Hubungan Pola Asuh Dan Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik Dengan Prestasi Akademik Remaja Yang Memiliki Perbedaan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah

HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN ALAT
STIMULASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI AKADEMIK
REMAJA YANG MEMILIKI PERBEDAAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH

YULYA SRINOVITA
I24061966

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi Hubungan Pola Asuh dan
Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik dengan Prestasi Akademik Remaja yang
Memiliki Perbedaan Latar Belakang Pendidikan Prasekolah adalah karya Saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip

dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Bogor, Mei 2011
Yulya Srinovita
NIM I24061966

ABSTRACT
YULYA SRINOVITA. The relationship of parenting in academic dimension and
academic stimulation with academic achievement adolescent which have different
preschool education background (Under direction of DWI HASTUTI and
ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI).
The research was a part of a study that had been conducted at year 2006,
which involve three group of children with different preschool education
background namely group Semai Benih Bangsa (SBB) and Taman Kanak Kanak
(TK) who were children with a preschool background, and group non TK or
control who were children with no preschool background. SBB were a preschool
group established by Indonesia Heritage Foundation for the poor children and
using holistic education approach, which in Bogor area located at Kelurahan
Sukasari and Desa Situ Udik. The samples of this research at previous study

(Hastuti 2006) were 356 children, and for this research out of 356 samples it was
selected only children at the two locations. The criteria for sample of this study
was youth age 11-16 years, and still have an education. Out of 116 samples only
87 children served as sample of this study, 27 samples of SBB, 31 children of TK
and 29 of non-TK. The research aimed to identify parenting in academic
dimension (self discipline and excellence orientation) at the three groups,
academic stimulation, academic achievement at the three groups and relationship
between variables. Analysis of ANOVA, kruskall wallis were applied to analyze
differences among three groups, while Pearson correlation were applied to analyze
relationship among variables. Result showed that there were significant
differences in term of socio economic characteristics (maternal education and
family income) among three groups, and in term of academic stimulation, which
showed that the socio economic status related to their ability to provide books,
computers, academic utensils and activities. Background of preschool education
had no relationship with academic achievement, meanwhile socio economic status
and academic stimulation had significant and positive relationship with academic
achievement of youth.
Keyword: preschool education, parenting in academic dimension, academic
stimulation, academic achievement


RINGKASAN
YULYA SRINOVITA. Hubungan pola asuh dan ketersedian alat stimulasi
akademik dengan prestasi akademik remaja yang memiliki perbedaan latar
belakang pendidikan prasekolah (Di bawah bimbingan DWI HASTUTI dan
ISTIQLALIYAH MUFLIKHATI).
Penduduk Indonesia pada tahun 2009 mencapai 230 juta jiwa. Sementara
itu, komposisi penduduk remaja sebanyak 41 juta jiwa dan menempati urutan ke
dua terbanyak (BPS 2010). Data tersebut menunjukkan bahwa penduduk remaja
cukup besar dan berpotensi sehingga dapat menjadi sumberdaya yang sangat baik
untuk memajukan bangsa. Hasil survey di 49 negara Asia, Australia, dan Afrika
oleh TIMSS (Trend in International Mathematics and Science Study) pada tahun
2007, menunjukan bahwa prestasi matematik dan sains siswa SD dan SMP
Indonesia menduduki peringkat ke-36 dan 35. Kondisi ini sangat memprihatinkan
sehingga diperlukan usaha yang optimal untuk meningkatkan prestasi akademik.
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui hubungan pola
asuh akademik dan ketersediaan alat stimulasi akademik dengan prestasi
akademik remaja yang memiliki perbedaan latar belakang pendidikan prasekolah.
Tujuan khususnya adalah: 1) mengidentifikasi pola asuh akademik dan
ketersediaan alat stimulasi akademik remaja yang memiliki perbedaan latar
belakang pendidikan prasekolah (Semai Benih Bangsa, Taman Kanak-kanak, dan

yang tidak memiliki latar belakang prasekolah/kontrol), 2) menganalisis prestasi
akademik remaja, 3) menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan
keluarganya dengan pola asuh akademik, 4) menganalisis hubungan antara
karakteristik keluarga remaja dengan ketersedian alat stimulasi akademik, 6)
menganalisis hubungan antara pola asuh akademik dan ketersediaan alat stimulasi
akademik dengan prestasi akademik.
Penelitian ini merupakan lanjutan dari penelitian Hastuti (2006) yang
berjudul “Pengaruh Model Pendidikan Prasekolah pada Pembentukan Anak Sehat,
Cerdas, dan Berkarakter”. Pemilihan wilayah dilakukan secara sengaja
(purposive) di Kelurahan Sukasari, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor dan
Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. Pemilihan ini
dengan mempertimbangkan bahwa kedua wilayah memenuhi persyaratan, yaitu
merupakan tempat SBB dengan lulusan yang sudah memasuki usia remaja.
Desain penelitian adalah cross sectional study dengan metode survei. Waktu
pengambilan data pada bulan Maret sampai Juli 2010.
Populasi dalam penelitian ini adalah remaja yang menjadi contoh pada
penelitian Hastuti (2006) sebanyak 356 orang. Contoh adalah anak berusia antara
11 sampai 16 tahun yang tinggal di Kelurahan Sukasari dan Desa Situ Udik yaitu
sebanyak 87 orang terdiri dari 27 orang dari latar belakang SBB, 31 orang dari
TK, dan 29 orang dari kontrol.

