PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STRAY TWO STAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS X IPS 1 SMA YADIKA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(1)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING MODEL TWO STRAY AND TWO STAY TYPE TOWARD CIVIC

EDUCATION STUDENT’S LEARNING RESULT AT FIRST

YEAR OF SOCIAL STUDIES 1 YADIKA BANDAR LAMPUNG SENIOR HIGH SCHOOL

ACADEMIC YEAR 2014/2015

By

Wayan Sintawati

This research was to determine the influence of cooperative learning model two stray and two stay type toward civic education student’s learning result at first year social studies class of senior high school of Yadika Bandar Lampung academic year 2014/2105. This research used quasy experiment method with a quantitative approach.

Object of this research was the influence of cooperative learning model two stray and two stay type toward civic education student’s learning result at first year social studies class of senior high school of Yadika Bandar Lampung. The subjects of this research were first year social studies students of senior high school of Yadika Bandar Lampung. The technical of data analysis used approaching of quantitative-descriptive method.

From result of the research show that the influence of cooperative learning model two stray and two stay type toward civic education student’s learning result at first year social studies class of senior high school of Yadika Bandar Lampung was higher than civic education student’s learning result at first year of senior high school of Yadika Bandar Lampung using conventional method. Researcher hopes this research will be useful for teacher to increase student’s learning result.

Keywords: Cooperative Learning, Two Stray and Two Stay, Influence, Learning Result


(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STRAY TWO STAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKn

SISWA KELAS X IPS 1 SMA YADIKA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh Wayan Sintawati

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay terhadap hasil belajar PKn siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuasi eksperimen dengan pendekatan kuantitatif.

Objek dari penelitian ini adalah pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay terhadap hasil belajar PKn siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung dan subjek penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung. Teknik pengumpulan data yang utama dilakukan dengan instrumen penelitian berupa soal pilihan ganda dan teknik pendukung berupa observasi, wawancara langsung, dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan pendekatan motode kuatitatif deskriptif.

Hasil penelitian tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay terhadap hasil belajar PKn siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015, maka dapat disimpulkan pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap hasil belajar siswa kelas X IPS 1 lebih tinggi dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional. Diharapkan penelitian ini mampu membantu guru dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata Kunci: Pembelajaran Kooperatif, Two Stray Two Stay, Pengaruh, Hasil Belajar


(3)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STRAY TWO STAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKn

SISWA KELAS X IPS 1 SMA YADIKA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Oleh

Wayan Sintawati

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(4)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STRAY TWO STAY TERHADAP HASIL BELAJAR PKn

SISWA KELAS X IPS 1 SMA YADIKA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

(Skripsi)

Oleh

WAYAN SINTAWATI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2016


(5)

GAMBAR HALAMAN Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 47 Gambar 3.1 Prosedur Penelitian ... 71 Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Nilai Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 78 Gambar 4.2 Grafik Rata-Rata Nilai Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . 81 Gambar 4.3 Nilai Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 86


(6)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN Tabel 1.1 Data Prestasi Belajar Ulangan Harian Siswa Kelas X IPS 1 Tahun

Pelajaran 2015/2015 ... 4

Tabel 1.2 Hasil Belajar Siswa Kelas X IPS 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 Kompetensi Dasar Menganalisis Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia ... 6

Tabel 3. 1 Pretest Group Design ... 55

Tabel 3.2 Tabel Tingkat Hubungan dengan Interval Koefesiensi ... 57

Tabel 3.3 Tingkat Realibilitas ... 59

Tabel 3.4 Klasifikasi Indeks Kesukaran ... 60

Tabel 3.5 Kriterian Koefensiensi Daya Pembeda... 62

Tabel 3.6 Uji Normalitas Kolgomorov -Smirnov ... 65

Tabel 4.1 Validitas Butir Soal ... 72

Tabel 4.2 Realibilitas Butir Soal ... 73

Tabel 4.3 Indeks Kesukaran Butir Soal ... 74

Tabel 4.4 Tabel Tingkat Daya Pembeda Soal ... 75

Tabel 4.5 Rata Skor Tes Hasil Belajar Siswa ... 77

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Data Pretest ... 78

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 79

Tabel 4.8 Hasil Uji Homogenitas Soal Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 80

Tabel 4.9 Statistik Deskriptif Data Hasil Posttest ... 81

Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Posttest ... 82

Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Data Posttest ... 83

Tabel 4.12 Hasil Uji T Posstest ... 84


(7)

(8)

(9)

(10)

M OTTO

Simple Living, High Thinking

Hidup Sederhana Berpikir Luhur

(His Divine Grace A.C Bhaktivedanta Swami Srila Prabhupada)

Education is the most powerful

weapon we can use to change the

world

Pendidikan adalah senjata yang

paling kuat yang mampu kita gunakan

untuk merubah dunia

(Nelson Mendela)

Pendidikan adalah upaya manusia meningkatkan harkat

dan martabatnya dimata Tuhan dan dunia

(Wayan Sintawati)


(11)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

His Divine Grace A.C Bhaktivedanta Swami Srila Prabhupada

(Founder-Acarya International Society for Krishna Conciousness)

Guru Kerohaniaanku

His Holiness R.P Bhakti Raghava Swami Maharaja

Keluargaku Tercinta

Nyoman Sudara (Ayahku)

Wayan Kasih (Ibuku)

Komang Nata Wirawan (Adik laki-lakiku)

Ketut Nita Sari (Adik Perempuanku)

Gede Wirata Irawan (Adik laki-lakiku)

Terkhusus untuk sahabat tercinta Asrama Prahlada Kuntidevi yang

selalu menyemangatiku


(12)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Trimomukti, Kec. Candipuro, Kab. Lampung Selatan, Lampung pada 08 Agustus 1992. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Nyoman Sudara dan Ibu Wayan Kasih. Penulis telah menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SD 2 Trimomukti pada tahun 2004, Pendidikan Menengah Pertama di SMPN N 1 Candipuro pada tahun 2007, dan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Candipuro pada tahun 2010, pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa di Universitas Lampung, S1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan melalui jalur SNMPTN.

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah aktif di organisasi ISKCON (International Society for Krishna Conciousness) periode 2010-sekarang, UKM Hindu sebagai anggota pada periode 2012/2013, UKM ESo pada periode 2010-2012, sebagai Ketua Departemen Bidang Sosial UKM Penelitian periode 2012/2013, Sebagai anggota muda BEM FKIP Periode 2011/2012, sebagai anggota Muda Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi periode 2011/2012. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN-KT) di Pekon Padang Tambak, Kecamatan Way Tenong dan SMA Negeri 2 Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat pada bulan Juli sampai September 2013.


(13)

SANWANCANA

Hare Krishna, Om Swasti Astu

Nama om vishnu-padaya krishna-preshthaya bhu-tale, srimate bhaktivedanta-svamin iti namine. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Srila Prabhupada dan Tuhan Yang Maha Esa , hanya dengan karunia beliau yang tiada sebabnya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembel ajaran Kooperatif Tipe Two St ray Two St ay Terhadap Hasi l Bel ajar PKn Si swa Kel as X IPS 1 SMA Yadi ka Ban dar Lampung Tahun Pel ajaran 2014/2015 adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam penulisan ini, peneliti banyak menghadapi kesulitan hingga menuju tahap penyelesaian. Berkat bimbingan, saran serta bantuan baik moral maupun spiritual serta arahan dan motivasi dari berbagai pihak, segala kesulitan dapat terlewati dengan baik. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti dengan segala kerendahan hati ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Muhammad Fuad, M.Hum. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Imu Pendidikan Universitas Lampung;


(14)

2. Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kerjasama Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan;

3. Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Umum Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan; 4. Drs. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan Kemahasiswaan dan Alumni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Terimakasih atas izin dan pelayanan administrasi yang telah diberikan; 5. Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

6. Hermi Yanzi, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi PPKn Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

7. Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku Pembimbing I atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

8. Yunisca Nurmalisa, S.Pd., M.Pd., selaku Pembimbing II atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini;

9. Drs. Holilulloh, M.Si., selaku Pembahas I yang telah memberikan banyak saran dan masukan kepada penulis;


(15)

11. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Khususnya Dosen Program Studi PPKn;

12. Bapak Kepala SMA Yadika Bandar Lampung beserta wakil, para guru atas izin dalam penelitian skripsi ini;

13. Orang tuaku tercinta Ayah dan Ibu, jika ada kata-kata yang paling mulia selain kata terima kasih, mungkin itu yang akan aku berikan, thanks for everything, atas semua doa dan pengorbanannya selama ini, ini yang akan aku persembahkan untuk kalian, aku sangat menyanyangi dan mencintai Ayah dan Ibu;

14. Adik-adikku tercinta, Komang Nata Wirawan, Ketut Nita Sari, dan Gede Wirata Irawan, terima kasih atas keceriaan yang kalian telah berikan, kakak sayang kalian semua;

15. Sahabat Terbaik di Asrama Prahlada dan Kuntidevi, Terima kasih buat kak agus ku yang selama ini menjadi tempat curhatku tempat buat ketawa tempat buat menyelesaikan masalah;

16. Sahabat terbaik Mataji Vibhavati, Nyoman Lusiani, Made Ariani dan lain-lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih banyak atas dukungan untuk menyelesaikan skrispi ini.

