Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di Perkebunan

(1)

Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di Perkebunan

(studi : pada Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan)

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

SKRIPSI Diajukan Oleh :

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2015

WINANDAR YOGA NIM : 100901073


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di Perkebunan (studi:pada karyawan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan”. Latar belakanga penelitian ini adalah kesetaraan dan keinginan untuk perempuan mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal eksistensi dan mobilitas sosial yang terkait dengan naik karir,pemindahan kerja,kesempatan pelatihan dan penghargaan serta kesempatan hak dan kewajiban yang lainnya saat menjadi karyawan di suatu bidang pekerjaan seperti di Perkebunan. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agrobisnis dan mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal tanaman,kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan,pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri,pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya perusahaan. PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan,memiliki karyawan perempuan dan laki-laki yang ditempatkan di bagian kerja masing-masing,dan status pekerjaan karyawan yaitu,karyawan pelaksana dan karyawan pimpinan. Dengan menjadi rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana bentuk dari eksistensi dan mobilitas sosial karyawan di perkebunan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.

Tujuan dari penelitian ini mengetahui dan menjelaskan dari eksistensi dan mobilitas sosial karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Pesero) Unit Usaha Tinjowan,dan hal terkait seperti kesempatan,hak dan kewajiban,dan kenaikan golongan atau jabatan dan posisi,pemindahan kerja,dan penghargaan karyawan perempuan dan karyawan laki-laki. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif karena lebih signifikan dengan menjadikan karyawan sebagai unit analisis dan 16 orang karyawan sebagai informan,dengan teknik pengumpulan data wawancara mendalam informan karyawan perempuan dan laki-laki dan observasi partisipasi informan saat bekerja,dan data-data,dokumentasi,dan hal lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan dan menggambarkan bahwa,eksistensi karyawan perempuan indikatornya seperti lama masa kerja,penghargaan berupa jubelium,dan prestasi kerja,mobilitas sosial karyawan perempuan secara horizontal pindah posisi atau tempat kerja,secara vertikal naik seperti kenaikan golongan,dan vertikal turun seperti turun jabatan (minim terjadinya),dan pindah kemudian naik jabatan. Seperti sebelumnya karyawan pelaksana dan naik menjadi karyawan pimpinan namun harus pindah dari Unit Usaha Tinjowan ke Unit Usaha lainya. Kualitas diri karyawan hal utama dalam penilaian yang dilakukan bagian SDM dan UMUM dalam setiap kebijakan sebelum karyawan tersebut mengalami mobilitas sosial atau perpindahan kerja. Faktor penghambat berupa faktor struktural seperti kesempatan dan lowongan saat kekurangan tenaga kerja di suatu bagian pekerjaan yang ditunggu dahulu baru terjadinya perpindahan karyawan secara posisi tempat bagian pekerjaan satu ke tempat bagian pekerjaan lainnya dan individual seperti disatu sisi karyawan perempuan menginginkan ingin naik karirnya,tapi disatu sisi mereka menikmati pekerjaan sebelumnya,indikator jaringan sosial sebatas menjaga dan menjalin hubungan baik antara karyawan pelaksana dengan karyawan pimpinan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.


(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia serta rekezi dari-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di Perkebunan (studi : pada Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan)” disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat, do’a, bantuan moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada kedua orang tua tercinta Bapak Syufria Dharma dan Ibu Suryati yang telah merawat dan membesarkan serta mendidik penulis dengan penuh rasa cinta, kasih sayang dan kesabaran.

Dalam penulisan ini penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku ketua Departemen Sosiologi, sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak mencurahkan waktu, tenaga,


(4)

ide-ide dan pemikiran dalam membimbing penulis dari awal perkuliahan hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Muba Simanihuruk, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang memberikan segenap ilmu pengetahuan semasa perkuliahan

4. Bapak Drs. Junjungan SBP Simanjutak, M.Si, selaku dosen penguji pada ujian proposal yang telah memberikan masukan, ide-ide dan pemikiran dalam mengerjakan skripsi ini dan sekaligus dosen penasihat akademik yang selalu memberikan arahan yang baik kepada penulis sebagai mahasiswanya.

5. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Kak Fenni Khairifa, dan Kak Betty yang telah cukup banyak membantu penulis selama masa perkuliahan dalam hal administrasi dan kepeluan akademis lainnya,kemudian terima kasih kepada Ibu Dra. Linda Elida, M. si yang telah juga memberikan banyak ilmu tentang Sosiologi dan pengetahuan masyarakat diluar sana,masyarakat di pegunungan, di pesisir, di pinggiran kota, kelas menengah atas dan kelas menengah bawah melalui komunitas Ganbare,dkk.

6. Kepada Bapak dan Mamak tercinta yang telah membesarkan saya dengan mencurahkan kasih sayangnya tiada terhingga dan tiada batasnya kepada saya, selalu memberikan doa’ dan nasehat, dan mendidik saya serta dukungan moril maupun materil kepada saya.


(5)

7. Kepada adik tersayang Maulida Rahmadani yang selalu memberikan do’a, semangat, nasehat kepada saya dan masukan yang tidak ternilai harganya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Teman-teman Sosiologi stambuk 2010,teman-teman junior stambuk 2011,2012,2013,2014 dan para senioren sosiologi uber ales, teman-teman IMASI yang sudah memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini dan ketika bersama menuntut ilmu di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Medan

9. Kepada teman-teman PKL Kuala Begumit series Marlina,Melisa,Juliah,Evi Yunita,Mira,Nurma,Heppy,Debora,Rohana,Mbak

Uti,Yohanna,Angel,Agusta,Adian,Sehadinggit. Teman SUAGA (Sugianto,Anggelina Regina dan Yoga. Teman-temen sekomunitas bareng Tri

Quari, Yamin, Mbak Yulia, bang Putra, bang Reza, bang Sahrul, bang Rudi. Teman sepermainan bareng Johan simamora s. Sos, veby, hivo, sonya, natalia, hening, warren, defi ayuni. Dan lain-lain yang tidak bisa saya ucapkan satu persatu.

10.Kepada para informan karyawan perempuan dan laki-laki di Unit Usaha Tinjowan, Ibu Jemina, Ibu Emna, Ibu Chandra, Ibu Ambarita, Ibu Sri Rezeki, Ibu Mestika Hani, bapak assisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan, bapak Mirvan Ariza, dan bapak kepala desa Tinjowan bapak Suparman,dan lain sebagainya yang telah banyak membantu dalam memberikan informasi penelitian ini.


(6)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca, dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu penulisan skripsi ini. Wassalam.