Data terbagi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh dengan wawancara dan pengisian kuesioner meliputi karakteristik
contoh (usia, jenis kelamin), karakteristik keluarga (pendidikan orangtua,
pendapatan keluarga, besar keluarga), pola asuh, ketersedian alat stimulasi
akademik, dan nilai rapor. Pola asuh merupakan pola asuh akademik yang
diberikan pada remaja terdiri dari 20 pertanyaan (masing-masing 10 pertanyaan

untuk pola asuh disipilin diri dan pola asuh dukungan berprestasi), diukur dengan
melakukan scoring, yaitu skor 2 untuk intensitas sering, skor 1 untuk kadangkadang, dan skor 0 untuk tidak pernah. Alat stimulasi akademik yang dimiliki
remaja saat ini terdiri dari 8 item pertanyaan, diukur dengan melakukan scoring,
yaitu skor 1 untuk ada dan skor 0 untuk tidak ada. Pola asuh akademik dan
ketersediaan alat stimulasi akademik dikategorikan secara normatif. Prestasi
akademik dilihat dari nilai masing-masing dan rata-rata 7 mata pelajaran pada
semester terakhir (dua atau empat) meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan
Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, IPA, IPS, Bahasa Inggris, dan Matematika.
Dikelompokkan berdasarkan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu kurang (<
60,00), cukup (60,00-70,00), baik (70,10-75,00), dan sangat baik (>75). Data
sekunder diambil di kantor Desa Sukasari dan Desa Situ Udik.
Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft
Excell dan SPSS 17.0. Analisis data dengan menggunakan: 1) uji deskriptif

digunakan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat sebaran statistik
deskriptif contoh menurut variabel yang diteliti, 2) uji beda Anova dan Kruskall
Wallis dilakukan pada seluruh variabel yang diamati untuk melihat ada tidaknya
perbedaan pada masing-masing variabel di tiga kelompok contoh, 3) uji korelasi
Pearson digunakan untuk melihat hubungan antar variabel.
Hampir seluruh contoh (88,5%) tersebar pada kategori usia pertengahan
puber (12-15 tahun). Contoh laki-laki (52,9%) lebih banyak daripada perempuan
(47,3%) tapi tidak ada perbedaan dalam hal usia dan jenis kelamin. Rata-rata
jumlah anggota keluarga contoh kontrol (6,96 orang) lebih besar dibandingkan
TK (6,06 orang) dan SBB (5,89 orang). Tingkat pendidikan orang tua contoh TK
(ayah 9,4 dan ibu 8,4 tahun) lebih tinggi dibanding SBB (8,5 dan 7,5 tahun) dan
kontrol (7,1 dan 6,6 tahun). Pendapatan per kapita keluarga contoh TK (Rp
256.590) lebih tinggi dibandingkan SBB (Rp 248.500) dan kontrol (Rp 161.500).
Sebagian besar ayah contoh SBB (37%) dan TK (35,5%) bekerja sebagai
wiraswasta, sedangkan kontrol (34,5%) sebagai buruh dan terdapat perbedaan
dalam hal besar keluarga, pendidikan orangtua, dan pendapatan per kapita.
Lebih dari separuh contoh (67%) memperoleh pola asuh akademik pada
kategori tinggi dan tidak terdapat perbedaan signifikan antara ketiga kelompok.
Tingkat ketersediaan alat stimulasi akademik berbeda antara ketiga kelompok,
yaitu TK (61,3%) lebih tinggi dibanding SBB (59,3%) dan kontrol (43,7%).

Sebagian besar (47,1%) prestasi akademik contoh berada pada kategori cukup
(60-70). Rata-rata skor nilai pada empat mata pelajaran (Pendidikan Agama,
Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris) tertinggi pada contoh SBB dan
tiga mata pelajaran (Pendidikan Kewarganegaraan, IPA, IPS) pada contoh TK.
Namun, secara statistik tidak terdapat perbedaan antara tingkat prestasi akademik
menurut kelompok dan asal daerah, perbedaan hanya ditemukan menurut jenis
kelamin. Prestasi contoh laki-laki lebih baik daripada contoh perempuan.
Hubungan yang signifikan hanya ditemukan pada karaktersitik keluarga
(besar keluarga, pendidikan ibu, dan pendapatan per kapita) dengan ketersediaan
alat stimulasi akademik serta ketersediaan alat stimulasi akademik dengan prestasi
akademik. Semakin tinggi pendidikan ibu dan pendapatan per kapita, maka
ketersediaan alat stimulasi akademik semakin banyak. Namun, semakin besar
keluarga maka ketersediaan alat stimulasi akademik semakin sedikit. Semakin
baik ketersedian alat stimulasi akademik maka semakin tinggi prestasi akademik.

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2011
Hak cipta dilindungi undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar Institut Pertanian Bogor.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.

HUBUNGAN POLA ASUH DAN KETERSEDIAAN ALAT
STIMULASI AKADEMIK DENGAN PRESTASI AKADEMIK
REMAJA YANG MEMILIKI PERBEDAAN LATAR
BELAKANG PENDIDIKAN PRASEKOLAH

YULYA SRINOVITA

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR
2011

Judul

: Hubungan Pola Asuh dan Ketersedian Alat Stimulasi Akademik dengan
Prestasi Akademik Remaja yang Memiliki Perbedaan Latar Belakang
Pendidikan Prasekolah

Nama : Yulya Srinovita
NRP

: I24061966

Disetujui,

Dr. Ir. Dwi Hastuti, M. Sc
Pembimbing I

Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si

Pembimbing II

Diketahui,

Dr.Ir. Hartoyo, M.Sc
Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

Tanggal Ujian : 19 April 2011

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padang pada tanggal 9 Juli 1988 dari ayah Ali Suwar
dan Ibu Nurbaidah. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.
Pendidikan SD sampai SMA diselesaikan penulis di Padang, Sumatra Barat.
Pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 19 Bayur dari tahun 1994 hingga 2000,
pendidikan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Nan Sabaris pada tahun 2003, dan
pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Nan Sabaris tahun 2006.
Penulis kemudian melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian
Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), dengan Mayor Ilmu
Keluarga dan Konsumen. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis terlibat
dalam organisasi kemahasiswaan, yaitu Ikatan Mushola TPB sebagai ketua

Mushola Astri A2. Selain itu, penulis juga menjabat sebagai Bendahara umum
Lembaga Pengajar Alqur‟an (LPQ) Alhurriyah, Staff Syiar Forum Syiar Islam
FEMA (FORSIA), Anggota Klub Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan
Konsumen (HIMAIKO), Ketua Rohis Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen
(IKK), Staff Kebijakan Kampus Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga
Mahasiswa IPB (BEM KM), dan Staff Forum Diskusi Leadership Community
Rumah Peradaban Beasiswa PPSDMS Nurul Fikri.
Penulis juga pernah menjadi asisten mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dan mendapatkan beasiswa pendidikan sarjana dari Beastudi Etos selama
menempuh pendidikan di Institut Pertanian Bogor. Penulis juga dipercaya
menjabat sebagai koordinator Putri Etos Nasional angkatan 2006 Beastudi Etos
se-Indonesia dan Sekretaris Leadership Community (LC) Beastudy Etos
Community (BEB-C) Beastudi Etos Bogor.