17. Sahabat terbaik dan terkasih Myra D. Seharto yang setiap hari menyemangati dan memotivasi untuk pergi ke kampus dan meyelesaikan skripsi, dukungan dan kasih mu sangat berarti untuk ku.


(16)

Penulis sangat menyadari akan keterbatasan pengetahuan, pengalaman, serta informasi yang ada pada diri penulis, sehingga dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat banyak kekurangan baik dalam hal penyampaian maupun kelengkapannya. Akhirnya berharap semoga karya sederhana ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 11 Februari 2016


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Substansi dari pendidikan itu sendiri adalah suatu pembelajaran yang mampu menunjang siswa menuju kearah suatu perubahan dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor dimana terdapat grafik peningkatan dalam masing-masing ranah tersebut atau dengan kata lain pembelajaran merupakan cara membantu peserta didik kearah yang lebih baik. Pembelajaran yang berkualitas dapat dilihat dari beberapa faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri seperti motivasi, minat, perhatian, dan aktivitas siswa. Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan, teman, keluarga, tenaga pendidik, dan metode pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung telah didapatkan hasil bahwa kecenderungan yang dialami siswa dalam pembelajaran siswa adalah pasif di mana guru jarang melakukan tatap muka dikarenakan guru juga menjabat sebagai wakil kepala sekolah di bidang kurikulum sehingga siswa mengeluh bahwa guru tidak bisa mengajar mereka secara penuh sesuai jam yang telah ditentukan. Sehingga hal


(18)

2

ini menyebabkan kurang lengkapnya materi yang disampaikan oleh guru pada setiap pertemuan, sehingga ketika terjadi ujian blog atau ulangan harian banyak peserta didik yang tidak tuntas. Selain itu, dalam penerapan model pembelajaran jarang sekali menggunakan model pembelajaran yang mampu membangkitkan aktivitas belajar siswa, kecenderungan yang dilakukan adalah penerapan model pembelajaran konvensional sehingga pembelajaran pun berjalan secara monoton. Hal ini yang memicu rendahnya prestasi belajar siswa sehingga hasil belajar yang dicapai pun rendah.

Model pembelajaran yang dapat membuat siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran kooperatif. Ide penting dalam pembelajaran kooperatif adalah membelajarkan siswa tentang ketrampilan kerjasama dan kolaboratif. Mendukung pernyataan ini maka Eggen dan Kauchak dalam Wardhani (2005) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah usaha-usaha guru dalam membelajarkan siswa merupakan bagian yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran yang sudah direncanakan. Oleh karena itu, pemilihan berbagai metode, strategi, pendekatan serta teknik pembelajaran merupakan suatu hal yang utama. Pembelajaran di dalam kelas yang menggunakan pembelajaran kooperatif ini siswa diharapkan membantu yang lain dalam berdiskusi dan berargumen dengan yang lain, mengukur kemampuan teman sekelompok, dan menghilangkan perbedaan pemahaman teman dalam satu kelompok.

Salah satu tipe model pembelajaran kooperatif adalah tipe two stray two stay

yang merupakan model pembelajaran yang sangat bermanfaat dalam pembelajaran kelas dengan masalah apapun seperti aktivitas belajar yang


(19)

kurang dan hasil belajar yang rendah. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray merupakan teknik pembelajaran dengan struktur kelompok yang khas yang bertujuan agar siswa belajar bekerja sama, bertanggung jawab, saling membantu memecahkan masalah dan saling mendorong untuk berprestasi serta melatih siswa agar dapat bersosialisasi dengan baik. Model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan pada tahun 1990 dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi informasi dengan kelompok-kelompok lain.

Berdasarkan observasi pendahuluan dan hasil wawancara terhadap guru kelas X IPS 1 mata pelajaran PKn SMA Yadika Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015, prestasi siswa dalam proses belajar mengajar PKn di kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015 dapat digambarkan dalam tabel berikut.


(20)

4

Tabel 1.1 Prestasi Belajar Ulangan Harian Siswa Kelas X IPS 1 Semeter Genap Tahun Pelajaran 2014/2015

N O

SK KD

Tahun Pelajaran Ket.

Jum lah BT 2012/2013 2013/2014 2014/2015

T BT T BT T BT

1 4.Mengan alisis hubung an dasar negara dengan konstitu si 4.1 Mendeskrips-ikan hubungan dasar negara dengan konstitusi 4.2 Menganalisis substansi konstitusi negara 4.3 Menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia

4.4 Menunjukkan sikap positif terhadap konstitusi negara

22 13 25 14 30 12 39

23 12 22 17 33 9 38

10 25 31 8 18 24 57

20 15 25 14 32 10 39

Sumber: Dokumentasi ulangan harian Kelas X IPS 1 semeter genap TA 2012-2015

Berdasarkan tabel di atas, dapat dinyatakan bahwa prestasi belajar siswa SMA Yadika Bandar Lampung masih rendah terlihat pada kompetensi dasar

menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari banyak siswa yangbelum tuntas pada KD tersebut. Jumlah siswa yang belum tuntas pada KD menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia berjumlah 57 siswa.

Rendahnya prestasi belajar siswa yang terjadi dikelas ini disebabkan oleh penggunaan model pembelajaran konvensional dan tidak bervariasi sehingga


(21)

kurang merangsang aktivitas siswa seperti metode ekspositori. Proses pembelajaran guru didominasi dengan penjelasan materi pelajaran kepada peserta didik, memberikan contoh, latihan soal, dan diakhiri dengan pemberian tugas rumah. Pada proses belajar mengajar, kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru sehingga siswa kurang berperan aktif dalam pembelajaran. Pada saat guru menyampaikan meteri pembelajaran peserta didik hanya mendengarkan saja, dan pengajuaan pertanyaan jarang sekali dilakukan, dilakukan jika ada stimulus dari guru, peserta didik juga belum dibiasakan untuk mencari ilmu dengan usaha sendiri, sehingga hal ini jauh sekali dari kondisi aktif. Hal-hal tersebut diatas menunjukkan faktor-faktor penyebab prestasi belajar siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung masih rendah.

Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 12 tahun 2007 yang dikutip Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (https://diknas. docs.google.com/file) disebutkan bahwa:

Secara umum kriteria keberhasilan pembelajaran adalah:

1) Keberhasilan siswa menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif, tes sumatif, maupun tes ketrampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-rata 60%

2) Setiap keberhasilan tersebut dihubungkan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang ditetapkan oleh kurilkulum, tingkat ketercapaian kompetensi dasar yang ditetapkan oleh kurikulum, tingkat ketercapaian kompetensi ini ideal 75% dan ketercapain ketrampilan 3) Vokasional atau praktik tergantung pada tingkat resiko dan tingkat

kesulitan. Ditetapkan idealnya sebesar 75%. Pengukuran tingkat keberhasilan proses pembelajaran sangat penting. Sedangkan kriteria ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kriteria ideal untuk masing-masing indikator lebih besar dari 75%. Penetapan itu sesuai dengan kondisi sekolah.


(22)

6

Idealnya, kriteria pencapaian kompetensi yang ditetapkan adalah minimum 75% dari nilai maksimal. Contohnya apabila nilai maksimum suatu evaluasi pembelajaran adalah 100 maka nilai minimum yang harus diperoleh siswa adalah 75 agar bisa dinyatakan lulus. Namun, penetapan tersebuat bisa saja berubah tergantung kondisi sekolah seperti kemampuan siswa dan guru serta ketersedian sarana dan prasarana. Kriteria ketuntasan minimum untuk siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung ditetapkan diangka 74. Jadi, siswa yang mendapat nilai kurang dari 74 dinyatakan tidak lulus dan wajib mengikuti remedial. Penetapan disesuaikan dengan siswa serta situasi dan kondisi sekolah.

Kemudian berdasarkan hasil wawancara siswa dan data yang di peroleh dari Guru PKn siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung, didapat data hasil nilai mid semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 sebagai berikut.

Tabel 1.2 Hasil Belajar Siswa kelas X IPS 1 Tahun Pelajaran 2014/2015 Kompetensi Dasar Menganalisis Kedudukan Pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia

No HASIL

BELAJAR SISWA

JUMLAH SISWA % Nilai

KKM 74

Nilai yang Tuntas Belajar

≥74 = 42,9%

L P

1 Tuntas

Belajar (≥74)

6 12 18 42,9%

2 Tidak Tuntas Belajar (≤74)

10 14 24 57,1%

Jumlah 16 26 42 100%

Sumber: Hasil mid semester semester ganjil kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung.


(23)

Diketahui bahwa nilai KKM mata pelajaran PKn adalah 74,00 dan yang mendapatkan nilai PKn lebih besar atau sama dengan 74,00 hanya 42,9%. Nilai persentase tersebut masih jauh di bawah standar ketuntasan yang ditetapkan pihak sekolah terhadapat mata pelajaran PKn, yaitu 74,00 dengan persentase 60%. Berdasarkan data tersebut, dapat dismpulkan bahwa hasil belajar mata pelajaran PKn siwa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung masih rendah.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, dapat dinyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung masih rendah. Telah dijelaskan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya aktivitas belajar siswa yang berdampak pada hasil belajar yang rendah juga. Salah satu faktor yang disebutkan di atas adalah guru menerapkan model dan metode yang masih konvensional. Memilih model pembelajaran yang tepat adalah salah satu langkah yang diambil guru untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Selain itu dampak dari perubahan kurikulum juga berpengaruh kepada siswa sehingga guru harus mampu melakukan inovasi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran, model, dan metode yang tepat dalam pembelajaran.

Ide utama dari pembelajaran ini adalah untuk memotivasi siswa untuk bersemangat dalam belajar dan saling membantu satu sama lain untuk menguasai materi yang dipresentasikan oleh guru. Jika siswa ingin kelompoknya memperoleh penghargaan kelompok, mereka diharuskan mampu berbagi dengan kelompok lain dan mampu menerima materi dari kelompok lain. Mereka harus menyemangatkan teman sekelompoknya untuk melakukan


(24)

8

hal yang terbaik dan menanamkan nilai bahwa belajar itu sangat menyenangkan, penting, dan berharga. Dengan kondisi sebagaimana yang dimaksud di atas maka model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

sangat cocok diterapkan. Pertimbangan lain adalah bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray tidak jauh berbeda dengan pembelajaran yang seperti biasa dilakukan oleh guru.

Berdasarkan latar belakang inilah penulis tertarik untuk meneliti tentang

“Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two Stay Terhadap Hasil Belajar PKn Siswa Kelas X IPS 1 Semester Genap di SMA Yadika Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan Latar Belakang yang telah diuraikan, maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Rendahnya aktivitas siswa pada saat pembelajaran

2. Rendahnya hasil belajar siswa saat pembelajaran

3. Penggunaan model dan metode yang konvensional yang membuat pembelajaran kurang aktif dan inovatif

4. Pembelajaran yang masih bersifat tradisional dengan guru sebagai sumber utama pembelajaran sehingga siswa cenderung pasif

5. Rendanya tingkat kelulusan siswa, yaitu 57,1% siswa tidak lulus pada mid semester tahun pelajaran 2014/2015 dan sebanyak 57 siswa tidak


(25)

tuntas pada KD menganalisis kedudukan pembukaan UUD 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam rentang TA 2012-2015.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka masalah di batasi pada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray

terhadap hasil belajar PKn siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan pembatasan masalah yang ada, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut:

“Apakah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two Stay berpengaruh terhadap hasil belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X IPS 1 di SMA Yadika Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2014/2015?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay terhadap hasil belajar PKn siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung semester ganjil tahun ajaran 2014/2015.


(26)

10

2. Kegunaan Penelitian

a. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini berguna secara teori untuk menerapkan konsep-konsep pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan, dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan yang positif bagi guru agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan lebih menekankan pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sehingga dapat berpengaruh pada hasil belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay ini.

F. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Ilmu Penelitian

Penelitian ini termasuk ruang lingkup ilmu pendidikan, dengan wilayah kajian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), karena bertujuan untuk membentuk warga negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Ruang Lingkup Objek Penelitian

Studi Tentang pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

two stray two stay terhadapt hasil belajar PKn siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.


(27)

3. Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X IPS 1 SMA Yadika Bandar Lampung tahun pelajaran 2014/2015.

4. Ruang Lingkup Tempat atau Wilayah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Yadika Bandar Lampung

5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan sejak dikeluarkannya surat izin penelitian pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lampung.


(28)

DAFTAR ISI

HALAMAN

ABSTRAK ... i HALAMAN JUDUL ... iii LEMBAR PERSETUJUAN ... iv LEMBAR PENGESAHAN ... v PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA ... vi RIWAYAT HIDUP ... vii MOTTO...viii PERSEMBAHAN ... ix SANWACANA ... x DAFTAR ISI ...xiv DAFTAR TABEL ...xvi DAFTAR GAMBAR...xvii

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Identifikasi Masalah ... 8 C. Pembatasan Masalah ... 9 D. Rumusan Masalah ... 9 E. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9 2. Kegunaan Penelitian ... 10

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10 1. Ruang Lingkup Ilmu ... 10 2. Ruang Lingkup Subjek Penelitian ... 10 3. Ruang Lingkup Objek Penelitian ... 11 4. Ruang Lingkup Wilayah Penelitian ... 11 5. Ruang Lingkup Waktu Penelitian ... 11

II. TINJUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori ... 12 1. Hasil Belajar PKn ... 12 a. Hakekat Belajar ... 13 b. Hasil Belajar ... 16


(29)

b. Model Pembelajaran Kooperatif ... 25 c. Teori Cooperative Learning ... 29 d. Tujuan Cooperative Learning ... 32 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS ... 34 a. Definisi ... 34 b. Ciri-ciri Model Kooperatif Tipe TSTS ... 37 c. Tujuan Model Kooperatif Tipe TSTS ... 37 d. Langkah-langkah Model Kooperatif Tipe TSTS ... 38 B. Peneletian Relevan ... 44 C. Kerangka Pikir ... 45 D. Hipotesis ... 48

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Peneletian ... 49 B. Populasi dan Sampel ... 51 1. Populasi ... 51 2. Sampel ... 51 C. Variabel Penelitian ... 51 D. Definisi Operasional Variabel ... 52 E. Gambaran Alur Penelitian ... 53 F. Desain Penelitian ... 54 G. Teknik Pengembangan Instrumen ... 56 H. Teknik Pengumpulan Data ... 62 I. Teknik Analisis Data ... 63 J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 68 K. Indikator Keberhasilan ... 70

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Analisis Data Uji Coba Instrumen ... 72 B. Analisis Data Hasil Penelitian ... 76 C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 86 D. Keterbatasan Penelitian ... 88 E. Rekomendasi ... 88

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

A. Kesimpulan ... 90 B. Saran ... 90

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Deskripsi Teori

1. Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan

Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,


(31)

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

a. Hakekat Belajar

Banyak diantara para ahli yang mengemukakan pendapat tentang belajar diantaranya Slamet (2011:6) pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbeda-beda. “belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.”

Selain itu definisi belajar juga dikemukakan The Liang Gie (2000 : 6)

mendefiniskan belajar sebagai berikut “belajar adalah segenap rangkaian kegiatan atau aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifaknya sedikit banyak permanen.”

Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (2005 : 36) Belajar adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam bidang material, formal, serta fungsional pada umumnya dan pada bidang-bidang intelektual khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya mencapai tujuan.


(32)

14

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat diringkas bahwa belajar merupakan proses dari segenap rangkaian aktivitas yang ditunjukkan dengan adanya perubahan demi mencapai suatu tujuan. Beberapa ahli juga mengemukakan pendapatnya tentang belajar diantaranya adalah

Proses belajar adalah sesuatu yang unik sehingga Winkel (2011: 36) mendefiniskan belajar sebagai berikut:

Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas. Selain itu ditambahkan juga Pendapat Winkel dalam Winarno Surachmad (2012: 57) sebagai berikut:

Belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Hal utama yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan pula daya-daya yang mendinamisasi proses itu.

Definisi tentang pengertian belajar yang bermacam-macam menunjukkan bahwa dijumpai konsep-konsep tentang belajar yang menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai belajar, namun semua itu tergantung pada sudut pandang dan penekanannya. Sumadi Suryabrata (2011:249) “tidak memberikan batasan secara langsung tentang belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut belajar.”

Pertama: belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial).


(33)

Kedua: perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

Ketiga: bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja). Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas maka dapat diringkas mengenai pengertian belajar yaitu :

1. Aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang mengalami belajar.

2. Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang sifatnya relatif lama.

Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan tentang belajar. Apabila siswa benar-benar merasa tahu gunanya belajar, merasa butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar maka dari siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Keputusan untuk melakukan kegiatan belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada kekuatan motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan faktor pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri menekankan pada auto-aktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya. Sehingga belajar dapat dikatakan suatu proses yang unik yang


(34)

16

meberikan perubahan kepada individu demi mencapai apa yang menjadi tujuan dalam hidupnya.

b. Hasil Belajar

Proses belajar menghasilkan suatu proses yang disebut sebagai hasil belajar yang merupakan indikator keberhasilan proses tersebut, para ahli mengemukakan pendapat mereka berdasarkan cara pandang mereka masing-masing. Menurut Chaplin (2011: 159) pengertian hasil belajar adalah “hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau

melalui tes prestasi”.

Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (2005 : 768) adalah “ hasil yang telah dicapai (dilakukan)”.

Cara pandang tentang hasil belajar juga dikemukakan Mochtar Buchari (2005 : 94) memberikan pengertian hasil belajar sebagai

berikut “hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang


(35)

mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.

Berdasarkan uraian para ahli di atas dapat diringkas bahwa hasil belajar adalah produk yang diterima seseorang setelah dia melakukan proses dalam periode waktu tertentu baik berupa sikap, pengetahuan dan gerak.

Para terkemuka lain juga menyajikan pendapat mereka seperti Nasution (2011:45) berpendapat tentang hasil belajar bahwa

Hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya sehingga


(36)

18

hasil belajar sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan baik berupa angka atau huruf dapat meningkat.

c. Hasil Belajar PKn

Hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutama kompetensi dasar hakekat negara yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

Hasil belajar PKn siswa melingkupi tiga aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotor.

1. Aspek Kognitif

Salah satu aspek dari hasil belajar menurut Anderson dan Krathwohl (2010:122) Kawasan Kognitif adalah “kawasan membahas tujuan pembelajaran dengan proses mental yang berawal dari tingkat pengetahuan ketingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi.”

Kawasan kognitif terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:

a. Tingkat pengetahuan (knowledge), diartikan kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.


(37)

b. Pemahaman (comprehension), diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh: Siswa dapat menjelaskan kata-katanya sendiri tentang perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga.

c. Tingkat penerapan (application), diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul di kehidupan sehari-hari. Contoh: Siswa dapat menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku-siku jika diketahui sisi lainnya. d. Tingkat analisis (analysis), diartikan kemampuan menjabarkan

atau menguraikan suatu konsep menjadi bagian-bagian yang lebih rinci, memilah-milih, merinci, mengaitkan hasil rinciannya. Contoh: Mahasiswa dapat menentukan hubungan berbagai variabel penelitian dalam mata kuliah Metodologi Penelitian.

e. Tingkat sintetis (synthetis), diartikan kemampuan menyatukan bagian-bagian secara terintegrasi menjadi suatu bentuk tertentu yang semula belum ada. Contoh: Mahasiswa dapat menyusun rencana atau usulan penelitian dalam bidang yang diminati pada mata kuliah Metodologi Penelitian.

f. Tingkat evaluasi (evaluation), diartikan kemampuan membuat penilaian judgment tentang nilai (value) untuk maksud tertentu.

Evaluasi Menurut Suparman (2001: 46) “mahasiswa dapat memperbaiki program-program komputer yang secara fisik tampak kurang baik dan kurang efisien pada mata kuliah Algoritma dan Pemrograman.”


(38)

20

2. Aspek Afektif

Kawasan afektif adalah satu domain yang berkaitan dengan sikap, nilai-nilai interest, apresiasi atau penghargaan dan penyesuaian perasaan sosial. Tingkatan afektif ini ada lima, yaitu:

a. Kemauan menerima, berarti keinginan untuk memperhatikan suatu gejala atau rancangan tertentu seperti keinginan membaca buku, mendengar musik, atau bergaul dengan orang yang mempunyai ras berbeda.

b. Kemauan menanggapi, berarti kegiatan yang menunjuk pada partisipasi aktif kegiatan tertentu seperti menyelesaikan tugas terstruktur, menaati peraturan, mengikuti diskusi kelas, menyelesaikan tugas dilaboratorium atau menolong orang lain. c. Berkeyakinan, berarti kemauan menerima sistem nilai tertentu

pada individu seperti menunjukkan kepercayaan terhadap sesuatu, apresiasi atau penghargaan terhadap sesuatu, sikap ilmiah atau kesungguhan untuk melakukan suatu kehidupan sosial.

d. Penerapan karya, berarti penerimaan terhadap berbagai sistem nilai yang berbeda-beda berdasarkan pada suatu sistem nilai yang lebih tinggi, seperti menyadari pentingnya keselarasan antara hak dan tanggung jawab, bertanggung jawab terhadap hal yang telah dilakukan, memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan diri sendiri.

e. Ketekunan dan ketelitian, berarti individu yang sudah memiliki sistem nilai selalu menyelaraskan perilakunya sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya, seperti bersikap objektif terhadap segala hal.

3. Aspek Psikomotor

Kawasan psikomotor berkaitan dengan ketrampilan atau skill yang bersikap manual atau motorik. Tingkatan psikomotor ini meliputi:


(39)

a. Persepsi, berkenaan dengan penggunaan indra dalam melakukan kegiatan. Contoh: mengenal kerusakan mesin dari suaranya yang sumbang.

b. Kesiapan melakukan suatu kegiatan, berkenaan dengan melakukan sesuatu kegiatan atau set termasuk di dalamnya metal set atau kesiapan mental, physical set (kesiapan fisik) atau emotional set (kesiapan emosional) untuk melakukan suatu tindakan.

c. Mekanisme, berkenaan dengan penampilan respon yang sudah dipelajari dan menjadi kebiasan sehingga gerakan yang ditampilkan menunjukkan kepada suatu kemahiran. Contoh: menulis halus, menari, menata laboratorium dan menata kelas. d. Respon terbimbing, berkenaan dengan meniru (imitasi) atau

mengikuti, mengulangi perbuatan yang diperintahkan atau ditunjukkan oleh orang lain, melakukan kegiatan coba-coba (trial and error).

e. Kemahiran, berkenaan dengan penampilan gerakan motorik dengan ketrampilan penuh. Kemahiran yang dipertunjukkan biasanya cepat, dengan hasil yang baik namun menggunakan sedikit tenaga. Contoh: tampilan menyetir kendaran bermotor. f. Adaptasi, berkenaan dengan ketrampilan yang sudah

berkembang pada diri individu sehingga yang bersangkutan mampu memodifikasi pada pola gerakan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu. Contoh: orang yang bermain tenis, pola-pola gerakan disesuaikan dengan kebutuhan mematahkan permainan lawan.

g. Organisasi, menurut Uno (2008:10) organisasi didefinisikan Berkenaan dengan penciptaan pola gerakan baru untuk disesuaikan dengan situasi atau masalah tertentu, biasanya hal ini dapat dilakukan oleh orang yang sudah mempunyai ketrampilan tinggi, seperti menciptakan model pakaian, menciptakan tarian, komposisi musik.


