LATAR BELAKANG Perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran di kos antara remaja yang kos dengan induk semang dan remaja yang kos tanpa induk semang.

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak- kanak ke masa dewasa Sarwono, 1994. Pada masa ini terjadi banyak perubahan baik dari segi fisik, psikis, maupun sosial, termasuk terjadi kematangan seksual. Dengan adanya kematangan seksual ini menyebabkan timbulnya dorongan seks yang begitu besar pada diri remaja, sehingga banyak mempengaruhi tingkah lakunya. Tingkah laku remaja ini dipengaruhi oleh dorongan seks yang sangat menonjol. Seperti misalnya, yang diwujudkan remaja saat ini mulai dari tertarik dengan lawan jenisnya, melirik ke arah bagian sensual pasangan sampai bersenggama yang dilakukan oleh remaja. Selain remaja mengalami masa peralihan dari kanak - kanak ke dewasa, remaja juga mengalami minat sosial yang terarah pada lawan jenis. Remaja akan menjalin suatu hubungan yang lebih dari sekedar teman bila ada perasaan saling tertarik. Hal ini dikenal dengan istilah pacaran Gunarsa, 1986. Pacaran ini biasanya mulai muncul pada masa awal pubertas. Perubahan hormon dan fisik membuat remaja mulai tertarik pada lawan jenis. Proses pacaran ini merupakan proses mengenal dan memahami lawan jenisnya dan belajar membina hubungan dengan lawan jenis sebagai persiapan sebelum menikah untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat sudah 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, serta reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa Yahya, 2002. Konsep berpacaran yang dijelaskan oleh Keith Davis Devito, 1995 dalam Ellywati, 2003, memaparkan adanya dua komponen cinta yang ada dalam hubungan pacaran, yaitu passion cluster yang meliputi daya tarik yang kuat, eksklusivitas dan hasrat seksual dan caring cluster, meliputi keinginan memberi yang terbaik, saling melayani dan mendukung pasangan. Pacaran dalam kegiatan sosial biasanya melalui proses pengenalan, berteman, bersahabat, hingga masuk ke dalam hubungan pacaran BaronByrne, 2004. Proses tersebut diawali dengan berkencan, biasanya kencan merupakan kesepakatan berdua untuk berjalan- jalan, menonton bioskop, atau makan. Lips 1988 mengatakan beberapa alasan berkencan, yaitu berkencan untuk kesenangan, kencan untuk pemenuhan kebutuhan akan kebersamaan, kencan untuk mengenal lebih jauh pasangannya, dan kencan untuk menguji cinta atau untuk seks. Alasan terakhir ini erat hubungannya dengan kencan untuk kesenangan, karena seks merupakan suatu aktivitas yang menyenangkan yang dapat dilakukan dalam pacaran. Selain itu, seks dapat dikatakan sebagai aktivitas kesenangan dalam pacaran yang identik dengan aktivitas seksual sebelum menikah. Apapun alasannya berpacaran bagi remaja, tidak dapat disangkal bahwa berpacaran akan memberikan peluang bagi remaja untuk terciptanya keintiman baik secara emosional maupun fisik. Alasan ini sesuai dengan pendapat menurut Carol dalam Ellywati, 2003, yang menyatakan bahwa hubungan yang mulai PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI intim bisa mengarahkan remaja melakukan perilaku seksual yang bebas. Hurlock 1980 juga menambahkan bahwa perilaku seksual dianggap sebagai salah satu bentuk ekspresi atau tingkah laku berpacaran dan rasa cinta. Menurut Sarwono 1994, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Perilaku seksual telah menjadi suatu hal yang sangat melekat pada diri manusia. Selain itu perilaku seksual juga tidak bisa dihindari oleh makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus bertahan menjaga kelestarian keturunannya. Uraian di atas menunjukkan bahwa perilaku seksual itu berlaku bagi semua usia, karena perilaku tersebut bisa dilakukan oleh siapapun, bahkan oleh remaja. Remaja sering terlihat bergandengan tangan, memeluk pasangan, bahkan ada yang mencium pasangannya di depan umum tanpa ada rasa malu. Remaja ingin menunjukkan pada semua orang bahwa ia sekarang sudah dewasa dan bisa melakukan apa saja yang diinginkannya termasuk melakukan perilaku seksual Meilia, 2006. Seperti misalnya, pada saat ini banyak fenomena tentang perilaku hubungan seks pra nikah di kalangan remaja, seperti seks di kos-kosan, hidup bersama di luar nikah dan ayam