PRAKATA
Puji dan syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat, hidayah, dan pertolonganNya sehingga penulis mampu
untuk menyelesaikan skripsi ini. Sholawat beriring salam juga tidak lupa penulis
sampaikan kepada Rasullulah SAW, suri tauladan umat manusia yang telah
berjuang dengan segenap jiwa dan raganya untuk kejayaan Islam yang mulia.
Suatu hal yang penulis sadari bahwa penulisan dan penyelesaian skripsi ini
tidak terlepas dari bantuan moril dan materil berbagai pihak. Oleh karena itu
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Dwi Hastuti, M.Sc sebagai dosen pembimbing I dan Dr. Ir. Istiqlaliyah
Muflikhati, M.Si sebagai dosen pembimbing II skripsi yang telah
memberikan doa, bimbingan, perhatian, waktu, motivasi, tenaga, dan contoh
yang baik kepada penulis hingga selesainya skripsi ini. Terima kasih atas
pelajaran-pelajaran yang begitu berharga selama ini.
2. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan selaku dosen pembimbing akademik, terima
kasih atas bantuan dan bimbingannya dalam bidang akademik selama penulis
menjadi mahasiswa di Departemen Ilmu keluarga dan Konsumen.
3. Neti Hernawati, SP, M.Si dan Alfiasari, SP, M.Si selaku dosen pemandu
seminar dan dosen penguji, terimakasih atas masukan bagi perbaikan skripsi.
4. Seluruh aparat pemerintah Kabupaten Bogor dan Kota Bogor khususnya
Kelurahan Sukasari dan Desa Cibungbulang, serta seluruh keluarga contoh.
Terima kasih banyak atas bantuan dan partisipasinya dalam penelitian ini.
5. Papa (Ali Suwar) dan mamaku (Nurbaidah) tercinta, terima kasih atas doa
yang tiada henti, cinta, kasih sayang, pengorbanan, perhatian, kesabaran yang
begitu besar kepada penulis. Kakak-kakakku tersayang, Yosa Novia Dewi,
SPd. dan Yuddi Noveranda (alm) terima kasih atas doa, kasih sayang, dan
motivasinya. Kalian semua adalah anugerah terindah untuk penulis. Semoga
Allah SWT mengumpulkan kita kelak di Jannah-Nya.
6. Kepada keluarga besar, khususnya Ayah (alm) dan Andung, Amak Tuo dan
Apa Bahri (alm), Elok dan Ayah, Muning dan Mintuo, Cuning dan Apa Bur,
Mak Etek dan Mintuo, Nani dan Apa Tar, Pak Eri, Etek War, Kak Shanti,
Ceni Dewi, Bang Yon, Uda Jos, Bang Budi, Bang Bobo, Bang Romi, Uda

Weng, Bang Len, dan Widya. Adek-adek dan keponakanku tersayang, Soni,
Yudi, Bambang, Beben, Tata, Piska, Iyo, Nilna, dan Aidil. Terima kasih atas
kebersamaan dan dukungan untuk penulis.
7. Bapak dan Ibu Dosen Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen atas segala
ilmu, perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan. Semoga dibalas
dengan Surga-Nya. Serta seluruh tenaga kependidikan Departemen Ilmu
Keluarga dan Konsumen.
8. Teman-teman penelitian Untari, Liaw, Syifa, Shanti, dan Teh Heni. Telah
banyak kesulitan dan kemudahan yang kita rasakan bersama. Terima kasih
telah menjadi teman untuk berbagi dan berjuang. Mahasiswa IKK 43 serta
IKK 42, khususnya anggota Rohis kelas. Terima kasih atas kebersamaannya.
9. Saudara-saudariku

seperjuangan

para

mujahid/mujahidah

tangguh

pengemban amanah dakwah khususnya Uda Aji, Andi, FSIM, Fushilat 43,
Entretrainer, Murobbiah Halaqoh, dan Lembaga Dakwah Kampus IPB.
Jazakumullah Khairon Katsiran atas segalanya. Antum semua adalah nikmat
Allah yang luar biasa.
10. Sahabat-sahabatku tercinta, Elis, Erika, Mb Mei, Kiki, dan Ratih. Terima
kasih atas persahabatan yang ikhlas dan begitu berharga untuk penulis. Kalian
selalu ada disaat suka dan duka. Semoga persahabatan ini abadi. Untuk Kak
Fachri, terima kasih atas doa, dukungan, semangat, dan motivasi yang tiada
henti. Semoga Allah membalas semuanya dengan kebaikan.
Demikianlah ucapan terima kasih dipersembahkan, tulus terucap dari lubuk
hati yang paling dalam. Semoga Allah membalasnya dengan hal yang lebih baik.
Amin.

Bogor, Mei 2011

Yulya Srinovita

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ...................................................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................

vii

PENDAHULUAN ...................................................................................
Latar Belakang ................................................................................
Perumusan Masalah ........................................................................
Tujuan Penelitian ............................................................................
Kegunaan Penelitian .......................................................................

1
1
5
7
8

TINJAUAN PUSTAKA ..........................................................................
9
Prestasi Akademik Remaja .............................................................
9
Pendidikan PraSekolah ................................................................. 11
Pola Asuh Akademik Remaja ....................................................... 13
Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik Remaja ............................ 16
Faktor Karakteristik Remaja yang Berhubungan dengan
Pola Asuh Akademik dan Prestasi Akademik................................ 17
Faktor Karakteristik Keluarga yang Berhubungan dengan Pola
Asuh Akademik dan Ketersediaaan Alat Stimulasi Akademik..... 19
KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................................

21

METODE PENELITIAN.......................................................................
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian .........................................
Cara Penarikan Contoh .................................................................
Jenis dan Cara Pengumpulan data .................................................
Pengukuran, Pengolahan, dan Analisis Data .................................
Definisi Operasional .....................................................................

25
25
25
26
27
29

HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................
Keadaan Umum Lokasi Penelitian ................................................
Karakteristik Contoh ......................................................................
Karakteristik Keluarga Contoh .....................................................
Pola Asuh Akademik ....................................................................
Ketersediaan Alat Stimulasi Akademik .........................................
Prestasi akademik .........................................................................
Hubungan Antar Variabel Penelitian.............................................
Pembahasan Umum ......................................................................

31
31
32
34
37
40
42
46
54

SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................
Simpulan ......................................................................................
Saran ............................................................................................

61
61
61

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................