(40)

22

Pendidikan Kewarganegraan adalah salah satu mata pelajaran yang unik dimana secara konten nya terdapat banyak kajian ilmu yang ada di dalamnya seperi ilmu sosial, politik, ekonomi, hukum dan HAM, budaya dan humaniora. Dalam pendidikan, PKn sangatlah penting guna menunjang aspek kognitif, afektif, dan psikomotor peserta didik untuk itulah tiga komponen pendidikan kewarganegraan harus dipahami dan juga dihayati, diantanya adalah civic knowledge, civic skill, dan civic disposition.

PKn memiliki beberapa komponen seperti yang dijabarkan Margaret S. Branson (2001:4) mengidentifikasi tiga komponen penting dalam Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu “Civic Knowledge (pengetahuan kewarganegaraan), Civic Skills (keterampilan kewarganegaraan), dan

Civic Disposition (watak-watak kewarganegaraan).”

Komponen pertama, civic knowledge “berkaitan dengan kandungan

atau nilai apa yang seharusnya diketahui oleh warganegara. Aspek ini menyangkut kemampuan akademik-keilmuan yang dikembangkan dari berbagai teori atau konsep politik, hukum dan moral. Dengan demikian, mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan bidang kajian multi-disipliner. Secara lebih terperinci, materi pengetahuan kewarganegaraan meliputi pengetahuan tentang hak dan tanggung jawab warga negara, hak asasi manusia, prinsip-prinsip dan proses demokrasi, lembaga pemerintah dan non-pemerintah, identitas nasional, pemerintahan berdasar hukum


(41)

(rule of law) dan peradilan yang bebas dan tidak memihak, konstitusi, serta nilai-nilai dan norma-norma dalam masyarakat.

Kedua, Civic Skills meliputi keterampilan intelektual (intelectual skills) dan keterampilan berpartisipasi (participatory skills) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Ketiga, Civic Disposition (watak-watak kewarganegaraan), komponen ini sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran tentu sering menemukan kendala atau beberapa permasalahan yang membuat pembelajaran itu tidak berjalan sesuai dengan keinginan dan tidak mampu mencapai tujuan pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru dituntut untuk mampu mangatasi permasalahan ini. Hal yang paling tepat dilakukan adalah mengevaluasi atau merefleksi bagaiman jalannya pembelajaran yang dianggap belum berhasil tersebut, dalam hal ini model pembelajaran memegang peran yang sangat penting dalam berjalanya pembelajaran karena pada dasarnya model pembelajaran adalah prosedur tentang berlangsungnya pembelajaran. Model dirancang untuk mewakili realitas sesungguhnya, walaupun model itu sendiri bukanlah realitas dari dunia sebenarnya.


(42)

24

Hal serupa juga dikemukakan oleh Agus Suprijono (2011:46)

menyatakan bahwa “Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelompok maupun tutorial.”

Pernyataan itu didukung oleh Trianto (2011:46) menyatakan bahwa

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang pengajar dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Model pembelajaran adalah konsep berjalanya pembelajaran seperti yang dikemukakan Syaiful Sagala (2010:76) menyatakan bahwa

Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang berisi prosedur sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar tertentu yang befungsi sebagai pedoman bagi guru dalam proes belajar mengajar.

Pernyataan di atas didukung Gunter et al (2010:67) menyatakan bahwa

Learning model is an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes.

Bedasarkam pernyataan para ahli di atas dapat diringkas bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka perencanaan konseptual yang tersusun dan terorganisasi dengan tujuan memberikan pengarahan secara bertahap terhadap suatu proses pembelajaran dimana tujuan adalah membimbing dan mengarahkan agar tujuan pembelajaran itu tercapai.


(43)

b. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Definisi

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang paling sering digunakan dalam pembelajaran karena dianggap paling efektif dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, inovatif, dan menyenangkan serta mampu membangun sikap inkuri, diskoveri, dan sikap kontruktivistik siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan benar. Pembelajaran kooperatif sangat mendukung aktivitas siswa dalam kelompok, sehingga ini memungkinkan mereka mengembangkan aspek kognitif melalu diskusi dengan kelompok, mengembangkan sikap atau afektif mereka melalui tata cara berkelompok dalam pembelajaran, serta mampu meningkatkan psikomotor mereka karena individu dalam kelompok dituntut aktif.

Definisi yang serupa juga diungkapkan Agus Suprijono (2011:54)

menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.”

Pernyataan di atas di dukung oleh Etin Solihatin dan Raharjo (2009:5) yang menyatakan bahwa

Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan suatu model pembelajaran membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesama anggota kelompok akan meningkatkan motivasi produktivitas dan perolehan belajar.


(44)

26

Model pembelajaran kooperatif juga diuraikan oleh Slavin (2011: 4)

yang menyatakan bahwa “Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainya dalam mempelajari materi pembelajaran.”

Selain itu dinyatakana juga bahwa Menurut Johnson (2007:396) bahwa,

Cooperative instruction with other student promote (1) positive peer relation, (2) peer encouragement toward achievment, (3) involvement in and commitment to instructional activities, (4) greater amount of time spent on task related behaviors, and (5) obeying rules.

Pembelajaran kooperatif dengan siswa lain akan membawa (1) hubungan sebaya yang positif, (2) menyemangatkan teman sebaya dalam pencapaian, (3) keterlibatan dan komitmen dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran, (4) lebih banyak waktu yang dihabiskan dalam kegiatan-kegiatan pembelajaran, (5) mematuhi peraturan. Berdasarkan pernyataan di atas dari pernyataan para ahli di atas dapat diringkas bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan menekankan kegiatan pada kelompok-kelompok siswa yang membantu mengembangkan pemahaman dan sikap siswa sesuai dengan tuntutan dalam kehidupan nyata di masyarakat.

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran kooperatif adalah model yang sangat khas sekali dalam pembelajaran yang menerapkan sistem belajar di dalam kelompok untuk memngembangkan kemampuan dan sikap siswa, serta psikomotornya guna mencapai tujuan pembelajaran.


(45)

Hal ini selaras dengan pernyataan dari penjabaran Nur Asma (2006:22)

Bahwa karakter model pembelajaran kooperatif tidak hanya sekedar belajar dalam kelompok, karena belajar dalam model

cooperative Learning harus ada “struktur dorongan dan tugas

yang bersifat kooperatif” sehingga memungkinkan terjadinya

interaksi secara terbuka dan hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi yang efektif diantara anggota kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif juga mempunyaikarakteristik dasar yang membedakan pembelajaran kelompok dalam pembelajaran koooperatif dengan pembelajaran kelompok yang dilakukan melalui prosedur. Hal ini terlihat ketika seorang guru melaksanakan prosedur model kooperatif dengan benar, maka guru tersebut akan dapat mengelola kelompok lebih efektif.

Agar mencapai hasil maksimal perlu diterapkan karakteristik yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif. karakteristik kooperatif sebagai berikut kelompok dibagi atas kelompok-kelompok kecil, dengan anggota kelompok yang terdiri dari beberapa orang siswa yang memiliki kemampuan akademik bevariasi serta memperhatikan jenis kelamin dan etnis, disini siswa tidak pandang bulu dengan siapa mereka akan berkelompok, siswa belajar dalam kelompoknya dengan kerja sama untuk menguasai materi pelajaran dengan saling membantu, setiap siswa mempunyai peran di dalam kelompok, tidak ada orang yang menguasai yang bisa mengajari yang tidak bisa. Sistem penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu, jadi semua anggota akan merasakan kebanggaan yang sama apabila kelompoknya lebih unggul dari pada kelompok yang lain.


