86
Sosiologi SMAMA XI
1. Tingkat Reproduksi
Hal yang mendorong tumbuhnya mobilitas karena adanya suatu lapisan yang tidak dapat memproduksi sesuai
kebutuhannya. Contohnya, tenaga ahli dalam suatu daerah terbatas sehingga tidak dapat menangani semua pekerjaan.
Akibatnya, orang-orang yang tidak ahli akan berpindah pekerjaan ke lapisan pekerja ahli tersebut.
2. Perbedaan Tingkat Migrasi
Seirama dengan perkembangan sosial serta ekonomi masyarakat, kondisi politik, keamanan, dan mobilitas
penduduk di Indonesia semakin rumit kompleks. Ragamnya meliputi mobilitas internasional, desa-desa termasuk mobilitas
musiman, antarwilayah antarprovinsi termasuk transmigrasi, dan akhir-akhir ini pengungsi, seiring dengan bergejolaknya
situasi politik dan terganggunya kondisi keamanan pada berbagai tempat di tanah air.
Mobilitas adalah suatu hal yang wajar sebagai reaksi pada perkembangan sosial, ekonomi, politik, dan keamanan, serta
tidak mungkin dicegah. Yang perlu dicermati adalah dampak- nya baik yang positif maupun negatif, baik bagi daerah yang
ditinggalkan maupun didatangi, dan untuk para migran sendiri, keluarganya, serta keseimbangan dalam pola dan laju
gerak masyarakat.
a. Mobilitas Internasional
Sumber : MBM Tempo
Gambar 3.7. Daya tarik negara tetangga mendorong TKI mencari pekerjaan ke luar negeri untuk meningkat-
kan taraf hidup
Mobilitas penduduk dari Indonesia ke luar negeri sebenarnya sudah ber-
langsung berabad-abad lamanya, namun mulai mencuat sejak pertengahan dasa-
warsa 1970-an. Karena besarannya yang semakin meningkat, baik yang resmi
maupun tidak resmi ilegal, termasuk migran wanita. Negara-negara tujuan
utama pada dewasa ini adalah Malaysia dan Timur Tengah seiring dengan ter-
bukanya kesempatan lapangan kerja di negara-negara tersebut. Perlu dicatat pula
sekalipun dalam era globalisasi,
Di unduh dari : Bukupaket.com
Sosiologi SMAMA XI
87
b. Mobilitas Internal
Data hasil sensus serta survei penduduk antarsensus SUPAS memperlihatkan bahwa mobilitas penduduk
antarpropinsi dan mobilitas desa-kota memperlihatkan pola yang sangat sentris ke Pulau Jawa. Pada akhirnya akan me-
nimbulkan masalah-masalah di perkotaan. Seperti: perumahan kumuh, lapangan kerja yang tidak mencukupi, serta semakin
menurunnya tingkat pelayanan prasarana perkotaan. Pola ini mencerminkan suatu disparitas wilayah, yang merupakan
perwujudan kebijaksanaan pembangunan dengan orientasi yang sarat pada pertumbuhan ekonomi, khususnya industri
dan jasa yang kebanyakan berlokasi di kota-kota besar dan di Pulau Jawa. Dengan kondisi seperti itu aliran penduduk ke
kota-kota besar tidak akan dapat dihambat, sekalipun dengan tindakan menjadikan ‘Kota Tertutup’ bagi para pendatang.
3. Perubahan Teknologi