kampus, saat ini sudah menjadi menu media massa sehari - hari. Selain itu, dengan membanjirnya informasi mengenai perilaku seksual melalui media cetak atau elektronik, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap terjadinya perilaku seksual pada remaja Luthfie, 2003. Perilaku seksual di kalangan remaja, dapat dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tingkat perkembangan seksual, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, motivasi, keluarga, pergaulan dan media massa. Pada masa remaja ini mulai terjadi perubahan pada dirinya yang ditandai dengan munculnya tanda seksual sekunder seperti perubahan bentuk tubuh, suara, haid dan mimpi basah Sarwono, 1994. Pada masa tersebut dalam diri remaja memiliki dorongan yang sangat besar terutama mengenai keingintahuannya tentang seks dan minat remaja pada seks Hurlock, 1980. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sahara dalam Majalah Gemari, 2003 yang melakukan polling pada 1000 remaja yang pernah berkonsultasi selama tahun 2000-2002 didapatkan hasil bahwa tempat kos menjadi tempat paling favorit untuk melakukan hubungan seksual sebesar 51,5 , menyusul kemudian rumah 30, rumah perempuan 27,3 , hotel 11,2 , taman 2,5, tempat rekreasi 2,4 , kampus 1,3 , mobil 0,4, dan tidak diketahui 0,7. Dari hasil penelitian di atas, bisa dikatakan bahwa tempat kos menjadi tempat yang paling sering digunakan remaja saat ini untuk melakukan hubungan seksual. Kos atau indekos berarti menumpang tinggal dengan membayar Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989. Remaja yang tinggal di tempat kos lebih banyak berkesempatan untuk mengurusi keperluannya sendiri, seperti membuat rencana, menyusun alternatif, mengambil keputusan sendiri, dan bertanggung jawab terhadap segala keputusannya Mappiare, 1982. Remaja dituntut harus bisa mengatur hidupnya sendiri karena hidup terpisah dari orang tua. Namun, bila PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI remaja telah memiliki bibit kenakalan dalam dirinya, maka akan mempermudah bagi dirinya untuk melakukan hal yang buruk. Kehidupan kos yang jauh dari kontrol orang tua dan adanya kebebasan akan memberikan kesempatan bagi remaja untuk berbuat sesuatu yang diinginkannya dan akan menjerumuskan ke hal- hal negatif seperti memakai narkoba dan melakukan seks bebas di kamar yang tertutup Meilia, 2006. Banyak kos yang hanya bertujuan ekonomi saja, setiap bulan pemilik kos mendapat setoran uang dari penyewanya. Pemilik kos juga tidak berfungsi sebagai pengganti orang tua, hanya peraturan saja yang diberikan kepada penyewa kamar sebagai pengganti orang tua untuk mengontrol. Tapi dengan semakin banyak pendirian kos di lingkungan perguruan tinggi, dengan mengendornya pembatasan waktu berkunjung dan kurang ketatnya peraturan serta dengan semakin banyak kelompok remaja yang berpergian tanpa pengawasan, maka kebiasaan hidup bersama sebelum menikah menjadi suatu pola yang diterima oleh remaja yang lebih besar Hurlock, 1980. Dari penelitian Sahara dalam Majalah Gemari, 2003 memang terungkap bahwa terjadinya perilaku seksual paling tinggi dilakukan di kos, baik kos pria maupun wanita. Namun secara khusus, tidak dijabarkan seperti apa bentuk kos itu sendiri. Kos bisa dibedakan menjadi dua, yaitu kos dengan induk semang dan kos tanpa induk semang. Pada kos dengan induk semang, tiap – tiap kamar berdekatan dengan pemilik kos sehingga ada aturan dan pengawasan yang lebih yang diberikan pada penyewa kamar. Kos tanpa induk semang biasanya hanya terdiri dari kamar- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kamar dan aturan yang dibuat berdasarkan keputusan bersama antar penyewa kamar. Selain itu, kurangnya pengawasan dan keamanan kos ditanggung oleh semua penyewa kamar. Salah satu bentuk contoh kos tanpa induk semang disebut dengan istilah “ngontrak”, biasanya terdiri tidak lebih dari lima kamar karena bentuknya seperti rumah biasa yang dibangun untuk disewakan. Melihat keadaan kos tersebut, peneliti ingin melihat apakah ada perbedaan perilaku seksual remaja dalam berpacaran yang tinggal di kos dengan induk semang dan tanpa induk semang sehingga dapat menemukan gambaran dan kecenderungan remaja terhadap perilaku seksualnya.

B. RUMUSAN MASALAH