Sistem deteksi dini dan pencegahan penyakit pada ternak unggas secara online

(1)

RINGKASAN

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA. D24060495. Sistem Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Pada Ternak Unggas Secara Online. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Despal, SPt. MSc.Agr.

Peternakan ungas di Indonesia merupakan salah satu lini peternakan yang penting dan berpengaruh dalam menyumbang porsi protein hewani yang terjangkau oleh masyarakat. Penyakit unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan tingkat pemanenan. Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, penyebaran informasi tentang penyakit unggas bisa dilakukan dengan cepat dan mudah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain program simulasi tentang penyakit unggas sehingga peternak bisa mengetahui penyakit yang menjangkiti unggasnya dengan cepat hanya dengan memasukkan gejala yang diketahui dan terlihat pada unggas yang sakit hanya lewat internet.

Sistem ini disusun dengan metode SDLC yaitu dilakukan investigasi sistem, analisis sistem, desain, dan implementasi system. Tahap investigasi sistem meliputi pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya. Tahap analisis sistem meliputi kebutuhan-kebutuhan sistem baik itu dari perangkat lunak, perangkat keras serta kebutuhan data input yang diperlukan dan informasi lainnya. Tahap desain sistem meliputi desain proses sistem, desain basis data sistem, dan desain tampilan (user interface) sistem. Tahap desain proses yaitu memodelkan aliran proses perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas secara keseluruhan, serta memodelkan aliran proses sistem informasinya. Desain basis data merupakan proses pembuatan struktur basis data yang akan digunakan oleh perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas. Tahap implementasi sistem meliputi kegiatan untuk memproses seluruh tahap desain sehingga menjadi aplikasi yang dapat dijalankan.

Sistem ini cocok untuk penyakit yang memiliki gejala dalam namun tidak dapat digunakan untuk merekomendasikan pengobatan, hanya dapat digunakan untuk merekomendasikan pencegahan agar penyakit yang sama tidak menjangkiti lagi.

Keunggulan dari program ini diantaranya bisa diujicobakan dimanapun selama terdapat koneksi internet. Kekurangan dari program simulasi ini diantaranya, program ini tidak 100% akurat dan tidak bisa menjalankan tes mendalam yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tes penyakit yang lebih akurat.


(2)

ABSTRACT

Early Detection System And Disease Control To Poultry By Online

I. M. K. Hamijaya, I. G. Permana, and Despal

Disease control on poultry farming can be one determining factor to get the economy success. A sick poultry will make the weight gain decreased, and result in economic losses. Poultry disease can be detected faster by the symptom shown by poultry itself. This Online Poultry Early Detection and Illness Prevention Information System (OPEDIPIS) could help farmer to detect the illness before its outbreak. This system diagnoses the desease by enter the symptome of the desease to computer system, and then the system compute the possible illness of the poultry based on the symptom that had been input to the system data base. The OPEDIPIS was developed using System Development Life Cycle Method (SDLC). SDLC consisted of 5 systems, they were investigation, analyze, design, implementation, and maintaining systems.

The system is good for some disease that have symptoms in the vital body but it cant be used to cure the illness, this system can only recommend some prevention method to help stop spreading the disease.


(3)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengendalian penyakit pada peternakan unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam kesuksesan usaha peternakan. Ternak yang sakit akan mengakibatkan konversi pakan turun, dan berakibat pada kerugian peternak. Penyakit ternak tidak bisa lepas dari pengawasan peternak, dan kelalaian dari pengawasan ini akan berakibat pada membengkaknya biaya pengobatan ternak yang sakit.

Penyakit pada unggas dapat dideteksi dengan cepat dari gejala klinis yang tampak pada gejala fisik. Walaupun tingkat keakurasiannya tidak mencapai 100% tetapi diagnosa penyakit unggas secara klinis ini sangat diperlukan, karena dapat dengan segera diambil kesimpulan secara cepat mengenai penyakit yang menyerang unggas tersebut sehingga dapat diambil tindakan yang paling tepat. Akan tetapi, diagnosa penyakit unggas berdasarkan gejala klinis membutuhkan seorang yang benar-benar ahli di bidang ini. Diagnosa yang akurat hanya dapat diperoleh dengan test laboratorium, namun hal ini perlu dipertimbangkan karena tes secara mikroskopis ini membutuhkan waktu yang cukup lama, peralatan mahal dan tenaga ahli.

Sistem informasi penyakit unggas akan sangat membantu peternak untuk mendiagnosa penyakit yang diderita oleh ternak unggas. Sistem ini membantu mendiagnosa penyakit dengan memasukkan ciri-ciri unggas yang sakit serta mengeluarkan hasil penyakit yang diduga menjangkiti ternak. Sistem ini tidak dapat mendiagnosa secara akurat karena diagnosa yang terbaik hanya dapat dilakukan oleh ahli dari kedokteran hewan, namun sistem ini mampu memberikan diagnosa yang cepat dan praktis untuk membantu peternak mendeteksi penyakit yang menjangkiti unggasnya dan mengambil keputusan yang cepat untuk menanggulanginya.

Hingga saat ini, belum banyak tersedia sistem informasi penyakit unggas tersebut. Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Pada Unggas diharapkan dapat membantu peternak untuk mendeteksi penyakit yang menjangkiti unggasnya dan mengambil keputusan yang cepat untuk menanggulanginya, dan mendiagnosa dengan menggunakan komputer, kemajuan sarana komunikasi seperti


(4)

internet banyak membantu masyarakat saat ini lewat internet dapat dengan mudah diakses informasi dimanapun peternak berada. Pendeteksian melalui internet (online) memiliki keunggulan karena tidak memerlukan instalasi software dan memungkinkan interaktif antara pembuat software dengan pengguna maupun sesama pengguna. Namun hingga saat ini, ketersediaan fasilitas itu masih terbatas.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu merancang dan membangun Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Unggas Secara Online. Penelitian ini juga ditujukan untuk menguji akurasi hasil pendeteksian dengan data yang sebenarnya.


(5)

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Unggas

Pencegahan penyakit pada ternak ayam lebih utama dibandingkan pengobatan, sebab biaya untuk pencegahan relatif murah dibandingkan dengan pengobatan. Penyakit yang sering menyerang ternak ayam secara umum berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi cekaman (stres), defisiensi zat makanan, parasit, penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus, dan penyakit karena cendawan (Suprijatna et al., 2005)

Mengetahui ciri-ciri ayam normal merupakan hal yang penting untuk mengetahui ayam yang sakit. Menurut Suprijatna et al., (2005) ayam yang sehat mempunyai ciri-ciri: konsumsi pakan dan ternak normal, kotoran normal tidak encer, giat melakukan aktivitas, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur tubuh normal, berkisar 40.5 – 41.6° C, rata-rata 41.1° C, denyut jantung normal, berkisar 200-400 kali per menit, dan bernapas normal, berkisar 15-36 kali per menit.

Menurut Ensminger (1992), studi yang mempelajari penyebab terjadinya penyakit disebut etiologi. Sebuah penyakit terkadang terjadi karena kombinasi dari dua penyebab atau lebih, diantaranya : (1) faktor tidak langsung yang dapat menurunkan ketahanan tubuh unggas, dan (2) faktor langsung yang menyebabkan penyakit menjangkiti unggas.

Cekaman (Stress)

Cekaman (stress) adalah suatu keadaan ketika ayam mengalami ketegangan karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Cekaman mengakibatkan nafsu makan menurun dan kondisi tubuh lemah. Hal ini dapat mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, pertumbuhan terganggu, serta produksi telur menurun, dan akhirnya berhenti berproduksi (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Ensminger (1992), faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit secara tidak langsung biasanya disebut sebagai faktor stress, diantaranya kedinginan, ventilasi udara buruk, kandang terlalu padat, pemberian pakan dan tempat minum yang tidak


(6)

sesuai, dan unggas terlalu banyak mendapatkan perlakuan yang menggunakan obat-obatan.

Menurut Suprijatna et al. (2005), penyebab stress diantaranya cuaca/iklim (misalnya hujan lebat, angin deras, udara panas, dan udara dingin), suara (misalnya kebisingan, ledakan, suara kendaraan, dan pesawat terbang), kejutan (misalnya orang asing masuk kandang dan hewan liar), mekanis (misalnya potong paruh, vaksinasi, pindah kandang, dan perjalanan), makanan (misalnya pergantian pakan serta pakan dan minuman yang tidak cukup), dan kepadatan kandang(yaitu kandang yang terlalu padat).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, pencegahan dan pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh stree yaitu apabila terjadi perubahan cuaca atau setelah perlakuan vaksinasi dan perlakuan lainnya, perlu diberikan antistres.

Defisiensi Zat Makanan

Gejala umum yang tampak pada ayam yang menderita defisiensi zat makanan adalah pertumbuhan anak ayam terhambat, bobot badan menurun drastis (ayam dewasa), bulu kasar dan kusam, jengger kebiruan, berjalan pincang, lumpuh, tidak tenang, dan produksi telur menurun. Penyebabnya adalah defisiensi zat zat makanan karena kandungan zat-zat makanan tertentu kurang dalam pakan. Selain itu, dapat juga disebabkan karena rendahnya kualitas bahan campuran pakan yang digunakan (Suprijatna et al., 2005).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, untuk mencegah defisiensi zat makanan diantaranya dapat dilakukan: teliti menghitung kebutuhan zat-zat makanan sesuai dengan periode pertumbuhan atau produksi, menggunakan bahan pakan yang beragam, jangan hanya satu jenis pakan, dan berikan zat-zat makanan tambahan, seperti premix. Apabila terjadi defisiensi maka pengobatan dilakukan dengan pemberian zat zat makanan yang dianggap kurang atau dengan pemberian premix melalui pakan atau air


(7)

Parasit

Parasit adalah organisme yang tinggal di dalam tubuh organisme lain, atau mendapatkan kebutuhannya dari organisme lain (Ensminger, 1992). Menurut Suprijatna et al. (2005) penyakit yang disebabkan oleh parasit dikelompokkan menjadi dua, yaitu ektoparasit dan endoparasit (Suprijatna et al,. 2005).

a. Ektoparasit

Ektoparasit menyebabkan unggas terlihat tidak tenang, mengurangi pertambahan bobot badan dan produksi telur, juga meninggalkan bekas pada kulit unggas (Ensminger, 1992). Ektoparasit adalah parasit yang menempel atau hidup pada tubuh ayam bagian luar, umumnya adalah kutu. Kutu menjadi parasit dengan memamah kulit dan bulu serta mengisap darah dan getah bening (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Suprijatna et al., (2005) gejala unggas yang terserang ektoparasit diantaranya ayam gelisah, tidak tenang sehingga stress, lesu dan kurang darah, pucat, pertumbuhannya terhambat, dan produksinya turun. Hal ini dapat dicegah dengan cara kandang harus selalu dibersihkan, konstruksi kandang harus mudah dibersihkan, dan kandang harus bebas dari sarang-sarang hewan liar. Apabila unggas dijangkiti maka dapat diobati dengan cara: (a) untuk mengatasi gurem yang menempel di sisik-sisik kaki, atau rendam kaki dengan minyak tanah. Selain itu, cat tempat bertengger dan dinding dengan carboleneum atau minyak anthresene, (b) cara tradisional dapat dilakukan dengan air larutan tembakau yang dioleskan pada tempat-tempat kutu atau gurem menempel, (c) olesi bulu atau tempat yang menjadi sarang kutu dengan nicotin sulfa, dan (d) Semprot kandang dengan malaion berdosis 4-5% dan pada ayam dengan dosis 0.5%.

b. Endoparasit

Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh ternak, umumnya berupa berbagai jenis cacing dalam saluran pencernaan. Semua jenis umur ayam memungkinkan terserang endoparasit (Suprijatna et al., 2005). Gejala unggas yang terserang endoparasit adalah ayam lesu, pucat, kondisi tubuh menurun, dan dapat mengakibatkan kematian karena komplikasi. Apabila ayam mati dibedah, pada saluran pencernaannya terdapat banyak cacing dan terjadi kerusakan pada


(8)

organ-organ lainnya, pertumbuhan ayam muda terhambat, dan produksi ayam yang tengah bertelur cepat menurun.