63

LAMPIRAN ..........................................................................................

67

DAFTAR TABEL
Halaman
1.

Penarikan contoh penelitian ..........................................................

26

2.

Jenis dan cara pengumpulan data ..................................................

27

3.

Sebaran contoh berdasarkan usia dan kelompok ............................

33

4.

Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin dan kelompok .............

33

5.

Sebaran contoh berdasarkan besar keluarga dan kelompok ............

34

6.

Sebaran contoh berdasarkan pendidikan orangtua
dan kelompok ...............................................................................

35

7.

Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua dan kelompok .....

36

8.

Sebaran contoh berdasarkan pendapatan keluarga
dan kelompok ...............................................................................

37

Sebaran contoh berdasarkan tingkat pola asuh akademik
dan kelompok ...............................................................................

39

10. Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan alat stimulasi
akademik dan kelompok ...............................................................

40

11. Sebaran contoh berdasarkan tingkat ketersediaan alat
stimulasi akademik dan kelompok ................................................

41

12. Sebaran rata-rata nilai skor prestasi akademik berdasarkan
mata pelajaran dan kelompok ........................................................

42

13. Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik
dan kelompok ...............................................................................

43

14. Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik
dan jenis kelamin ..........................................................................

44

15. Sebaran contoh berdasarkan tingkat prestasi akademik
dan asal daerah .............................................................................

45

16. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik anak
dan pola asuh akademik ................................................................

46

17. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga
dan pola asuh akademik ...............................................................

48

18. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga dan
ketersedaian alat stimulasi akademik .............................................

51

19. Sebaran contoh berdasarkan pola asuh akademik
dan prestasi akademik ..................................................................

53

20. Sebaran contoh berdasarkan ketersediaan alat
stimulasi akademik dan prestasi akademik ....................................

54

9.

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Output realibilitas kuesioner pola asuh akademik ............................

67

2. Sebaran pola asuh dan kelompok prasekolah ...................................

68

3. Koefesien korelasi antar variabel penelitian .....................................

69

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Salah satu cita-cita nasional yang harus diperjuangkan suatu bangsa adalah
upaya mencerdaskan kehidupan bangsa melalui pendidikan yang berkualitas yaitu
pendidikan yang mampu menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang
berkarakter. Masa depan dan keunggulan bangsa ditentukan oleh SDM yang
dimilikinya, di samping sumber daya alam. SDM yang berkualitas diharapkan
dapat lebih berhasil mengelola sumber daya bagi kesejahteraan masyarakat.
Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 mencapai 230 juta jiwa.
Sementara itu, komposisi penduduk remaja (10-19 tahun) adalah sebanyak 41 juta
jiwa (sekitar 18 persen) dan menempati urutan ke dua terbanyak setelah penduduk
usia dewasa dan lanjut (di atas 20 tahun) yaitu sebesar 148 juta jiwa (BPS 2010).
Data tersebut menunjukkan bahwa penduduk remaja menempati urutan yang
cukup besar dan berpotensi sehingga dapat menjadi sumberdaya yang sangat baik
untuk memajukan kesejahteraan negara. Bila karakter remaja yang potensial itu
berkualitas maka kemajuan bangsa ini akan terjamin. Namun, bila kualitas
remajanya buruk maka akan sulit bagi bangsa ini untuk berkembang karena
kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat tercermin dari kualitas pemudanya.
Abad ke-21 merupakan era baru yang menawarkan peluang dan tantangan.
Bagi bangsa Indonesia, momentum globalisasi ini merupakan tantangan sehingga
diperlukan banyak persiapan untuk menghadapinya. Persiapan ini terlebih dahulu
dapat dilakukan dengan peningkatan mutu pendidikan nasional dan prestasi siswa.
Bangsa yang memiliki SDM yang unggul dan professional akan lebih maju dan
mampu bersaing dengan negara-negara lain (Syafaruddin 2002).
Menghadapi tantangan ini diperlukan pula upaya yang sungguh-sungguh
melalui pendidikan yang mampu meletakan dasar-dasar pemberdayaan manusia
agar memiliki kesadaran akan potensi dirinya dan mengembangkannya bagi
kebutuhan dirinya sendiri dan masyarakat dalam membentuk masyarakat madani.
Pendidikan dasar itu adalah pendidikan yang dilakukan sedini mungkin yang
dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu. Menyeluruh artinya layanan yang
diberikan kepada anak mencakup layanan pendidikan, kesehatan, dan gizi.

2

Terpadu mengandung arti layanan tidak diberikan kepada anak usia dini saja,
tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat (Anonim 2003).
SDM yang unggul tidak tercipta dengan sendirinya tapi dibutuhkan upaya
dan kerja keras semua pihak terutama para pendidik serta keluarga. Menurut
Fuaddin (1999) keluarga merupakan lembaga yang sangat penting dalam proses
pengasuhan. Meskipun bukan menjadi satu-satunya faktor, keluarga merupakan
unsur yang sangat menentukan dalam pembentukan kepribadian dan prestasi anak.
Secara teoritis dapat dipastikan bahwa dalam keluarga yang baik, anak memiliki
dasar-dasar pertumbuhan dan perkembangan yang cukup kuat untuk menjadi
manusia dewasa. Keluarga juga berperan dalam menentukan pendidikan bagi anak
baik pendidikan sekolah maupun luar sekolah, mulai jenjang prasekolah sampai
ke perguruan tinggi. Melalui peran ini orang tua membentuk kepribadian anak,
mengembangkan potensi dan prestasi akademik, serta potensi regilius dan moral.
Pengasuhan adalah suatu proses panjang dalam kehidupan seorang anak
mulai dari masa prenatal hingga masa kanak-kanak berakhir, masa usia sekolah,
masa remaja, dan dewasa. Aspek pendidikan dalam pengasuhan adalah
pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi anak sejak usia dini baik berupa biaya
sekolah maupun dalam bentuk perhatian, motivasi, dan dukungan orangtua
terhadap prestasi dan kemajuan belajar anak (Hastuti 2008). Pemenuhan
kebutuhan pendidikan bagi anak juga termasuk penyediaan alat stimulasi
akademik. Alat stimulasi akademik dapat berfungsi untuk merangsang
kemampuan akademik dan menstimuli tumbuh kembang anak.
Pengasuhan, pendidikan, dan perawatan terhadap anak sejak dari dalam
kandungan akan berpengaruh besar pada kecerdasan anak tersebut. Makin
bermutu pendidikan, pengasuhan, dan perawatan yang dilakukan sejak usia dini
maka makin kokoh kecerdasan yang dibangunnya. Semakin tinggi pengetahuan
dan kesanggupan orangtua dalam pendidikan, pengasuhan, dan perawatan bagi
anak usia dini, maka semakin memungkinkan bagi orangtua untuk dapat
melakukan stimulasi yang konstruktif dan bervariatif yang akan mempercepat
perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan kebugaran anak (Sudjarwo 2009).
Keunggulan suatu SDM khususnya siswa dapat diukur salah satunya
dengan melihat keberhasilannya dalam hal belajar. Berhasil atau tidaknya