Medan, Februari 2015

WINANDAR YOGA NIM. 100901073


(7)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata pengantar ... ii

Daftar isi... v

Daftar tabel... ix

BAB I Pendahuluan ... 1

1.1 Latar belakang masalah ... 1

1.2 Rumusan masalah ... 9

1.3 Tujuan penelitian ... 10

1.4 Manfaat penelitian ... 10

1. Manfaat teoritis ... 10

2. Manfaat praktis ... 10

1.5 Defenisi konsep ... 11

BAB II Kajian Pustaka... 14

2.1Pembagian Kerja Secara Seksual ... 14

2.2Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Perempuan ... 16

2.3Peran dan hak Perempuan di sektor publik ... 17

2.3.1 Wanita dan Pekerjaan ... 19

2.3.2 Sistem masyarakat patriarkhi ... 20

2.3.3 Status dan peranan perempuan ... 21

2.4Kebijakan Pengarusutamaan Gender ... 23

2.5Perempuan dalam pekerjaan perempuan ... 25


(8)

2.7Mobilitas sosial ... 27

2.8Aspek jaringan sosial ... 29

2.9Manajemen karir ... 30

BAB III Metode penelitian ... 32

3.1 Jenis penelitian ... 32

3.2 Lokasi penelitian ... 32

3.3 Unit analisis dan informan penelitian ... 33

3.4 Teknik pengumpulan data penelitian ... 34

3.4.1 teknik pengumpulan data primer ... 34

3.4.2 teknik pengumpulan data sekunder ... 35

3.5 Interpretasi data ... 35

3.6 Jadwal kegiatan ... 36

3.7 Keterbatasan penelitian ... 36

BAB IV Temuan dan Interpretasi data penelitian ... 38

4.1 Deskripsi wilayah penelitian ... 38

4.1.1 Sejarah ... 38

4.1.2 Letak geografis ... 39

4.1.3 Kondisi sosial ekonomi karyawan ... 39

4.1.4 Visi dan misi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) ... 51

4.1.5 Struktur organisasi kerja Unit Usaha Tinjowan ... 52

4.2 Profil Informan Penelitian ... 53


(9)

4.2.2 Karyawan laki-laki ... 64

4.2.3 Informan Tambahan ... 71

4.2.3.1 Assisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan... 71

4.2.3.2 Ketua SPBUN Basis Tinjowan ... 74

4.2.3.3 Kepala desa Tinjowan dan pensiunan karyawan ... 75

4.2.3.4 Karyawan Pimpinan perempuan,kepala sekolah SMP YAPENDAK ... 77

4.3 Eksistensi Karyawan Perempuan di Unit Usaha Tinjowan ... 78

4.3.1 Karyawan Perempuan dalam Perjanjian Kerja Bersama ... 79

4.3.2 Pasal 43 Karyawan Perempuan sebagai Kepala Keluarga ... 80

4.3.3 Penghargaan terhadap karyawan perempuan ... 82

4.3.4 Kedisiplinan Kerja Karyawan Perempuan ... 84

4.3.5 Kesesuaian Posisi dan Jenis Pekerjaan Karyawan ... 85

4.3.6 Loyalitas Kerja Karyawan Perempuan ... 88

4.3.7 Klasifikasi Informan berdasarkan indikator eksistensinya ... 93

4.4 Mobilitas social karyawan perempuan ... 95

4.4.1 Mobilitas social vertical naik karyawan ... 95

4.4.2 Mobilitas social horizontal karyawan ... 99

4.4.3 Bentuk-bentuk mobilitas sosial karyawan perempuan ... 101

4.4.4 Kesempatan Pelatihan Karyawan Perempuan ... 102

4.4.4 klasifikasi informan berdasarkan mobilitas social karyawan ... 104


(10)

4.7 Faktor penghambat eksistensi dan mobilitas social karyawan perempuan ... 107

4.7.1 Faktor Structural ... 107

4.7.2 Faktor Individual ... 108

4.7.3 Faktor Jaringan social karyawan perempuan ... 110

BAB V Kesimpulan dan Saran ... 112

5.1 Kesimpulan ... 112

5.2 Saran ... 113

Daftar Pustaka ... 115


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi Penduduk ... 2

Tabel 2. Angkatan Kerja ... 3

Tabel 3. Komposisi Karyawan ... 8

Tabel 4. Komposisi Karyawan berdasarkan Jenis kelamin dan persentasenya ... 44

Tabel 5. Persentase Pendidikan Karyawan ... 47

Tabel 6. Jenjang Kepangkatan ... 48


(12)

BAB. I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, isu gender antara kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam dunia kerja menjadi isu yang hangat dalam konteks relasi antara perempuan dan laki-laki didalam keluarga, masyarakat, ataupun negara. Pekerja perempuan belum mendapatkan kesempatan yang sama dengan pekerja laki-laki untuk beberapa hal dalam sektor publik terutama mengenai pekerjaan dan jabatan atau posisi tertentu. Posisi seperti direktur utama (dirut) karena sistem maka laki-lakilah yang masih dapat menduduki posisi tersebut, sedangkan perempuan masih dianggap belum mampu. Sebagai contoh beberapa publik figure atau tokoh perempuan yang berhasil menempati posisi penting seperti direktur utama yaitu, Galaila Karen Gustiawan yang menjadi dirut PT. Pertamina (persero) yang menjabat tahun 2009. Dalam posisi lain seperti Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan anak, Linda Amalia Sari Gumelar dan dalam birokrasi seperti wakil ketua II MPR Hj. Melani Leimena Suharli dan sebelumnya BRA. Mooryati Soedibyo. Mereka merupakan salah satu contoh perempuan yang dapat menduduki posisi penting dalam birokrasi.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada sensus penduduk 2010 (Sumatera Utara dan Indonesia), Jumlah penduduk Provinsi Sumatera Utara sebanyak 12. 982. 204 jiwa yang mencakup mereka yang bertempat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 6. 382. 672 jiwa (49,16 persen) dan di daerah perdesaan sebanyak 6. 599. 532 jiwa (50,84 persen). Penduduk laki-laki Provinsi Sumatera Utara sebanyak 6 .483. 354 jiwa dan


(13)

perempuan sebanyak 6. 498. 850 jiwa. Seks Rasio adalah 100, berarti terdapat 100 laki-laki untuk setiap 100 perempuan. Data dapat dibagi menjadi data Penduduk Angkatan Kerja dan data Penduduk yang bekerja dari sensus penduduk tahun 2010 dan 2013 yang dijadikan sebagai rujukan dalam latar belakang penelitian ini. Sensus bulan Februari 2010 Penduduk yang Bekerja mencapai 107,41 juta jiwa dan sensus bulan Februari 2013 Penduduk yang bekerja mencapai 114,21 juta jiwa. Sedangkan, jumlah Angkatan Kerja pada sensus 2010 mencapai 116,00 juta jiwa, dan pada sensus 2013 Angkatan Kerja

mencapai 121,19 juta jiwa.

Tabel 1. Komposisi Penduduk yang Bekerja menurut jenis pekerjaan, jabatan dan jenis kelamin di Indonesia.

No. Jenis Pekerjaan/Jabatan Jenis kelamin Jumlah Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5

1

Tenaga profesional, teknisi dan yang sejenis

3,719,736 4,217,828 7,937,564

2

Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan

924,369 194,015 1,118,384

3 Tenaga tata usaha dan yang sejenis 3,751,665 2,544,906 6,296,571 4 Tenaga usaha penjualan 9,840,585 11,464,391 21,304,976 5 Tenaga usaha jasa 3,394,543 3,099,308 6,493,851

6

Tenaga usaha pertanian, kehutanan, perburuan, dan perikanan


(14)

7

Tenaga produksi,operator alat-alat angkutan dan pekerja kasar

23,631,000 7,335,600 30,966,600

8 Lainnya 524,342 20,222 544,564

JUMLAH 70,206,021 43,815,168 114,021,189

Sumber : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Sensus bulan Februari 2013. (http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/)

Tabel 2. Angkatan Kerja Menurut Pendidikan dan Jenis Kelamin di Indonesia.

No. Pendidikan Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

1 2 3 4 5

1 <SD 33,349,016 23,317,438 56,666,454

2 SMTP 14,351,763 7,755,373 22,107,136

3 SMTA 20,388,152 10,249,913 30,638,065

4 Diploma I/II/III/Akademi 1,619,466 1,795,087 3,414,553

5 Universitas 4,690,160 3,675,344 8,365,504

JUMLAH 74,398,557 46,793,155 121,191,712

Sumber : Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Sensus Bulan Februari 2013. (http://pusdatinaker.balitfo.depnakertrans.go.id/)

Hal ini terlihat bahwa secara jumlah perempuan menjadi mayoritas karena angka menunjukkan perempuan lebih banyak jumlahnya dari pada laki-laki, tetapi data


(15)

berdasarkan seperti Angkatan Kerja, Penduduk yang Bekerja, Pendidikan, dan Kesempatan kerja jumlah laki-laki lebih banyak dari pada Perempuan.