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, endoparasit dapat dicegah dengan cara: (a) kandang harus selalu dibersihkan, tidak membiarkan kotoran menumpuk, (b) mencegah perkembangan lalat dan kecoa, (c) pada kandang litter, menjaga agar litter tidak lembab dan basah, litter harus berada dalam kondisi kering, dan (d) pemeliharaan ayam petelur dilakukan di kandang battery. Jika terjadi serangan endoparasit maka dapat dilakukan pengobatan dengan cara memberikan obat cacing secara rutin, terutama pada ayam yang diperlihara di kandang litter, dan memberikan berbagai jenis obat cacing, seperti Vermyzin, Worm X, dan Ascaricid. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan petunjuk pada kemasan.

Protozoa

Protozoa adalah bentuk kehidupan hewan paling primitif dan paling sederhana, mereka hanya terdiri dari sel yang sederhana, penyakit ternak unggas yang disebabkan oleh protozoa yaitu coccidiosis, blackhead, trichimoniasis, hexamintiasis, dan leucocytozoonosis (Ensminger, 1992).

a. Coccidiosis

Gejala Coccidiosis yaitu: (a) kurus, bulu kusam, (b) kotoran mencret, berlendir, kemudian berdarah (merah kehitaman), (c) kedinginan, (d) produksi telur turun, (e) apabila dilakukan pembedahan maka usus terluka dan terjadi pendarahan, dan (f) pucat, lesu, mengantuk, dan sayap menggantung. Coccidiosis dapat dicegah dengan cara: (a) lakukan sanitasi yang baik. Upayakan kandang litter tidak lembab atau basah, (b) kandang jangan terlalu padat, (c) penambahan anti coccidiosis atau coccidiostat pada pakan atau air minum (noxal, trisulfa, cocciline, dan nocci). Apabila unggas terjangkit Coccidiosis maka dapat diobati dengan cara memberikan


(9)

Bakteri

Bakteri adalah bentuk organisme kehidupan yang paling sederhana. Tidak semua bakteri berbahaya bagi kesehatan ternak. Kesuksesan kontrol penyakit yang disebabkan oleh bakteri berhubungan dengan bagaimana mengisolasi dan mengidentifikasi spesies yang mengakibatkan penyakit, dan menghindari terjadinya multiplikasi dan penyebaran organisme tersebut diantara ternak unggas (Ensminger, 2004).

Chronical Respiratory Disease (CRD)

Penyakit CRD disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Bakteri menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Mortalitas meningkat berbarengan dengan penyakit lain. Biasanya, penyakit ini diderita bersamaan dengan penyakit tetelo atau NCD (New Castle Disease) dan IB (Infectious Bronchitis). Gejala CRD diantaranya ayam susah bernapas, ngorok dan bersin, keluar cairan dari hidung, nafsu makan menurun, pertumbuhan pada anak ayam terhambat, produksi telur ayam dewasa menurun, dan ayam lemah dan kurus. CRD dapat dicegah dengan cara: (a) menggunakan bibit ayam bebas CRD, (b) sebelum kandang dan peralatan digunakan, perlu dibersihkan dan disemprot dengan antihama, (c) tidak melakukan pemeliharaan ayam yang berbeda umur dalam satu kandang, (d) kurangi kunjungan orang yang tidak berkepentingan, (e) memberikan antistres setiap kali ayam mengalami stres.

Virus

Menurut Ensminger (1992), virus adalah agen penyebab penyakit yang (1) sangat kecil hingga mereka hanya dapat dilihat melalui mikroskop elektron, (2) dapat melewati lubang filter khusus yang akan menyaring bakteri umum, dan (3) hanya menyebar di jaringan hidup. Penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis.

a. Newcastle Disease 1) Gejala

Waktu inkubasi pada penyakit Newcastle Disease, biasanya kurang dari satu minggu. Strain velogenik terkadang membuat unggas melemah dengan cepat dan


(10)

unggas dapat mati tanpa menunjukkan gejala klinis tertentu. Unggas yang bertahan lebih lama menunjukkan kesulitan bernapas yang berhubungan dengan organ pernapasan, atau otot yang bergetar, torticollis dan bahkan paralisis. Diare berwarna hijau juga biasanya menjadi catatan pada penyakit ini. Tingkat kematian sangat tinggi (Spradbrow, 1987).

Lebih lanjut Spradbrow (1987) menambahkan, pada strain virus dengan patogenitas lebih rendah, perubahan pada pernapasan mendominasi fase klinis awal. Biasanya terjadi kesulitan bernapas, unggas terengah-engah dan terkadang batuk. Produksi telur turun drastis dan pada unggas yang bertahan hidup, tanda-tanda kerusakan saraf mungkin terlihat. Hal ini termasuk tanda-tanda-tanda-tanda terjadi paralisis dan torticollis, tingkat kematian bervariasi.

Pada kasus kronis, juga menunjukkan leher yang memutar, pergerakan kepala yang memutar, dan ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tubuh. unggas yang sembuh akan menunjukkan ciri leher yang tetap memutar (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

Program kontrol vaksinasi penyakit Newcastle Disease diikuti dengan manajemen intensif sukses dan dapat meningkatkan pendapatan peternak. (Spradbrow, 1987).

b. Infectious Bronchitis 1) Gejala

Pada anak ayam, Infectious Bronchitis ditunjukkan dengan ciri-ciri ayam megap-megap, batuk, dan hidung sengau. Pada unggas berusia 2 bulan keatas, tidak terlihat tanda sengau atau sinus. Ayam tampak berkumpul di tempat yang hangat, menunjukkan tanda-tanda kedinginan (Hungerford, 1969).


(11)

3) Pengobatan

Tidak ada perlakuan yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit ini, namun banyak perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi penyakit ini (Hungerford, 1969).

Sistem Informasi

Menurut Steven (1996), sistem informasi adalah suatu sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk mendapatkan, menyimpan, melakukan temu kembali, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang digunakan dalam satu atau lebih proses bisnis.

Menurut O’Brien (1999), sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima sumber data sebagai input kemudian diproses menjadi suatu sistem informasi yang berupa keluaran (output) yang terdiri dari sumber daya perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan prosedur), dan sumber daya manusia (spesialis dan end user). Pengelolaan sumber daya informasi dilakukan melalui proses aktivitas sistem informasi yaitu pemasukan data (input), pengolahan data (processing), penyimpanan (storage), pengeluaran (output), dan pengendalian (control activities).

PHP

PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Pada prinsipnya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server Page), Cold Fusion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP bisa dipakai secara command line. Skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server maupun browser (Kadir, 2008). Konsep kerja PHP ditunjukkan oleh Gambar 1.


(12)

Konsep Kerja PHP

Gambar 1. Skema PHP Sumber : Kadir (2008)

Model kerja HTML(Hyper Text Markup Language) diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki, dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server. Selanjutnya, web server akan mencarikan file yang diminta dan memberikan isinya ke web browser (atau yang biasa disebut browser saja). Browser yang mendapatkan isinya segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layar pemakai. Jika yang diminta adalah halaman PHP, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, maka permintaannya akan didapatkan oleh web server, kemudian isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server. Selanjutnya, web server menyampaikan ke klien (Kadir, 2008).


(13)

turunan yang bersifat closed source atau komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan/seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis (Prasetyo, 2003).


(14)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor mulai Maret 2011 sampai Mei 2012.

Materi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari: komputer dengan spesifikasi Prosesor Intel Pentium 4, HDD 20Gb, DDR 64 Mb, monitor. Perangkat lunak terdiri dari: system operasi Windows XP, software pengolah gambar (Adobe Fireworks), software pengolah data (XAMPP, MySQL, Macromedia Dreamweaver), dan bahasa pemrograman (PHP, JavaScript, HTML). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari buku panduan penyakit dan jurnal.

Metode

Metode pengembangan Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup pengembangan system (System Development Life Cycle / SDLC). SDLC terdiri dari lima tahap, yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan pemeliharaan sistem, dengan alur pengembangan seperti Gambar 2 :

Investigasi Sistem

Desain Sistem Analisis Sistem


(15)

Penelitian ini lebih berfokus pada merancang dan membangun sisem informasi, sehingga penelitian ini hanya sampai pada tahap implementasi sistem. Unuk pemeliharaan sistem yang merupakan tindakan modifikasi serta pengawasan tidak dilakukan, karena pemeliharaan sisem membutuhkan kontinuias dan berkala. Uraian dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

1. Investigasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya, gejala terserang penyakit ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ternak serta upaya pencegahannya diantaranya dengan menginformasikan metode yang berguna untuk mencegah penyebaran penyakit dan metode pengobatan penyakit. Tujuan dibangunnya sistem ini untuk mendiagnosa penyakit yang diderita ternak dengan memasukkan data ciri-ciri yang terdapat pada ternak unggas. Pada pengembangan Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini Penyakit pada Ternak Unggas ini, dilakukan dengan memasukkan data gejala penyakit yang terdeteksi serta jenis unggas yang terjangkit.

2. Analisis Sistem

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan sistem baik dari kebutuhan perangkat lunak maupun perangkat keras serta kebutuhan data inputnya. Analisis terhadap fungsi-fungsi yang terdapat pada perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas serta penentuan pengguna sistem.

Dari segi kebutuhan sistem, pengguna software Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas terdiri dari pengunjung (visitor), anggota (member), dan admin sistem. Target user aplikasi ini diantaranya peternak dan mahasiswa. User yang tidak mendaftarkan diri dianggap visitor dan user yang mendaftarkan diri dianggap member. Admin dari aplikasi ini diantaranya dosen dan dokter hewan, juga kontributor yang dianggap dapat menyokong perkembangan aplikasi


(16)

ini. Untuk mengelola aplikasi ini, administrator memiliki akses langsung ke sistem Administrasi yang dibuat khusus untuk mempermudah pengelolaan data.