3

seseorang dalam belajar dapat diketahui dengan melakukan suatu evaluasi untuk
mengetahui prestasi yang diperoleh siswa setelah proses belajar mengajar
berlangsung melalui nilai rapor.
Bloom dalam Azwar (2002) mengungkapkan bahwa prestasi akademik
merupakan keberhasilan seseorang dalam belajar. Secara umum, ada dua faktor
yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik
berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran.
Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi,
bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal menyangkut
pengasuhan, ketersedian alat stimulasi akademik, kondisi tempat belajar, materi
pelajaran, dan kondisi lingkungan belajar (Azwar 2004).
Hasil penelitian Hastuti (2006) menemukan adanya pengaruh peran
keluarga dalam pembentukan kualitas anak. Peranan keluarga dilihat dari interaksi
di dalam lingkungan keluarga yang diukur dari kelekatan emosi ibu dan anak,
kualitas pengasuhan, tingkat stres ibu, dan keharmonisan pasangan suami istri.
Peningkatan kualitas interaksi antara ibu dan anak akan selalu diikuti oleh
peningkatan kualitas anak.
Selain pengasuhan, pendidikan prasekolah juga memegang peranan
penting dalam menunjang prestasi akademik anak. Pendidikan prasekolah adalah
masa penting bagi pembentukan kualitas tumbuh kembang seseorang di masa
dewasa, terutama dalam mempersiapkan anak secara akademik, kematangan
sosial dan kemandirian, motivasi akademik, kreativitas, kemampuan pengambilan
keputusan, hubungan sosial, kerjasama, dan tanggungjawab (Cotton dan Conklin,
2001; Berrueta-Clement, et al. 1985; Bronson, et al. 1985 diacu dalam Hastuti
2006).

Pembelajaran

pada

anak

usia

dini

merupakan

wahana

untuk

mengembangkan potensi seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan, bakat,
dan minat masing-masing anak.
Pendidikan prasekolah bermanfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan
fisik serta kecerdasan anak, baik secara emosi, spiritual, maupun bahasa dan
komunikasi. Berdasarkan penelitian Bloom, diungkapkan bahwa kecerdasan anak
pada usia 15 tahun merupakan hasil pendidikan prasekolah dan 30 persen potensi

4

berikutnya terbentuk pada usia 4 sampai 8 tahun. Remaja dengan latar belakang
pendidikan prasekolah memiliki perkembangan lebih optimal dalam hal
kemampuan kognitif maupun emosinya daripada anak yang tidak memiliki latar
belakang pendidikan prasekolah (Iqbal 2010). Menurut Biechler dan Snowman
(1993) diacu dalam Patmonodewo (2003) pendidikan prasekolah merupakan
pendidikan yang diberikan kepada anak-anak yang berusia antara 3-6 tahun untuk
mempersiapkan mereka memasuki sekolah.
Hasil penelitian Hastuti (2006) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan pada kecerdesan majemuk (kecerdasan motorik kasar, motorik
halus, verbal, matematika, interpersonal, intrapersonal, music, dan visual) anak
yang berlatar pendidikan prasekolah (Semai Benih Bangsa dan TK) dengan anak
yang tidak berlatar belakang pendidikan prasekolah (kontrol). Kecerdasan
majemuk anak peserta SBB adalah paling tinggi, diikuti anak peserta TK,
sementara anak tanpa latar belakang prasekolah (kontrol) adalah paling rendah.
Sejak tahun 2001 The Indonesia Heritage Foundation (IHF) turut
memberikan sumbangan bagi terbentuknya kualitas anak usia dini dengan
mendirikan Kelompok Prasekolah Semai Benih Bangsa (SBB) yang khusus
diperuntukan bagi anak dari keluarga tak mampu. SBB adalah kelompok
prasekolah yang menerapkan konsep pendidikan holistik berbasis karakter dengan
menggunakan

metode

belajar

sesuai

kaidah

pembelajaran

yang

patut

(Developmentally Appropriate Practices). Melalui metode belajar aktif dan
kontekstual, serta sesuai dengan tahapan usianya maka anak diajarkan berfikir,
merasakan, dan melaksanakan perbuatan baik secara terstuktur melalui pilar
karakter yang diajarkan secara sistematis melalui Satuan Kegiatan Harian (SKH),
Satuan Kegiatan Mingguan (SKM), dan Satuan Kegiatan Semesteran (SKS)
(Hastuti 2006).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa pengasuhan,
ketersedian alat stimulasi akademik, dan latar belakang pendidikan prasekolah
dapat mempengaruhi dan menunjang prestasi akademik remaja. Mengingat
pentingnya meningkatkan prestasi akademik remaja dalam upaya menciptakan
SDM yang unggul untuk memajukan bangsa maka perlu diteliti hubungan faktorfaktor tersebut dengan prestasi akademik remaja.