(46)

28

Selain itu Slavin, Abrani, dan Chambers dalam Wina Sanjaya (2010: 242-244) “menjabarkan tentang karakteristik model pembelajaran kooperatif melalui beberapa pespektif, diantaranya adalah prespektif motivasi, prespektif sosial, prespektif perkembangan kognitif, dan prespektif elaborasi kognitif.”

a. Prespektif motivasi artinya bahwa penghargaan yang diberikan kepada kelompok memungkinkan setiap anggota kelompok akan saling membantu. Karena penghargaan diberikan akan memotivasi siswa untuk dapatmenyelesaikan masalah sehingga anggota kelompok merasa senang apabila penghargaan tersebut diberikan untuk kelompoknya.

b. Prespektif sosial artinya bahwa melalui kooperatif setiap siswa akan saling membantu dalam belajar karena mereka menginginkan semua angggota kelompok memperoleh keberhasilan. Bekerja secara tim dengan mengevaluasi keberhasilan sendiri oleh kelompok, merupakan iklim yang bagus, dimana setiap anggota kelompok menginginkan semuanya memperoleh keberhasilan. c. Prespektif perkembangan kognitif artinya bahwa dengan adanya

interaksi antar anggota kelompok dapat mengembangkan prestasi siswa untuk berpikir mengolah berbagai informasi.

d. Elaboratif kognitif artinya bahwa setiap siswa akan berusaha untuk memahami dan menimba informasi untuk menambah pengetahuan kognitif. Dalam satu tim siswa akan saling membantu dan saling memberi informasi sehingga pengetahuan anggota kelompok yang


(47)

belum tahu menjadi tahu dengan adanya interaksi antar anggota kelompok.

Karekateristik pembelajaran kooperatif diuraikan oleh Wina Sanjaya (2010:242-244) bahwa “Karakteristik pembelajaran kooperatif dibagi menjadi empat, yaitu 1) pembelajaran secara team merupakan tempat untuk mencapai tujuan, 2) didasarkan pada manajemen kooperatif, 3) kemauan untuk bekerja sama, 4) ketrampilan bekerja sama.”

Berdasarkan uraian di atas dapat disintetiskan bahwa karakteristik pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang tidak hanya menekankan pada pembelajaran kelompok yang berarti siswa belajar dalam kelompok-kelompok belajar mereka dan di dalam terjadi interaksi yaitu interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, dan kelompok dengan guru.

c. Teori Cooperative Learning

Dalam berbagai teori pembelajaran kooperatif memandang bahwa pembelajaran kooperatif sejalan dengan pendekatan pembelajaran kontruktivistik yang menganggap bahwa siswa yang datang ke sekolah telah siap dengan dengan mental dan pengetahuan mereka sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka dengan sendirinya karena di awal mereka telah memiliki konsep dan materi yang telah mereka siapkan sebelum pembelajaran sehingga ini sangat disini peran guru sebagai fasilitator dapat dilihat dengan jelas.


(48)

30

Hal ini sejalan dengan pendapat parah ahli, seperti menurut Agus Suprijono (2011:31) menjabarkan

Dikemukakan bahwa dalam proses ini siswa membina pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Siswa bukanlah sebagai penerima informasi atau pengetahuan dari guru namun siswa belajar untuk membina sendiri pengetahuanya.

Pandangan-pandangan tentang kontruktivisme juga dikemukakan oleh

Isjoni (2011:30) menjabarkan bahwa “sejalan dengan pendapat tersebut kontruktivisme merupakan satu pandangan bahwa siswa membina sendiri pengetahuan atau konsep secara aktif berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang ada”.

Dalam Cooperative Learning terdapat teori-teori yang dikemukakan oleh beberapa ahli diantaranya sebagai berikut.

1. Teori Ausubel

Teori yang pertama ini dikemukakan oleh Ausubel (Isjoni, 2011: 35) bahan pelajaran yang dipelajari haruslah bermakna,

Dimaksud dengan pembelajaran bermakna adalah ada suatu proses mengaitkan informasi baru pada suatu konsep-konsep relevan terdapat dalam struktur kognitif seseorang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, dan generalisasi telah dipelajari dan diingat siswa dalam proses pembelajaran bukan hanya sekedar menyampaikan konsep namun juga memperhatikan kualitas proses pembelajaran benar-benar bermakna.

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menjadikan pembelajaran yang bermakna dengan cara memandang siswa bukan sebagai objek pembelajaran. Siswa dipandang sebagai seseorang pada saat pembelajaran telah memiliki pengetahuan sehingga pada saat


(49)

proses belajar siswa mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan informasi baru secara berkelompok.

2. Teori Piaget

Teori Piaget ini diuraikan oleh Isjono (2011:37) “Dalam kaitanya dengan pembelajaran, teori ini mengacu pada kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik.” Ditambahkan oleh Semiawan dalam Isjoni (2011: 37). Pengetahuan tidak hanya diterima secara verbal oleh siswa namun juga dikonstruksi dan direkonstruksi oleh siswa, dengan melibatkan siswa secara aktif.

Jadi dalam kegiatan belajar cooperative learning terjadi pembelajaran yang aktif dan partisipatif. Pada masa ini siswa menyesuaikan dengan hal yang konkret dan harus berpikir kritis. Oleh karena itu, dalam upaya meningkatkan kualitas kognitif siswa, guru dalam melaksanakan pembelajaranya harus lebih memprioritaskan pada kegiatan pemecahan masalah atau latihan meneliti dan menemukan. Pembelajaran kooperatif, siswa hendaknya banyak diberi kesempatan untuk berinteraksi dengan lingkungan dapat dilakukan oleh siswa bersama teman temanya secara berkelompok.

3. Teori Vygotsky

Teori ketiga ini dikemukakan oleh Vygotsky dalam Isjoni (2011: 40) Pembelajaran kooperatif adalah

Suatu perkembangan pengertian baik pengertian yang spontan maupun ilmiah. Pengertian spontan merupakan pengertian


(50)

32

yang didapat dari kehidupan sehari-hari, sedangkan pengertian ilmiah diperoleh dari pelajaran di sekolah. Keduanya saling berkaitan satu sama lain.

Tingkat perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara mandiri sedangkan tingkat perkembangan potensial adalah kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa. Model kooperatif dapat digunakan untuk menerapakan tingkat perkembangan potensial siswa. Dalam pembelajaran kooperatif, guru bertindak sebagai fasilitator. Siswa bekerja dalam kelompok untuk memahami materi atau memecahkan masalah bersama teman sebayanya, guru membimbing siswa dalam kelompok.

Berdasarkan teori di atas, dapat diringkas bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang berlandaskan pada konstruktivisme. Dalam pembelajaran ini siswa ditekankan sebagai subyek yang sepenuhnya aktif membangun pengetahuan mereka, sedangkan guru sebagai fasilitator yang berperan dalam membimbing siswa. Pembelajaran ini bertujuan memberikan pembelajaran bermakna (meaningfull learning) kepada siswa guna memberi mereka pengetahuan hingga tingkat experience learning

atau pengalaman belajar bagi mereka.

d. Tujuan Cooprative Learning

Seperti uraian yang mengkaitkan bahwa pembelajaran kooperatif membantu siswa dalam membangun sendiri pengetahuan mereka maka dapat diketahui bahwa tujuan daripada pembelajatran kooperatif


(51)

ini sendiri adalah untuk membangun kemampuan dan pengetahuan siswa melalui pengalaman belajar dan pembelajaran yang bermakna demi tercapainya tujuan pembelajaran yang menekankan peran mereka dalam kelompok-kelompok belajar yang saling berinteraksi. Tujuan pembelajaran kooperatif dijelaskan Nur Asma (2006:12-14) menyatakan tujuan pembelajaran kooperatif bertujuan untuk pencapaian hasil belajar, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan sebagai berikut.

a. Hasil Belajar Akademik

Dengan cooperative learning siswa dapat bertukar pendapat dan saling mengajari satu sama lain. Hal ini dapat menguntungkan semua siswa, baik yang berprestasi tinggi maupun berprestasi lebih rendah karena mereka dapat mengerjakan semua tugas yang diberikan dalam kelompok sehingga akan meningkatkan prestasi belajar mereka.

b. Toleransi dan Penerimaan Terhadap Keanekaragaman

Cooperative learning memberikan kesempatan kepada siswa dengan latar belakang prestasi akademik, budaya, kelompok sosial maupun ras untuk belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan Keterampilan Sosial

Komponen-komponen dalam ketrampilan sosial dijelaskan oleh Agus Suprijono (2009:61) beberapa komponen keterampilan sosial


(52)

34

adalah “kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.”