Mahasiswa dan peternak sebagai user/pengguna biasa dapat berinteraksi dengan aplikasi melalui ”Grafis Antarmuka” berbasis web sehingga dapat memanfaatkan sistem dengan mudah, yaitu :

1) Melakukan diagnosa penyakit ternak unggas dengan form yang berisi checklist list gejala, dan mengirimkan datanya dengan menekan tombol ”Diagnosa”, kemudian mendapatkan hasil diagnosa berupa jenis penyakit yang diderita serta saran pencegahan dan pengobatan yang diperlukan.

2) Pengguna yang melakukan registrasi pada sistem dapat menjadi anggota dan melakukan penyimpanan data penyakit untuk diolah menjadi file berformat .PDF yang dapat dicetak untuk kemudian diajukan kepada pihak terkait untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang relevan maka dilakukan analisis terhadap input data yang dibutuhkan, yaitu :

- jenis penyakit unggas

- gejala dari tiap jenis penyakit unggas tersebut, disertai dengan pemberian bobot kemungkinan gejala tersebut menandai jenis penyakit tertentu.

Analisa output sistem dibutuhkan agar sistem dapat menyampaikan penyelesaian penyakit yang relevan. Output yang dibutuhkan yaitu :

- jenis penyakit unggas sesuai dengan hasil perhitungan dalam sistem - metode pencegahan yang berguna untuk jenis penyakit tersebut.

- Metode pengobatan yang mungkin dilakukan pada jenis penyakit tersebut.

Penentuan input dan output yang akan digunakan dalam membangun sistem ini juga dapat dilakukan dengan membuat kuesioner yang diisi oleh pengguna, yaitu mahasiswa dan peternak unggas.


(17)

3. Desain Sistem

Tahap desain ini meliputi desain proses sistem, desain basis data sistem, dan desain tampilan (user interface) sistem (O’Brien, 1999). Tahap desain proses yaitu memodelkan aliran proses perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas secara keseluruhan, serta memodelkan aliran proses sistem informasinya. Desain basis data merupakan proses pembuatan struktur basis data yang akan digunakan oleh perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas.

Pada desain user interface, dibuat tampilan halaman web yang menarik, mudah dimengerti oleh pengguna dan tidak menimbulkan kesalahan interpretasi, sehingga sistem dapat mencapai sasarannya. Dalam hal ini, dibutuhkan pemahaman secara mendalam tentang user yang akan menggunakan aplikasi, dan administrator yang akan menggunakan sistem admin untuk mengelola data yang terdapat pada sistem. Fitur yang disediakan oleh aplikasi ini diantaranya

• Daftar, edit hapus profil user.

• Analisa penyakit.

o Hasil diagnosa berupa persen jenis penyakit dan jenis penyakit yang kemungkinan besar diderita oleh ternak, dan saran pencegahan dan pengobatan yang dibutuhkan.

o Data yang sudah didapatkan dapat di save untuk melihat riwayat penyakit yang diderita ternak.

• F.A.Q yaitu modul yang berisi pertanyaan umum dan jawaban yang biasanya ditanyakan tentang sistem.

• Modul keluhan dan pertanyaan yang dapat diisi peternak untuk kemudian dijawab oleh admin atau volunter yang terdiri dari dosen, dokter hewan, dan kontributor yang diangkat oleh admin, yang dianggap memiliki kualifikasi untuk menjawab pertanyaan.

User dapat membaca artikel terbaru tentang hal yang berhubungan dengan kesehatan ternak.


(18)

User visitor hanya dapat melakukan diagnosa, dan membaca artikel terbaru seputar kesehatan ternak. User member dapat mengakses profile pribadi, melakukan perubahan terhadap data pribadi dan menghapus data pribadi jika tidak diperlukan lagi, termasuk menghapus data diagnosa, juga menggunakan modul keluhan dan pertanyaan, namun tidak dapat menjawab pertanyaan yang terdapat pada modul pertanyaan. Admin dapat mengakses sistem admin, mengelola sistem admin, dan menjawab modul interaktif keluhan dan pertanyaan seperti tertera pada Gambar 3.

Pada tahap desain basis datanya dibangun suatu struktur basis data yang akan digunakan oleh user untuk menyimpan datanya. Desain proses bertujuan untuk menentukan urutan kejadian mulai dari proses input sampai menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan user, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.

Gambar aliran data untuk modul diagnosa

Gambar 3. Skema Alir Data Keterangan :

A, B, C : penyakit 1, 2, 3 : gejala

x, y, z : bobot yang diberikan kepada gejala tergantung pada jenis penyakit yang diderita.

Berdasarkan hasil pengamatan, satu jenis penyakit memiliki beberapa gejala yang memiliki kemiripan dengan jenis penyakit lain, hal ini membuat diagnosa sulit dilakukan karena hasil tes gejala menunjukkan beberapa jenis penyakit yang

Jenis Penyakit -A, B, C

Analisa -A, 1, x -B, 2, y -C, 3, z

Gejala -1, 2, 3


(19)

merupakan hubungan ”banyak ke banyak” dan dapat mengakibatkan redundansi pada sistem basis data, sehingga dibuat tabel sendiri yang khusus membahas hubungan antara penyakit dengan gejala. Relasi antara penyakit dan gejala relasi dalam bentuk tabel ditunjukkan pada Gambar 5, sedangkan model relasi ditunjukkan pada Gambar 6.

Gambar 4. Use Case Umum Sistem

Untuk memulai diagnosa, user memilih modul diagnosa untuk kemudian memilih gejala-gejala umum yang tampak pada unggas yang sakit, setelah itu user memilih gejala khusus yang tampak berdasarkan gejala umum yang dipilih (gejala khusus akan ditampilkan dibawah gejala umum untuk mempermudah user memilih


(20)

gejala yang tampak pada unggas), dan menekan tombol hasil untuk mendapatkan kalkulasi test diagnosa. Hasil kalkulasi didapatkan dengan menghitung jumlah gejala umum dan gejala khusus yang dipilih dibagi dengan jumlah total gejala yang tampak pada sebuah penyakit. Karena terbuka kemungkinan untuk muncul lebih dari satu penyakit, maka penyakit yang akan muncul sebagai hasil adalah dua jenis penyakit yang memiliki persentase paling tinggi, seperti tertera pada Gambar 7.


(21)

Gambar 7. Use Case Aktor dan Modul Diagnosa

4. Implementasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pengidentifikasian perangkat lunak dan perangkat keras yang akan digunakan pada proses pembuatan Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas ini. Dari segi perangkat lunak yang harus disiapkan adalah sistem operasi, bahasa pemrograman, basis data, pengolah gambar. Sedangkan dari segi perangkat keras adalah hardware yang mendukung Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas. Pada tahap ini juga dilakukan kegiatan untuk memproses seluruh tahap desain sehingga menjadi aplikasi yang dapat dijalankan.

5. Pemeliharaan Sistem

Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengembangan sistem. Pemeliharaan merupakan tahap dimana sistem yang dibuat perlu pengawasan, evaluasi sistem, serta modifikasi sistem jika sistem tersebut ada kesalahan atau ada penambahan informasi.


(22)

Metode Deteksi

Metode deteksi yang dipakai oleh sistem isyarat dini adalah dengan memasukkan input data berupa gejala yang terdeteksi pada ternak. Pada sistem disediakan modul khusus untuk memilih gejala yang terlihat pada ternak unggas, beserta dengan penjelasan dan gambar jika gejala menunjukkan gejala visual yang spesifik, kemudian user dapat mengetahui hasil diagnosa setelah menekan tombol diagnosa. Uji deteksi ini mungkin disertai dengan beberapa uji coba dan akurasinya berdasarkan data-data laporan penyakit dan gejala-gejalanya dapat diperoleh dari peternakan atau dokter hewan.

Uji Coba Sistem

Pada tahap ini program simulasi yang sudah jadi, diuji dengan menggunakan data yang dikumpulkan dengan mewawancarai user secara langsung. User yang diwawancara diantaranya pegawai peternakan, teknisi peternakan dan pemilik peternakan. User diminta untuk menyebutkan penyakit yang pernah terjadi di peternakannya dan menyebutkan gejala yang terlihat pada penyakit tersebut jika ada. Responden yang diwawancarai terdiri dari 9 teknisi peternak, 8 orang peternak, 2 orang peternak yang sudah pensiun, 2 orang anak kandang, dan 1 pemotong ternak unggas.

Data yang didapatkan dari user dicatat dalam lembar wawancara, berisi nama, pekerjaan, pengalaman berternak, dan usia, serta list nama penyakit yang pernah terjadi di peternakan user.

Setelah didapatkan data dari wawancara, data gejala akan diujikan ke dalam sistem untuk mendapatkan result penyakit.


(23)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat terjangkitnya penyakit adalah salah satu faktor penentu keberhasilan sebuah peternakan, terutama peternakan unggas broiler dan layer. Untuk mengetahui penyakit yang menjangkiti unggas, perlu dilihat ciri-ciri yang terlihat pada tubuh unggas, dan bila unggas telah mati, organ dalam unggas harus dilihat untuk melihat tanda-tanda yang menunjukkan pada penyakit tertentu. Hal ini dibutuhkan untuk mencegah penyebaran penyakit, dengan mengetahui penyakit itu sendiri dan kemudian melakukan langkah pencegahan yang tepat.

Pada penelitian ini sistem yang dibuat merupakan sistem dinamis berupa website agar lebih mudah dijangkau oleh semua kalangan, terutama oleh para peternak unggas agar lebih cepat mengetahui penyakit apa yang terjadi pada unggas yang terjangkit, untuk melakukan pengobatan dan pencegahan yang cocok dan tepat guna terhadap unggas dan agar kedepannya tidak terjadi hal serupa.

Pada halaman pertama diperkenalkan nama website yaitu ”Sistem Pencegahan Penyakit Unggas Secara Dini”, yang terlihat pada Gambar 8. Untuk mempermudah user mengenali sistem, modul menu ditempatkan di bagian kiri atas, terdiri dari “Beranda”, “Diagnosa”, “Konsultasi”, “Berita”, “Alamat Penting”, dan “F.A.Q”. setiap halaman jika di-klik akan pindah ke halaman tersendri sesuai fungsinya masing-masing. Halaman ini juga memuat gambar konsultasi yang juga sekaligus merupakan link untuk mengisi konsultasi tentang unggas. Ucapan “Selamat Datang di website Unggas-Sehat.com” terdapat pada halaman utama untuk menyambut user, disertai dengan display gambar unggas untuk memperkuat estétika desain interface. Pemilihan warna abu-abu bertujuan untuk memperkuat kesan minimalis dan bersih. Pada halaman ini juga diperlihatkan overview potongan berita yang berhubungan dengan dunia nutrisi dan kesehatan secara umum. Halaman ini akan muncul jika logo unggas, judul website atau beranda di-klik.


(24)

Gambar 8. Halaman Beranda

Halaman kedua yaitu diagnosa akan muncul setelah di-klik menú “Diagnosa”, yang terlihat pada Gambar 9. Pada halaman ini pertanyaan langsung diperlihatkan, dan user dapat mengakses jawabannya setelah meng-klik kalimat pertanyaannya. Setelah user selesai memilih gejala dan pertanyaannya, user akan menekan tombol ”Lihat Hasil” untuk mendapatkan hasil dari tes penyakitnya.

