mutu yang dilakukan dan
menghemat waktu kerja para koordinator kandang. Dari sisi penggunaan tenaga
kerja, penggunaan teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan tenaga
kerja. Penggunaan alat otomatis ini diduga dapat menurunkan stress ayam
kampung sehingga dapat menghasilkan telur lebih baik. Satu butir telur calon
DOC yang berasal dari satu ayam kampung produktif dihasilkan setiap lima hari
pada saat skenario I. Pada skenario II, produksi telur diperkirakan meningkat
menjadi empat hari untuk satu butir telur calon DOC ayam kampung.
Penurunan stress pada indukan dapat membuat indukan mampu
memproduksi telur calon DOC dengan kualitas yang baik. Kualitas tersebut
ditunjukkan oleh embrio yang dihasilkan. Pihak kontraktor dari Asia Farm
memberikan informasi bahwa penggunaan teknologi ini membuat ayam kampung
lebih banyak memproduksi telur dengan embrio yang lebih baik. Penggunaan
teknologi alat panen otomatis ini dapat meningkatkan telur berisi embrio hingga
30-40 persen. Semakin banyak jumlah embrio maka calon telur DOC yang
dihasilkan semakin banyak.
Pembuangan limbah kotoran indukan ayam kampung secara otomatis dapat
memberikan dampak yang baik bagi tumbuh-kembang indukan. Limbah ayam
selain memberikan manfaat tetapi juga memberikan kerugian. Pengelolaan limbah
ayam penting untuk dilakukan, dengan mekanisasi diharapkan bisa memberikan
manfaat. Sistem pembuangan kotoran otomatis akan mempermudah tugas para
koordinator kandang di Warso Unggul Gemilang. Pembuangan otomatis juga
akan menekan lama waktu kotoran yang tertahan di kandang, sehingga mampu
menciptakan kondisi kandang yang lebih bersih. Kandang yang lebih bersih akan
memberikan kondisi yang nyaman bagi ayam kampung sehingga dapat
memberikan pengaruh positif terhadap hasil produksi.
Skenario I memiliki kelemahan akan sulitnya melakukan pengawasan mutu
produk yang dihasilkan, banyaknya jumlah tenaga kerja yang digunakan, namun
kelebihannya yaitu modal yang digunakan relatif kecil. Sedangkan skenario II
memiliki kelemahan terhadap jumlah modal yang digunakan relatif besar karena
investasi mesin terbilang mahal, kelebihannya yaitu pengawasan mutu lebih
mudah, tenaga kerja yang digunakan lebih sedikit karena menggunakan alat yang
serba otomatis. Selain itu telur ayam afkir pada skenario II dapat diturunkan
hingga 50-60 persen, sehingga secara keseluruhan jumlah telur yang hilang dapat
diturunkan. Penerapan teknologi yang dilakukan pada skenario II dapat
menurunkan kehilangan telur yang tidak termasuk calon DOC dan telur afkir
hingga 30 persen.
Rencana skenario I dan skenario II tersebut memerlukan investasi, sehingga
diperlukan analisis kelayakan usaha. Analisa kelayakan usaha yang akan
dilakukan memerlukan informasi kelayakan dari aspek non finansial. Warso
Unggul Gemilang membutuhkan informasi mengenai kelayakan dari aspek non
finansial karena aspek ini sangat mempengaruhi aspek finasial dalam rencana
pengembangan bisnis. Beberapa aspek yang diperhatikan antara lain aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek sosial, aspek budidaya dan
aspek lingkungan. Aspek finansial penting dilakukan untuk mengukur apakah
besarnya investasi yang ditanamkan akan memberikan keuntungan atau tidak bagi