Dominasi laki-laki terjadi pada :

- Status-status penting dalam pekerjaan

- Posisi atau jabatan tertentu (posisi atas yang biasanya ditempati oleh laki-laki seperti manajer, direktur dan lain sebagainya).

- Pengangkatan dan kesempatan kerja

- Dan pekerjaan atau lembaga (institusi) tertentu yang masih didominasi laki-laki.

Dari total populasi 112 juta jumlah pekerja di Indonesia (data Badan Pusat Statistik tahun 2012), saat ini ada 43 juta pekerja perempuan yang membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Itu artinya, jumlah pekerja perempuan hampir sama besarnya dengan pekerja laki-laki. Hal yang lebih penting, pada saat yang sama perempuan juga menemukan kebebasan untuk tetap menjalankan perannyasebagai seorang ibu untuk perempuan yang sudah menikah, dan menjadi seorang single career untuk Perempuan yang mengutamakan karir dan masa depannya untuk bekerja disebuah perusahaan. Pemberdayaan kaum perempuan yang menjadi cita-cita Kartini saat ini telah dapat dinikmati oleh sebagian besar perempuan. Sebagian dari kita tidak saja telah dapat menemukan pekerjaan sesuai passion, tetapi juga telah memperoleh kebebasan finansial. (Kompasiana.com)

Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender (PUG) di Kementerian atau lembaga merupakan implementasi Inpres No. 9 tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional. Sesuai dengan Inpres tersebut kementerian atau lembaga


(16)

berkewajiban untuk mengintegrasikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program, dan kegiatan diberbagai bidang kehidupan dan pembangunan. Agar suatu penyusunan kebijakan dapat mempertimbangkan aspek Gender, dukungan pejabat lain sangat diperlakukan. Inpres Nomor 9 Tahun 2000 diacu oleh Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014, yang menetapkan Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) lintas Bidang pembangunan, sebagai salah satu prinsip dan landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan (RPJMN 2010-2014). Pengarusutamaan gender dalam pembangunan adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi keduanya dalam pengambilan keputusan dan penguasaan terhadap sumberdaya pembangunan, seperti misalnya pengetahuan, keterampilan, informasi, kredit. (Panduan Pelatihan Pengarusutamaan Gender Kementerian Keuangan, tahun 2011)

PTPN IV adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak pada bidang usaha agroindustri. PTPN IV mengusahakan perkebunan dan pengolahan komoditas kelapa sawit dan teh yang mencakup pengolahan areal dan tanaman, kebun bibit dan pemeliharaan tanaman menghasilkan, pengolahan komoditas menjadi bahan baku berbagai industri, pemasaran komoditas yang dihasilkan dan kegiatan pendukung lainnya. PTPN IV memiliki 30 Unit Kebun yang mengelola budidaya Kelapa Sawit dan Teh, dan 3 unit Proyek Pengembangan Kebun Inti Kelapa Sawit, 1 unit Proyek Pengembangan


(17)

Kebun Plasma Kelapa Sawit, yang menyebar di 9 Kabupaten, yaitu Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Padang Lawas, Batubara dan Mandailing Natal. (http://www.ptpn4.co.id/)

PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan merupakan perkebunan kelapa sawit dan memiliki pabrik kelapa sawit (PKS) untuk mengelola hasil panen sawit sampai menjadi CPO (bahan setengah jadi). Ada beberapa bagian pekerjaan yang biasa ditempati dan diduduki oleh karyawan perempuan di Unit Usaha Tinjowan, dan pembagian kerja ini dapat dilihat dari status sosial pekerjaan (seperti, buruh) dan stratifikasi sosial pekerjaan (berdasarkan struktur organisasi kerja).

Secara umum, bisa dilihat keterlibatan Perempuan dalam perkebunan sebagai berikut ; 1. Sisi pertama, kegiatan perempuan atau ibu istri tidak bekerja dari karyawan

pelaksana atau pimpinan di Unit Usaha Tinjowan : a. IKBI (ikatan keluarga besar istri)

b. Pengurus Perwiritan c. Pengajian IKBI

d. Pengurus Koperasi Karyawan.

e. MTSI (agama islam) dan PUK (agama Kristen)

2. Sisi kedua, perempuan yang terlibat langsung pada sector perkebunan,bagian kantor dan pekerjaan lapangan :

a. Serikat Pekerja Perkebunan (SPBUN)

b. Karyawan tetap (karyawan pelaksana dan karyawan pimpinan) c. Karyawan tidak tetap (honor perusahaan dan outsouching) d. Pelayan atau pembantu di kantor


(18)

e. Karyawan perempuan yang bekerja dilapangan, seperti mandor atau karyawan lapangan biasa bidang pemeliharaan tanaman dilapangan.

f. Perempuan yang ikut membantu suaminya memanen buah.

Menurut Mazdalifah (dalam jurnal Harmoni Sosial, 2007), Perempuan yang bekerja di perkebunan khusus sebagai buruh disebabkan karena dua alasan. Pertama, penghasilan suami (umumnya bekerja sebagai karyawan perkebunan) tidak mencukupi. Kondisi ini kemudian menyebabkan istri harus bekerja guna memenuhi ekonomi keluarga. Kedua, pekerjaan tersebut relatif mudah dan dapat dilakukan siapa saja. Pekerjaan sebagai buruh tidak membutuhkan pengetahuan dan keterampilan tinggi, atau dapat dikatakan hanya membutuhkan tenaga.

Dalam hal eksistensi dan mobilitas sosial pada karyawan perempuan, dapat terlihat dari keseharian karyawan perempuan mulai dari pertama kali masuk kerja sampai dengan karir yang dimiliki sekarang. Karyawan perempuan tersebut memperlihatkan dalam hal memiliki kesempatan yang sama dengan karyawan laki-laki mengenai golongan atau jabatan ataupun jenjang karir (berbeda setiap instansi dan birokrasi) dan membentuk sebuah stratifikasi pekerjaan masing-masing.

PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan, memiliki prosedur tersendiri mengenai proses perekrutan karyawan baik perempuan maupun laki-laki. Penilaian mengacu pada kualitas diri para karyawan dan kinerjanya selama ini. Data dibawah menunjukkan jumlah karyawan perempuan dan laki-laki di Unit Usaha Tinjowan.


(19)

Tabel 3. Komposisi Karyawan Perempuan Menurut Bagian Kerja dan Jenis Kelamin di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.

No. Bagian Pekerjaan Karyawan Pelaksana Jumlah Laki – laki Perempuan

1 2 3 4 5

1 Dinas Tanaman 4 1 5

2 Kantor Tata Usaha 13 7 20

3 Gudang 4 0 4

4 SDM dan Umum 13 14* 27

5 Pengamanan 18 0 18

6 Transport 13 0 13

7 Teknik sipil 16 20* 36

8 Bengkel 7 0 7

9 Bengkel umum 16 0 16

10 Bengkel listirk 6 0 6

11 PKS 65 0 65

12 Pengolahan 18 5 23

13 Afdeling I 59 17 76

14 Afdeling II 62 17 79

15 Afdeling III 57 16 73

16 Afdeling IV 56 15 71

17 Afdeling V 50 20 70


(20)

Jumlah 479 135 614 (data diambil dari bagian SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan, April 2014)

Nb: Tanda (*) menandakan banyaknya jumlah Karyawan Perempuan pada bagian Pekerjaan tersebut.

Dari data dan realitas sosial yang ditemukan dilapangan, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di Perkebunan (studi Pada Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan),dan peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan menjadikan karyawan perempuan menjadi objek penelitian untuk melihat eksistensi dan mobilitas sosial karyawan perempuan dalam penelitian ini.

1.2Perumusan Masalah

Dalam Penelitian ini yang menjadi perumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Eksistensi Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan?

2. Bagaimana Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian dibuat untuk mengungkapkan keinginan peneliti dalam suatu penelitian ( Bungin, 2008 : 75 ). Dan adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :


(21)

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Eksistensi Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan mengenai Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan

1.4Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan dan kajian ilmiah yang berkaitan dengan Sosiologi Gender dan Sosiologi Masyarakat Perkebunan untuk Mahasiswa departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan mengenai Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini ditujukan dan bermanfaat kepada pihak perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan, dinas tenaga kerja dan transmigrasi, pemerintah serta pihak-pihak birokrasi lain yang digunakan sebagai keperluan data penelitian, referensi, kebijakan dan keperluan lainnya.

1.5Definisi Konsep

1. Keadilan Gender, berbicara mengenai perlakuan adil yang dimiliki dan diberikan oleh setiap individu baik laki-laki dan perempuan dalam memperoleh sesuatu hal seperti, pendidikan, pekerjaan dan layanan kesehatan. Untuk mengukur perlakuan


(22)

yang didiapatkan karyawan baik upah, insentif, kesempatan kerja, golongan dan jabatan.

2. Kesetaraan Gender, mengenai kesempatan yang sama terkait hak dan kewajiban yang dimiliki setiap individu laki-laki dan perempuan dalam segala hal dan kesempatan.

3. Eksistensi Karyawan Perempuan, Menurut Zainal Abidin (2008) Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan individu dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Oleh sebab itu, arti istilan eksistensi analog dengan ‘kata kerja’ bukan ‘kata benda’. Eksistensi adalah milik pribadi. Tidak ada dua individu yang identik. Oleh sebab itu, eksistensi adalah milik pribadi, yang keberadaannya tidak bisa disamakan satu sama lain.

Eksistensi karyawan perempuan merupakan keberadaan karyawan perempuan dalam menyikapi segala situasi dan kondisi sosial dimana perempuan tersebut bekerja dan menjalankan karirnya termasuk jabatan, golongan, mutasi kerja dan semua yang terkait dengan pekerjaan di PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan,dan untuk mengukur peran dan perlakuan terhadapnya, seperti hak dan kewajiban karyawan tersebut.

4. Pekerja/karyawan Perempuan adalah setiap perempuan yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain disuatu instansi atau lembaga perusahaan baik pemerintah maupun swasta dengan ketentuan status pekerjaan tertentu (karyawan tetap atau tidak tetap).


(23)

5. Karir merupakan suatu arah (jalan) umum yang dipilih seseorang untuk mengejar keseluruhan kehidupan pekerjaannya.

6. Mobilitas Sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain (pada karyawan perempuan). Mobilitas vertikal (naik dan turun) adalah pepindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda. (jabatan kerja Karyawan Perempuan). Mobilitas horizontal (dalam lapisan sosial) perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial tertentu. (mutasi kerja karyawan perempuan). Dalam hal ini Mobilitas sosial yang terjadi dalam posisi dan status pekerjaan atau jabatan dan jenjang karir yang terjadi dan dimiliki oleh karyawan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.

7. Pembagian Kerja seksual, merupakan pembagian kerja yang berdasarkan jenis kelamin (maskulinitas dan feminitas) dan gender. Pekerjaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan kesesuaian nilai,norma dan peraturan yang berlaku bagi perempuan dan laki-laki dalam ketenagakerjaan.

8. Stratifikasi Pekerjaan, merupakan tingkatan status pekerjaan tertentu dan membentuk status sosial tertentu yang dimiliki oleh pekerja atau karyawan.

9. Jenjang Karir, merupakan karir yang dimiliki karyawan perempuan berupa golongan jabatan karyawan. Yaitu, golongan IA s/d ID, IIA s/d IID (untuk karyawan pelaksana). Golongan IIIA s/d IVD (untuk karyawan pimpinan, seperti assisten, kepala dinas dan manajer). Jenjang karir karyawan digambarkan dengan Golongan Kerja Karyawan yang dimiliki dan bersifat privatisasi.


(24)

10. Jaringan sosial, merupakan hubungan sosial yang mempengaruhi suatu kebijakan,penggambilan keputusan dan hal lainnya dalam dunia kerja. Dalam hal ini,konsep jaringan sosial digunakan untuk melihat adanya keterikatan hubungan sosial karyawan pelaksana dengan karyawan pimpinan.


(25)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembagian Kerja Secara Seksual

Pembagian kerja seksual adalah pembagian kerja yang didasarkan atas jenis kelamin. Dikebanyakan masyarakat ada pembagian kerja seksual di mana beberapa tugas dilaksanakan oleh perempuan dan beberapa tugas lain semata-mata dilakukan oleh laki-laki. Kesadaran akan perbedaan pendefenisian maskulinitas dan feminitas disetiap masyarakat ini membawa kesadaran akan adanya bentuk-bentuk pembagian kerja seksual yang berbeda.

Hal ini berkaitan dengan visi yang melihat bahwasannya kaitan antara ada tidaknya dominasi dalam pembagian kerja seksual dengan struktur masyarakat dan perubahan sosial bisa dibagi kedalam empat golongan. Pertama, mereka yang mengatakan pembagian kerja seksual berlaku universal, tetapi selalu berarti dominasi laki-laki. Kedua,ada yang mengatakan bahwa posisi perempuan secara tradisional tidak tersubordinasi, tetapi dengan kolonialisme mejadi termarjinalisasi. Ketiga, adapula yang mengatakan bahwa posisi perempuan selalu tersubordinasi baik pada zaman feodal, kolonial, pasca kolonial, tetapi bentuk subordinasinya berbeda-beda sesui dengan sistem yang ada saat itu. Keempat, ada yang mengatakan bahwa subordinasi terdapat pada saat perempuan terkungkung dalam lingkup domestik dalam sistem feodal yang masih patriakal. (Saptari dan Holzner, 1997)

Situasi budaya yang mengutamakan laki-laki atau dikenal budaya patriarkhi menjadi suatu pisau analisis didalam melihat peran laki-laki dan perempuan. Peran


(26)

tradisional dahulu menempatkan laki-laki sevagai pencari nafkah di sektor publik dan perempuan melakukan aktifitas dalam rumah tangga di sektor domestik.

Tetapi dalam perkembangannya, masyarakat kita tidak bisa menghindari telah terjadinya pergeseran peran dimana sebagian perempuan juga aktif di aktivitas kerja (publik) ataupun aktivitas sosial lainnya. Bahkan sekarang ini fenomena wanita yang bekerja maupun berkarir menjadi bagian dari perkembangan kemajuan perempuan untuk mencapai posisi kesetaraan dan kemanjuan relasi sosial yang setara antara laki-laki dan perempuan. (Harmona, D. 2007)

Dalam teori nature, perbedaan psikologis antara pria dan wanita disebabkan oleh faktor-faktor biologis yang membentuk keduanya. Sedangkan dalam teori nurture, perbedaan ini muncul karena dibentuk oleh lingkungan tempat dimana mereka dibesarkan.

Menurut Aristoteles, wanita adalah adalah laki-laki yang tidak lengkap. Sedangkan menurut Schopenhauer, Wanita dalam segala hal terbelakang, tidak memiliki kesanggupan untuk berpikir dan berefleksi..posisinya ada diantara laki-laki dewasa yang merupakan manusia sesungguhnya dan anak-anak pada akhirnya wanita diciptakan hanya untuk mengembangkan keturunan. Menurut Frederick Engles, pembagian kerja secara seksual memang bersifat timbal balik sebelum laki-laki mengambil alih kekuasaan, pekerjaan didalam maupun diluar rumah tangga sama saja, keduanya tidak akan membuat keadaan yang bekerja di dalm maupun diluar lebih kaya dari yang lainnya. Namun ketimpangan terjadi pada saat pekerjaan diluar rumah memberikan kekayaan yang tidak seimbang dengan pekerjaan yang didalam rumah. Hal inilah yang kemudian menjadikan pria berada dalam posisi yang lebih kuat dalam masyarakat, sedangkan wanita menjadi


(27)

lebih lemah.

2.2 Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan Perempuan

Paragraf 3 Perempuan Pasal 76 UU. No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 76 berisi larangan untuk mempekerjakan pekerja/buruh perempuan yang berumur kurang dari 18 tahun, antara pukul 23.00 s/d 07.00; pengusaha dilarang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan hamil yang menurut keterangan dokter berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan kandungannya maupun dirinya apabila bekerja antara pukul 23.00 s/d 07.00. Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib :

a. memberikan makanan dan minuman bergizi; dan b. menjaga kesusilaan dan keamanan selama di tempat kerja.

Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur dengan Keputusan Menteri.

Pasal 81

Memuat tentang perijinan bagi pekerja/buruh perempuan yang dalam masa haid merasakan sakit dan memberitahukan kepada pengusaha untuk tidak wajib bekerja pada hari pertama dan kedua waktu haid; pelaksanaan ketentuan ini diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.


(28)

Pasal 82

(1) Pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama 1,5 (satu setengah) bulan sebelum saatnya melahirkan anak dan 1,5 (satu setengah) bulan sesudah melahirkan menurut perhitungan dokter kandungan atau bidan.

(2) Pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh istirahat 1,5 (satu setengah) bulan atau sesuai dengan surat keterangan dokter kandungan atau bidan.

Pasal 83

Pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan selama waktu kerja.

2.3 Peran dan Hak Perempuan di Sektor Publik

Dilihat dari ketenagakerjaan, jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja di Provinsi Sumatera Utara sebesar 5. 402. 178 orang, di mana sejumlah 5. 262. 622 orang diantaranya bekerja, sedangkan 139. 556 orang merupakan pencari kerja. Dari hasil SP 2010, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Sumatera Utara sebesar 62,64 persen, di mana TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu masing-masing sebesar 79,51 persen dan 46,33 persen. Sementara itu, bila dibandingkan menurut perbedaan wilayah, TPAK di perkotaan lebih rendah daripada perdesaan, masing-masing sebesar 55,98 persen dan 69,62 persen. Tiga kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah Kabupaten Humbang Hasundutan (88,73), Kabupaten Samosir (88,23), dan Kabupaten Dairi (86,35). Dengan


(29)

jumlah pencari kerja sejumlah 139. 556 orang, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di provinsi ini mencapai 2,58 persen.

Pemberdayaan kaum perempuan yang menjadi cita-cita Kartini saat ini telah dapat dinikmati oleh sebagian besar perempuan. Sebagian dari kita tidak saja telah dapat menemukan pekerjaan sesuai passion, tetapi juga telah memperoleh kebebasan finansial. Dari total populasi 112 juta jumlah pekerja di Indonesia (data Badan Pusat Statistik tahun 2012), saat ini ada 43 juta pekerja perempuan yang membantu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Itu artinya, jumlah pekerja perempuan hampir sama besarnya dengan pekerja laki-laki. Adapun yang lebih penting, pada saat yang sama perempuan juga menemukan kebebasan untuk tetap menjalankan perannya sebagai ibu. Hal ini dimungkinkan berkat semakin banyaknya peluang untuk bekerja secara freelance. Tren bekerja secara freelance ini menjadi peluang baru bagi jutaan perempuan yang ingin membutuhkan penghasilan tambahan, maupun yang ingin bekerja dengan cara yang lebih fleksibel. Karena bagaimana pun, kita datang dari latar belakang yang berbeda-beda sehingga tidak semua dari kita bisa bekerja di luar rumah penuh waktu. (kompas.com)

Menurut Dra. Lina Sudarwati, M. Si (dalam Jurnal Unpublished Perempuan dan Struktur Sosial, 2003) Keberadaan dan keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja ditinjau dari perspektif Karl Marx erat kaitannya dengan perkembangan sistem kapitalis. Memperhatikan faktor di atas terlihat bahwa keterlibatan wanita dalam pasar tenaga kerja merupakan pengaruh dari:

1. Faktor ekstern yang merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya kesempatan kerja yang ditawarkan oleh kapitalis.


(30)

2. Faktor intern, yang merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni desakan/kesulitan ekonomi keluarga.

Faktor kesempatan kerja dan faktor untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi inilah yang pada hakekatnya menghantarkan kaum wanita untuk bekerja di sektor publik.

2.2.1 Wanita dan Pekerjaan

Wanita dan pekerjaan yang dapat dipertukarkan merupakan nilai tukar tenaga kerja wanita belum dihitung secara efektif, wanita juga tidak mendapat ganti kerugian atas kehilangan upah dan keuntungan, kesempatan-kesemptana pengembangan karir, dan akses untuk waktu yang senggang. Kegunaan tenaga kerja ini telah direndahkan oleh budaya patriarkis dan kolonisasi yang menanamkan pekerjaan semacam itu sebagai pekerjaan wanita. Namun, pekerjaan yang direndahkan itu telah menghasilkan pelayanan-pelayanan yang bermanfaat bagi masyarakat yakni pendidikan, perawatan kesehatan, dukungan spiritual dan emosional, serta tanggungan perawatan bayi kaum tua atau anak-anak yang menjadi tanda-tanda bagi defenisi kami sendiri sebagai suatu “peradaban”.

Wanita dan pekerjaan yang bermanfaat merupakan kehidupan sehari-hari wanita berada dalam konteks beban ganda. Beban untuk memberikan pengasuhan yang tidak dibayarkan dalam pelayanan-pelayanan dalam pekerjaan rumah tangga, serta beban untuk memberikan kelangsungan hidup perekonomian melalui kerja upahan, memberikan norma kepada wanita. Tidak ada pemisahan yang rasional dari keduanya, dua hal itu merupakan aktifitas yang tak terpisahkan bagi wanita, kecuali dibawah kapitalisme, kolonisasi dan patriarki. (Jane C. Ollenburger dan Helen A. Moore, 1996)


(31)

2.2.2 Sistem Masyarakat Patriarki

Sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Ayah memiliki otoritas terhadap perempuan yaitu ibu, anak-anak dan harta benda. Secara tersirat sistem ini melembagakan pemerintahan dan hak istimewa laki-laki dan menuntut subordinasi perempuan. Kebanyakan sistem patriarki juga adal sosial, terutama dalam antropologi dan studi referensi feministas. Distribusi kekuasaan antara laki-laki dan perempuan di mana laki-laki memiliki keunggulan dalam satu atau lebih aspek, seperti penentuan garis keturunan (keturunan patrilineal eksklusif dan membawa nama belakang), hak-hak anak sulung, otonomi pribadi dalam hubungan sosial, partisipasi dalam status publik dan politik atau agama atau atribusi dari berbagai pekerjaan pria dan wanita ditentukan oleh pembagian kerja secara seksual.

Keuntungan Patriarkhi bagi Perempuan adalah rasa kenyamanan yang didapatkan misalnya dalam masyarakat banyak perempuan menggunakan sistem patriarki sebagai pelindung diri dan harus dilindungi laki-laki agar tidak terancam keamanannya. Sedangkan kerugian Patriarki buat Perempuan juga tidak kalah banyaknya, dalam keluarga khususnya penganut Patrilineal akan mengutamakan anak laki-laki dari pada anak perempuan dalam penerus marga misalnya, kemudian pembagian harta warisan, kepemilikan atas perempuan, belum lagi kasus kriminal seperti pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, dilapangan pekerjaan publik dan lain sebagainya yang menjadi budaya dan sistem Patriarki pada masyarakat Indonesia. Ketimpangan kelas


(32)

berdasarkan jenis kelamin ini sepertinya kurang dipersoalkan di Indonesia karena sistem masyarakatnya yang bersifat patriarkal membenarkan hal ini berlangsung. Bahkan hal ini dianggap wajar karena pembagian peran kedua jenis kelamin ini memang dipersiapkan sesuai dengan nilai-nilai kodratnya masing-masing yatiu laiki-laki dan perempuan.

Menurut MC Donough dan Horrison (1978) dalam Saptari dan Holzner 1997,menyatakan bahwa dilain pihak ada juga yang membedakan dua aspek dari patriarkhi, yaitu sebagai kontrol terhadap reproduksi biologis dan seksualitas terutama dalam perkawinan monogami, dan patriarkhi sebagai kontrol terhadap kerja melalui pembagian kerja seksual dan sistem pewarisan.

2.2.3 Status dan Peranan Perempuan

Parson menyatakan pandangannya bahwa setiap masyarakat hanya bisa mempertahankan kelangsungan hidupnya apabila keteraturan sosial (sosial order) bisa dipertahankan. Melalui konsep A.G.I.L (Adaptation, Goal Attainment, Integration, and Latent Maintenance), ada empat fungsi agar masyarakat atau dalam lingkup lebih kecil sekelompok individu dalam hal ini karyawan perempuan dapat bertahan,bertahan di sini berarti berkaitan dengan tempat,suasana dan sistem kerja.

Pertama adalah fungsi Adaptasi, artinya karyawan perempuan harus menyesuaikan dengan lingkungan sosial dan alam agar dapat bertahan dalam suasana kerja dan menjalankan subsistem ekonomi. Fungsi yang kedua adalah mencapai tujuan, setiap pekerjaan yang dilakukan selalu didasari oleh motif sesuatu, misalnya ekonomi (upah) dan pendidikan (jenjang karir) menjalankan subsistem politik. Ketiga, fungsi Integrasi, dimana setiap unsur dalam masyarakat terutama karyawan perempuan harus


(33)

terjalin dan tidak berlawanan sesuai dengan nilai dan norma yang terbentuk dalam perkebunan tempat bekerja dan menjalankan subsistem hukum dan agama. Sedangkan fungsi yang terakhir yaitu mempertahankan pola, artinya bentuk hubungan sosial yang harus dijalankan untuk mencapai tujuan tersebut harus dipertahankan (melalui aturan dan nilai) dalam hal ini aturan,nilai dan norma yang terdapat pada struktur organisasi kerja dan birokrasi perkebunan kelapa sawit PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.

Kemudian sudah saatnya bagi keluarga yang berwawasan maju untuk mengubah manajemen keluarga yang tradisional menjadi manajemen berdasarkan kebersamaan. Dapat dikatakan bahwa perkembangan status dan peranan wanita bersifat universal, dengan catatan bahwa perpindahan dari periode Wanita Pasif ke periode Wanita Aktif dan tidak bersamaan waktunya. Kesempatan kerja bagi kaum wanita yang umumnya hanya terbatas pada pekerjaan berupah rendah serta keterbatasan waktu yang bisa dicurahkan untuk bekerja diluar sektor domestik menempatkan mereka pada posisi yang rendah dalam struktur ketenagakerjaan. Sementara lelaki memperoleh posisi yang lebih baik, karena bisa mencurahkan waktunya secara penuh untuk bekerja di sektor publik, sebab mereka tidak terbebani oleh tugas-tugas di sektor domestik. Dengan demikian mereka dapat berproduksi dan memperoleh upah lebih besar dari wanita.

Akhirnya baik di sektor domestik maupun di sektor publik wanita tetap didominasi oleh kaum lelaki, karena pada kenyataan struktur ketenagakerjaan juga menempatkan lelaki pada posisi ekonomis yang lebih kuat dari kaum wanita, sehingga dalam pemenuhan kebutuhan materialnya wanita masih tergantung pada kaum lelaki.


(34)

(dalam Jurnal Unpublished Wanita dan Struktur Sosial, Dra. Lina Sudarwati. M. Si. 2003)

Hal ini bekrkaitan dengan ketimpangan jumlah perempuan dalam menduduki posisi jabatan struktural belum menjadi perhatian khusus bagi pimpinan instansi sehingga mereka tidak menganggap perlu adanya pelatihan khusus dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kemampuan pegawai perempuan. Peran ganda perempuan menjadi salah satu penyebab mereka kurang bisa membangun jaringan dengan pihak lain, padahal kemampuan membangun jaringan merupakan unsur terpenting di samping persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pegawai perempuan untuk bisa menjadi seorang pemimpin atau menduduki jabatanstrategis dalam suatu instansi. Dan menghasilkan beberapa rekomendasi kebijakan lainnya untuk meningkatkan eksistensi perempuan dalam birokrasi tersebut.

2.4 Kebijakan Pengarusutumaan Gender (PUG)

Inpres Nomor 9 Tahun 2000 diacu oleh Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2010-2014, yang menetapkan Kebijakan Pengarusutamaan Gender (PUG) lintas Bidang pembangunan, sebagai salah satu prinsip dan landasan operasional bagi seluruh pelaksanaan pembangunan (RPJMN 2010-2014). Pengarusutamaan gender dalam pembangunan adalah strategi yang digunakan untuk mengurangi/menghilangkan kesenjangan antara penduduk laki-laki dan perempuan Indonesia dalam mengakses dan mendapatkan manfaat pembangunan, serta meningkatkan partisipasi keduanya dalam pengambilan keputusan dan penguasaan terhadap sumberdaya pembangunan, seperti


(35)

misalnya pengetahuan, keterampilan, informasi, kredit. Pengarusutamaan Gender adalah strategi yang dibangun untuk mengintegrasikan gender menjadi satu dimensi integral dari perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional (Inpres No.9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender).

Dari kebijakan pemerintah dan dengan menyelenggarakan pengarusutamaan gender, maka dapat diidentifikasikan apakah laki-laki dan perempuan:

1. Memperoleh akses yang sama terhadap sumberdaya pembangunan;

2. Memiliki peluang berpartisipasi yang sama dalam proses pembangunan, terutama dalam proses pengambilan keputusan;

3. Memiliki kontrol yang sama atas sumberdaya pembangunan; dan

4. Memperoleh manfaat yang sama atas hasil pembangunan. (Panduan Pelatihan Pengarusutamaan Gender Kementerian Keuangan)

Penjelasan Pengarusatamaan Gender dapat menggambarkan bahwasannya posisi perempuan yang bekerja memiliki kesempatan yang sama dalam hal karir dengan laki-laki. Hal ini merupakan kesempatan karir,kenaikan golongan,posisi atau jabatan tertentu dapat diduduki oleh pekerja dengan jenis kelamin perempuan. Seperti di perkebunan yang juga terdapat pekerja atau karyawan perempuan yang bekerja sesuai dengan pertimbangan kemampuan,pendidikan dan keahlian. Agar terwujudnya kesetaraan gender antara pekerja atau karyawan perempuan dan laki-laki yang sesuai dengan proporsi dan professional dalam bekerja dan peraturan yang berlaku disetiap perusahaan.


(36)

2.5 Perempuan dalam Pekerjaan Perkebunan

Perkebunan mempunyai struktur hirarki yang terdiri dari tenaga kerja tidak terampil dalam jumlah besar dan sekelompok kecil pegawai manajemen yang terdidik dan yang terakhir ini pada zaman kolonial juga merupakan pemilik (pengusaha individu). Karena resei yang berkepanjangan dan harga tanaman perkebunan dipasaran dunia rendah, mereka terpaksa menjual tanah milik mereka pada perusahaan nasional atau internasional yang besar. Nasionalisasi dalam proses dekolonisasi merupakan alasan lain mengapa sekarang ini perusahaan trannasional, nasional dan dari milik negara, yang sering terkait dengan dunia agribisnis merupakan pemilik perkebunan. Konsep disagregasi sulit diterapkan pada perkebunan sebab pekerja perkebunan tidak mengendalikan tanah perkebunan. Tetapi, pertambahan jumlah pekerja perkebunan didaerah perkebunan akan menambah besar jumlah kaum proletar pedesaan yang mungkin akan menekan tingkat upah, atau mungkin bisa mengarah pada permukiman kumuh atau migrasi.

Menurut Heyzer (1986), dalam banyak kasus dia Asia (Malaysia, Filipina, Sri lanka) terdapat lebih banyak pekerja perkebunan perempuan dari pada laki-laki.

“pekerja-pekerja perempuan ini semua dipekerjakan dengan upah yang sangat rendah, sering dengan pekerjaan yang tidak tetap. Pekerja perempuan, yang merupakan istri-istri atau anak-anak dari pekerja laki-laki perkebunan, telah tersedia didaerah pekerbunan dan merupakan cadangan yang dapat digunakan selama ada kekosongan diantara pekerja laki-laki”. (Brigitte Holzner, 1997)

Hal ini kemudian berkaitan pada keadaan dan kondisi zaman sekarang ini, seperti di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan, juga terdapat pekerja dan disebut karyawan perempuan yang bekerja dilapangan, baik yang memang berstatus sebagai


(37)

karyawan tetap dengan gaji bulanan dan ada juga pekerja yang berstatus tidak karyawan. Perempuan-perempuan ini hanya sebagai pendamping suami mereka yang bekerja sebagai BHL (buruh harian lepas) yang bekerja secara untuk memanen buah sawit dan para perempua ini bekerja untuk mengutip buah brondolan yang jatuh. Hal tersebut terkait dengan ketersediaan perempuan pada masa kolonial dulu yang bekerja dan disediakan untuk sebagai pengganti kerja laki-laki.

2.6 Aspek Eksistensialisme

Menurut Vandenberg (1991), penderkataan eksistensi tidak dapat digunakan untuk menjelaskan inkonsistensi logis dan rasionaliasi,sseprti kasus-kasus yang berkaitan dengan agama, kepercayaan terhadap kehidupan sesudah kematian, dan kecemasan akan kematian. Pendekatan eksistensial tidak melihat mengapakita berpikir seperti in, tetapi hanya bahwa kita berpikir seperti ini. Sama halnya pertanyaan mengenai menjadi etis dan bermoral, dan rasa bersalah ketika melakukan perilaku yang tidak bermoral, dilihat sebagai aspek penting manusia dari alih-alih hanya sekedar produk sampingan dari faktor biologis. Permasalahan etis dan spiritual seharusnya tidak diabaikan ataupun dijelaskan terlalu jauh. (Friedman dan Schustack,2006)

Hal ini kemudian ditambahkan menurut Zainal Abidin (2008) Eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan individu dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya. Oleh sebab itu, arti istilan eksistensi analog dengan ‘kata kerja’ bukan ‘kata benda’. Eksistensi adalah milik pribadi. Tidak ada dua individu yang identik.


(38)

Oleh sebab itu, eksistensi adalah milik pribadi, yang keberadaannya tidak bisa disamakan

satu sama lain.

Dalam hal lainnya eksistensi manusia mengacu pada kualitas personal. Bukan sperti yang dimengerti oleh masyarakat kaum awam, yang biasanya dan selalu mengidentifikasikan eksistensinya dengan status sosial,sehingga ada anggapan bahwa orang yang eksis adalah orang yang kaya, punya wewenang besar dan memiliki power. Hakikat eksistensi yaitu gabungan dari unsur-unsur yang subjektif seperti etos, moral, kemampuan, kompetensi dan kecakapan.

2.7 Mobilitas Sosial

Mobilitas sosial menurut Horton and Hunt (1987),dapat diartikan sebagai gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya. Mobilitas sosial bisa berupa peningkatan atau penurunan dalam segi status sosial dan biasanya termasuk pula segi penghasilan yang dialami oleh beberapa individu atau oleh keseluruhan anggota kelompok. Kemudian mobilitas sosial memiliki dua faktor yang mempengaruhi secara keseluruhan mobilitas sosial,yaitu faktor individu dan faktor struktural. (Suyanto dan Narwoko,2013)

Dalam hal ini, proses keberhasilan seseorang mencapai jenjang status sosial yang lebih tinggi atau atau proses kegagalan seseorang hingga jatuh dikelas sosial yang lebih rendah yang disebut sebagai mobilitas sosial. Dengan demikian,jika kita berbicara mengenai mobilitas sosial hendaknya tidak selalu diartikan sebagai bentuk perpindahan dari tingkat yang rendah kesuatu tingkat yang lebih tinggi,karena sesungguhnya mobiltas


(39)

tersebut terbentuk dalam dua arah. Sebagaian orang berhasil mencapai status yang lebih tinggi,beberapa orang mengalami kegagalan,dan selebihnya tetap tinggal pada status yang sama hanya bergeser,bergerak dan berpindah ketempat yang berbeda atau kesamping kanan ataupun kiri.

Mobilitas berasal dari bahasa latin mobilis yang berarti mudah dipindahkan atau banyak bergerak dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata sosial yang ada pada istilah mobilitas sosial untuk menekankan bahwa istilah tersebut mengandung makna gerak yang melibatkan seseorang atau sekelompok warga dalam kelompok sosial. Sehingga Mobilitas Sosial adalah perpindahan posisi seseorang atau sekelompok orang dari lapisan yang satu ke lapisan yang lain. Bentuk-bentuk mobilitas sosial :

1. Mobilitas Vertikal (naik dan turun) adalah pepindahan status sosial yang dialami seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda.

2. Mobilitas Horizontal (dalam lapisan sosial) perpindahan status sosial seseorang atau sekelompok orang dalam lapisan sosial tertentu.

