Renstra BLH Kab. Bojonegoro 2013 - 2018
38
4. Melaksanakan tatakelola pemerintahan yang baik serta mengembangkan
kapasitas kelembagaan dalam pengelolaan SDA dan LH secara terintegrasi. Visi Misi Kementrian LH yang menekankan pada ekonomi hijau selaras
dengan Visi Misi RPJPD dan RPJMD Kabupaten Bojonegoro yang ingin mewujudkan kelestarian lingkungan hidup yang menjamin ketersediaan sumber
daya yang berkelanjutan bagi pembangunan dengan menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.
Ekonomi hijau bermakna perekonomian yang tidak merugikan lingkungan hidup. Ekonomi hijau juga dapat diartikan sebagai ekonomi yang
mampu meningkatkan kesejahteraan dan keadilan sosial dan menghilangkan meminimalkan dampak negatif pertumbuhan ekonomi terhadap lingkungan dan
kelangkaan sumber daya alam. Konsep ekonomi hijau melengkapi konsep pembangunan berkelanjutan,
sebagaimana diketahui prinsip utama dari pembangunan berkelanjutan adalah memenuhi kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan generasi masa
depan, sehingga dapat dikatakan bahwa ekonomi hijau merupakan motor utama pembangunan berkelanjutan, sebagaimana spirit utama RPJPD dan RPJMD
Kabupaten Bojonegoro.
3.4 TELAAHAN RTRW DAN KLHS
Perencanaan Pembangunan Jangka Panjang Daerah RPJPD Kabupaten Bojonegoro juga memperhatikan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah
RTRW Kabupaten Bojonegoro. Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bojonegoro Tahun 2011
– 2031 memberikan arahan dalam pemanfaatan ruangpengembangan wilayah
Kabupaten Bojonegoro. Adapun tujuan dan kebijakan penataan ruang yang termuat dalam RTRW
Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut :
Tujuan penataan ruang wilayah kabupaten Bojonegoro yaitu untuk mewujudkan ruang yang mampu mendukung perkembangan pertanian,
pariwisata, dan perindustrian yang selaras dengan keberlanjutan lingkungan hidup dan pemerataan pembangunan.
Kebijakan penataan ruang wilayah kabupaten Bojonegoro, meliputi :
Renstra BLH Kab. Bojonegoro 2013 - 2018
39
a. pengembangan lahan pertanian dan sistem agropolitan yang produktif
dan ramah lingkungan; b.
pengembangan dan peningkatan potensi pariwisata yang ramah lingkungan serta berbasis masyarakat;
c. pengembangan dan peningkatan kawasan industri berbasis agro, yang
ramah lingkungan serta bernilai ekonomis; d.
pemerataan pembangunan sektor ekonomi dan infrastruktur wilayah; e.
pengendalian secara ketat pada kawasan hutan dan; f.
peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan negara. Kelestarian lingkungan saat ini juga telah menjadi Isu Strategis Nasional
bahkan Internasional. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis,
dalam Penyusunan atau Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah disebutkan bahwa perlunya kepastian prinsip
– prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam penyusunan RPJPD, RPJMD dan Renstra
SKPD serta peningkatan RPJPD, RPJMD dan Renstra SKPD sebagai upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
3.1 PENENTUAN ISU – ISU STRATEGIS
Isu-isu strategis memberikan gambaran tentang hal – hal yang menjadi
fokus dan prioritas penanganan karena pengaruhnya yang besar, luas, dan signifikan terhadap perbaikan kondisi masyarakat pada 5 lima tahun
mendatang. Isu – isu strategis adalah isu – isu yang jika diprioritaskan
penanganannya maka peluang tercapainya tujuan dan sasaran pembangunan 5 lima tahun mendatang akan lebih besar dan lebih pasti. Jika isu strategis ini
tidak ditangani maka tujuan dan sasaran menjadi sulit tercapai. Berdasarkan telaahan di atas dapat dirumuskan isu
– isu strategis lingkungan hidup yang ada di Kabupaten Bojonegoro sebagai berikut :
1 Bencana Alam Banjir, Longsor dan Kekeringan
Kondisi geomorfologi, struktur geologi di wilayah Kabupaten Bojonegoro berupa hutan negara, pegunungan Kapur Selatan dan Utara serta
Bojonegoro bagian tengah yang merupakan daerah aliran sungai bengawan
Renstra BLH Kab. Bojonegoro 2013 - 2018
40
Solo menjadikan Kabupaten Bojonegoro mempunyai beberapa kawasan yaitu kawasan rawan bencana banjir, rawan bencana kekeringan rawan
bencana tanah longsor dan rawan bencana angin putting beliung.
a Banjir
Semakin sempitnya catchment area akibat dari cepatnya pertumbuhan kawasan terbangun di kawasan perkotaan serta penurunan kualitas daya
serap tanah terhadap air hujan di kawasan hutan menyebabkan bencana
banjir di musim penghujan.