9

perusahaan. Informasi kelayakan usaha diperlukan untuk mempermudah pihak
Warso Unggul Gemilang dalam mengambil keputusan bisnis.
Waktu pengembalian modal dari investasi yang ditanamkan pada usaha
pembibitan ayam kampung Warso Unggul Gemilang skala 20 000 ekor indukan
penting untuk diperhatikan, apakah waktu pengembalian dapat berlangsung secara
cepat atau lambat. Lamanya waktu pengembalian modal usaha dipengaruhi oleh
besarnya investasi yang ditanamkan dan besarnya keuntungan yang diperoleh
perusahaan. Perhitungan seberapa lama pengembalian modal sangat penting bagi
perusahaan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. Hal tersebut
dilakukan apakah keputusan investasi sesuai atau tidak, apabila investasi yang
ditanamkan memberikan banyak kerugian daripada manfaat yang diperoleh maka
keputusan investasi berdasarkan waktu pengembaliannya dinilai tidak tepat.
Kemungkinan perubahan beberapa komponen perusahaan menjadi perhatian
khusus terhadap berlangsungnya kegiatan operasional perusahaan. Perubahan
tersebut memberikan dampak ketidakpastian yang dapat mempengaruhi kelayakan
usaha yang dilakukan. Potensi peningkatan harga pakan merupakan hal yang
paling berpengaruh terhadap kegiatan produksi DOC yang dilakukan oleh Warso
Unggul Gemilang, karena pakan merupakan supply penting bagi pertumbuhan
indukan yang diperlukan setiap hari. Selain itu Warso Unggul Gemilang
seringkali dihadapkan dengan kenaikan harga pakan. Harga pakan seringkali
meningkat salah satunya diakibatkan oleh bahan baku pakan berupa jagung yang
diperoleh melalui impor, sehingga melemahnya nilai mata uang pun berpengaruh
terhadap harga jagung, kenaikan harga jagung menjadikan harga pakan menaik.
Pakan merupakan sumber daya perusahaan yang sangat penting demi
keberlangsungan pertumbuhan indukan dalam menghasilkan produk. Tanpa pakan
maka ayam kampung tidak akan berlangsung hidup. Kualitas pakan yang baik
menjadi perhatian perusahaan dalam menghasilkan produk berkualitas. Sehingga
pakan menjadi komponen penting dalam usaha pembibitan ayam kampung ini.
Kenaikan harga pakan akan menaikkan biaya variabel pada kegiatan
produksi DOC. Kenaikan biaya tersebut akan menurunkan jumlah DOC yang
diproduksi atau berpengaruh terhadap kenaikan harga output. Penetapan harga
output yang lebih mahal akan menurunkan permintaan, hal ini sesuai dengan teori
permintaan dalam teori ekonomi dengan asumsi DOC ayam kampung adalah
barang normal. Penurunan permintaan yang terjadi menyebabkan jumlah DOC
yang dibeli menurun, akibatnya banyak DOC yang diproduksi tidak terserap di
pasar atau terjadi kelebihan penawaran. Kelebihan penawaran produksi akan
berakibat terhadap penurunan harga jual output. Harga jual output yang menurun
dapat berakibat terhadap penurunan penerimaan yang diperoleh perusahaan atau
bahkan penerimaan tersebut tidak dapat menutupi biaya produksi sehingga
perusahaan mengalami kerugian. Oleh karena itu analisis mengenai seberapa
besar batas perubahan yang terjadi pada kenaikan harga pakan dan penurunan
harga output penting untuk dilakukan. Hal tersebut menjadi peringatan bagi
Warso Unggul Gemilang agar dapat mengambil keputusan yang tepat apabila
terjadi kenaikan harga pakan dan penurunan harga DOC, agar kedua komponen
tersebut dapat teratasi dengan baik dan tidak mendatangkan kerugian.
Permasalahan bisnis yang terjadi tersebut menghasilkan beberapa
pertanyaan yang harus dijawab melalui penelitian. Penelitian yang dilakukan
nantinya dapat menjawab permasalahan sebagai berikut:

10

1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha pembibitan DOC ayam kampung
milik Warso Unggul Gemilang pada skenario 1 (tanpa teknologi baru) dan
skenario II (dengan teknologi baru) berdasarkan aspek finansial (NPV, IRR,
Net B/C, dan PP) dan non finasial (aspek pasar, teknis, manajemen, hukum,
sosial, budaya, dan lingkungan)?
2. Bagaimana pengaruh kenaikan harga pakan dan penurunan harga DOC ayam
kampung di Warso Unggul Gemilang terhadap kelayakan usaha tersebut?

Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian dari perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Menganalisis kelayakan usaha pembibitan DOC ayam kampung milik Warso
Unggul Gemilang pada skenario 1 (tanpa teknologi baru) dan skenario II
(dengan teknologi baru) berdasarkan aspek finansial (NPV, IRR, Net B/C, dan
PP) dan non finasial (aspek pasar, teknis, manajemen, hukum, sosial, budaya,
dan lingkungan).
2. Mengukur kepekaan bisnis terhadap perubahan peningkatan harga pakan dan
penurunan harga output DOC ayam kampung.

Manfaat Penelitian
Penelitian mengenai analisis kelayakan usaha pembibitan ayam kampung ini
diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu bagi peneliti, peternak, dan
pembaca lainnya yang tertarik mengenai pembibitan ayam kampung.
1. Sebagai masukan bagi tempat penelitian dalam memberikan kebijakan usaha
dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.
2. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca yang tertarik mengenai pembibitan ayam
kampung, serta sebagai referensi bagi penelitian lain.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup usaha pembibitan ayam kampung
Warso Unggul Gemilang yang terletak di Jalan Cinagara, Desa Tangkil,
Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini akan
difokuskan pada kelayakan pengembangan usaha, sehingga akan dianalisis
kelayakan usaha dari dua kondisi perusahaan yaitu skenario I (tanpa teknologi
baru) dan skenario II (dengan teknologi baru) pada skala 20 000 ekor indukan.
Pengembangan usaha yang dilakukan adalah dengan menerapkan teknologi
mekanisasi produksi. Mekanisasi produksi adalah upaya peningkatan produksi
pertanian (yang dalam hal ini subsektor peternakan) menggunakan alat-alat
pertanian modern. Mekanisasi produksi yang akan diterapkan pada Warso Unggul
Gemilang yaitu teknologi collecting telur secara otomatis, pemberian pakan
otomatis, dan pembuangan kotoran secara otomatis. Rencana pengembangan
tersebut harus dianalisis lebih lanjut mengenai kelayakan bisnisnya.

11

TINJAUAN PUSTAKA
Pengembangan pada Usahaternak Unggas
Pengembangan usahaternak
unggas
penting
untuk
dilakukan.
Pengembangan usahaternak unggas dilakukan untuk meningkatkan produktivitas
unggas dan menambah keuntungan usahaternak unggas yang dijalankan.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk pengembangan unggas antara lain
peningkatan skala usahaternak, penguatan peran kelompok ternak, penggunaan
teknologi untuk meningkatkan produktivitas ternak, meningkatkan kemampuan
wirausaha para peternak, perbaikan fasilitas penunjang usahaternak dan
pengadaan sarana transportasi umum (Nurkasanah 2002). Fasilitas penunjang
usahaternak seperti jalan, pasar hewan, rumah potong hewan dan lainnya
disediakan oleh pemerintah.
Skala usahaternak ayam kampung pedaging dan petelur yang semakin besar
berpotensi untuk meningkatkan pendapatan peternak, sesuai dengan penelitian
Rubiansyah (2001). Alternatif pengembangan yang direkomendasikan untuk ayam
kampung petelur menurut Dhakhiyah (2012) ialah manajemen pemeliharaan
dengan sistem kemitraan, tatalaksana perkandangan dengan tipe tertutup dan
pengendalian intensif terhadap penyakit ternak ayam kampung.
Teknologi pada usahaternak unggas dibutuhkan untuk menghasilkan produk
yang berkualitas. Usahaternak unggas tanpa menggunakan teknologi
menyebabkan produk yang dihasilkan kualitasnya kurang baik dan jumlahnya
relatif kecil. Penggunaan kandang bambu tipe terbuka, tidak menggunakan mesin
tetas, tidak menggunakan alat panen dan pembersih kotoran otomatis merupakan
contoh usahaternak unggas tanpa teknologi. Hal tersebut menyebabkan
penggunaan tenaga kerja tinggi, pengawasan yang tidak mudah, sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Wibowo dan Sartika (2010), serta Alfikri (2012).
Penggunaan teknologi modern pada proses produksi usahaternak unggas
salah satunya telah diterapkan pada usaha ayam ras petelur milik Asia Farm di
daerah Citeureup, Bogor. Teknologi modern yang digunakan yaitu kandang tipe
tertutup, pemberian makan dan minum secara otomatis, pengumpulan telur secara
otomatis, dan pembersihan kotoran otomatis. Kandang berteknologi modern pada
Asia Farm tersebut memiliki kapasitas sebanyak 40 ekor ayam ras petelur per
meter persegi3. Penggunaan teknologi tersebut mampu meningkatkan
produktivitas dan mutu unggas yang diusahakan.

Kelayakan Usahaternak Unggas
Kelayakan Aspek Non Finansial Bisnis Unggas
Kelayakan aspek non finansial dapat dilihat dari berbagai macam tolok
ukur. Beberapa tolok ukur yang sering dijadikan pedoman antara lain aspek pasar,
3

Informasi diperoleh dari kontraktor Asia Farm, Citeureup-Bogor yaitu Bapak Agus, kunjungan
dan wawancara dilakukan pada bulan September 2014.

12

aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek lingkungan, aspek sosial,
ekonomi dan budaya. Komoditi unggas merupakan salah satu komoditi
peternakan yang banyak dikembangkan di Indonesia. Beberapa penelitian
terdahulu menunjukkan bahwa berbagai aspek non finansial penting diperhatikan
dalam menganalisis kelayakan usaha dari peternakan unggas. Penelitian yang
dilakukan terhadap aspek non finansial tersebut meliputi ayam broiler dan itik.
Aspek non finansial harus dianalisis untuk melihat kelayakan usaha yang
dijalankan. Aspek non finansial juga sangat erat kaitannya dengan aspek finansial.
Usaha peternakan ayam broiler dan usaha pembibitan itik dikatakan layak salah
satunya karena aspek non finansial pada usaha tersebut layak untuk dilaksanakan,
hal tersebut sesuai dengan penelitian Karmidi (2012) dan Meizi (2012). Usaha
pembibitan itik memiliki peluang pasar yang cukup tinggi, begitu pula pada
peternakan ayam broiler. Beberapa kelebihan lainnya ialah aman dari kerugian
akibat jatuhnya harga, tidak menghadapi masalah dalam distribusi produk dan
menghasilkan produk yang berkualitas. Wibowo dan Sartika (2010)
mengungkapkan pemasaran produk ayam kampung (telur dan daging) sangat
mudah. Permintaan yang tinggi terhadap produk tersebut menunjukkan bisnis
ayam kampung, ayam broiler dan itik layak dari aspek pasar.
Aspek teknis dan produksi penting untuk diperhatikan, tanpa adanya
produksi tidak akan ada produk yang dihasilkan. Usaha peternakan unggas dengan
pola kemitraan inti plasma yang dilakukan penelitiannya oleh Karmidi (2012)
menunjukkan bahwa pada aspek teknis dan produksi usaha tersebut layak
berdasarkan beberapa kriteria. Beberapa kriteria aspek teknis antara lain lahan dan
kandang yang memenuhi kualifikasi dan manajemen produksi yang baik,
pengadaan bibit dan pakan yang tepat waktu dan berkualitas, pengadaan dan
manajemen kesehatan yang disiplin dan teratur, ketersediaan bahan-bahan
penunjang yang tepat waktu, memiliki tenaga kerja yang berpengalaman, jujur
dan pekerja keras, dan proses produksi yang sistematis. Sedangkan pada
penelitian Meizi (2012), Wibowo dan Sartika (2010) usaha pembibitan itik dan
ayam kampung layak dari aspek teknis dan produksi karena beberapa kriteria,
yakni kondisi agroklimat sangat cocok untuk usaha pembibitan serta tersedianya
sarana dan prasarana usahaternak unggas. Penelitian ini secara teknis mengadopsi
penggunaan teknologi kandang dengan mekanisasi produksi dari usaha peternakan
ayam ras petelur Asia Farm, melalui penelitian ini dapat dilihat apakah mekanisasi
produksi pada ayam ras petelur seperti pada Asia Farm dapat diterapkan atau tidak
pada usaha Warso Unggul Gemilang.
Aspek manajemen dan organisasi usaha dirancang sebaik mungkin agar
bisnis unggas berjalan dengan baik, sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Karmidi (2012), Meizi (2012), Wibowo dan Sartika (2010). Berdasarkan
penelitian tersebut aspek yang diperhatikan dalam manajemen dan organisasi
sehingga dikatakan layak yaitu terdapatnya pembagian tugas dan wewenang yang
jelas secara terperinci dan tertulis. Dengan adanya manajemen dan organisasi
diharapkan usaha dapat berjalan dengan baik dan memberikan kemudahan dalam
koordinasi diantara karyawan. Selain itu, aspek hukum juga penting diperhatikan
dalam menilai kelayakan dari aspek non finansial. Aspek hukum yang
diperhatikan dalam usaha komoditas unggas tersebut yaitu terdapatnya izin usaha
dari instansi pemerintahan terkait. Penelitian Karmidi (2012), Meizi (2012),
Wibowo dan Sartika (2010) juga menunjukkan bahwa usaha pada komoditas