Gambar 9 adalah contoh modul pertanyaan dalam diagnosa ketika meng-klik pertanyaan pertama yaitu “apakah terlihat hal berikut ini pada kepala unggas”. Pilihan


(25)

Gambar 9. Halaman Diagnosa

Jika user memilih pilihan pertama maka tidak akan muncul hal apapun. Jika user memilih pilihan kedua maka akan muncul pilihan yang lebih spesifik yang terlihat pada kepala unggas. Hal yang sama juga terlihat pada module lainnya yang terdapat pada pertanyaan berikutnya.

Pada pengujian data hasil wawancara, penguji memilih pilihan yang paling mendekati gejala yang diberikan oleh peternak.

Sistem Beta memiliki tiga modul berurutan yang dua diantaranya merupakan modul pertanyaan yang harus dijawab oleh user. Interface sistem beta terlihat pada gambar 10. Pertanyaan modul pertama jika diuraikan terlihat pada Gambar 11. Modul pertama memiliki 3 level pertanyaan yang akan terlihat apabila user memilih gejala tertentu yang umum. Level 1 merupakan gejala umum yang akan terlihat pertama kali ketika user meng-expand pertanyaan. Jika Level 1 dipilih maka akan terlihat level 2 yang merupakan gejala khusus yang masih terkait dengan gejala umum dari level 1.


(26)

Gambar 10. Interface Sistem Beta

Level 3 merupakan gejala paling khusus yang hanya akan mucul ketika level 2 dipilih. Pada contoh gambar, level 1 diantaranya yaitu “batuk”, “sinus/ada ingusnya”, “hidung dan mulut ada lendir”, dan sebagainya. Level 2 yaitu “bersin”, “mata berair” hanya bisa terlihat ketika level 1 yaitu “batuk” dipilih, dan level 3 yaitu ”nafas terengah-engah” dan ”ngorok” hanya bisa terlihat ketika ”ayam sulit bernapas” dipilih oleh user. Hal ini dilakukan agar tidak semua gejala muncul pada permulaan, sehingga memperbaiki interface sistem, juga mempermudah user untuk memilih tiap kategorinya.

Setelah user memilih gejala dari modul satu, user kemudian akan diarahkan ke Modul 2 dimana pertanyaan khusus yang mewakili gejala bagian dalam tubuh unggas diperlihatkan. Pertanyaan ini sangat spesifik dan hanya mewakili dua penyakit yang paling mungkin terjadi pada unggas berdasarkan hasil kalkulasi gejala yang dipilih pada modul satu. Setelah memilih proses dan gejala yang dirasa paling mendekati gejala yang nampak pada organ dalam unggas, user dapat memilih process untuk mendapatkan hasil test, atau memilih back jika user tidak yakin dengan pilihannya, dan kembali ke beranda. Modul 2 terlihat pada Gambar 12.


(27)

Gambar 11. Modul Sistem mode expand

Gambar 12. Modul 2 Sistem

Hasil test sistem yaitu hasil dari gejala yang dipilih terlihat pada Gambar 13. User diberikan hasil test berupa nama penyakit yang paling mungkin menjangkiti unggas, gejala yang dipilih, dan gejala lain yang tidak dipilih oleh user. Hasil ini terdapat pada modul tiga sistem beta.


(28)

Gambar 13. Modul 3 Sistem

Halaman ketiga memuat modul ”Konsultasi” seperti terlihat pada Gambar 14. Setiap orang bebas konsultasi disini tanpa harus menjadi member dari website ini. Disini diperlihatkan contoh input Penanya, Pertanyaan, Jawaban, dan Penjawab. Pada halaman ini terdapat link isi konsultasi yang jika di-klik akan mengarahkan ke halaman formulir yang harus diisi, setelah itu jika user menekan tombol tanya, maka akan muncul konfirmasi ”konsultasi sudah disimpan”. Untuk menjawabnya, tersedia link di bawah pertanyaan yang belum terjawab yang bisa di klik dan akan mengarahkan ke formulir jawaban yang bisa diisi oleh setiap user tanpa harus menjadi member terlebih dahulu.


(29)

Gambar 14. Halaman Konsultasi

Halaman keempat berisi berita yang berhubungan dengan dunia unggas, seperti terlihat pada Gambar 15. Berita dan informasi ini sangat penting untuk menjelaskan penyakit pada unggas secara umum.

Halaman kelima berisi alamat penting yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang penyakit unggas, terutama apabila user membutuhkan tes lebih lanjut dari penyakit yang menjangkiti ternak unggas.

Halaman keenam berisi frequently asked question yaitu pertanyaan yang paling sering ditanyakan. Halaman ini juga berfungsi sebagai halaman panduan yang menjelaskan cara untuk menggunakan website ini.


(30)

Gambar 15. Halaman Berita

Test sistem dilakukan dengan cara mewawancara narasumber yaitu user target dari program ini, diantaranya para peternak dan teknisi yang bergelut di bidang peternakan unggas. Wawancara narasumber dilakukan dengan mendatangi sumber langsung ke peternakan unggas yang tersebar di Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan Leuwipanjang. jumlah responden yaitu sebanyak 24 orang, dan ditanyai langsung tentang jenis penyakit unggas tertentu dan responden diminta untuk menjelaskan ciri-ciri penyakit unggas tersebut berdasarkan pengalaman yang terjadi di lapangan, yaitu dengan


(31)

dilakukan perombakan pada database, interface dan pertanyaan unggas agar lebih user-valuable dan mudah dimengerti system interface-nya.

Uji Coba Sistem

Setelah test system alpha, system diperbaiki di bagian database dan user interfacenya. Untuk bagian database, penyakit yang terdapat dalam system dikurangi hingga tinggal tersisa 23 penyakit yang terdiri dari 152 gejala. Pada tahap pengujian kedua ini untuk menghindari input yang salah, gejala hasil wawancara hanya dicocokkan dengan gejala penyakit yang sama yang terdapat pada database sistem. Hasil test terdapat 2 jenis, yaitu “Tidak Dapat Dilanjutkan” atau “Cocok”.

Hasil tes sistem ini pada peternak terlihat pada Gambar 16 dan Tabel 1.

1. CRD/Mycoplasma Gallisepticum Infection 2. Marek’s Disease

3. Cholera

4. Infectious Coryza/Snot 5. Ascites

6. Gumboro

7. Newcastle Disease 8. Avian Colibacillosis

9. Berak Kapur (Pullorum Disease atau Fowl Typhoid)

10. Pendulous Crop 11. Avian Influenza Gambar 16. Test Akurasi Sistem Beta

Dalam penelitian ini, didapatkan 12 jenis penyakit yang sesuai dengan database, 9 jenis penyakit yang tidak terdapat dalam database dan tidak jelas jika harus dikategorikan ke dalam penyakit tertentu, dan 1 jenis penyakit yang baru ditemukan pada awal abad 21 seperti yang terlihat pada Tabel 1.


(32)

Tabel 1. Perbandingan Hasil Wawancara dengan Test

No Nama Penyakit Jumlah ditemukan

dalam wawancara

Jumlah yang dihasilkan dalam test

1 Pendulous Crop 5 0

2 Avian Influenza 1 0

3 Berak Kapur 9 0

4 Avian Colibacillosis 16 8

5 Newcastle Disease 8 3

6 Gumboro 17 0

7 Candidiasis 0 2

8 Ascites 1 1

9 Snot 21 1

10 Cholera 5 0

11 Marek's Disease 1 1

12 Chronical Respiratory

Disease(CRD) 11 5

Penyakit yang tidak terdapat dalam database

1 Ngorok 13

2 Coccidiosis 4

3 Mencret 3

4 Sudden Death Syndrome (SDS) 1

5 Mencret Hijau 1

6 Dingin 1

7 Bengek 1

8 Ngorok Kering 1

9 Meriang 1

10 Masuk angin 1

Penyakit ini didapatkan dari banyaknya kemunculan dalam wawancara, berdasarkan pengalaman peternak, tapi tidak akurat mengingat peneliti tidak menanyakan jumlah penyakit tertentu yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Untuk penyakit yang tidak terdapat dalam database, penyakit ini tidak diikutsertakan dalam


(33)

Tabel 2. Penyakit yang Tidak Muncul Pada Wawancara

Abscesses Avian Viral Tumor Cestodosis

Acute Septicemia Bedbugs Collyriclum Faba

Aflatoxicosis Internal Laying Eggs Cropworms Airsacculitis Bloody Gut Cryptosporodiosis Alpha Virus Breast Blister Dactylariosis

Arizona Infection Bumblefoot Defisiensi Vitamin E Atrhtitis / Synovitis

Cacing Menyerang Usus Buntu

Syndrom

Encephalomalacia Askariosis

Cacing Yang Menyerang

Daerah Proventikulus Exudate Diathesis Aspergillosis Capillariosus Muscular Dystrophy Avian Tuberculossis Cellulitis Discopondylitis Perosis Pneumovirus Infection Reticuloendotheliosis Roundworms Ruptured Gastrocnemius Tendon

Tibial

Dischondroplasia

Trichothecene

Mycotoxicosis Rtungau

Pratyphoid Infection Perosis Pneumovirus Infection Mycoplasma Synoviae

Infection Inclusion Body Hepatitis Gizzardwormd Round Heart Disease

Infectious

Laryngotracheitis Hemorrhagic Syndrome

Staphylococcis Kanibalisme Rickets

Xanthomatosis Kutu Salpingitis

Zearalenone

Mycotoxicosis Blackflies Viral Arthritis Fowl Pox Leucocytozoonosis Pododermatitis

Gapeworms Limberneck Eggs Drop Syndrome 1976

Eyeworms Lymphoid Endocarditis

Favus Leukosis Enteritis

Ergotism

Hasil dari test beta ini terlihat pada Gambar 16. Jika dibandingkan dengan test alpha secara keseluruhan mengalami penurunan dan kenaikan. Pada penyakit Pendulous Crop dan Snot, pada test alpha masing-masing terdapat 5 kemunculan dan 21 kemunculan pada wawancara, pada test beta masing-masing tidak terdapat hasil dan hanya terdapat 1 hasil yang benar. Peningkatan Akurasi terlihat pada penyakit Marek’s Disease, Ascites, Colibacillosis, masing masing terdapat 1, 1, dan 16 kemunculan, pada


(34)

test alpha tidak mendapatkan result sedangkan pada test beta mendapatkan result masing masing 1, 1, dan 8 kasus yang cocok.

Pada kasus CRD/Mycoplasma Gallisepticum Infection, terdapat 21 gejala yang tidak cocok dengan database dari 44 gejala yang dideskripsikan oleh user. Gejala yang paling banyak muncul yaitu berat badan turun (P005) dan kantung udara tampak mengeruh seperti awan dan berisi lendir (G018).

