4.2.2. Level Ideologi
Analisis pada level ideologi ini dilakukan secara keseluruhan yaitu dari, namun tetap berpedoman pada tanda dan simbol yang tampak. Ideologi dapat diartikan sebagai
kumpulan konsep bersistem yang dijadikan pendapat kejadian yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan cara berpikir seseorang atau suatu glongan. Atau berupa
paham, teori dan tujuan yang terpadu rama, 1998:178, sehingga ideologi dipahami sebagai hubungan sistem tanda yang diorganisasikan dalam satu kesatuan dan
penerimaan sosial. Seperti yang dikemukankan Van Zoest Sudjiman, 1996:104 dalam Mawardhani, 2006:126, ideologi dan mitologi di dalam hidup kita sama dengan kode-
kode dalam pembuatan semoisis dan komunikasi kita. Tanpa itu komunikasi tidak akan dapat berlangsung. Setiap penggunaan teks, setipa penanganan bahasa, dan semiosis
penggunaan tanda, pada umumnya hanya timbul berkat suatu ideologi yang secara sadar atau tidak sadar dikenal oleh pemaki tanda. Sebuah teks tidak pernah terlepas dari
ideologi dan memiliki kemampuan memanipulasi audience kearah suatu ideologi. Level ideologi dimana geng organ, sosial kode-kode tersebut terdapat dalam kesatuan
coherence, dan penerimaan sosial social acceptability seperti: kelas, patriarki, ras, feminisme, maskulinisme, materialisme, kapatilisme, individualisme, liberalisme, status
dan lain-lain. Dalam penelitian ini, konsep-konsep ideologi yang abstrak akanmengalami perubahan ke dalam bentuk-bentuk yang kongkret. Proses perubahan
ini disebut representasi Berdasarkan penjelasan di atas, maka menurut peneliti, ideologi yang berusaha
ditonjolkan oleh kreator dalam film ”My Name Is Khan” adalah ideologi yang
mengarah pada sifat dan sikap seorang muslim pada perkataan dan tingkah laku seseorang sesuai dengan Aqidah Islam. Adapun penonjolan ideologi tersebut
dimunculkan melalui karakter-karakter tokoh pada film tersebut yang diwakili oleh beberapa model tokoh utama maupun tokoh pendukung.
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai objek psikologi yang dihadapinya. Diantara berbagai faktor yang
mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggpa penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga
agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Sebagaimana telah dijalaskan melalui paradigma dan sintagma, baik pada level realitas juga representasi bahwa seorang
muslim memiliki kodrat dan tingkah laku yang baik dan sesuai dengan aqidah islam.
Pada dasarnya, dalam islam menjelaskan bahwa dalam aqidah dan syariat Islam tidak diajarkan untuk membeda-bedakan antara kulit hitam dan putih, antara pria dan
wanita, ningrat dan jelata, kaya dan miskin, raja dan pengemis, timur dan barat, kuat dan lemah, terpelajar dan dungu, tua dan muda atau yang hidup sekarang atau di masa
mendatang, tanpa membedakan antara suku, ras serta agama.
Pendidikan akidah merupakan asas kepada pembinaan Islam pada diri seseorang. Ia merupakan inti kepada amalan Islam seseorang. Seseorang yang tidak memiliki
akidah menyebabkan amalannya tidak mendapat pengiktirafan oleh Allah swt. Dengan asas pendidikan dan penghayatan akidah yang kuat dan jelas maka Nabi Muhammad
saw telah berjaya melahirkan sahabat-sahabat yang mempunyai daya tahan yang kental dalam mempertahan dan mengembangkan Islam ke seluruh dunia. Bilal bin Rabah
tidak berganjak imannya walaupun disiksa dan ditindih dengan batu besar di tengah
padang pasir yang panas terik. Demikian juga keluarga Amar bin Yasir tetap teguh iman mereka walau berhadapan dengan ancaman maut. Dari sini kita nampak dengan jelas
bahawa pendidikan akidah amat penting dalam jiwa setiap insan muslim agar mereka dapat mempertahan iman dan agama Islam lebih-lebih lagi di zaman globalisasi yang
penuh dengan cabaran dalam segenap penjuru terutamanya internet dan teknologi maklumat yang berkembang dengan begitu pesat sekali.
Dengan demikian, akidah yang menduduki posisi pertama harus diyakini oleh setiap orang mumin. Sedangkan pemikiran akidah Islam adalah ketetapan-ketetapan
hasil pemikiran yang diyakini sebagai kebenaran berdasarkan dalil yang tekstual dan rasional tentang pokok-pokok ajaran akidah itu sendiri. Dari pengertian batasan
tersebut, jelas adanya perbedaan antara keduanya ajaran dan pemikiran dan karenanya, perlu diutarakan sekitar aspek-aspek perbedaannya itu.
Kenyataan di lapangan, banyak orang islam yang memiliki keyakinan yang cenderung rapuh. Banyak ditemukan penyelewengan akidah di dalam kehidupan sehari-
hari misalnya mempercayai hal yang bersifat magic atau tahayul. Berdasarkan hasil survey suatu lembaga, acara televisi dengan terkait dengan magic, mengadu nasib,
jodoh dan ramalan memiliki rating yang cukup tinggi.
Ini mengindikasikan bahwa masyarakat kita keimanannya cenderung rapuh.
Berdasarkan al-Quran dan hadits, banyak sekali perintah yang mengaharuskan agar kita memiliki keyakinan yang kuat. Dalam melaksanakan aqidah hendaknya kita
mengikuti filosofi huruf ALIF. Ia tidak terpengaruh atau goyah dengan tanda apapun
juga. Akidah merupakan ajaran islam harus dipegang dalam kondisi apapun. Janganlah bergeser hanya karena pengaruh duniawi.
4.2.3. Makna Representasi Islam Muslim Dalam Film “My Name Is Khan”