5

Perumusan Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor utama bagi pengembangan
sumber daya manusia (SDM) karena pendidikan diyakini mampu meningkatkan
sumber daya manusia sehingga dapat menciptakan manusia produktif yang
mampu memajukan bangsanya (Hadikusumo 1999). Keberhasilan pendidikan
salah satunya dapat dilihat dari tingkat prestasi akademik siswa. Winkel (1996)
diacu dalam Ridwan (2008) mengungkapkan bahwa prestasi akademik merupakan
suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang anak dalam melakukan
kegiatan belajarnya sesuai dengan bobot yang dicapainya. Prestasi akademik
seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan dalam mempelajari materi pelajaran
yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah
mengalami proses belajar mengajar.
Pencapaian prestasi akademik yang rendah merupakan masalah utama
yang ditemui di negara berkembang termasuk Indonesia. Rendahnya prestasi
akademik tersebut disebabkankan oleh kualitas teknologi pengajaran yang masih
rendah, buku pelajaran yang kurang bermutu, pendidikan orangtua yang rendah,
dan angka ketidakhadiran anak di sekolah yang tinggi. Dari ukuran kecerdasan
intelektual, survei yang dilakukan oleh International Education Achievement
(IAE) tentang hasil pendidikan dilaporkan bahwa kemampuan membaca ditingkat
SD siswa di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara yang diteliti.
Kemampuan matematika di tingkat SLTP siswa di Indonesia berada pada urutan
ke-39 dari 42 negara, sedangkan untuk kemapuan ilmu pengetahuan alam berada
di urutan ke-40 dari 42 negara (Hastuti 2006).
Hasil survei PERC (Political and Economic Risk Consultancy) di 12
negara menunjukkan bahwa Indonesia berada diurutan ke-11 (Megawangi et al.
2005). Hasil survei di 49 negara (Asia, Australia, Afrika) oleh TIMSS (Trend in
International Mathematics and Science Study) tahun 2007, menunjukkan bahwa
prestasi matematik dan sains siswa SD dan SLTP Indonesia berada diperingkat
ke-36 dan 35.
Laporan hasil analisis Tim Education for All (Pendidikan Untuk Semua)
tahun 2001, yang berpangkalan di Departemen Pendidikan Nasioanal, menyatakan
bahwa masih banyak anak usia dini yang belum terlayani pendidikannya. Pada

6

tahun 2000, dari sekitar 26 juta anak Indonesia 0-6 tahun, lebih dari 80 % belum
mendapatkan layanan pendidikan dini apapun. Khusus untuk anak usia 4-6 tahun
yang berjumlah sekitar 12 juta, baru sekitar 2 juta anak yang terlayani di Taman
Kanak-Kanak (TK) (Anonim 2003).
Berdasarkan tahapan perkembangan Erikson, pada usia 12 sampai 18
tahun anak memasuki tahap identitas vs kebingungan peran. Bila sebelumnya
perkembangan lebih berkisar pada „apa yang dilakukan untuk saya‟, sejak tahap
ini perkembangan tergantung pada „apa yang saya kerjakan‟. Periode ini adalah
periode peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Tugas perkembangan di
fase ini adalah menemukan jati diri, membangun diri dari krisis yang pernah
terjadi, menanyakan siapa saya, perasaan kompeten dan ingin berprestasi,
mengambil keputusan (keterampilan, orientasi gender, dan filosofi hidup),
menyatukan peran (anak, saudara, pelajar, olahragawan, pekerja), dan membentuk
imej dari role model dan peer groupnya (Hastuti 2006).
Tahap perkembangan

pada usia remaja ini dipengaruhi oleh tahap

perkembangan pada usia sebelumnya. Anak pada usia 3,5 sampai 6 tahun berada
pada tahap inisiatif vs bersalah. Tahap ini ditandai dengan kreatifitas yang tinggi,
antusias dalam melakukan sesuatu, aktif bereksperimen, berimajinasi, berani
mencoba, berani mengambil resiko, dan senang bergaul dengan kawannya.
Namun, semua ini tergantung pada lingkungan belajar anak yang kondusif untuk
mencapai perkembangan tersebut. Guru atau orangtua hendaknya mendorong
sikap positif ini dengan menumbuhkan rasa bertanggungjawab pada tugasnya dan
tidak memberikan kritik yang negatif karena akan membuat anak merasa apa yang
dikerjakannya adalah salah. Selanjutnya, pada usia 6 sampai 10 tahun berada pada
tahap berkarya/etos kerja vs minder. Masa ini adalah masa anak-anak paling
antusia belajar dan berimajinasi, sehingga anak-anak dapat tumbuh dengan sikap
ingin berkarya, bermotivasi tinggi, dan beretos kerja. Perasaan bahwa „aku bisa‟,
„aku kuat‟, atau „aku anak yang baik‟ harus dapat ditumbuhkan pada masa ini
karena jika tidak, sikap yang timbul adalah rendah diri (Megawangi et al. 2004).
Dari uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa prestasi akademik remaja
dipengaruhi oleh kecerdasan kognitif dan fasilitas belajar, latar belakang
pendidikan prasekolah, pola pengasuhan orangtua, dan ketersedian alat stimulasi

7

akademik. Hal itu semua merupakan tanggungjawab dari lembaga pendidik yaitu
keluarga dan sekolah. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama bagi
seorang individu karena keluarga adalah lingkungan eksternal pertama yang
dikenal begitu individu baru dilahirkan di dunia. Seperti diungkapkan Bennet
dalam Hastuti (2008) bahwa keluargalah tempat paling efektif dimana seorang
anak menerima kebutuhan kesehatan, pendidikan dan kesejateraan bagi hidupnya,
dan bahwa kondisi biologis, psikologis dan pendidikan, serta kesejahteraan
seorang anak amat tergantung pada keluarganya.
Berdasarkan uraian di atas, pertanyaan yang akan dijawab dalam
penelitian ini adalah bagaimanakah hubungan latar belakang pendidikan
prasekolah yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) dan Kelompok Prasekolah Semai
Benih Bangsa (SBB) serta yang tidak memiliki latar belakang pendidikan
prasekolah (kontrol) dengan prestasi akademik remaja? Bagaimanakah hubungan
pola asuh akademik yang diberikan orangtua dengan prestasi akademik remaja?
Bagaimana hubungan ketersedian alat stimulasi akademik di rumah dengan
prestasi akademik remaja?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola asuh
akademik, ketersediaan alat stimulasi akademik, dan prestasi akademik pada
remaja dengan latar belakang pendidikan prasekolah yang berbeda.
Tujuan khusus:
Secara khusus tujuan penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi pola asuh akademik orangtua dan ketersediaan alat stimulasi
akademik pada remaja yang memiliki perbedaan latar belakang pendidikan
prasekolah (SBB, TK, dan Kontrol).
2. Menganalisis prestasi akademik pada remaja yang memiliki perbedaan latar
belakang pendidikan prasekolah.
3. Menganalisis hubungan antara karakteristik remaja dan keluarganya dengan
pola asuh akademik pada remaja yang memiliki perbedaan latar belakang
pendidikan prasekolah.