Selain itu menurut Trianto (2010: 58) “ Dengan penerapan

cooperative learning siswa akan dilatih keterampilan sosialnya dengan cara mengemukakan pendapat, menerima saran dari teman, serta bekerjasama dalam mencari pemecahan masalah yang dihadapi siswa dalam kelompoknya saat proses pembelajaran.” Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang.

Dari uraian di atas dapat saya diringkas bahwa tujuan dari cooperative learning adalah membangun pengetahuan dan mental siswa dan juga mengembangkan ketrampilan dalam bidang pengetahuan, ketrampilan sosial, dan rasa toleransi mereka, dan hal ini sangat dibutuhkan guna membangun pengetahuan yang mempunyai kualitas karakter yang baik.

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stray Two Stay ( TSTS)

a. Definisi

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model kooperatif


(53)

oleh Spencer Kagan pada tahun 1990 dan bisa digunakan bersama dengan model kepala bernomor (numbered heads).

Model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay adalah metode pembelajaran yang sangat khas dan fleksibel, dikatakan khas karena model pembelajaran ini memiliki keunikannya tersendiri dimana dua orang tinggal sedangkan yang lain bepencar dalam satu kelompok yang terdiri dari empat orang tersebut, hal ini sangatlah membantu siswa dalam melakukan interaksi dengan kelompok lain dan dapat meningkatkan hail belajar mereka dalam kognitif, afektif dan psikomotor mereka. Selain itu, metode ini dikatakan fleksibel dikarenakan metode pembelajaran two stay two stray ini dapat digunakan disemua mata pelajaran terlebih mata pelajaran yang banyak menonjolkan sikap afektif seperti Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Hal ini sangat didukung oleh beberapa ahli diantaranya adalah

Dikemukakan oleh Samsul Ma’rif ( 12 November 2013 diakses

melalui Internet di Asrama Prahlada dan Kuntidevi pukul 6:46 WIB melalui (http://edogawa.com) menyatakan bahwa “metode

two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain.” Selain itu menurut Sugiyanto (2009: 54) berpendapat bahwa


(54)

36

kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain.”

Model pembelajaran kooperatif juga membuat Lie (2008) mendefinisikan bahwa

Model pembelajaran two stay two stray (dua tinggal dua tamu) merupakan suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal.

Definisi tentang model pembelajaran TSTS dapat diringkas bahwa model pembelajaran ini model pembelajran dengan cir khas pada kegiatan tinggal dan berpencar dimana kelompok saling berinteraksi satu sama lain.

Beberapa ahli juga menambahkan diantaranya, menurut Jarolimek dan Parker dalam Isjoni (2009:101) menyatakan bahwa

Cooperative learning tipe two stray two stay memperhatiakn kemapuan akademis siswa. Guru membentuk kelompok heterogen dengan alsan memberi kesempatan siswa saling mengajar,

mendukung, berinteraksi, dan memecahkan maslah.”

Menurut uraian para ahli di atas dapat diringkas bahwa metode pembelajaran two stray two stay adalah pembelajaran yang mengembangkan kemampuan siswa melalui kelompok yang bertukar informasi yaitu menerima dan memberi infomasi serta mampu menyimpulkan apa yang mereka berikan dan apa yang mereka terima.


(55)

b. Ciri-ciri Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

Ciri-ciri model pembelajaran TSTS, yaitu:

a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.

b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.

c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.

d. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu

c. Tujuan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

Model pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut. Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.

Model pembelajaran kooperatif TSTS ini memiliki tujuan yang sama dengan pendekatan pembelajaran kooperatif yang telah di bahas sebelumnya. Siswa diajak untuk bergotong royong dalam menemukan suatu konsep. Penggunaan model pembelajaran kooperatif TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran two stay two stray ini karena


(56)

38

terdapat pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar.

Dengan ini disimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran two stay two stray adalah untuk melatih keaktifan siswa dalam kegiatan meyimak dan bertamu agar mereka mampu menemukan konsep materi yang dipelajari serta menjadi aktif dalam diskusi, bertanya, menjawab serta mampu berbagi dengan kelompok yang lain.

d. Langkah-langkah model pembelajaran Two Stay Two Stray

1. Dijelaskan langkh-langkah model TSTS menurut Tamu dalam Lie (2002:60-61) Adapun langkah-langkah model pembelajaran dua tinggal dua pergi adalah sebagai berikut.

a. Siswa bekerja sama dalam kelompok berempat seperti biasa. b. Setelah selesai, dua siswa dari masing-masing kelompok akan

meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok yang lain.

c. Dua siswa yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.


(57)

2. Selain itu menurut Nurjanah (2012) adapun langkah-langkah pembelajaran two stay two stray, yaitu:

a. Siswa bekerja alam kelompok yang beranggotakan empat orang.

b. Setelah selasai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk kemudian bertemu dengan kelompok yang lain.

c. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi yang mereka miliki kepada tamu yang datang ke kelompok mereka.

d. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan mereka yang diperoleh dari kelompk yang lain.

e. Kelompok mencocokkan dan membahasa hasil kerja mereka masing-masing.

3. Ditambahkan definisi tentang model TSTS oleh Nadiya dalam Eni (2011:9-10) bahwa langkah-langkah model pembelajaran kooperatif two stay two stray adalah sebagai berikut

a. Pembentukan kelompok heterogen. Pembentukan kelompok dalam kelas dilakukan oleh guru yang lebih tahu tentang mana siswa yang pandai dan mana siswa yang lemah. Pembentukan kelompok ini harus bersifat heterogen. . Siswa-siswa dalam kelompok merupakan campuran siswa dari tingkat kepandaian, jenis kelamin dan suku. Sehingga tidak akan ditemui kelompok


(58)

40

yang akan beranggotakan siswa yang pandai saja atau sebaliknya.

b. Penjelasan materi dan kegiatan kelompok. Guru memberikan informasi pada siswa berkenaan dengan kegiatan yang dilakukan oleh siswa serta relevansi kegiatan dengan materi pelajaran. Pada saat guru memberikan materi pelajaran, siswa harus sudah berada dalam kelompok masing-masing kelompok mengerjakannya. Apabila terdapat kesulitan dalam intepretasi petunjuk kegiatan, siswa dapat meminta bantuan guru.

c. Kelompok memutuskan jawaban yang paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok memahami jawaban tersebut.

d. Setelah selesai, dua orang ini masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke dua kelompok lain. Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu mereka

e. Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

f. Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

g. Pemberian penghargaan. Kelompok yang mempunyai nilai rata-rata tiap anggota paling baik, pantas diberi penghargaan.


(59)

Skor yang dicapai tiap kelompok ini digunakan sebagai dasar pembentukkan kelompok baru untuk materi berikutnya.

4. Definisi selanjutkan diuraikan Spencer Kagan 1992 dalam Karuru (2007) adapun langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif tipe

two stray two stay, yaitu sebagai berikut:

a. Pembagian kelompok. Pada langkah ini guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat sampai lima siswa.

b. Pemberian tugas. Di langkah kedua ini guru memberikan sub- pokok bahasan tertentu atau tugas-tugas tertentu kepada setiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompoknya masing-masing.

c. Diskusi. Siswa mengerjakan tugas. Pada kegiatan ini siswa di dalam setiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

d. Tinggal atau berpencar. Setelah setiap kelompok selesai mengerjakan tugas yang diberikan maka setiap kelompok menentukan dua anggota yang akan stay (tinggal) dan dua anggota yang akan stray (berpencar) ke kelompok lain.

e. Berbagi. Pada langkah kelima ini, semua siswa saling berbagi apa yang telah mereka kerjakan untuk menyelesaikan tugas dari guru (catatan: siswa pada langkah ini saling menjelaskan, presentasi, bertanya, dan melakukan konfirmasi, lalu mencatat apa saja yang didapatnya dari kelompok lain). Dua anggota


(60)

42

kelompok yang tinggal di dalam kelompok bertugas membagi informasi dan hasil kerja mereka kepada dua orang tamu dari kelompok lain akan berkunjung ke kelompok mereka.

f. Diskusi kelompok. Tahap selanjutnya adalah semua anggota kelompok kembali ke kelompok yang semula dan melaporkan apa yang mereka temukan dari kelompok lain.

g. Diskusi kelas. Setiap kelompok kemudian membandingkan dan membahas hasil pekerjaan mereka semua dalam sebuah diskusi kelas dengan fasilitasi oleh guru.

