Asupan energi dan zat gizi serta kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan obesitas pada pegawai IPB

i

ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA KONDISI SOSIAL
EKONOMI KAITANNYA DENGAN OBESITAS
PADA PEGAWAI IPB

WILDA HAERUL FAZAARAH

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Asupan Energi dan
Zat Gizi serta Kondisi Sosial Ekonomi Kaitannya dengan Obesitas pada Pegawai
IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum

diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang dterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Wilda Haerul Fazaarah
NIM: I14104020

iii

ABSTRACT
WILDA HAERUL FAZAARAH. Correlation among Energy and Nutrients Intake
and Socioeconomic Status with Obesity of IPB employees. Supervised by LILIK
KUSTIYAH and EVY DAMAYANTHI.
Today, obesity has become a health and nutrition problems of the world,
both in developed and developing countries. The purpose of this study was to
analyze interrelated between energy and nutrients intake and socioeconomic
condition with obesity status of IPB employees. Design of this study was cross

sectional. The sample size of this study was 73, and have been choosen
purposively. Data was collected by interview using questionnaire and
measurement of body weight and height in order to get nutritional status of the
samples. Correlation rank Spearman, and Pearson was used to analyze
interrelated between two variables, and independent t-test was used to analyze
differences between nutritional status. The result showed that there were a
significant difference (p27 untuk kriteria obes dan 18.5–
24.9 untuk kriteria normal, bersedia untuk menjadi contoh penelitian. Masingmasing kriteria contoh status gizi obes sebanyak 36 orang dan gizi baik (normal)
sebanyak 37 orang, sehingga total dalam penelitian ini adalah 73 orang. Data
yang dikumpulkan berupa data primer. Data primer meliputi: 1) karakteristik
contoh (jenis kelamin, umur, besar keluarga, pendidikan, dan pendapatan
keluarga); 2) pengetahuan gizi; 3) status gizi contoh diukur secara antropometri.
Data yang diambil berupa tinggi badan (cm) dan berat badan (kg). Berat badan
contoh diukur dengan menggunakan timbangan digital dengan kapasitas
mencapai 150 kg dan ketelitian 0.1 kg. Tinggi badan contoh diukur dengan
menggunakan microtoise dengan kapasitas maksimum 200 cm dan ketelitian 0.1
cm; 4) konsumsi pangan energi dan zat gizi diperoleh dengan metode recall 2x24

v


jam, dan 5) gaya hidup (kebiasaan makan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga,
dan kebiasaan merokok). Data dianalisis secara statistik deskriptif dan inferensia
(uji beda Independent samples t-test, korelasi Rank Spearman dan Pearson)
Umur contoh yang terlibat dalam penelitian ini berkisar antara 20 - 56
tahun. Jenis kelamin contoh penelitian sebagian besar perempuan. Besar
keluarga dari kedua kelompok contoh tersebar pada kelompok keluarga kecil.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir sebagian besar contoh baik obes
maupun normal menamatkan pendidikannya pada tingkat SMA. Contoh memiliki
pendapatan kisaran 2 – 3.9 juta rupiah per bulan.
Pengetahuan gizi yang baik terdapat pada contoh normal. Sedangkan
contoh obes memiliki pengetahuan gizi dengan kategori sedang dan kurang.
Terdapat perbedaan yang signifikan pada pengetahuan gizi antara contoh obes
dan normal. Pengetahuan gizi contoh normal nyata lebih baik daripada contoh
obes.
Rata-rata asupan energi dan zat gizi lebih besar pada contoh normal
daripada contoh obes. Rata-rata tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan
protein, tingkat kecukupan lemak, dan tingkat kecukupan karbohidrat pada
contoh obes adalah tidak berbeda signifikan dengan contoh normal. Namun
demikian, rata-rata tingkat kecukupan energi, tingkat kecukupan protein, tingkat
kecukupan lemak, dan tingkat kecukupan karbohidrat pada contoh obes

cenderung lebih rendah daripada contoh normal. Rata-rata tingkat kecukupan
kalsium, tingkat kecukupan besi, tingkat kecukupan vitamin A, dan tingkat
kecukupan vitamin C pada contoh obes adalah tidak berbeda signifikan dengan
contoh normal. Namun demikian, rata-rata tingkat kecukupan kalsium, tingkat
kecukupan vitamin A, dan tingkat kecukupan vitamin C pada contoh obes
cenderung lebih tinggi daripada contoh normal. Rata-rata TKE dan TKP kedua
contoh masuk kategori cukup dan lebih, namun ada 8.3% contoh obes dan 2.7%
contoh normal mengalami defisit tingkat berat. Rata-rata tingkat kecukupan
lemak dan karbohidrat dalam kategori lebih untuk kedua kelompok contoh. Ratarata kecukupan kalsium masih dalam kategori kurang sedangkan besi dalam
kategori cukup pada kedua kelompok contoh. Rata-rata tingkat kecukupan
vitamin A juga masih dalam kategori kurang dan vitamin C sebagian sudah
dalam kategori cukup pada kedua kelompok contoh.
Gaya hidup contoh diukur melalui kebiasaan makan, aktivitas fisik,
kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok. Lebih dari separuh contoh memiliki
kebiasaan sarapan pagi dan makan bersama keluarga. Frekuensi makan
bersama keluarga adalah satu kali dalam sehari dengan menu makan lengkap
satu sampai dua kali. Frekuensi makanan selingan kedua contoh satu kali dalam
sehari. Seluruh contoh hampir setiap hari mengkonsumsi sayur. namun rata-rata
konsumsi buah contoh obes 1−3 kali/minggu dan 4−6 kali/minggu sedang contoh
normal 1−3 kali/minggu. Sebagian besar contoh memiliki kebiasaan jajan.

Contoh obes lebih banyak memiliki kebiasaan ngemil dibandingkan contoh
normal. Aktivitas contoh pada hari kerja tergolong sangat ringan, sedang hari
libur tergolong ringan. Kebiasaan olahraga dilakukan oleh sebagian besar contoh
obes maupun normal. Kebiasaan merokok hanya dilakukan oleh sebagian kecil
contoh.
Berdasarkan hasil korelasi Pearson, terdapat hubungan signifikan positif
antara pengetahuan gizi dengan asupan protein dan karbohidrat contoh.
Berdasarkan hasil korelasi Rank Spearman, terdapat hubungan signifikan negatif
umur dan kebiasaan olahraga dengan asupan contoh, pendidikan dengan status
gizi contoh, serta terdapat hubungan signifikan positif umur, pendidikan terakhir,
pendapatan dengan asupan contoh dan Gaya hidup dengan status gizi contoh.

vi

ASUPAN ENERGI DAN ZAT GIZI SERTA KONDISI SOSIAL
EKONOMI KAITANNYA DENGAN OBESITAS
PADA PEGAWAI IPB

WILDA HAERUL FAZAARAH


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen Gizi Masyarakat

D E P AR T E M E N G I Z I M AS Y AR AK A T
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

vii

Judul
Nama
NIM

: Asupan Energi dan Zat Gizi serta Kondisi Sosial Ekonomi Kaitannya
dengan Obesitas pada Pegawai IPB

: Wilda Haerul Fazaarah
: I14104020

Menyetujui,

Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si
Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS
Pembimbing II

Mengetahui :

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

viii


PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Skripsi yang berjudul “Asupan Energi dan Zat Gizi serta Kondisi Sosial Ekonomi
Kaitannya dengan Obesitas pada Pegawai IPB”. Skripsi ini disusun sebagai
salah satu syarat bagi penulis untuk memperoleh Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu
Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1.

Dr. Ir. Lilik Kustiyah, M.Si selaku dosen pembimbing akademik sekaligus
pembimbing

skripsi

yang

telah


memberikan

kesempatan,

motivasi,

bimbingan, dan arahan sejak awal perkuliahan dan penyusunan proposal
penelitian.
2.

Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktunya, arahan, motivasi,
dan kritikan sejak awal penyusunan proposal penelitian.

3.

dr. Mira Dewi, M.Si selaku dosen pemandu seminar dan penguji yang telah
banyak memberikan kritik dan saran untuk perbaikan dan penyempurnaan
skripsi ini.


4.

Pegawai rektorat dan FEMA IPB yang menjadi contoh penelitian, atas segala
waktu yang diluangkan dan kesukarelaan menjadi contoh penelitian
sehingga penellitian ini dapat berjalan dengan lancar.

5.

Kedua orangtua dan kakak tersayang yang senantiasa memberikan doa,
dukungan dan motivasi dengan penuh kasih sayang dan ketulusan.

6.

Agung Bahtiar yang senantiasa memberikan doa, dukungan, dan motivasi
selama penyusunan skripsi ini.

7.

Teman-teman pembahas : Dwi Nuraini, Arizki Witaradianingtias, Pratiwi
Rahma Ayu, dan Ernawati atas kritik dan saran untuk perbaikan dan

penyempurnaan skripsi ini.

8.

Teman-teman kosan Taman Malabar 7 : ika, vilia, pras, ratna, mas budi, mas
dimas, mas aji, mas olif, mas gaus, mas yougi, rizky, dan mba marta serta
tante kosan yang senantiasa menberikan dukungan dan motivasi kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.

ix

9.

Teman-teman dekat selama Diploma hingga alih jenis: Vilia, Fitri, Dwiyani,
Dwi Nuraini, Sartika, Stacey, Ernil, Anna, Andra, Siti, Mona, Tyaz, Relina,
dan Resita.

10. Teman-teman seperjuangan Alih Jenis Gizi Masyarakat angkatan 4 tahun
2010.
11. Berbagai pihak yang telah membantu, namun tidak bisa disebutkan satu
persatu.
Penulis menyadari skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Semua saran dan
kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan. Penulis juga berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi semua.
Bogor, Maret 2013

Wilda Haerul Fazaarah

x

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Oktober 1989 di Kota Bogor, Jawa
Barat. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak Anda
Juanda dan Ibu Rita Warsita Rosma. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) ditempuh
dari tahun 1995 sampai 2001 di SDN 02 Cibinong.
Pada tahun 2001 penulis melanjutkan sekolah di SMP PGRI 1 Cibinong
dan lulus pada tahun 2004, setelah itu penulis diterima di SMA N 1 Cibinong
dengan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan lulus pada tahun 2007.
Penulis di terima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan
Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Keahlian Manjemen Industri Jasa
Makanan dan Gizi, pada bulan juli tahun 2007. Penulis menjalani Praktek Kerja
Lapang (PKL) selama empat bulan dimulai dari tanggal 19 Agustus 2009 sampai
28 Desember 2009 di RSUD Kelas B Subang. Topik kajian pada saat PKL
adalah Manajemen Penyelenggaraan Makanan dan Evaluasi Konsumsi Energi
serta Zat Gizi Penderita Hipertensi dengan komplikasi Jantung Rawat Inap di
Rumah Sakit Umum Daerah Kelas B Subang. Penulis juga menjalani Praktek
Usaha Jasa Boga (PUJB) di Kantin Sehati selama dua bulan dari tanggal 22
Februari 2010 sampai 24 April 2010. Topik kajian pada saat PUJB adalah
Pengelolaan Penyelenggaraan Makanan Kantin Sehati. Setelah menempuh
pendidikan diploma, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya di
program alih jenis (ekstensi) ilmu gizi IPB pada tahun 2010. Pada tahun 2012
penulis pernah melakukan Kuliah Kerja Profesi (KKP) di Desa Juntikebon
Kecamatan Juntinyuat Kabupaten Indramayu selama tujuh minggu. Topik kajian
pada saat KKP adalah Pemberdayaan Masyarakat melalui Optimalisasi Peran
Pekarangan dalam Usaha Menanggulangi Permasalahan Gizi.

xi

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xiii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................

xv

PENDAHULUAN ..........................................................................................