Selain itu wilayah Kabupaten Bojonegoro yang dilalui Aliran Sungai Bengawan Solo menyebabkan daerah sekitar aliran menjadi daerah yang
rawan banjir. Daerah rawan banjir di Kabupaten Bojonegoro meliputi 14 Kecamatan yaitu Margomulyo, Ngraho, Padangan, Kasiman, Malo,
Purwosari, Kalitidu, Dander, Bojonegoro, Kapas, Balen, Kanor,
Sumberrejo dan Baureno. b
Longsor
Kondisi topografi Kabupaten Bojonegoro yang relatif datar pada bagian utara serta dataran tinggi pada bagian selatan memungkinkan aliran
hujan akan menambah beban genangan sehingga pada musim hujan tanah akan mengalami kembang swilling dan akan mengakibatkan
resiko longsor akibat rendahnya kekuatan geser tanah. Daerah rawan bencana tanah longsor meliputi Kecamatan Margomulyo,
Tambakrejo, Ngambon, Sekar, Gondang, Malo, dan Kedewan. Daerah - daerah tersebut merupakan daerah pegunungan Kapur Selatan dan
Pengunungan Kapur Utara, yang merupakan perbukitan kapur yang ada di Kabupaten Bojonegoro.
c Kekeringan
Kawasan Rawan Bencana kekeringan di Kabupaten Bojonegoro tersebar di Daerah Selatan Kabupaten Bojonegoro yaitu Kecamatan Sekar,
Bubulan dan Gondang. Namun apabila terjadi kemarau yang cukup panjang kekeringan bisa melanda 49 desa yang ada di 17 Kecamatan.
Guna penanggulangan sementara adalah dengan mengirimkan air bersih
Renstra BLH Kab. Bojonegoro 2013 - 2018
41
untuk keperluan hidup sehari – hari kepada masyarakat desa yang
mengalami kekeringan. Untuk penanggulangan jangka panjang Pemerintah Kabupaten melalui
beberapa SKPD telah memprogramkan pemanfaatan air hujan dengan membuat embung, geomembran, sumur resapan, lubang resapan biopori,
serta penanaman pohon pada daerah tangkapan air Cathment Area sumber mata air, sehingga diharapkan dalam jangka panjang dapat
melestarikan sumber-sumber mata air yang ada.
2 Kerusakan Lingkungan
Selama ini aktifitas pembangunan yang hanya terfokus pada pertumbuhan ekonomi, mengakibatkan dampak negatif dan menyebabkan penurunan
kondisi ekologis dan degradasi sumber daya alam, diantaranya :
a Penambangan Galian C
Adanya kegiatan eksplorasi dan eksploitasi tambang minyak dan gas bumi, juga aktivitas penambangan sumur minyak tua di Kecamatan
Kedewan dan Malo, berpotensi mencemari dan menimbulkan kerusakan lingkungan sekitarnya. Selain itu adanya kegiatan penambangan tanah
urug dan penambangan pasir illegal, juga ikut menyumbang kerusakan lingkungan di daerah DAS Bengawan Solo;
b Pencemaran Air, Tanah dan Udara
Seiring bertumbuh kembangnya berbagai usahakegiatan dan industri di Kabupaten Bojonegoro, khususnya industri minyak dan gas bumi
berpotensi menimbulkan
pencemaran dan
penurunan kualitas
lingkungan. Pembuangan limbah cair dan limbah padat dari kegiatan Industri, Rumah Sakit, Rumah Makan dan Hotel yang tidak dikelola
dengan baik dan benar akan menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan hidup.
c Pembalakan liar Illegal Logging
Daerah Bojonegoro merupakan wilayah yang memiliki hutan jati terluas di Jawa Timur. Akan tetapi saat ini kondisi hutan di Bojonegoro sangat
memprihatinkan. Kasus illegal logging atau pembalakan liar menyebabkan kawasan hutan di Bojonegoro berubah menjadi kawasan
Renstra BLH Kab. Bojonegoro 2013 - 2018
42
gersang dengan udara yang panas. Banyaknya warga di sekitar lokasi hutan yang menjarah kayu jati mengakibatkan rusaknya hutan di
wilayah Bojonegoro. Pembalakan liar mengakibatkan berkurangnya lahan hutan sehingga menyebabkan semakin bertambahnya lahan kritis.
Selain itu dampak illegal logging juga dapat menyebabkan berbagai macam bencana alam, di antaranya angin puyuhputing beliung, tanah
longsor, dan banjir bandang. Kefahaman dan kesadaran masyarakat akan pentingnya hutan harus ditanamkan dalam benak setiap individu
sehingga timbul kesadaran untuk ikut menjaga dan melestarikannya.
3 Ijin Lingkungan
Setiap UsahaKegiatan dan atau Industri wajib memiliki Ijin Usaha. Untuk dapat memperoleh ijin usaha salah satu persyaratnya adalah harus
mendapat ijin lingkungan. Untuk bisa mendapatkan ijin lingkungan, setiap jenis usaha danatau kegiatan wajib memiliki dokumen lingkungan
AMDAL, UKL-UPL, atau SPPL. Suatu usaha danatau kegiatan boleh dilaksanakan kalau sudah memiliki
ijin usaha, namun kenyataannya masih banyak para pengusaha melakukan kegiatan dulu baru mengurus ijin usaha. Sebelumnya ada Peraturan Menteri
Lingkungan Hidup No. 14 Tahun 2010 yang mengatur tentang kegiatan usaha yang sudah beroperasi tapi belum memiliki dokumen lingkungan
diperbolehkan membuat dokumen lingkungan DELH untuk AMDAL dan DPLH untuk UKL-UPL. Namun peraturan tersebut sudah tidak berlaku lagi
sejak tanggal 3 Oktober 2011. Saat ini masih menjadi dilema bagi Badan Lingkungan Hidup untuk
memberikan rekomendasi kepada pengusaha yang belum memiliki dokumen lingkungan tapi sudah beroperasi, di sisi lain BLH tidak ingin
melanggar peraturan dan di sisi lain BLH tidak ingin menghambat investor yang masuk ke Kabupaten Bojonegoro.
Isu – isu lingkungan tersebut perlu diterjemahkan dalam program dan
kegiatan yang mendukung berbagai upaya perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka menjaga agar
pembangunan tetap berkelanjutan.
Renstra BLH Kab. Bojonegoro 2013 - 2018
43
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN