64
ditawarkan oleh pasar, melainkan terletak pada ketidakmerataan distribusi kekayaan.
123
1. Sewa dalam Islam
Menurut Mannan, tidak ada bukti bahwa konsep sewa dalam arti istilah modern telah dikembangkan selama masa
hayat Nabi. Barangkali di masa itu tidak terdapat kekurangan tanah. Tetapi kebutuhan akan sistem tanah yang berlangsung
lama dan permanen telah dirasakan selama Khalifah Umar, sebagai akibat penaklukan Irak, Suriah, Iran dan Mesir.
Menurut Mannan, konsep sewa dalam bentuknya yang sederhana telah berkembang tidak hanya karena langkah
revolusioner Umar dengan larangan pembelian tanah oleh kaum muslimin di wilayah yang ditaklukkan, tetapi juga
karena dihentikannya praktek mendistribusikan tanah taklukan di kalangan kaum muslimin. Dengan demikian Umar
mengizinkan para
penggarap tanah
asli untuk
membudidayakan tanah mereka berdasarkan pembayaran kharaj dan jiiyah. Kharaj yaitu hak atas kaum muslim atas
tanah yang diperoleh dana menjadi bagian ghanimah dari orang kafir, baik melalui peperangan maupun perjanjian
damai. Oleh karena itu ada kharaj ‘unwah kharaj paksaan
dan kharaj sulhi kharaj damai. Jizyah yaitu hak yang Allah
123
Abdul Mannan, Teori…, h. 113.
65
berikan kepada kaum muslim dari orang-orang kafir sebagai tunduknya mereka kepada pemerintahan Islam.
124
Tetapi persoalan pokok yang mengganggu pikiran banyak sarjana Muslim dan bukan Muslim bukanlah
mengenai apakah konsep, sewa berkembang selama Khalifah Umar atau pada suatu periode berikutnya dalam sejarah Islam,
tetapi apakah tingkat sewa tetap yang kelihatannya serupa dengan tingkat bunga masih diperbolehkan dalam Islam.
Sebelum menjawab pertanyaan ini akan dibicarakan dengan singkat tentang konsep modern sewa ekonomik.
Menurut Ricardo, sewa adalah bagian hasil tanah yang dibayarkan kepada tuan tanah untuk penggunaan
kekayaan tanah asli dan tak dapat rusak. Menurut dia sewa adalah surplus diferensial kelebihan dari keadaan yang
berbeda. la merupakan selisih hasil tanah mutu unggul dengan hasil tanah mutu rendah. Mungkin juga timbulnya
sewa karena
kesulitan tanah
sehubungan dengan
permintaan.
125
Sesungguhnya, hakikat pengertian sewa adalah pengertian tentang suatu surplus kelebihan yang diperoleh
suatu kesatuan khusus faktor produksi yang melebihi penghasilan minimum yang dibutuhkan untuk melakukan
pekerjaannya. Secara historik dan harfiah, pengertian ini
124
Lihat Heri Sudarsono, Konsep…, h. 256.
125
Abdul Mannan, Teori…, h. 114
66
sangat dekat dengan gagasan pemberian alam bebas yang oleh para ahli ekonomi disebut dengan istilah tanah. Karena adanya
tanah tidak disebabkan oleh manusia maka dalam pengertian para ahli ekonomi, seluruh penghasilan tanah dapat disebut
sebagai sewa. Karena pemberian alam secara cuma-cuma, maka tidak diperlukan pembayaran untuk mengerjakannya.
Tetapi tidak ada alasan untuk menganggap bahwa sewa dipautkan dengan tanah saja. Satuan khusus faktor
produksi lainnya seperti buruh modal, dan kewirausahaan dapat juga memperoleh sewa, bila saja balas jasa mereka
ternyata melebihi jumlah minimum yang diperlukan untuk mempertahankan faktor itu pada kedudukannya yang
sekarang.
2. Riba, Bunga dan Keuntungan