1

Latar Belakang ..........................................................................................

1

Tujuan .......................................................................................................

3

Tujuan Umum ........................................................................................

3

Tujuan Khusus ......................................................................................

3

Kegunaan .................................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................

4

Status Gizi Antropometri ...........................................................................

4

Pengertian Status Gizi ...........................................................................

4

Cara Penentuan Status Gizi ..................................................................

4

Dewasa .....................................................................................................

5

Obesitas....................................................................................................

6

Konsumsi Pangan .....................................................................................

7

Karakteristik Sosial Ekonomi .....................................................................

8

Umur .....................................................................................................

8

Jenis Kelamin ........................................................................................

9

Status Kawin .........................................................................................

9

Tingkat Pendidikan ................................................................................

9

Besar Keluarga......................................................................................

10

Pekerjaan ..............................................................................................

11

Pendapatan ...........................................................................................

11

Pengeluaran per Kapita .........................................................................

11

Tipe Wilayah..........................................................................................

11

Pengetahuan Gizi......................................................................................

12

Gaya Hidup ...............................................................................................

13

Kebiasaan Makan ..................................................................................

13

Aktivitas Fisik.........................................................................................

14

Kebiasaan Olahraga ..............................................................................

14

Kebiasaan Merokok ...............................................................................

15

KERANGKA PEMIKIRAN .............................................................................

16

xii

METODE PENELITIAN ................................................................................

18

Desain, Waktu dan Tempat Pengamatan ..................................................

18

Penarikan Contoh .....................................................................................

18

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...........................................................

19

Pengolahan dan Analisis Data ..................................................................

20

Pengolahan Data ...................................................................................

20

Analisis Data .........................................................................................

23

Definisi Operasional ..................................................................................

25

HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................................

27

Karakteristik Contoh ..................................................................................

27

Umur .....................................................................................................

27

Jenis kelamin.........................................................................................

27

Status sosial ekonomi ............................................................................

28

Pengetahuan Gizi......................................................................................

30

Asupan Energi dan Zat Gizi ......................................................................

32

Asupan energi dan Zat Gizi Makro ........................................................

33

Tingkat Kecukupan Energi dan Zat Gizi ....................................................

34

Tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro ........................................

35

Tingkat kecukupan zat gizi mikro ...........................................................

38

Gaya Hidup ...............................................................................................

40

Kebiasaan Makan ..................................................................................

40

Aktivitas Fisik.........................................................................................

42

Kebiasaan Olahraga ..............................................................................

45

Kebiasaan Merokok ...............................................................................

46

Hubungan antar Variabel ..........................................................................

47

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

49

Kesimpulan ...............................................................................................

49

Saran ........................................................................................................

50

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

51

LAMPIRAN ...................................................................................................

55

xiii

DAFTAR TABEL
Halaman
1

Jenis dan cara pengumpulan data .........................................................

19

2

Kategori status gizi orang dewasa berdasarkan IMT ..............................

20

3

Kategori variabel penelitian ....................................................................

22

4

Sebaran contoh berdasarkan umur, jenis kelamin, dan status gizi .........

27

5

Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan status gizi .................

28

6

Sebaran contoh berdasarkan pendidikan terakhir dan status gizi ..........

29

7

Sebaran contoh berdasarkan pendapatan dan status gizi ......................

30

8

Sebaran contoh berdasarkan jawaban yang benar tentang

9

pengetahuan gizi ...................................................................................

31

Sebaran contoh berdasarkan pengetahuan gizi .....................................

32

10 Konsumsi pangan serta asupan energi dan zat gizi berdasarkan
status gizi...............................................................................................

33

11 Konsumsi pangan serta asupan zat gizi mikro berdasarkan status gizi ..

34

12 Sebaran contoh menurut rata-rata asupan, tingkat kecukupan energi
dan zat gizi serta status gizi ...................................................................

35

13 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan energi dan
zat gizi makro.........................................................................................

35

14 Sebaran contoh berdasarkan kategori tingkat kecukupan kalsium dan
status gizi...............................................................................................

38

15 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan makan dan status gizi .............

41

16 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas fisik dan rata-rata lama
aktivitas fisik (jam) serta status gizi pada hari kerja ................................

43

17 Sebaran contoh berdasarkan jenis aktivitas fisik dan rata-rata lama
aktivitas fisik serta status gizi pada hari libur ..........................................

43

18 Sebaran contoh berdasarkan tingkat aktivitas fisik dan status gizi pada
hari kerja dan hari libur. .........................................................................

44

19 Sebaran contoh berdasarkan kebiasaan olahraga, jenis olahraga,
frekuensi olahraga, dan lama olahraga serta status gizi .........................

46

20 Sebaran contoh berdasarkan kebiasan merokok dan banyak merokok
serta status gizi ......................................................................................