Untuk penyakit yang tidak kunjung mengalami perbaikan akurasi, misalnya Gumboro, hal ini dikarenakan menurut peternak, Gumboro terjadi ketika kondisi tubuh ternak ayam sudah turun dan ayam sudah dijangkiti oleh penyakit lain selain Gumboro, bisa dikatakan Gumboro adalah kumpulan dari berbagai penyakit yang terjadi pada ayam dan Gumboro merupakan tahap paling parah yang terlihat pada ayam. Selain it terdapat gejala yang tidak disebutkan yaitu pembengkakan bursa of fabricious dan masa inkubasi selama 3 hari. Hal ini sangat penting mengingat gumboro biasanya hanya menyerang unggas dalam masa pertumbuhan yang masih memiliki bursa of fabricious.

Untuk Avian Influenza, penyebab ketidak-akuratannya pada test beta adalah karena terlalu sedikit input gejala yang bisa dimasukkan sehingga tidak dapat melewati tahap gejala khusus. Untuk Pendulous Crop, penyebab ketidak-akuratannya yaitu dikarenakan penyakit ini kekurangan input bagian dalam tubuh yang cocok dengan gejala yang terdapat dalam database, sehingga database harus diperbaiki untuk mendapatkan result yang benar. Untuk Berak Kapur (Fowl Typhoid dan Pullorum Disease) hal yang menyebabkan ketidak-akurat-annya sistem ini yaitu dikarenakan gejala utama penyakit ini juga muncul dalam gejala penyakit lain, sedangkan untuk gejala bagian dalam tubuh unggasnya biasanya sudah komplikasi dengan gejala penyakit lain, sehingga keakuratannya sangat rendah.

Untuk penyakit Avian Colibacillosis, penyebab ketidak-akuratannya yaitu adalah karena input databasenya kurang dan tidak tepat sehingga tidak bisa didapatkan gejala


(35)

Untuk penyakit Snot, penyebab ketidak-akuratannya yang drastis adalah karena snot merupakan penyakit dasar yang hanya menunjukkan gejala luar dan tidak terlalu banyak menunjukkan gejala penyakit dari dalam tubuh unggas dan masih bisa diobati dalam keadaan hidup (tidak perlu dibuka) sehingga kekurangan input gejala bagian dalam tubuh unggas. Untuk penyakit Cholera, penyebab ketidak-akuratannya yaitu karena gejala diare hijau dan putih juga merupakan gejala dari penyakit lain. Pada penyakit CRD, penyebab ketidak-akuratannya yaitu karena kekurangan input gejala untuk dimasukkan ke dalam sistem.

Setelah dilakukan test, database diperbaiki untuk meningkatkan efektivias dan mengurangi redudansi. Perbaikan ini mengubah struktur gejala umum pada module 1 dan gejala khusus pada module 2. Pada module 1, gejala digolongkan menjadi 5 bagian besar yaiu ‘Pernapasan’, ‘Pencernaan’, ‘Umum’, ‘Luar’, dan ‘Dalam’. Deskripsi gejala dipersimpel agar mudah dimengerti. Gejala yang hanya terlihat secara pos-mortem digabungkan dalam gejala umum seperti terlihat pada Gambar 17.


(36)

Pada module 2, gejala khusus yang diberikan tidak hanya gejala yang tampak jika ayam sudah mati, namun juga gejala khusus yang terlihat ketika unggas masih hidup. Hal ini terlihat pada Gambar 18.

Gambar 18. Perubahan Module 2

Pada module 3 tidak ada perubahan sama sekali karena yang diperbaiki hanya gejala yang muncul pada database.


(37)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Software Sistem Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Pada Unggas Sistem Alpha memiliki kekurangan bug error yang harus diperbaiki dan tidak akurat dalam mendeteksi penyakit dalam seperti Colibacillosis, CRD, dan Newcastle Disease. Software Test ini cocok untuk mendeteksi penyakit dalam seperti CRD, Colibacillosis, Ascites, Marek’s Disease, dan Newcastle Disease karena memiliki gejala yang bisa dilihat dalam tubuh unggas, namun hanya dapat digunakan untuk pencegahan penyakit saja, bukan untuk merekomendasikan pengobatan unggas.

Saran

Perlu dilakukan perbaikan pada sistem mengikuti SDLC (System Development Life Cycle) yaitu siklus hidup pengembangan sistem, sehingga sistem selalu update dan berfungsi dengan baik.


(38)

SISTEM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA TERNAK UNGGAS SECARA ONLINE.

SKRIPSI


(39)

SISTEM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA TERNAK UNGGAS SECARA ONLINE.

SKRIPSI

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012


(40)

SISTEM DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT PADA TERNAK UNGGAS SECARA ONLINE.

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA D24060495

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk Memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada

Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor


(41)

RINGKASAN

INEU MAULINA KARYANA HAMIJAYA. D24060495. Sistem Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Pada Ternak Unggas Secara Online. Skripsi. Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr. Pembimbing Anggota : Dr. Despal, SPt. MSc.Agr.

Peternakan ungas di Indonesia merupakan salah satu lini peternakan yang penting dan berpengaruh dalam menyumbang porsi protein hewani yang terjangkau oleh masyarakat. Penyakit unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam menentukan tingkat pemanenan. Dengan kemajuan teknologi informasi saat ini, penyebaran informasi tentang penyakit unggas bisa dilakukan dengan cepat dan mudah.

Penelitian ini bertujuan untuk mendesain program simulasi tentang penyakit unggas sehingga peternak bisa mengetahui penyakit yang menjangkiti unggasnya dengan cepat hanya dengan memasukkan gejala yang diketahui dan terlihat pada unggas yang sakit hanya lewat internet.

Sistem ini disusun dengan metode SDLC yaitu dilakukan investigasi sistem, analisis sistem, desain, dan implementasi system. Tahap investigasi sistem meliputi pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya. Tahap analisis sistem meliputi kebutuhan-kebutuhan sistem baik itu dari perangkat lunak, perangkat keras serta kebutuhan data input yang diperlukan dan informasi lainnya. Tahap desain sistem meliputi desain proses sistem, desain basis data sistem, dan desain tampilan (user interface) sistem. Tahap desain proses yaitu memodelkan aliran proses perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas secara keseluruhan, serta memodelkan aliran proses sistem informasinya. Desain basis data merupakan proses pembuatan struktur basis data yang akan digunakan oleh perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas. Tahap implementasi sistem meliputi kegiatan untuk memproses seluruh tahap desain sehingga menjadi aplikasi yang dapat dijalankan.

Sistem ini cocok untuk penyakit yang memiliki gejala dalam namun tidak dapat digunakan untuk merekomendasikan pengobatan, hanya dapat digunakan untuk merekomendasikan pencegahan agar penyakit yang sama tidak menjangkiti lagi.

Keunggulan dari program ini diantaranya bisa diujicobakan dimanapun selama terdapat koneksi internet. Kekurangan dari program simulasi ini diantaranya, program ini tidak 100% akurat dan tidak bisa menjalankan tes mendalam yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tes penyakit yang lebih akurat.


(42)

ABSTRACT

Early Detection System And Disease Control To Poultry By Online I. M. K. Hamijaya, I. G. Permana, and Despal

Disease control on poultry farming can be one determining factor to get the economy success. A sick poultry will make the weight gain decreased, and result in economic losses. Poultry disease can be detected faster by the symptom shown by poultry itself. This Online Poultry Early Detection and Illness Prevention Information System (OPEDIPIS) could help farmer to detect the illness before its outbreak. This system diagnoses the desease by enter the symptome of the desease to computer system, and then the system compute the possible illness of the poultry based on the symptom that had been input to the system data base. The OPEDIPIS was developed using System Development Life Cycle Method (SDLC). SDLC consisted of 5 systems, they were investigation, analyze, design, implementation, and maintaining systems.

The system is good for some disease that have symptoms in the vital body but it cant be used to cure the illness, this system can only recommend some prevention method to help stop spreading the disease.


(43)

Judul : Sistem Deteksi Dini Dan Pencegahan Penyakit Pada Ternak Unggas Secara Online

Nama : Ineu Maulina Karyana Hamijaya NIM : D24060495

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.) (Dr. Despal, SPt. MSc.Agr.)

NIM : NIM :

Mengetahui, Ketua Departemen,

Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan

(Dr. Ir. Idat Galih Permana, MSc.Agr.) NIM :


(44)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Oktober 1988 di Bandar Lampung, Lampung. Penulis adalah anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Iwan Karyana dan Ibu Euis Fatimah.

Pendidikan dasar diselesaikan di SDN Inpres 080882, Medan, Sumatera Utara pada tahun 2000. Pendidikan menengah pertama diselesaikan di SLTPN 2 Bandar Lampung pada tahun 2003. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan di SMUN 2 Bandar Lampung pada tahun 2006.

Penulis diterima sebagai mahasiswa pada Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada tahun 2006.

Selama mengikuti pendidikan, penulis aktif sebagai anggota di Dewan Pengawas Mahasiswa (DPM) Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor periode 2008 -2009.


(45)

KATA PENGANTAR

Tugas akhir ini dikerjakan demi memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Peternakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan pada Institut Pertanian Bogor. Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini bukanlah tujuan akhir dari belajar karena belajar adalah sesuatu yang tidak terbatas.

Skripsi ini dilakukan di daerah Bogor, dengan mengumpulkan data untuk database dari sumber, kemudian melakukan wawancara terhadap user (peternak) di beberapa kecamatan di Kabupaten Bogor, diantaranya Kecamatan Cibungbulang, Pamijahan dan Leuwiliang.

Sebagai penutup kalimat, penulis sangat mengharapkan masukan-masukan untuk memperbaiki tulisan ini. Dan penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dan Bapak Dosen di IPB, karena banyak memberi dorongan dan nasehat yang sangat berarti untuk kemajuan penulis.

Bogor, 7 Februari 2013

Ineu Maulina K.H. NIM D24060495


(46)

DAFTAR ISI

Halaman RINGKASAN ... i ABSTRACT ... ii LEMBAR PENGESAHAN ... iii RIWAYAT HIDUP ... iv KATA PENGANTAR ... v DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... viii DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 Penyakit Unggas ... 3 Cekaman (Stress) ... 3 Defisiensi Zat Makanan ... 4 Parasit ... 5 Protozoa ... 6 Bakteri ... 7 Chronical Respiratory Disease (CRD) ... 7 Virus ... 7 Sistem Informasi ... 9 PHP ... 9 Konsep Kerja PHP ... 10 MySQL... 10 METODE ... 12 Lokasi dan Waktu ... 12 Materi ... 12 Metode ... 12


(47)

Test Data ... 20 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21 Uji Coba Sistem ... 29 KESIMPULAN DAN SARAN ... 34 Kesimpulan... 35 Saran ... 35 UCAPAN TERIMA KASIH ... 36 DAFTAR PUSTAKA ... 37 LAMPIRAN ... 38


(48)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Perbandingan Hasil Wawancara dengan Test ... 30 2. Penyakit yang Tidak Muncul dalam Wawancara ... 31


(49)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Skema PHP ... 10 2. Alur Pengembangan System Dengan Pendekatan SDLC ... 12 3. Skema Alir Data ... 16 4. Use Case Umum Sistem ... 17 5. Tabel Relasi Penyakit Dan Gejala ... 18 6. Use Case Relasi Gejala Dan Penyakit ... 18 7. Use Case Aktor Dan Modul Diagnosa... 19 8. Halaman Beranda ... 22 9. Halaman Diagnosa... 23 10.Interface Sistem Beta ... 24 11.Modul Satu Sistem mode expand ... 25 12.Modul 2 Sistem ... 25 13.Modul 3 Sistem ... 26 14.Halaman Konsultasi ... 27 15.Halaman Berita ... 28 16.Test Akurasi Sistem Beta ... 29 17.Perubahan Module 1 ... 33 18.Perubahan Module 2 ... 34


(50)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Karakteristik Responden ... 38 2. Penyakit dan Jumlah Gejala ... 39 3. Database Gejala Pada Test Beta ... 40 4. Hasil Test Beta Penyakit Avian Influenza ... 46 5. Hasil Test Beta Penyakit Pndulous Crop ... 47 6. Hasil Test Beta Penyakit Berak Kapur ... 48 7. Hasil Test Beta Penyakit Avian Colibacillosis ... 49 8. Hasil Test Beta Penyakit Newcastle Disease ... 53 9. Hasil Test Beta Penyakit Gumboro ... 55 10.Hasil Test Beta Penyakit Ascites... 59 11.Hasil Test Beta Penyakit Infectious Coryza / Snot ... 60 12.Hasil Test Beta Penyakit Cholera ... 63 13.Hasil Test Beta Penyakit Marek's Disease ... 64 14.Hasil Test Beta Penyakit CRD ... 65 15.Code Program ... 68


(51)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengendalian penyakit pada peternakan unggas merupakan salah satu faktor penentu dalam kesuksesan usaha peternakan. Ternak yang sakit akan mengakibatkan konversi pakan turun, dan berakibat pada kerugian peternak. Penyakit ternak tidak bisa lepas dari pengawasan peternak, dan kelalaian dari pengawasan ini akan berakibat pada membengkaknya biaya pengobatan ternak yang sakit.

Penyakit pada unggas dapat dideteksi dengan cepat dari gejala klinis yang tampak pada gejala fisik. Walaupun tingkat keakurasiannya tidak mencapai 100% tetapi diagnosa penyakit unggas secara klinis ini sangat diperlukan, karena dapat dengan segera diambil kesimpulan secara cepat mengenai penyakit yang menyerang unggas tersebut sehingga dapat diambil tindakan yang paling tepat. Akan tetapi, diagnosa penyakit unggas berdasarkan gejala klinis membutuhkan seorang yang benar-benar ahli di bidang ini. Diagnosa yang akurat hanya dapat diperoleh dengan test laboratorium, namun hal ini perlu dipertimbangkan karena tes secara mikroskopis ini membutuhkan waktu yang cukup lama, peralatan mahal dan tenaga ahli.

Sistem informasi penyakit unggas akan sangat membantu peternak untuk mendiagnosa penyakit yang diderita oleh ternak unggas. Sistem ini membantu mendiagnosa penyakit dengan memasukkan ciri-ciri unggas yang sakit serta mengeluarkan hasil penyakit yang diduga menjangkiti ternak. Sistem ini tidak dapat mendiagnosa secara akurat karena diagnosa yang terbaik hanya dapat dilakukan oleh ahli dari kedokteran hewan, namun sistem ini mampu memberikan diagnosa yang cepat dan praktis untuk membantu peternak mendeteksi penyakit yang menjangkiti unggasnya dan mengambil keputusan yang cepat untuk menanggulanginya.

Hingga saat ini, belum banyak tersedia sistem informasi penyakit unggas tersebut. Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Pada Unggas diharapkan dapat membantu peternak untuk mendeteksi penyakit yang menjangkiti unggasnya dan mengambil keputusan yang cepat untuk menanggulanginya, dan mendiagnosa dengan menggunakan komputer, kemajuan sarana komunikasi seperti


(52)

internet banyak membantu masyarakat saat ini lewat internet dapat dengan mudah diakses informasi dimanapun peternak berada. Pendeteksian melalui internet (online) memiliki keunggulan karena tidak memerlukan instalasi software dan memungkinkan interaktif antara pembuat software dengan pengguna maupun sesama pengguna. Namun hingga saat ini, ketersediaan fasilitas itu masih terbatas.

Tujuan

Tujuan dari penelitian ini yaitu merancang dan membangun Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit Unggas Secara Online. Penelitian ini juga ditujukan untuk menguji akurasi hasil pendeteksian dengan data yang sebenarnya.


(53)

TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Unggas

Pencegahan penyakit pada ternak ayam lebih utama dibandingkan pengobatan, sebab biaya untuk pencegahan relatif murah dibandingkan dengan pengobatan. Penyakit yang sering menyerang ternak ayam secara umum berdasarkan penyebabnya dapat dikelompokkan menjadi cekaman (stres), defisiensi zat makanan, parasit, penyakit karena protozoa, penyakit karena bakteri, penyakit karena virus, dan penyakit karena cendawan (Suprijatna et al., 2005)

Mengetahui ciri-ciri ayam normal merupakan hal yang penting untuk mengetahui ayam yang sakit. Menurut Suprijatna et al., (2005) ayam yang sehat mempunyai ciri-ciri: konsumsi pakan dan ternak normal, kotoran normal tidak encer, giat melakukan aktivitas, bersuara normal, produksi telur normal, temperatur tubuh normal, berkisar 40.5 – 41.6° C, rata-rata 41.1° C, denyut jantung normal, berkisar 200-400 kali per menit, dan bernapas normal, berkisar 15-36 kali per menit.

Menurut Ensminger (1992), studi yang mempelajari penyebab terjadinya penyakit disebut etiologi. Sebuah penyakit terkadang terjadi karena kombinasi dari dua penyebab atau lebih, diantaranya : (1) faktor tidak langsung yang dapat menurunkan ketahanan tubuh unggas, dan (2) faktor langsung yang menyebabkan penyakit menjangkiti unggas.

Cekaman (Stress)

Cekaman (stress) adalah suatu keadaan ketika ayam mengalami ketegangan karena kondisi lingkungan yang tidak nyaman. Cekaman mengakibatkan nafsu makan menurun dan kondisi tubuh lemah. Hal ini dapat mengakibatkan ayam mudah terserang penyakit, pertumbuhan terganggu, serta produksi telur menurun, dan akhirnya berhenti berproduksi (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Ensminger (1992), faktor yang menyebabkan terjadinya penyakit secara tidak langsung biasanya disebut sebagai faktor stress, diantaranya kedinginan, ventilasi udara buruk, kandang terlalu padat, pemberian pakan dan tempat minum yang tidak


(54)

sesuai, dan unggas terlalu banyak mendapatkan perlakuan yang menggunakan obat-obatan.

Menurut Suprijatna et al. (2005), penyebab stress diantaranya cuaca/iklim (misalnya hujan lebat, angin deras, udara panas, dan udara dingin), suara (misalnya kebisingan, ledakan, suara kendaraan, dan pesawat terbang), kejutan (misalnya orang asing masuk kandang dan hewan liar), mekanis (misalnya potong paruh, vaksinasi, pindah kandang, dan perjalanan), makanan (misalnya pergantian pakan serta pakan dan minuman yang tidak cukup), dan kepadatan kandang(yaitu kandang yang terlalu padat).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, pencegahan dan pengobatan penyakit yang diakibatkan oleh stree yaitu apabila terjadi perubahan cuaca atau setelah perlakuan vaksinasi dan perlakuan lainnya, perlu diberikan antistres.

Defisiensi Zat Makanan

Gejala umum yang tampak pada ayam yang menderita defisiensi zat makanan adalah pertumbuhan anak ayam terhambat, bobot badan menurun drastis (ayam dewasa), bulu kasar dan kusam, jengger kebiruan, berjalan pincang, lumpuh, tidak tenang, dan produksi telur menurun. Penyebabnya adalah defisiensi zat zat makanan karena kandungan zat-zat makanan tertentu kurang dalam pakan. Selain itu, dapat juga disebabkan karena rendahnya kualitas bahan campuran pakan yang digunakan (Suprijatna et al., 2005).

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, untuk mencegah defisiensi zat makanan diantaranya dapat dilakukan: teliti menghitung kebutuhan zat-zat makanan sesuai dengan periode pertumbuhan atau produksi, menggunakan bahan pakan yang beragam, jangan hanya satu jenis pakan, dan berikan zat-zat makanan tambahan, seperti premix. Apabila terjadi defisiensi maka pengobatan dilakukan dengan pemberian zat zat makanan yang dianggap kurang atau dengan pemberian premix melalui pakan atau air


(55)

Parasit

Parasit adalah organisme yang tinggal di dalam tubuh organisme lain, atau mendapatkan kebutuhannya dari organisme lain (Ensminger, 1992). Menurut Suprijatna et al. (2005) penyakit yang disebabkan oleh parasit dikelompokkan menjadi dua, yaitu ektoparasit dan endoparasit (Suprijatna et al,. 2005).

a. Ektoparasit

Ektoparasit menyebabkan unggas terlihat tidak tenang, mengurangi pertambahan bobot badan dan produksi telur, juga meninggalkan bekas pada kulit unggas (Ensminger, 1992). Ektoparasit adalah parasit yang menempel atau hidup pada tubuh ayam bagian luar, umumnya adalah kutu. Kutu menjadi parasit dengan memamah kulit dan bulu serta mengisap darah dan getah bening (Suprijatna et al., 2005).

Menurut Suprijatna et al., (2005) gejala unggas yang terserang ektoparasit diantaranya ayam gelisah, tidak tenang sehingga stress, lesu dan kurang darah, pucat, pertumbuhannya terhambat, dan produksinya turun. Hal ini dapat dicegah dengan cara kandang harus selalu dibersihkan, konstruksi kandang harus mudah dibersihkan, dan kandang harus bebas dari sarang-sarang hewan liar. Apabila unggas dijangkiti maka dapat diobati dengan cara: (a) untuk mengatasi gurem yang menempel di sisik-sisik kaki, atau rendam kaki dengan minyak tanah. Selain itu, cat tempat bertengger dan dinding dengan carboleneum atau minyak anthresene, (b) cara tradisional dapat dilakukan dengan air larutan tembakau yang dioleskan pada tempat-tempat kutu atau gurem menempel, (c) olesi bulu atau tempat yang menjadi sarang kutu dengan nicotin sulfa, dan (d) Semprot kandang dengan malaion berdosis 4-5% dan pada ayam dengan dosis 0.5%.

b. Endoparasit

Endoparasit adalah parasit yang hidup di dalam tubuh ternak, umumnya berupa berbagai jenis cacing dalam saluran pencernaan. Semua jenis umur ayam memungkinkan terserang endoparasit (Suprijatna et al., 2005). Gejala unggas yang terserang endoparasit adalah ayam lesu, pucat, kondisi tubuh menurun, dan dapat mengakibatkan kematian karena komplikasi. Apabila ayam mati dibedah, pada saluran pencernaannya terdapat banyak cacing dan terjadi kerusakan pada


(56)

organ-organ lainnya, pertumbuhan ayam muda terhambat, dan produksi ayam yang tengah bertelur cepat menurun.