Menurut pendapat para ahli di atas maka dapat diringkah bahwa langkah-langkah model TSTS adalah pemberian tugas, diskusi, simulasi dan berbagi.

e. Tahapan-tahapan dalam model pembelajaran TSTS

Pembelajaran kooperatif model TSTS terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut.

1. Persiapan

Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem penilaian, desain pembelajaran, menyiapkan tugas siswa dan membagi siswa menjadi beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota kelompok harus heterogen berdasarkan prestasi akademik siswa dan suku.


(61)

2. Presentasi Guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.

3. Kegiatan Kelompok

Pada kegiatan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil (4 siswa) yaitu mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari dua anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.

4. Formalisasi

Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan salah satu kelompok mempresentasikan hasil


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian, dan hasil analisis, dan pembahasan yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray terhadap hasil belajar siswa kelas X IPS 1 lebih tinggi dari pada penggunaan model pembelajaran konvensional. Melihat kesimpulan yang terdapat dari penelitian ini, seharusnya sekolah menggunakan dan mengoptimalkan keberadaan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay yang sudah ada tersebut untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Selain itu, sebaiknya sekolah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay pada mata pelajaran yang lain dengan karakteristik sesuai dengan mata pelajaran PKn yang mana sudah diuji-cobakan dan menghasilkan kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe two stray

two stay berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, peneliti merekomendasikan beberapa hal untuk dijadikan bahan pertimbangan dan pemikiran, antara lain:


(2)

91

1. Model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang mampu mengembangkan sikap aktif, inovatif dan meyenangkan dan memenuhi standar dalam pembelajaran bermakna diantaranya adalah pembelajaran kontruktivistik, diskoveri, dan inkuiri. Maka dari itu sebaiknya media pembelajaran ini dapat digunakan dalam setiap materi PKn maupun mata pelajaran yang lain. Persiapan format penilaian keaktifan siswa juga sangat ditekankan demi menghasilkan data yang lengkap.

2. Sebelum pelaksanaan pembelajaran menggunakan media ini, guru harus dapat mempersiapkan pendukung, seperti rencana proses pembelajaran (RPP) yang sistematis agar pembelajaran terlaksana secara sistematis dan terstruktur. Kemudian materi serta tugas di dalam model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay harus sudah disediakan terlebih dahulu. 3. Model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay membutuhkan

waktu tambahan dalam persiapan sehingga sebelum memulai pembelajaran sebaiknya guru telah menyiapkannya dengan sangat matang. Karena media ini digunakan oleh guru sepanjang pembelajaran.

4. Pengkondisian belajar siswa ketika pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay berlangsung hal yang perlu lebih diperhatikan adalah tentang psikomotor dan sikap siswa agar mampu mandiri dan memberi dan menerima informasi dalam simulasi tinggal dan berpencar.

5. Untuk penelitian lebih lanjut, sebaiknya melakukan pengembangan sejenis tetapi dengan pokok bahasan yang berbeda, agar dapat dilihat bahwa


(3)

92

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stray two stay ini sangat sesuai untuk diterapkan pada materi apapun yang menuntut ketrampilan sikap, psikomotor siswa dan kognitif siswa.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Agus, Suprijono. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara Ahmadi. 2005. Menciptakan Proses Belajar Mengajar Aktif dan Kreatif. Jakarta:

Bumi Aksara.

Anderson dan Krathwohl. 2011. Aspek Kognitif, Aspek Afektif dan Aspek Psikomotor

Dalam Pembelajaran. Jakarta:Pustekom Mendikbud.

Arifin, Zaenal. 2009. tingkat hubungan dengan interval koefesiensi. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Asma, Nur. 2006. Model Cooperative Learning. Jakarta. Gramedia Utama.

Branson, M. S. 2001. Komponen Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Widya Aksara Press.

Chaplin. 2011. Prosedur Penilaian Hasil Belajar. Jakarta: Gramedia

Cook dan Campbell. 2012. Quasi Eksperiment. Santosa: E- Quasi Eksperiment Guild.

Dimyati. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta. Rieka Cipta.

Eggen dan Kauchak dalam Wardhani. 2005. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Dikti

Etin, Solihatin dan Raharjo. 2009. Model Pembelajaran Cooperative Learning. Bandung: Widya Aksara Press.

Gunter et al. 2010. An Instructional Learning Model. New York: Longman. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta. P.T Bumi Aksara.


(5)

Hamalik, Oemar. 2003. Belajar dan Pembelajaran.Jakarta. P.T Bumi Aksara. Hasbullah. 2008. Dasar-dasar ilmu Pendidikan. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Isjoni. 2011. Teori-Teori dalam Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Asara. Jarolimek dan Parker dalam Isjoni. 2009. Cooperative Learning Type Two Stray Two

Stay: Jakarta: Prenada Media Group.

Johnson. 2009. Cooperative Instruction with Other Student Promote (terjemahan). Jakarta: Gramedia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia Tahun 2003.

Lie. 2008. Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (Dua Tinggal Dua Tamu). Jakarta: Prenada Media Group.

Ma’rif, Samsul. 2013. Two Stray Two Stay. (Online), (http://edogawa.com diakses pada 12 November 2013 pukul 06.46.WIB)

Malo, Manase. 1985. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta. Rajawali.

Mochtar, Buchari. 2005. Menciptakan Proses Belajar Mengajar Aktif dan Kreatif. Jakarta: Bumi Aksara.

Muhammad Ali. 1985. Penelitian Pendidikan. Jakarta. PT. Gunung Agung.

Nasution, S. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bandung. Ikrar Mandiri Badi.

Nur, Asma. 2006. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif. Bandung: UPI Nurjanah. 2012. Langkah-Langkah Pembelajaran Two Stay Two Stray. Jakarta:

Grafinfo Persada.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No. 12 tahun 2007 yang dikutip Dirjen Peningkatan Mutu Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (https://diknas. docs.google.com/file)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005. Tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2007 Tentang Standar

Penilaian Pendidikan.


(6)

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group.

Sanjaya, Wina. 2010. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Balai Pustaka. Slamet. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Slavin. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sugiyanto. 2009. Metode Dua Tinggal Dua Tamu (Two Stay Two Stray). Jakarta: Grafinfo Persada.

Suharsimi Arikunto. 2008. Hasil Pembelajaran. Jakarta. Bina Aksara. Sujiono, Anas. 2008. Aktivitas Pembelajaran. Jakarta. Raja Grafindo Persada.

Sumadi, Suryabrata. 2011. Identifikasi Belajar dan Mengajar. Yogyakarta: IST Akprind.

Suprijono, Agus. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara. Suprijono, Agus. 2011. Pandangan-Pandangan Tentang Pembelajaran

Kontruktivisme. Jakarta: Rajawali

Sutrisno Hadi. 1989. Statistika. Yogyakarta: Andi Onset.

Syaiful, Sagala. 2010. Kerangka Konseptual Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Paradigma.

The Liang Gie. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Gramedia

Trianto. 2011. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif. Jakarta: Bumi Aksara. Triton P. B. 2006. MetodeAlpha-Conbach. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang Undang No.20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Uno. 2010. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif

dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.

Winkel dalam Winarno Surachmad. 2011. Pandangan Tentang Strategi

Pembelajaran. Gorontalo: Penerbit Andi.


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS X-2 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG

0 4 22

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KOTAGAJAH

1 23 105

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS VB SD NEGERI 1 METRO BARAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 40

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TWO STAY TWO STRAY (TS-TS) PADA SISWA KELAS VIII SMP KARTIKATAMA METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 6 76

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 LUBUKLINGGAU TAHUN PELAJARAN 20152016

0 0 10

MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA SEKOLAH DASAR

0 0 12

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SD

0 0 10

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV SDN 27 PONTIANAK TENGGARA

0 0 11

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL TWO STAY TWO STRAY TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA DI SD

0 0 8

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA FITRA YULIA ROZI Guru IPS SMP Negeri 6 Pekanbaru fitriagmail.com ABSTRAK - PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY (TS

0 0 12