46

xiv

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran tentang keterkaitan antara asupan energi dan zat gizi
serta kondisi sosial ekonomi dengan obesitas pada pegawai IPB ............

17

2 Skema penarikan contoh..........................................................................

18

xv

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Nilai Rata-rata±SD variabel ....................................................................

56

2 Hasil Uji Beda Berbagai Variabel Antara Contoh Obes dan Normal .......

57

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah gizi ganda, di satu pihak
masih banyak penduduk Indonesia yang menghadapi resiko kesehatan akibat
kekurangan zat gizi, seperti gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), anemia
gizi besi (AGB), kekurangan vitamin A (KVA), dan kekurangan energi protein
(KEP), di lain pihak sudah semakin banyak penduduk yang menghadapi risiko
kesehatan akibat gizi lebih. Masalah gizi ganda ini perlu mendapat penanganan
yang serius mengingat masalah gizi ini, baik yang kekurangan atau pun
kelebihan zat gizi akan berdampak terhadap kualitas sumber daya manusia
(SDM).

Kualitas SDM sangat penting dalam menentukan keberhasilan

pembangunan (Hardinsyah et al. 2001).
Dewasa ini obesitas telah menjadi masalah kesehatan dan gizi
masyarakat dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Review
atas epidemik obesitas yang dilakukan Low, Chin dan Deurenberg-Yap (2009)
memperlihatkan bahwa prevalensi kelebihan berat (overweight) di negara
maju berkisar dari 23.2% di Jepang hingga 66.3% di Amerika Serikat,
sedangkan di negara berkembang berkisar dari 13.4% di Indonesia sampai
72.5% di Saudi Arabia. Adapun prevalensi kegemukan (obesity) di negara
maju berkisar dari 2.4% di Korea Selatan hingga 32.2% di Amerika Serikat,
sedangkan

di

negara berkembang berkisar dari 2.4% di Indonesia sampai

35.6% di Saudi Arabia. Namun,

bila

dilihat

menurut

kelompok

umur,

prevalensi kegemukan tertinggi di negara-negara berkembang terdapat pada
kelompok umur yang lebih muda (40-50 tahun) dibandingkan dengan negaranegara maju (50-60 tahun). Hal ini dapat menjadi masalah kesehatan
masyarakat yang serius di negara-negara berkembang, yang berpendapatan
rata-rata menengah dan rendah (Low, Chin & Deurenberg-Yap 2009).
Beberapa tahun terakhir, kejadian gizi lebih atau gemuk (overweight)
pada remaja dan dewasa di Indonesia semakin meningkat terutama di daerah
perkotaan. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesas) (2010)
prevalensi nasional kegemukan di Indonesia pada kelompok usia di atas 15
tahun sudah mencapai 19.1%. Dewasa ini masyarakat belum menyadari
sepenuhnya bahaya kegemukan, bahkan ada yang memandangnya sebagai
lambang kemakmuran (Khomsan 2002). Laju kejadian kegemukan meningkat
bersamaan dengan munculnya faktor risiko kardiovaskular (sindrom metabolik)

2

(James 2008; WHO 2007). Selain itu kegemukan dapat menurunkan ekspektansi
hidup karena meningkatkan laju mortalitas (Mann & Stewart 2007).
Kegemukan merupakan kondisi kompleks yang merupakan kombinasi
dari beberapa faktor, seperti genetik, budaya, perilaku, dan lingkungan.
Penyebab utama dari terjadinya kegemukan adalah kelebihan asupan energi
yang tidak sesuai dengan pengeluaran energi dalam jangka panjang (Riccardi et
al. 2004; Swinburn et al. 2004; Dehghan et al. 2005). Kecenderungan
kegemukan lebih sering terjadi pada individu yang memiliki gaya hidup dengan
tingkat aktivitas ringan serta mengkonsumsi pangan tinggi kalori serta rendah zat
gizi mikro (WHO 2000; Popkin et al. 2002; Swinburn et al. 2004; Speiser et al.
2005; James 2008).
Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi pengaruh terhadap
terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus
penyakit tidak menular seperti penyakit jantung, tumor, diabetes, hipertensi,
gagal ginjal, dan sebagainya (Depkes RI 2008).
Di Indonesia masalah obesitas belum mendapat perhatian yang cukup,
karena pemerintah masih terfokus pada masalah gizi kurang. Meskipun obesitas
belum menjadi masalah gizi utama, tetapi obesitas perlu mendapat perhatian
karena ada kecenderungan angkanya terus meningkat. Menurut data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional obesitas pada
penduduk berusia lebih dari 15 tahun adalah 10.3% (laki-laki 13.9% dan
perempuan 23.8%). Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010
melaporkan bahwa prevalensi nasional obesitas pada penduduk berumur lebih
dari 18 tahun adalah 21.7% dan prevalensi obesitas pada perempuan lebih tinggi
(26.9%) dibanding laki-laki (16.3%). Menurut Sari (2011) melaporkan bahwa
prevalensi obesitas tertinggi di pegawai IPB khususnya rektorat IPB terjadi pada
contoh berumur 30-49 tahun dan 60% berjenis kelamin perempuan. Hal ini
sejalan dengan Riskesdas 2010 yang melaporkan bahwa angka kejadian
obesitas pada perempuan cenderung lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk meneliti asupan dan kondisi
sosial ekonomi pada orang dewasa yang berstatus gizi obes dan normal
khususnya pada pegawai IPB.

