13
perkembanganya, fenomena “lelang jabatan” di DKI menginspirasi penulis untuk menggunakan istilah “lelang jabatan” dalam judul tulisan ini. Mengingat istilah
“lelang jabatan” sudah begitu dikenal luas di kalangan masyarakat the man in the street sehingga dalam tulisan ini untuk menyebut istilah open recruitment maupun
open bidding, promosi jabatan secara terbuka, pengangkatan PNS dalam jabatan struktural, dan pengisian JPT secara terbuka akan digunakan
istilah “lelang jabatan” dengan menempatkan pada konteksnya.
2.3.2 Konsep dan Kebijakan “Lelang Jabatan”
Konsep “lelang jabatan” atau open recruitment maupun open bidding sebelumnya sudah sempat disinggung secara singkat. Pada uraian sebelumnya
telah di jelaskan bahwa “lelang jabatan” sebenarnya bukan hal baru dalam
perspektif administrasi publik. Dalam konsep New Public Management NPM, metode ini sudah dikenalkan dan dipraktekkan di negara-negara Barat, seperti
Singapura dan New Zealand. Kita sering mendengar istilah fit and proper test dalam hal pengangkatan seseorang kedalam jabatan-jabatan yang tergolong level
pimpinan. Demikian halnya dengan konsep “lelang jabatan” ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan fit and proper tersebut.
Tujuannya adalah untuk memilih aparatur yang memiliki kapasitas, kompetensi dan integritas yang memadai untuk mengisi posisijabatan tertentu
sehingga dapat menjalankan tugas yang lebih efektif dan efisien.
10
“Lelang Jabatan” merupakan salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi, kolusi dan
10
Samiaji, op.cit., h. 53.
14
nepotisme KKN karena rekrutmen jabatan dilakukan secara transparan, menggunakan indikator tertentu dan dilakukan oleh pihak yang netral dan
kompeten melakukan seleksi. Tujuan lain dari “lelang jabatan” ini adalah untuk
mengikis image negatif PNS yang selama ini melekat di masyarakat, yaitu PNS malas dan berkinerja rendah yang diakibatkan budaya birokrasi yang masih
primordial dan cenderung feodal, budaya dilayani bukan melayani sehingga membuat PNS berorientasi kekuasaan.
11
Euphoria reformasi yang telah membawa perubahan besar dalam sistem ketatanegaraan Indonesia dimana salah satunya kepala daerah dipilih secara
langsung oleh rakyat, hal ini secara tidak langsung akan membuat PNS yang ada di daerah menjadi terkotak-kotak. Kepala Daerah terpilih akan cenderung memilih
dan menempatkan orang-orang yang menjadi tim pemenanganya untuk duduk dalam jabatan-jabatan struktural di birokrasi pemerintah daerah.
Namun ketika persyaratan untuk menduduki jabatan ditentukan dengan jelas prosesnya, terbuka, melalui proses kompetisi terbuka tentunya dapat
menghindarkan dari praktek politisasi birokrasi dan apabila ini dapat lakukan dengan sungguh-sungguh, maka insentif bagi PNS untuk terlibat dalam politik
praktis dalam rangka memenangkan calon kepala daerah bisa kita hindarkan.
12
11
Ibid., h. 54.
12
Ibid.
15
Disamping itu apabila pola “lelang jabatan” dilakukan dengan benar, maka akan
dapat mendorong mobilitas PNS antar tingkat pemerintahan dan antar sektor.
13
Berkaitan dengan kebijakan “lelang jabatan” ini di Indonesia mulai diterapkan dengan dikeluarkanya S.E. KEMENPAN-RB No. 16 Tahun 2012 yang dalam
salah satu bagianya menyatakan bahwa sesuai Grand Design Reformasi Birokrasi yang dipertajam dengan rencana aksi Program Percepatan Reformasi Birokrasi
salah satu diantaranya adalah Program Sistem Promosi PNS secara terbuka. Sehubungan dengan ketentuan sebagaimana tersebut di atas, guna lebih menjamin
para pejabat struktural memenuhi kompetensi jabatan yang diperlukan oleh jabatan tersebut, perlu diadakan promosi PNS atau pengisian jabatan berdasarkan sistem
merit dan terbuka, dengan mempertimbangkan kesinambungan karier PNS yang bersangkutan. Perkembangan terakhir setelah disahkanya UU ASN maka
kebijakan “lelang jabatan” ini telah diadopsi pula dalam UU ASN ini khususnya dalam mekanisme pengisian JPT sebagaimana diatur dalam BAB IX UU ASN
mulai dari Pasal 108 sampai dengan Pasal 115.
2.4 Tinjauan Umum Tentang Sistem Merit 2.4.1 Pengertian Sistem Merit