13

unggas harus memiliki dampak ekonomi dan sosial yang baik. Masyarakat dan
lingkungan sekitar harus diuntungkan dengan keberadaan bisnis ternak unggas
tersebut. Jarak lokasi produksi dengan pemukiman penduduk harus diperhatikan
agar tidak mengganggu penduduk sekitar. Jarak lokasi produksi ternak unggas
dengan pemukiman minimal dua kilo meter. Jika syarat jarak tidak dapat
dipenuhi, alterantif lainnya yang dapat dipilih ialah penggunaan kandang tertutup
dengan exhaust fan, penanganan kotoran ayam yang baik dan pemberian obat
pada ayam sehingga mengurangi bau pada kotoran ayam4. Keseluruhan aspek non
finansial penting untuk diperhatikan dalam bidang peternakan unggas agar bisnis
dapat berjalan dengan baik.
Kelayakan Aspek Finansial Bisnis Unggas
Aspek Finasial penting untuk diperhatikan dalam menganalisis suatu
kelayakan usaha. Aspek finasial dapat diukur berdasarkan kriteria keuntungan,
Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit per Cost (Net B/C), dan analisis
swicthing value. Beberapa penelitian terdahulu telah menunjukkan bahwa aspek
finasial penting diperhatikan dalam analisis usaha peternakan kelompok unggas.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk hal tersebut melibatkan ayam
kampung, ayam broiler dan itik. Keuntungan usaha juga merupakan salah satu
tolok ukur yang diperhatikan dalam aspek finasial.
Beberapa komoditi unggas dalam satu tahun memberikan keuntungan
mencapai puluhan juta rupiah. Keuntungan pembibitan ayam kampung dalam satu
tahun lebih besar jika dibandingkan dengan keuntungan penggemukan ayam
kampung dan ayam broiler, hal ini sesuai dengan penelitian Wibowo dan Sartika
(2010), Wibowo dan Sartika (2011) dan Alfikri (2012). Keuntungan pembibitan
ayam kampung mencapai sekitar Rp 40 Juta per tahun. Skala pembibitan ayam
kampung tersebut ialah sekitar 1 000 ekor, sehingga keuntungan per ekor selama
satu tahun mencapai Rp 40 000.
Keuntungan pembibitan itik mencapai sekitar Rp 100 Juta dengan skala
sekitar 4 000 ekor sehingga keuntungan per ekor mencapai Rp 25 000, hal ini
sesuai dengan pernyataan Wibowo dan Juarini (2009). Keuntungan penggemukan
itik mencapai sekitar Rp 50 Juta hal ini sesuai dengan pernyataan dan Alfikri
(2012) dengan skala 4 000 ekor. Keuntungan penggemukan itik per ekor
mencapai Rp 12 500. Penggemukan itik sering bertentangan dengan lingkungan
sekitar karena polusi udara yang cukup mengganggu. Ayam kampung lebih
dipilih oleh peternak untuk dibudidayakan jika dibandingkan dengan itik atas
dasar hal tersebut. Keuntungan peternakan itik yang tinggi juga diikuti dengan
skala usaha yang tinggi. Keuntungan yang tinggi dari skala yang lebih besar
menunjukkan bahwa usaha dengan skala tersebut khususnya untuk bisnis unggas
merupakan suatu hal yang berkaitan. Arah pengembangan usaha menjadi skala
yang besar akan meningkatkan keuntungan yang diperoleh peternak.
Pengembangan penting dilakukan jika peternak ingin meningkatkan keuntungan,
namun dengan keputusan dan perhitungan yang tepat.

4

Informasi diperoleh dari Bapak Muchaeri (kepala bagian produksi Warso Unggul Gemilang)
yang juga ahli penanganan limbah dan kotoran ayam kampung pada perusahaan tersebut,
wawancara dilakukan pada Juli 2014.

14

Tolok ukur lainnya yang digunakan dalam analisis aspek finasial ialah IRR.
IRR menunjukkan berapa nilai yang diperoleh dari investasi yang telah dilakukan
dalam tahun tertentu. Nilai IRR pada usaha pembibitan ayam kampung lebih
tinggi daripada usaha pembibitan itik. Penelitian yang dilakukan Wibowo dan
Juarini (2009) serta Wibowo dan Sartika (2010) menunjukkan bahwa nilai IRR
pada pembibitan ayam kampung mencapai 37.37 persen dengan umur bisnis 6
tahun, sedangkan nilai IRR pada pembibitan itik mencapai 33.74 persen dengan
umur bisnis 5 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan
pada pembibitan ayam kampung lebih menguntungkan daripada berinvestasi di
itik namun dengan umur bisnis yang lebih lama. Skala keduanya berbeda dimana
skala usaha itik lebih besar dari skala usaha ayam kampung. Perbedaan skala
tersebut tentu tidak dapat menjawab secara tepat keputusan investasi yang lebih
menguntungkan, sehingga perlu dianalisis pembibitan ayam kampung dengan
skala yang cukup besar. Penelitian ini akan menganalisis pembibitan ayam
kampung dengan skala 20 000 ekor.
Tolok ukur yang juga sering digunakan dalam menganalisis aspek finansial
ialah Net B/C. Net B/C menunjukkan rasio antara benefit dengan cost. Nilai Net
B/C pada usaha peternakan ayam broiler skala 50 000 ekor yaitu sebesar 2.95
sesuai dengan penelitian Elita (2014). Selain itu nilai Net