3

Tujuan
Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji asupan energi
dan zat gizi serta kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan obesitas pada
pegawai IPB.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Mengkaji karakteristik contoh obes dan normal (umur, jenis kelamin,
besar keluarga, pendidikan terakhir, dan pendapatan keluarga),
2. Mengidentifikasi pengetahuan gizi contoh obes dan normal,
3. Mengkaji asupan dan tingkat kecukupan energi dan zat gizi contoh obes
dan normal
4. Mengkaji gaya hidup contoh obes dan normal yang meliputi kebiasaan
makan, aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, dan kebiasaan merokok,
5. Menganalisis hubungan antara karakteristik, pengetahuan gizi, dan gaya
hidup dengan asupan energi serta zat gizi contoh obes dan normal; serta
gaya hidup dan asupan energi serta zat gizi dengan status gizi contoh
obes dan normal.
Kegunaan
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu
bagi peneliti mampu meningkatkan wawasan dan keterampilan dalam melakukan
penelitian. Selain itu, dapat memberikan informasi kepada Institut Pertanian
Bogor (IPB) agar lebih memperhatikan kejadian dilingkungan kampus dan bahan
pertimbangan dalam pengambilan kebijakan untuk mengurangi kejadian obes
khususnya pada pegawai IPB sehingga mampu menekan biaya penanggulangan
masalah kesehatan dan menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Hasil penelitian juga dapat sebagai informasi kepada masyarakat agar dapat
meningkatkan pengetahuan gizi tentang gaya hidup yang memicu kejadian
obesitas, sehingga diharapkan dapat mengurangi prevalensi obesitas khususnya
di Indonesia.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Status Gizi Antropometri
Pengertian Status Gizi
Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang
dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,
penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal organ-organ, serta
menghasilkan

energi.

Nutrition

status

adalah

ekspresi

dari

keadaan

keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa 2001).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) (2002) aspek yang mempengaruhi
kualitas fisik penduduk yaitu status kesehatan yang antara lain diukur melalui
angka kesakitan dan status gizi. Riyadi (2001) menyatakan status gizi adalah
keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan dan penggunaaan zat gizi makanan yang dapat
dinilai dengan berbagai cara, salah satunya dengan antropometri. Status gizi
anak dinilai dengan menggunakan indeks berat badan menurut umur (BB/U),
tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan
(BB/TB).
Menurut Riyadi (2001) berat badan merupakan salah satu ukuran
antropometri yang memberi gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak).
Karena massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan keadaan mendadak
seperti penurunan nafsu makan dan terserang penyakit infeksi. Oleh karena itu,
berat badan merupakan ukuran antropometri yang sangat labil. Indeks BB/U
mampu menggambarkan status gizi pada saat kini. Indeks ini juga dapat
digunakan untuk mendeteksi underweight dan overweight.
Cara Penentuan Status Gizi
Menurut Supariasa (2001), penilaian status gizi dibagi menjadi dua, yaitu
secara langsung dan tak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat
dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik.
Sedangkan penilaian status gizi tidak langsung dapat dibagi tiga, yaitu survey
konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini, untuk
menentukan status gizi digunakan indeks antropometri. Antropometri berasal dari
kata antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran.
Jadi antropometri adalah ukuran dari tubuh. Antropometri sangat umum
digunakan untuk mengukur status gizi dari berbagai ketidakseimbangan antara

5

asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan
fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh.
Indeks antropometri yang umum digunakan dalam menilai status gizi adalah
berat badan menurut umur, tinggi badan menurut umur dan berat badan menurut
tinggi badan. Status kesehatan penduduk memberikan gambaran mengenai
kondisi kesehatan penduduk dan biasanya dapat dilihat dari indikator angka
kesakitan yaitu persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan
sehingga mampu mengganggu akitivitas sehari-hari (BPS 2002).
Dewasa
Hurlock (2004) menyatakan bahwa istilah dewasa (adult) berasal dari
bahasa latin adultus yang berarti telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran
yang sempurna atau telah menjadi dewasa. Secara psikologis orang dewasa
adalah individu yang telah menyelesaikan pertumbuhan fisiknya. Selain itu orang
dewasa telah siap menerima kedudukan dalam masyarakat bersama dengan
orang dewasa lainnya.
Masa dewasa dibagi menjadi tiga fase, yaitu masa dewasa dini, masa
dewasa madya, dan masa dewasa lanjut. Masa dewasa dini dimulai pada umur
18 tahun hingga 40 tahun, saat terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikologis
yang menyertai berkurangnya kemampuan reproduktif. Masa dewasa dini
merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan
harapan-harapan sosial baru. Masa dewasa dini dihubungkan dengan kekuatan
dan vitalitas meskipun sebagai orang yang berumur terdapat penurunan fungsi
fisiologis. Insiden dan keparahan penyakit sering kali dialami oleh pilihan gaya
hidup termasuk pilihan makanan (Sigman-Grant dan Kris-Etherton 1993).
Menurut Apriadji dan Ariani (1983) dengan bertambahnya umur, kebutuhan
tenaga akan semakin meningkat. Pada masa ini unsur gizi merupakan salah satu
faktor yang memegang peranan penting terhadap perkembangan mental, fisik,
produktivitas, dan kesanggupan kerja manusia yang semuanya mempengaruhi
kesanggupan ekonomi yang akan berdampak pada pembangunan (Berg 1986).
Masa dewasa madya dimulai pada umur 40 hingga 60 tahun, yakni saat
menurunnya kemampuan fisik dan psikologis yang jelas nampak pada setiap
orang. Masa dewasa madya, dilihat dari sudut posisi usia dan terjadinya
perubahan fisik maupun psikologis, memiliki banyak kesamaan dengan masa
remaja. Secara fisik, pada masa remaja terjadi perubahan yang demikian pesat
(menuju arah kesempurnaan/kemajuan) yang berpengaruh pada kondisi