8

4. Menganalisis

hubungan

antara

karakteristik

keluarga

remaja

dengan

ketersediaan alat stimulasi akademik pada remaja yang memiliki perbedaan
latar belakang pendidikan.
5. Menganalisis hubungan antara pola asuh akademik dan ketersediaan alat
stimulasi akademik dengan prestasi akademik pada remaja yang memiliki
perbedaan latar belakang pendidikan prasekolah.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaaat bagi berbagai pihak yang
terkait. Bagi orangtua, penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar
pertimbangan dalam upaya memilih pendidikan prasekolah dan memperbaiki pola
asuh akademik dan penyediaan alat stimulasi akademik di rumah untuk
memperbaiki prestasi akademik anak remaja demi mewujudkan genarasi yang
berkualitas. Bagi pendidik atau guru, penelitian ini dapat memberikan gambaran
tentang adanya faktor latar belakang pendidikan prasekolah yang diduga
berhubungan dengan prestasi akademik remaja.
Penelitian ini juga diharapakan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan keilmuan khususnya di bidang ilmu keluarga dan perkembangan
anak. Selain itu, hasil penelitian ini juga dapat menjadi pertimbangan dalam
pengembangan pendidikan bagi anak usia dini berbasis karakter di seluruh
Indonesia sebagai investasi pendidikan masyarakat Indonesia menuju masyarakat
yang sehat dan berkarakter. Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat menjadi
bahan pertimbangan serta acuan untuk penelitian-penelitian yang berkaitan
dengan remaja pada masa yang akan datang.

9

TINJAUAN PUSTAKA
Prestasi Akademik Remaja
Menurut Slameto (2003) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Keberhasilan seseorang dalam belajar dapat diketahui dengan
melakukan suatu evaluasi. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapat data
pembuktian yang akan menunjukan sampai sejauh mana tingkat kemampuan dan
keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan sekolah. Di samping itu, juga
dapat digunakan oleh guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau
menilai sampai sejauh mana keefektifan pengalaman mengajar, kegiatan belajar,
dan metode mengajar yang digunakan (Purwanto 2009).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006) evaluasi hasil belajar merupakan
proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian hasil
belajar. Tujuan utama penilaian ini adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan
yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dan tingkat
keberhasilan tersebut ditandai dengan skala nilai berupa huruf, kata, atau simbol.
Hasil evaluasi ini dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan diagnostik
kelemahan dan keunggulan siswa, seleksi untuk jenis jabatan dan pendidikan
tertentu, kenaikan kelas, dan penempatan siswa pada kelompok yang sesuai.
Rapor merupakan perumusan terakhir sesaat penilaian hasil-hasil
pendidikan yang bertujuan untuk mengetahui sudah sejauh mana kemajuan anak
didik. Hasil dari tindakan mengadakan penilain ini dinyatakan dalam bermacammacam perumusan yaitu dengan menggunakan lambang-lambang (A, B, C, D, E)
dan menggunakan skala sampai 11 tingkat yaitu mulai dari 0 sampa 10. Di
Indonesia pada umumnya menggunakan angka 0 sampai 10 atau 0 sampai 100.
Selanjutnya pada tiap akhir masa tertentu (6 bulan) sekolah juga mengeluarkan
rapor tentang kelakuan kerajinan dan kepandain siswa. Rapor ini merupakan
perumusan terakhir yang diberikan oleh guru mengenai kemajuan atau hasil
belajar siswa selama masa tertentu itu (Suryabrata 2006).
Prestasi akademik siswa juga dapat diukur melalui skor prestasi akademik
dari beberapa mata pelajaran. Berdasarkan hasil penelitian Arisandi (2007),

10

prestasi akademik remaja dapat diukur melalui skor prestasi dari beberapa mata
pelajaran yang meliputi Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila dan
kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Pendidikan
Jasmani dan Kesehatan, Komputer, dan Keseniaan, Matematika, IPA (Biologi,
Fisika, Kimia), dan IPS (Ekonomi, Sejarah, Sosiologi, Akuntansi, Geografi).
Kemampuan berprestasi merupakan suatu puncak proses belajar. Pada
tahap ini siswa membuktikan

keberhasilan belajar, bahwa ia telah mampu

memecahkan tugas-tugas belajar dan menstransfer proses belajar. Kemampuan
berprestasi ini dipengaruhi oleh proses-proses penerimaan, pengaktifan, pra
pengolahan, pengolahan, penyimpanan, serta pemanggilan untuk membangkitkan
pesan dan pengalaman. Bila proses-proses tersebut tidak baik, maka siswa dapat
berprestasi kurang atau dapat juga gagal berprestasi (Suryabrata 2006).
Tahap perkembangan kognitif anak menurut Piget yaitu: 1) tahap sensori
motor (usia 0-18 bulan). Anak tergantung sepenuhnya pada tindakan fisik dan
indranya dalam mengenali sesuatu. 2) tahap pre-operational (usia 18 bulan-6 atau
7 tahun). Kemampuan anak untuk berpikir tentang objek/benda, kejadian, atau
orang lain mulai berkembang. Anak sudah mulai mengenal simbol (angka, katakata, gerak tubuh atau gambar) untuk mewakili benda-benda yang ada di
lingkungannya. Namun cara berfikirnya masih tergantung pada objek konkrit, dan
rentang waktu kekinian, serta tempat dimana ia berada. Mereka belum dapat
berfikir abstrak sehingga memerlukan simbol yang konkrit saat menanamkan
konsep pada mereka. 3) tahap concrete operational (usia 8-12 tahun). Pada tahap
ini anak sudah dapat mengaitkan beberapa aspek masalah pada masa bersamaan.
Anak sudah mulai dapat berfikir abstrak dan berfikir logis dalam memahami dan
memecahkan persoalan, serta mengenal simbol-simbol. Namun mereka masih
memerlukan objek konkrit untuk belajar. 4) tahap formal operational (usia 12
tahun - usia dewasa). Pada tahap ini anak sudah berfikir abstrak dan dapat
berhipotesa. Mereka dapat menganalisis apa yang sudah lewat dan yang akan
datang. Cara berfikir mereka tidak tergantung pada objek konkrit (Megawangi et
al. 2004). Remaja di tahap formal operational dapat mengintegrasikan apa yang
telah mereka pelajari dengan tantangan di masa mendatang dan membuat rencana