Lebih lanjut Suprijatna et al. (2005) menambahkan, endoparasit dapat dicegah dengan cara: (a) kandang harus selalu dibersihkan, tidak membiarkan kotoran menumpuk, (b) mencegah perkembangan lalat dan kecoa, (c) pada kandang litter, menjaga agar litter tidak lembab dan basah, litter harus berada dalam kondisi kering, dan (d) pemeliharaan ayam petelur dilakukan di kandang battery. Jika terjadi serangan endoparasit maka dapat dilakukan pengobatan dengan cara memberikan obat cacing secara rutin, terutama pada ayam yang diperlihara di kandang litter, dan memberikan berbagai jenis obat cacing, seperti Vermyzin, Worm X, dan Ascaricid. Dosis yang diberikan disesuaikan dengan petunjuk pada kemasan.

Protozoa

Protozoa adalah bentuk kehidupan hewan paling primitif dan paling sederhana, mereka hanya terdiri dari sel yang sederhana, penyakit ternak unggas yang disebabkan oleh protozoa yaitu coccidiosis, blackhead, trichimoniasis, hexamintiasis, dan leucocytozoonosis (Ensminger, 1992).

a. Coccidiosis

Gejala Coccidiosis yaitu: (a) kurus, bulu kusam, (b) kotoran mencret, berlendir, kemudian berdarah (merah kehitaman), (c) kedinginan, (d) produksi telur turun, (e) apabila dilakukan pembedahan maka usus terluka dan terjadi pendarahan, dan (f) pucat, lesu, mengantuk, dan sayap menggantung. Coccidiosis dapat dicegah dengan cara: (a) lakukan sanitasi yang baik. Upayakan kandang litter tidak lembab atau basah, (b) kandang jangan terlalu padat, (c) penambahan anti coccidiosis atau coccidiostat pada pakan atau air minum (noxal, trisulfa, cocciline, dan nocci). Apabila unggas terjangkit Coccidiosis maka dapat diobati dengan cara memberikan


(57)

Bakteri

Bakteri adalah bentuk organisme kehidupan yang paling sederhana. Tidak semua bakteri berbahaya bagi kesehatan ternak. Kesuksesan kontrol penyakit yang disebabkan oleh bakteri berhubungan dengan bagaimana mengisolasi dan mengidentifikasi spesies yang mengakibatkan penyakit, dan menghindari terjadinya multiplikasi dan penyebaran organisme tersebut diantara ternak unggas (Ensminger, 2004).

Chronical Respiratory Disease (CRD)

Penyakit CRD disebabkan oleh bakteri Mycoplasma gallisepticum. Bakteri menyerang ayam pada semua tingkatan umur. Mortalitas meningkat berbarengan dengan penyakit lain. Biasanya, penyakit ini diderita bersamaan dengan penyakit tetelo atau NCD (New Castle Disease) dan IB (Infectious Bronchitis). Gejala CRD diantaranya ayam susah bernapas, ngorok dan bersin, keluar cairan dari hidung, nafsu makan menurun, pertumbuhan pada anak ayam terhambat, produksi telur ayam dewasa menurun, dan ayam lemah dan kurus. CRD dapat dicegah dengan cara: (a) menggunakan bibit ayam bebas CRD, (b) sebelum kandang dan peralatan digunakan, perlu dibersihkan dan disemprot dengan antihama, (c) tidak melakukan pemeliharaan ayam yang berbeda umur dalam satu kandang, (d) kurangi kunjungan orang yang tidak berkepentingan, (e) memberikan antistres setiap kali ayam mengalami stres.

Virus

Menurut Ensminger (1992), virus adalah agen penyebab penyakit yang (1) sangat kecil hingga mereka hanya dapat dilihat melalui mikroskop elektron, (2) dapat melewati lubang filter khusus yang akan menyaring bakteri umum, dan (3) hanya menyebar di jaringan hidup. Penyakit yang disebabkan oleh virus diantaranya Newcastle Disease dan Infectious Bronchitis.

a. Newcastle Disease 1) Gejala

Waktu inkubasi pada penyakit Newcastle Disease, biasanya kurang dari satu minggu. Strain velogenik terkadang membuat unggas melemah dengan cepat dan


(58)

unggas dapat mati tanpa menunjukkan gejala klinis tertentu. Unggas yang bertahan lebih lama menunjukkan kesulitan bernapas yang berhubungan dengan organ pernapasan, atau otot yang bergetar, torticollis dan bahkan paralisis. Diare berwarna hijau juga biasanya menjadi catatan pada penyakit ini. Tingkat kematian sangat tinggi (Spradbrow, 1987).

Lebih lanjut Spradbrow (1987) menambahkan, pada strain virus dengan patogenitas lebih rendah, perubahan pada pernapasan mendominasi fase klinis awal. Biasanya terjadi kesulitan bernapas, unggas terengah-engah dan terkadang batuk. Produksi telur turun drastis dan pada unggas yang bertahan hidup, tanda-tanda kerusakan saraf mungkin terlihat. Hal ini termasuk tanda-tanda-tanda-tanda terjadi paralisis dan torticollis, tingkat kematian bervariasi.

Pada kasus kronis, juga menunjukkan leher yang memutar, pergerakan kepala yang memutar, dan ketidakmampuan untuk menyeimbangkan tubuh. unggas yang sembuh akan menunjukkan ciri leher yang tetap memutar (Hungerford, 1969).

2) Pencegahan

Program kontrol vaksinasi penyakit Newcastle Disease diikuti dengan manajemen intensif sukses dan dapat meningkatkan pendapatan peternak. (Spradbrow, 1987).

b. Infectious Bronchitis 1) Gejala

Pada anak ayam, Infectious Bronchitis ditunjukkan dengan ciri-ciri ayam megap-megap, batuk, dan hidung sengau. Pada unggas berusia 2 bulan keatas, tidak terlihat tanda sengau atau sinus. Ayam tampak berkumpul di tempat yang hangat, menunjukkan tanda-tanda kedinginan (Hungerford, 1969).


(59)

3) Pengobatan

Tidak ada perlakuan yang bisa dilakukan untuk mengobati penyakit ini, namun banyak perlakuan yang dapat dilakukan untuk mengurangi komplikasi penyakit ini (Hungerford, 1969).

Sistem Informasi

Menurut Steven (1996), sistem informasi adalah suatu sistem yang menggunakan teknologi informasi untuk mendapatkan, menyimpan, melakukan temu kembali, memanipulasi, atau menampilkan informasi yang digunakan dalam satu atau lebih proses bisnis.

Menurut O’Brien (1999), sistem informasi adalah suatu sistem yang menerima sumber data sebagai input kemudian diproses menjadi suatu sistem informasi yang berupa keluaran (output) yang terdiri dari sumber daya perangkat keras (mesin dan media), perangkat lunak (program dan prosedur), dan sumber daya manusia (spesialis dan end user). Pengelolaan sumber daya informasi dilakukan melalui proses aktivitas sistem informasi yaitu pemasukan data (input), pengolahan data (processing), penyimpanan (storage), pengeluaran (output), dan pengendalian (control activities).

PHP

PHP merupakan bahasa berbentuk skrip yang ditempatkan dalam server dan diproses di server. Secara khusus, PHP dirancang untuk membentuk aplikasi web dinamis. PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini. Pada prinsipnya PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP (Active Server Page), Cold Fusion, ataupun Perl. Namun, perlu diketahui bahwa PHP bisa dipakai secara command line. Skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server maupun browser (Kadir, 2008). Konsep kerja PHP ditunjukkan oleh Gambar 1.


(60)

Konsep Kerja PHP

Gambar 1. Skema PHP Sumber : Kadir (2008)

Model kerja HTML(Hyper Text Markup Language) diawali dengan permintaan suatu halaman web oleh browser. Berdasarkan URL (Uniform Resource Locator) atau dikenal dengan sebutan alamat internet, browser mendapatkan alamat dari web server, mengidentifikasi halaman yang dikehendaki, dan menyampaikan segala informasi yang dibutuhkan oleh web server. Selanjutnya, web server akan mencarikan file yang diminta dan memberikan isinya ke web browser (atau yang biasa disebut browser saja). Browser yang mendapatkan isinya segera melakukan proses penerjemahan kode HTML dan menampilkannya ke layar pemakai. Jika yang diminta adalah halaman PHP, seperti yang dapat dilihat pada Gambar 1, maka permintaannya akan didapatkan oleh web server, kemudian isinya segera dikirimkan ke mesin PHP dan mesin inilah yang memproses dan memberikan hasilnya (berupa kode HTML) ke web server. Selanjutnya, web server menyampaikan ke klien (Kadir, 2008).


(61)

turunan yang bersifat closed source atau komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan salah satu konsep utama dalam database sejak lama, yaitu SQL (Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian database, terutama untuk pemilihan/seleksi dan pemasukan data, yang memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis (Prasetyo, 2003).


(62)

MATERI DAN METODE

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor mulai Maret 2011 sampai Mei 2012.

Materi

Alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras terdiri dari: komputer dengan spesifikasi Prosesor Intel Pentium 4, HDD 20Gb, DDR 64 Mb, monitor. Perangkat lunak terdiri dari: system operasi Windows XP, software pengolah gambar (Adobe Fireworks), software pengolah data (XAMPP, MySQL, Macromedia Dreamweaver), dan bahasa pemrograman (PHP, JavaScript, HTML). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari buku panduan penyakit dan jurnal.

Metode

Metode pengembangan Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas dilakukan dengan menggunakan pendekatan siklus hidup pengembangan system (System Development Life Cycle / SDLC). SDLC terdiri dari lima tahap, yaitu investigasi sistem, analisis sistem, desain sistem, implementasi sistem dan pemeliharaan sistem, dengan alur pengembangan seperti Gambar 2 :

Investigasi Sistem

Desain Sistem Analisis Sistem


(63)

Penelitian ini lebih berfokus pada merancang dan membangun sisem informasi, sehingga penelitian ini hanya sampai pada tahap implementasi sistem. Unuk pemeliharaan sistem yang merupakan tindakan modifikasi serta pengawasan tidak dilakukan, karena pemeliharaan sisem membutuhkan kontinuias dan berkala. Uraian dari masing-masing tahap adalah sebagai berikut :

1. Investigasi Sistem

Pada tahap ini dilakukan pendefinisian masalah penyakit ternak serta pemahaman tentang cara penyebarannya, gejala terserang penyakit ternak dan faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ternak serta upaya pencegahannya diantaranya dengan menginformasikan metode yang berguna untuk mencegah penyebaran penyakit dan metode pengobatan penyakit. Tujuan dibangunnya sistem ini untuk mendiagnosa penyakit yang diderita ternak dengan memasukkan data ciri-ciri yang terdapat pada ternak unggas. Pada pengembangan Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini Penyakit pada Ternak Unggas ini, dilakukan dengan memasukkan data gejala penyakit yang terdeteksi serta jenis unggas yang terjangkit.