6

psikologisnya, sedangkan masa dewasa madya juga mengalami perubahan
kondisi fisik, namun dalam pengertian terjadi penurunan/kemunduran, yang juga
akan mempengaruhi kondisi psikologisnya. Kemudian masa dewasa lanjut
dimulai pada umur 60 tahun keatas hingga kematian, saat kemampuan fisik dan
psikologis cepat menurun (Hurlock 2004).
Obesitas
Obesitas (obesity) berasal dari bahasa latin yaitu “ob” yang berarti akibat
dari dan “esum” artinya makan, sehingga obesitas dapat didefinisikan sebagai
akibat dari pola makan yang berlebihan (Freitag 2010). Obesitas merupakan
keadaan patologis dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan
daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh (Mayer, 1973 dalam Pudjiadi 1990).
Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah
sekitar 25%-30% pada wanita dan 18%-23% pada pria. Wanita dengan lemak
tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% disebut
mengalami obesitas (Mustofa 2010). Obesitas dari segi kesehatan merupakan
salah satu penyakit gizi, sebagai akibat konsumsi makanan yang jauh melebihi
kebutuhannya.
Obesitas merupakan kondisi ketidaknormalan atau kelebihan akumulasi
lemak pada jaringan adipose. Obesitas tidak hanya berupa kondisi dengan
jumlah simpanan kelebihan lemak, namun juga distribusi lemak di seluruh tubuh.
Distribusi lemak dapat meningkatkan risiko yang berhubungan dengan berbagai
macam penyakit degeneratif (WHO 2000).
Obesitas berhubungan dengan pola makan, terutama bila makan
makanan yang mengandung tinggi kalori, tinggi garam dan rendah serat. Selain
itu terdapat faktor lain yang mempengaruhi seperti faktor demografi, faktor
sosiokultur, faktor biologi, dan faktor perilaku. Obesitas juga dapat disebabkan
oleh faktor genetik atau keturunan. Menurut Dietz dalam Penuntun Diet Anak
(2003), kemungkinan seorang anak berisiko menderita obesitas sebesar 80%
jika kedua orang tuanya mengalami obesitas. Sedangkan seorang anak akan
beresiko menderita obesitas sebesar 40% jika salah satu orang tuanya
mengalami obesitas.
Penyebab utama masalah obesitas adalah lingkungan dan perubahan
perilaku. Peningkatan proporsi lemak dan peningkatan densitas energi dalam
diet, penurunan level aktivitas fisik dan peningkatan perilaku sedentari,
merupakan faktor utama yang dapat meningkatkan berat badan pada populasi.

7

Genetik, faktor biologi dan faktor individu lain seperti penghentian merokok, jenis
kelamin, dan umur saling berinteraksi mempengaruhi peningkatan berat badan
(WHO 2000).
Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia agar dapat
hidup sehat karena pangan merupakan sumber utama zat gizi yang dibutuhkan
tubuh. zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses
metabolisme dalam tubuh, memperbaiki jaringan tubuh serta pertumbuhan
(Harper et al. 1986).
Konsumsi pangan secara garis besar adalah kuantitas pangan yang
dikonsumsi oleh seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan tertentu
dengan jenis tunggal atau beragam. Ada tiga hal yang mempengaruhi konsumsi
pangan yaitu kuantitas dan ragam pangan yang tersedia dan diproduksi,
pendapatan, dan tingkat pengetahuan gizi. Sanjur (1989) menyatakan bahwa
konsumsi pangan seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap terhadap
makanan yang tergantung pada lingkungan baik masyarakat maupun keluarga,
sedangkan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi dipengaruhi oleh faktor
sosial ekonomi individu atau keluarga.
Konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan aspek gizi dan
kesehatan. Kebutuhan akan zat gizi akan terjamin pemenuhannya dengan cara
mengkonsumsi makanan yang beragam. Pangan dan gizi sangat erat kaitannya
dengan peningkatan kualitas semberdaya manusia, Karena jumlah dan mutu
serta keragaman dari makan yang dikonsumsi ikut mempengaruhi status gizi
(Suhardjo 1992). Konsumsi makanan yang selalu kurang dari kecukupan dalam
jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan kurang gizi walaupun tidak
menderita penyakit. Akan tetapi, konsumsi makanan yang cukup apabila terdapat
penyakit, dapat pula berakibat kurang gizi (Riyadi 2006).
Konsumsi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan pemilihan jenis
maupun banyaknya pangan yang dimakan, dapat berlainan dari masyarakat
yang satu dengan masyarakat yang lain. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi konsumsi pangan adalah faktor ekonomi dan harga. Keadaan
ekonomi keluarga berpengaruh besar pada konsumsi pangan, terutama pada
golongan keluarga miskin. Hal ini disebabkan karena penduduk golongan miskin
menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk memenuhi kebutuhan
makanan (Madanijah 2004).