11

di masa depan. Mereka juga sudah mampu berpikir secara sistematik, mampu
berpikir dalam kerangka apa yang mungkin terjadi (Desmita 2009).
Pendidikan Prasekolah
Pendidikan pada usia dini adalah salah satu upaya untuk mengoptimalkan
berbagai potensi yang dimilki anak seperti potensi fisik, kognitif, bahasa dan
sosio-emosional sehingga pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan
rangsangan dari lingkungannya. Anak usia dini adalah anak yang berada pada
rentan usia 0-8 tahun. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan
dalam berbagai aspek seperti fisik, sosio-emosi, dan kognitif sedang mengalami
masa yang tercepat dalam rentang perkembangan hidup manusia (Hartati 2007).
Hasil studi yang dilakukan oleh Lawrence J. Schweinhart (1994) menunjukan
bahwa pengalaman anak pada masa TK dapat memberikan pengaruh positif
terhadap perkembangan anak selanjutnya (Megawangi 2004).
Anak usia dini mulai sadar dengan keadaan dilingkungannya pada
umumnya dimulai dari usia 2 bulan sampai 1 tahun terutama perhatian yang
berkaitan dengan penglihatan, alat peraba, dan alat pendengarannya. Selain itu,
perhatian yang berkaitan dengan indra lainnya pun sudah ada tetapi kadarnya
masih relatif kecil. Melalui pengalaman panca indra itu lah terjadi rangsangan
terhadap neuron atau sel-sel otaknya yang kemudian membentuk hubungan neural
sebagai dasar perkembangan emosi, sosial, dan intelektual seseorang. Apabila
rangsangan ini terjadi secara terus menerus dengan berbagai variasi jenis dan
jumlah serta mutu rangsangannya serta terjadi di sepanjang masa usia anak-anak
maka secara konstruktif akan meningkatkan kecerdasan intelektual dan kebugaran
fisik dan mentalnya (Sudjarwo 2009).
Banyak penelitian telah dilakukan mengenai manfaat langsung/jangka
pendek dari program prasekolah pada pengembangan kognitif anak-anak dan
sosial-emosional. Jika semua anak di taman kanak-kanak atau kelas satu telah
mengikuti prasekolah maka kemampuan kognitif rata-rata akan naik. Manfaat
tersebut akan membuat pengajaran lebih mudah, dan anak-anak akan cenderung
untuk memiliki interaksi lebih baik dengan teman sebaya. Seberapa besar manfaat
yang dihasilkan dari prasekolah tergantung pada pengajaran yang dilakukan pada
program prasekolah, sedangkan manfaat jangka panjang terhadap perkembangan

12

sosial-emosional ditemukan dampak positif pada perilaku sosial, dan tidak
ditemukan dampak negatif yang tinggi. Beberapa penelitian telah menemukan
penurunan dalam kejahatan pada saat mereka dewasa (Barnet & Ackerman 2006).
Menurut Ellis (2010) beberapa manfaat jangka panjang dari pendidikan
anak prasekolah, meliputi keterampilan sosial yang lebih baik, dan kemampuan
lebih besar untuk fokus, studi menunjukkan bahwa anak-anak yang berpendidikan
prasekolah lebih berpeluang untuk lulus dengan baik dan melanjutkan pendidikan
ke tingkat yang lebih tinggi, serta terintegrasi dengan baik dalam hubungan sosial
sebagai orang dewasa.
Pendidikan merupakan faktor dalam mengembangkan potensi remaja di
masa

depan.

Kurangnya

pendidikan

akan

menurunkan peluang

untuk

mengembangkan potensi mereka (Santrock 2007). Pendidikan berkarakter yang
berkualitas perlu dibentuk sejak usia dini. Banyak pakar mengemukakan bahwa
kegagalan penanaman karakter pada seseorang sejak usia dini akan membantuk
pribadi yang bermasalah di masa dewasanya. Pendidikan prasekolah merupakan
investasi jangka panjang bagi anak di masa depannya (Megawangi 2004).
Menurut Likona, anak-anak usia prasekolah sudah dapat diberikan
pendidikan karakter dengan mengaktifkan rasa empati anak. Banyak hasil
penelitian menunjukan bahwa pendidikan karakter yang diberikan pada anak
prasekolah dapat membentuk prilaku positif, interaksi yang baik dengan gurunya,
kemampuan mengelola emosi, percaya diri, kemampuan berinteraksi sosial
dengan kawannya, dan kemampuan akademik yang baik (Megawangi 2004).
Otak manusia berkembang sangat pesat selama umur 2-4 tahun. Selama
periode ini adalah masa kritis penentu kognitif anak, perkembangan sosial dan
motorik. Pembelajaran prasekolah akan membantu meningkatkan pembelajaran
dan produktiftivitas anak dalam masa perkembangannya. Program prasekolah
menunjukkan investasi anak usia dini merupakan masukan paling penting bagi
pengembangan kognitif, sosial dan motivasi keterampilan. (Raut 2003).
Solusi optimal menunjukkan bahwa orang tua dari keluarga miskin akan
memiliki banyak manfaat ekonomi dengan mengikutkan anaknya pada program
prasekolah. Anak-anak yang mengikuti program prasekolah akan meningkatkan
mobilitas sosial, mengurangi ketimpangan pendapatan, akan meningkatkan

13

tingkat partisipasi perguruan tinggi, meningkatkan perilaku masyarakat/pidana,
dan juga akan membawa pendapatan pajak yang lebih tinggi karena lebih banyak
pekerja akan mendapatkan penghasilan upah yang lebih tinggi (Raut 2003).
Hasil penelitian Hastuti (2006) menunjukan bahwa skor karakter anak
Semai Benih Bangsa (SBB) lebih tinggi daripada yang bukan SBB (TK dan
kontrol). Selain itu, anak yang ikut program SBB juga mempunyai skor
kemampuan verbal dan matematika yang lebih unggul dari kelompok lainnya.
Jika melihat latar belakang murid SBB dari kelas ekonomi bawah, yaitu sama
dengan latar belakang anak kontrol yang juga diteliti, seharusnya mereka
mempunyai pencapaian skor yang sama dengan anak kontrol tapi karena ia masuk
SBB pencapaian menjadi melonjak tinggi bahkan melebihi anak TK yang juga
diteliti dengan ekonomi yang lebih mampu. Hal ini memperlihatkan bahwa
pendidikan karakter melalui model character based integrated learning
curriculum yang diberikan telah berhasil membentuk karakter anak.
Chara