2. Analisis Sistem

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kebutuhan-kebutuhan sistem baik dari kebutuhan perangkat lunak maupun perangkat keras serta kebutuhan data inputnya. Analisis terhadap fungsi-fungsi yang terdapat pada perangkat lunak Sistem Informasi Deteksi Dini dan Pencegahan Penyakit pada Ternak Unggas serta penentuan pengguna sistem.

Dari segi kebutuhan sistem, pengguna software Sistem Informasi Deteksi Pencegahan Dini pada Ternak Unggas terdiri dari pengunjung (visitor), anggota (member), dan admin sistem. Target user aplikasi ini diantaranya peternak dan mahasiswa. User yang tidak mendaftarkan diri dianggap visitor dan user yang mendaftarkan diri dianggap member. Admin dari aplikasi ini diantaranya dosen dan dokter hewan, juga kontributor yang dianggap dapat menyokong perkembangan aplikasi


(64)

ini. Untuk mengelola aplikasi ini, administrator memiliki akses langsung ke sistem Administrasi yang dibuat khusus untuk mempermudah pengelolaan data.

Mahasiswa dan peternak sebagai user/pengguna biasa dapat berinteraksi dengan aplikasi melalui ”Grafis Antarmuka” berbasis web sehingga dapat memanfaatkan sistem dengan mudah, yaitu :

1) Melakukan diagnosa penyakit ternak unggas dengan form yang berisi checklist list gejala, dan mengirimkan datanya dengan menekan tombol ”Diagnosa”, kemudian mendapatkan hasil diagnosa berupa jenis penyakit yang diderita serta saran pencegahan dan pengobatan yang diperlukan.

2) Pengguna yang melakukan registrasi pada sistem dapat menjadi anggota dan melakukan penyimpanan data penyakit untuk diolah menjadi file berformat .PDF yang dapat dicetak untuk kemudian diajukan kepada pihak terkait untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Untuk mendapatkan hasil diagnosa yang relevan maka dilakukan analisis terhadap input data yang dibutuhkan, yaitu :

- jenis penyakit unggas

- gejala dari tiap jenis penyakit unggas tersebut, disertai dengan pemberian bobot kemungkinan gejala tersebut menandai jenis penyakit tertentu.

Analisa output sistem dibutuhkan agar sistem dapat menyampaikan penyelesaian penyakit yang relevan. Output yang dibutuhkan yaitu :

- jenis penyakit unggas sesuai dengan hasil perhitungan dalam sistem - metode pencegahan yang berguna untuk jenis penyakit tersebut.

- Metode pengobatan yang mungkin dilakukan pada jenis penyakit tersebut.

Penentuan input dan output yang akan digunakan dalam membangun sistem ini juga dapat dilakukan dengan membuat kuesioner yang diisi oleh pengguna, yaitu mahasiswa dan peternak unggas.


(1)

<h3 style="color:#006666">Frequently Asked Question</h3>

<hr color="#006666" /> <?php

$faq = "select * from faq";

$faq2 = mysql_query($faq, $connect); while ($faq3 =

mysql_fetch_array($faq2)){ echo "<p style='margin:10px;'>";

echo "<b>Pertanyaan</b> : $faq3[Pertanyaan]<br>"; echo "<b>Jawaban</b> : $faq3[Jawaban]<br>"; echo "<br>";

} ?>

<?php include "footer.html";?>

8. hasilprogram.php <?php

include "connect.php"; include "header.php";

$jumlah = $_POST["jumlah"];

$pertanyaan = $_POST["pertanyaan"]; $umum = $_POST["umum"];

$chk = $_POST["chk"]; ?>

<!DOCTYPE html PUBLIC "-//W3C//DTD XHTML 1.0 Transitional//EN"

"http://www.w3.org/TR/xhtml1/DTD/xh tml1-transitional.dtd">

<html

xmlns="http://www.w3.org/1999/xhtml ">

<head>

<meta http-equiv="Content-Type" content="text/html; charset=utf-8" />

<script type="text/javascript" src="jquery-1.5.1.min.js"></script> <script type="text/javascript"> $(document).ready(function(){ $("li#detail").each(function(index){ $(this).children().hover(

function(){

$(this).css("color", "red") },

function(){

$(this).css("color", "black") }

);

$(this).children().click(function(){ $("#detailpenyakit"+index).slideToggle( "slow");

}); }); })


(2)

</script> </head> <body> <?php $pos = 0;

for($x=0;$x<count($chk);$x++){ $query = mysql_query("select gk.kode_gejala from gejalaumum gu join gejalakhusus2 gk on

(gu.kode_gejala = gk.tipe_umum) where gu.kodgu = '".$pertanyaan[$x]."' and gu.kode_gejala <> '0'");

$kuery = mysql_num_rows($query); for($y=0;$y<$kuery;$y++){

if($chk[$x][$y] != ""){

$qp = mysql_query("select penyakit from relasiumum where gejala = '".$chk[$x][$y]."'");

while($kp = mysql_fetch_array($qp)){ $kodegej[$pos] = $kp[0];

$pos++; }

} } }

$data = array_count_values($kodegej); $index = array_keys($data);

$x = 0;

foreach($index as $indexes){ $penyakit[$x] = $indexes;

$jumpenyakit[$x] = $data[$indexes]; $x++;

}

for($i=0;$i<count($penyakit);$i++){ $q = mysql_query("select

count(ru.gejala), p.nama from relasiumum ru join penyakit p on (ru.penyakit = p.kode_penyakit) where ru.penyakit = '".$penyakit[$i]."' group by ru.penyakit");

$k = mysql_fetch_array($q); $persen[$penyakit[$i]] = ($jumpenyakit[$i]/$k[0])*100; }

arsort($persen);

$persens = array_keys($persen); $o = 0;

echo "<ol>";

foreach($persens as $persenss){ if($o<2){

$querynamapenyakit =

mysql_query("select * from penyakit where kode_penyakit = '".$persenss."'"); $kuerynamapenyakit =

mysql_fetch_array($querynamapenyakit );

echo "<li id='detail'>Penyakit <a id='detailpenyakit' style='cursor: pointer;'>".$kuerynamapenyakit[1]."</a


(3)

>, dengan kemungkinan

".$persen[$persenss]."%</li>"; echo "<ul id='detailpenyakit".$o."' style='display: none; list-style: none'>"; echo "<li><b>Deskripsi</b>:

".$kuerynamapenyakit[2]."</li>"; echo "<li><b>Pencegahan</b>: ".$kuerynamapenyakit[3]."</li>"; echo "<li><b>Pengobatan</b>: ".$kuerynamapenyakit[4]."</li>"; echo "</ul>";

}

$o++; }

echo "</ol>"; ?>

<a href="program.php"><input type="button" value="Back" /></a> <?php

include "footer.html"; ?>

9. konsultasi.php <?php

include "header.php"; include "connect.php"; ?>

<hr color="#006666"/> <div id="gambar"><img

src="images/header.gif" width="650px" /></div>

<hr color="#006666" /> <h3

style="color:#006666">Konsultasi</h3 >

<p align="right"

style="padding-right:20px"><a href="isikonsul.php">isi konsultasi</a></p>

<hr color="#006666" />

<?php

$tanya = "select * from konsultasi"; $tanya2 = mysql_query($tanya, $connect);

while ($tanya3 =

mysql_fetch_array($tanya2, MYSQL_BOTH))

{

echo "<p

style='margin:5px'><b>Penanya : $tanya3[penanya]</b></p>"; echo "<br>";

echo "<p style='margin:5px'>Pertanyaan : $tanya3[pertanyaan]</p>";


(4)

$jawab = "select * from konsuljawab where id_tanya='$tanya3[id_tanya]'"; $jawab2 = mysql_query($jawab, $connect);

$jawab3 = mysql_fetch_array($jawab2); if ($jawab3[jawaban] == NULL){ echo "<a

href='jawabkonsul.php?idtanya=$tanya3 [id_tanya]'>jawab</a>";

}

if ($jawab3[jawaban] !== NULL){ echo "<p style='margin:5px'>Jawaban : $jawab3[jawaban]</p>";

echo "<br>"; echo "<p

style='margin:5px'><b>Penjawab : $jawab3[penjawab]</b></p>"; echo "<br>";

}

echo "<br>";

?><hr color="#006666"/><?php }

?> <?php

include "footer.html"; ?>

10.jawabkonsulsim.php <?php

include "connect.php"; include "header.php"; $get1 = $_GET[id]; $get2 = $_GET[jawaban]; $get3 = $_GET[penjawab]; $qry = "insert into konsuljawab

(id_tanya, jawaban, penjawab, tanggal)

values ('$get1', '$get2', '$get3', NOW())";

mysql_query ($qry, $connect); echo "Pertanyaan sudah dijawab"; include "footer.html";

?>

11.artikel.php <?php

include "header.php"; ?>

<hr color="#006666"/>

<div id="gambar"><img

src="images/header.gif" width="650px" /></div>


(5)

<h3 style="color:#006666">Berita </h3>

<hr color="#006666" /> <?php

include "connect.php";

$artikel = "select * from artikel"; $artikel2 = mysql_query($artikel, $connect);

while ($artikel3 =

mysql_fetch_array($artikel2)){ ?>

<a href="baca.php?idartikel<?php echo "$idartikel=$artikel3[kunci]";?>"> <?php

echo "$artikel3[judul]</a>"; echo "<br>";

}

echo "<br><br><br>"; ?>

<hr color="#006666"/> <?php $get = 1;

$baca = "select * from artikel where kunci = '$get'";

$baca2 = mysql_query($baca, $connect);

$baca3 = mysql_fetch_array($baca2); echo "<h2 style='color:#006666;text-align:center;'>$baca3[judul]</h2>"; echo "<hr style='color:#006666'>"; echo "<p style='line-height:20px;text-

indent:1.27cm;text-align:justify;margin:20px '>$baca3[isi]</p>"; include "footer.html"; ?>

11.isikonsul.php <?php

include "connect.php"; include "header.php"; ?>

<hr color="#006666"/> <div id="gambar"><img

src="images/header.gif" width="650px" /></div>

<hr color="#006666" />

<h3 style="color:#006666">Konsultasi Gratis | Isi Konsultasi</h3>

<hr color="#006666" /> <a href="konsultasi.php"><p align="right"

style="padding-right:20px">lihat pertanyaan</p></a> <form method="post"

action="konsulsim.php" name="form1" target="_self">


(6)

<table> <tr>

<td>Nama:</td> <td><input type="text" name="penanya" size="30"

value="<?=$penanya;?>"><br></td></t r>

<tr><td>Pertanyaan</td><td><textarea rows="10" cols="30"

name="pertanyaan"><?=$pertanyaan;?> </textarea><br></td></tr>

<tr><td></td><td>

<input type="submit" name="isi" value="tanya"></td></tr>

</table> </form> <?php

include "footer.html"; ?>