8

Perubahan

pendapatan

secara

langsung,

dapat

mempengaruhi

perubahan konsumsi pangan keluarga. Selain itu faktor ekonomi yang
mempengaruhi adalah harga pangan dan harga non pangan. Harga pangan
yang tinggi menyebabkan berkurangnya daya beli dan mengakibatkan konsumsi
pangan berkurang.
Survey konsumsi pangan bertujuan untuk mengetahui konsumsi pangan
seseorang atau kelompok orang baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
Survei konsumsi pangan secara kuantitatif dimaksudkan untuk mengetahui
jumlah pangan atau makanan yang dikonsumsi (Suhardjo et al. 1988). Metode
kuantitatif juga dapat menghitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan daftar
komposisi Bahan Makanan (DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti
daftar Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah Masak (DKMM)
dan Daftar Penyerapan Minyak (DPM). Metode pengukuran konsumsi makanan
bersifat kualitatif antara lain metode frekuensi makanan (food frequency), metode
dietary history, metode telepon, metode pendaftaran makanan (food list)
(Supariasa et al. 2001)
Metode mengingat-ingat (recall method) merupakan salah satu penilaian
konsumsi pangan pada tingkat individu. Metode ini dilakukan dengan cara
mencatat jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Pengukuran konsumsi
pangan diawali dengan menanyakan jumlah pangan dalam Ukuran Rumah
Tangga (URT) setelah itu dikonversikan ke dalam satuan berat. Pada metode ini
subjek diminta mengingat semua makanan yang telah dimakan dalam 24 jam
atau sehari yang lalu. Metode ini dapat menaksir asupan gizi pada individu
(Gibson 2005).
Karakteristik Sosial Ekonomi
Umur
Faktor umur penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan
umur akan menyebabkan interpretasi status gizi menjadi salah. Hasil pengukuran
tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai
dengan penentuan umur yang tepat (Supariasa et al. 2001). Kejadian
kegemukan cenderung meningkat pada umur dewasa dan mencapai puncaknya
pada umur 45 tahun untuk laki-laki dan 74 tahun untuk perempuan; penurunan
kejadian kegemukan pada laki-laki di umur 45 tahun kemungkinan disebabkan
kerena tingginya angka kematian pada laki-laki kelompok umur tersebut (Guthrie
& Picciano 1995). Menurut penelitian Wahlqvist (1997), seseorang yang berumur

9

lanjut cenderung mengalami penurunan berat badan. Hasil penelitian longitudinal
di Swedia menunjukkan, berat badan pada laki-laki dan perempuan turun pada
umur 70 dan 81 tahun dengan rata-rata penurunan 7 kg pada laki-laki dan 6 kg
pada perempuan. Adapun di Amerika menunjukkan terjadinya penurunan berat
badan rata-rata sebesar 4 kg pada laki-laki umur 45-65 tahun.
Jenis Kelamin
Prevalensi obesitas lebih tinggi pada perempuan dibandingkan dengan
laki-laki (Al-Riyami&Afifi

2003; Martins&Marinho 2003; Gutierrez-Fisac et al.

2004; Yoon et al. 2006). Janghorbani et al. (2007) menyatakan bahwa tingginya
prevalensi obesitas pada perempuan dibandingkan dengan laki-laki karena
adanya perbedaan tingkat aktivitas fisik dan asupan energi antara perempuan
dan laki-laki. Perempuan mengkontrol kelebihan energi sebagai lemak simpanan,
sedangkan laki-laki menggunakan kelebihan energinya untuk mensintesis
protein. pada perempuan, pola penggunaan energi untuk keseimbangan energi
positif dan deposit lemak disebabkan oleh dua alasan. Pertama, penyimpanan
lemak jauh lebih efisien daripada protein. Kedua, penyimpanan energi sebagai
lemak akan berperan pada rendahnya rasio jaringan bebas lemak dengan
jaringan lemak dengan hasil yang tidak meningkatkan RMR (Resting Metabolite
Rate) pada kecepatan yang sama sebagai massa tubuh (WHO 2000).
Status Kawin
Obesitas berhubungan nyata positif dengan status kawin (Erem et al.
2004; Janghorbani et al. 2007). Prevalensi obesitas tertinggi pada orang yang
memiliki status cerai dan terendah pada orang yang belum menikah (Erem et al.
2004). Janghorbani et al. (2007) menyatakan bahwa prevalensi obesitas lebih
tinggi pada sampel yang telah menikah. Hal ini karena kurangnya aktivitas fisik
setelah menikah dan perubahan pola makan yang menyesuaikan pasangannya.
Namun penelitian yang dilakukan oleh Panagiotakos et al. (2004) terhadap orang
dewasa berumur 20−89 tahun di Yunani menemukan bahwa tidak terdapat
hubungan obesitas dengan status kawin.
Tingkat Pendidikan
Menurut Suprijanto (2007), pendidikan dibedakan menjadi 9 jenis antara
lain: 1) Pendidikan Masal; 2) Pendidikan Masyarakat; 3) Pendidikan Dasar; 4)
Penyuluhan; 5) Pengembangan Masyarakat; 6) Pendidikan Orang Dewasa; 7)
Masyarakat Seumur Hidup; 8) Masyarakat Belajar; 9) Pendidikan Formal, non
formal dan informal. Pendidikan mempunyai pengaruh yang besar terhadap

10

perubahan sikap dan perilaku hidup sehat seseorang. Tingkat pendidikan yang
lebih tinggi akan memudahkan seseorang/masyarakat untuk menyerap informasi
dan mengimplikasikannya dalam perilaku dan gaya hidup sehari-hari, khususnya
dalam hal kesehatan dan gizi (Atmarita & Tatang 2004). Pendidikan akan
berpengaruh terhadap pola konsumsi pangan. Menurut Martianto & Ariani
(2004), seseorang yang mempunyai pendidikan formal dan pendapatan yang
tinggi maka makanan yang dikonsumsi akan lebih beragam dan memiliki kualitas
dan kuantitas yang baik.
Besar Keluarga
Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN) tahun 1998, besar keluarga adalah keseluruhan jumlah anggota
keluarga yang terdiri dari suami, isteri, anak dan anggota keluarga lainnya yang
tinggal bersama. Berdasarkan jumlah anggota keluarga, besar keluarga
dikelompokkan menjadi 3, yaitu keluarga kecil, keluarga sedang, dan keluarga
besar. Keluarga kecil adalah keluarga dengan jumlah anggota keluarga kurang
dari empat orang, keluarga sedang adalah keluarga yang memiliki anggota
keluarga lima sampai tujuh orang, sedangkan keluarga besar adalah keluarga
dengan jumlah anggota keluarga lebih dari tujuh orang.
Bentuk keluarga berdasarkan jumlah anggotanya di Indonesia dibedakan
menjadi keluarga inti, extended family dan keluarga besar. Extended family
menurut Soediatama (2008) adalah keluarga yang terdiri atas sepasang suami
istri yang biasanya menanggung biaya keluarga dan semua orang yang
bernaung di bawah satu atap dan menjadi tanggungan suami istri tersebut,
sehingga dapat meliputi anak-anak, kemenakan, bibi dan paman, bahkan eyang.
Besar keluarga yang dimiliki akan mempengaruhi kesehatan seseorang atau
anggota keluarga yang terlibat didalamnya. Selain itu pula, besar keluarga akan
mempengaruhi konsumsi zat gizi dalam suatu keluarga (Soediatama 2008).
Jumlah anggota keluarga tidak berhubungan dengan kegemukan.
Besarnya jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi distribusi pangan yang
akan diterima masing-masing individu. Sebuah keluarga yang terdiri dari banyak
individu,

selain

dapat

mengurangi

distribusi

pangan

juga

mengurangi

kenyamanan dalam hidup berkeluarga. Dengan banyaknya anggota keluarga,
akan memperkecil kemungkinan menjadi gemuk (Adiningrum 2008).

11

Pekerjaan
Perubahan pada struktur sosial berhubungan dengan peningkatan
obesitas. Hubungan ini terletak pada peningkatan proporsi populasi pekerjaan
dalam bidang pelayanan, perkantoran, dan profesi lain yang kurang aktivitas fisik
jika dibandingkan dengan pekerjaan manual yang membutuhkan banyak aktivitas
fisik pada masyarakat tradisional (WHO 2000).
Pendapatan
Pendapatan merupakan faktor yang paling menentukan kuantitas dan
kualitas makanan. Menurut Madanijah (2004), perubahan pendapatan secara
langsung

akan

berpengaruh

terhadap

konsumsi

pangan.

Peningkatan

pendapatan berarti memperbesar peluang untuk membeli pangan dengan
kuantitas dan kualitas yang lebih baik. Sebaliknya penurunan pendapatan akan
menyebabkan penurunan dalam hal kuantitas dan kualitas pangan yang dibeli.
Selain pendapatan, faktor ekonomi yang berpengaruh terhadap konsumsi
pangan adalah harga pangan dan harga barang non pangan. Perubahan harga
dapat berpengaruh terhadap besarnya permintaan pangan. Harga pangan yang
tinggi

menyebabkan

berkurangnya

daya

beli

masyarakat.

Keadaan

ini

menyebabkan daya beli masyarakat kurang.
Pengeluaran per Kapita
Pengeluaran per kapita merupakan salah satu indikator status ekonomi
seseorang. Pengeluaran per kapita paralel dengan pendapatan per kapita
seseorang. Penelitian yang dilakukan oleh Reynolds et al. (2007) menemukan
bahwa pendapatan perkapita berhubungan dengan obesitas pada laki-laki.
Semakin tingi pendapatan rumah tangga semakin berisiko obesitas (Erem et al.
2004). Peningkatan pendapatan berpengaruh pada peningkatan konsumsi rumah
tangga seperti makanan tinggi lemak dan konsumsi daging (WHO 2000).
Pendapatan berhubungan positif dengan kejadian obesitas pada laki-laki di
Korea. Pendapatan tinggi meningkatkan obesitas 1.37 kali dibandingkan dengan
pendapatan terendah pada laki-laki di Korea. Pada perempuan, pendapatan
tidak menunjukkan hubungan nyata dengan kejadian obesitas. Pengaruh
pendapatan terhadap obesitas terletak pada ketersediaan dalam membeli
makanan dan aktivitas fisik (Yoon et al. 2006).
Tipe Wilayah
Tipe wilayah berhubungan positif dengan obesitas. Wilayah perkotaan
berhubungan dangan obesitas karena peningkatan jumlah orang yang tinggal di

12

perkotaan. Wilayah perkotaan berhubungan dengan berbagai faktor yang
mempengaruhi diet, aktivitas fisik, dan komposisi tubuh. hal ini melibatkan
perubahan transportasi, kemudahan akses dan penggunaan fasilitas kesehatan
dan pendidikan modern, komunikasi, pemasaran dan ketersediaan pangan, dan
perbedaan profil pekerjaan dengan yang lainnya (WHO 2000). Reynolds et al.
(2007) menemukan bahwa prevalensi obesitas lebih tinggi pada sampel yang
tinggal di perkotaan. Tingginya prevalensi obesitas di perkotaan diakibatkan oleh
urbanisasi yang berhubungan dengan perubahan gaya hidup dan perubahan
perilaku seperti rendahnya aktivitas fisik dan tingginya konsumsi makanan
berlemak. Janghorbani et al. (2007) menyatakan bahwa seseorang yang tinggal
di perkotaan cenderung mengikuti makanan ala barat yang rendah serat dan
kurang aktivit