3. Mobilitas antargenerasi (inter generasi dan intra generasi)

Menurut Pitirim A.Sorokin, mobilitas sosial dapat dilakukan melalui beberapa saluran berikut : Angkatan Bersenjata, Lembaga Pendidikan, Organisasi Politik, Lembaga Keagamaan, Organisasi Ekonomi, Organisasi Profesi, Perkawinan Organisasi, Keolahragaan, dan lain sebagainya. Selain lima saluran tersebut,masih banyak lagi saluran yang berkaitan dengan mobilitas sosial lainnya,seperti saluran perkawinan,organisasi-organisasi professional dan lain sebaginya. (Suyanto dan Narwoko,2013)


(40)

Mobilitas Sosial dalam penelitian ini untuk melihat Jabatan, golongan, jenjang karir, perpindahan kerja dan atau mutasi kerja karyawan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan,dimana terdapat stratifikasi dan status pekerjaan yang dimiliki karyawan perempuan, sebagai berikut menurut bentuk dan jenisnya :

a. Karyawan Pimpinan (staff) b. Karyawan Pelaksana (nonstaff)

c. Karyawan Tetap (bulanan) di lapangan dan di kantor

d. Karyawan Tidak Tetap (out sourching) dan Buruh Harian Lepas (BHL)

2.8 Aspek Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam satu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun dalam bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerja sama atau koordinasi antar warga yang di dasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprositas atau pertukaran. (Damsar, 2002:157)

Dalam hal ini jaringan sosial merupakan organisasi sosial modern yang dikendalikan dan memiliki aturan. Ada prosedur-prosedur tertentu yang disepakati untuk mengajukan atau mengambis keputusan tertentu, dan tanggung jawab biasanya didefenisikan secara jelas berdsarkan pertimbangan pribadi. Namun ketika ingin mewujudkan sesuatu,banyak orang mengabaikan prosedur dan taggung jawab formal ini,dan mulai berbicara dengan seseorang yang dikenalnya. Keputusan-keputusan penting


(41)

hampir selalu mengandung ketidakpastian dan resiko, seperti halnya jika seseorang mencari pekerjaan baru atau berencana menunjuk seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan tersebut sehingga terbentuklah hubungan secara tidak langsung namun saling terkait karena aturan-aturan yang berlaku didalamnya.

Hal ini ditambahkan Giddens (1984), menurutnya jaringan yang dimiliki orang sehatusnya dipandangsebagai bagian dari hubungan dan norma yang lebih luas yang memungkinkan orang mencapai tujuan-tujuan mereka, dan juga mengikat masyarakat bersama dalam suatu ikatan kesepakat bersama dalam aturan. (John Field,dalam Nurhadi (penerjemah), 2010)

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa kadang-kadang orang menganggap bahwa pilihan dikekang oleh aturan sehingga mereka dapat menuai keberhasilan mereka melalui koneksi yang disebut jaringan sosial mereka yang mereka miliki. Seperti para karyawan yang bekerja dalam perusahaan mereka harus menjalin hubungan baik dengan atasan dan sesama pekerja untuk mempermudah paling tidak menjalin hubungan kerja secara harmonis dan membentuk jaringan sosial mereka masing-masing.

2.9 Manajemen Karir

Perkembangan karir karyawan saat ini sudah mengalami perubahan, tidak lagi mengikuti jenjang hirarkis tetapi telah berubah dengan model yang lebih horizontal dalam arti kata karir karyawan tidak lagi menanjak keatas tapi bisa berkembang kesamping (horizontal).

Seperti yang diuangkapkan Mathis dan Jackson (2006) dalam Betty Nasution 2010,bahwa perkembangan karir karyawan baru-baru ini telah mengalami peubahan dalam tiga cara signifikan yakni :


(42)

a. Sekarang, “tangga” manajemen menengah dalam organisasi meliputi gerakan yang lebih horizontal dari pada gerakan ke atas.

b. Banyak perusahan menargetkan usahanya untuk memastikan bahwa bisnis mereka berfokus pada kompetensi inti.

c. Pertumbuhan kerja yang berbasis pada proyek mebuat karir-karir menjadi satu rangkaian proyek, tidak hanya melangkah keatas dalam organisasi yang ada.

Perencamaan karir dan pengembangan karir karyawan merupakan suatu aktifitas yang penting dalam menghadapi tantangan dan perubahan. Setiap organisasi harus membantu karyawannya dalam mengelola karir karyawannya. Jika tidak ada perhatian dan bantuan dari pihak manajemen bisa terjadi perpindahan karyawan keluar organisasi dan bisa menyebabkan turunnya produktivitas. Secara tradisional perkembangan karir karyawan adalah merupakan pergerakan karir yang mengikuti hirarkis dari bawah keatas. Saat ini perkembangan karir karyawan telah mengalami perubahan tidak hanya mengikuti jenjang hirarkis tetapi juga secara horizontal (kesamping). (Betty Nasution, 2010 : 198)

Penjelasan tersebut secara Sosiologis dapat tergolong kedalam konsep Mobilitas sosial seorang karyawan laki-laki dan perempuan dalam pekerjaannya, dimana terdapat pergerakkan atau pergeseran karyawan laki-laki dan perempuan disetiap bagian kerja karyawan, baik pergeseran secara horizontal maupun vertikal. Pergeseran tersebut dilakukan sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku dalam struktur organisasi kerja dan birokrasi PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif,dikarenakan penelitian ini lebih menekankan pada wawancara mendalam informan dan lebih signifikan dengan indikator-indikator dalam penelitian ini lebih mudah jika digunakan penelitian dengan pendekatan kualitatif tersebut.

Selanjutnya data dan informasi yang didapatkan dilapangan kemudian dilakukan interpretasi data yang dalam penelitian ini objeknya adalah karyawan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.

3.2. Lokasi Penelitian

Adapun yang menjadi lokasi penelitian dalam penelitian ini adalah di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan yang merupakan perkebunan kelapa sawit dan memiliki pabrik kelapa sawit sendiri untuk mengelola sawit hasil panen sampai menjadi bahan minyak mentah, yang secara administratif terletak di nagori Tinjowan kecamatan Ujung Padang, kabupaten Simalungun. Dengan jumlah penduduk keseluruhan 1642 jiwa (tenaga kerja dan tanggungan), dan yang berstatus sebagai karyawan Unit Usaha Tinjowan sebanyak 614 orang, yang tersebar diseluruh bagian perkebunan emplasmen dan afdeling di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan. Alasan peneliti untuk melakukan penelitian ini adalah,dikarenakan peneliti pernah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat perkebunan sewaktu dulu orang


(44)

tuanya bekerja menjadi karyawan dan lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal peneliti saat ini. Namun hal itu hanya sebagai mempermudah jalan peneliti untuk melakukan penelitian secara professional dan maksimal di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Unit Analisis yang dimaksudkan dalam suatu penelitian adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek Penelitian (Arikunto, 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi Unit Analisis dalam penelitian adalah selluruh karyawan laki-laki dan perempuan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.

Informan adalah orang yang memahami informasi dan sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami penelitian (Bungin, 2007). Informan diambil dengan menggunakan teknik penentuan informan secara Purpossive Sampling, yang dimaksudkan bahwa peneliti telah mengetahui semua informan dan hanya menggunakan beberapa informan untuk mendapatkan data dan informasi yang mewakili keseluruhan. Adapun yang menjadi karakteristik informan dalam penelitian ini adalah, enam orang karyawan perempuan dan enam karyawan laki-laki di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan, dengan kriteria :

1. Karyawan Perempuan dan laki-laki yang sudah bekerja kurang lebih 5 sampai 15 tahun menjadi karyawan dan mengalami mobilitas sosial (minimal naik golongan karyawan)

2. Status sebagai Karyawan Pelaksana dan atau Karyawan pimpinan Unit Usaha Tinjowan


(45)

3. Mewakili bagian pekerjaan seperti, administrasi (SDM dan Umum), tata usaha lapangan, pabrik, pendidikan,pengamanan dan rumah sakit.

4. Informan tambahan bagian SDM dan Umum, yang mewakili pengelola atau assisten Sumberdaya Manusia dan Umum yang mengetahui kondisi para karyawan di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data Primer

Teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian (field research) untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti.

a. Observasi Partisipasi (pengamatan dilakukan langsung kepada informan untuk mengetahui kegiatan, aktifitas dan rutinitas keseharian enam karyawan perempuan yang bekerja di Perkebunan PTPN IN kebun Tinjowan.

b. Wawancara Mendalam/indept interview (dilakukan wawancara mendalam langsung kepada informan karyawan perempuan untuk menceritakan perjalanan karir karyawan perempuan yang bekerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan).


(46)

Teknik Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang dapat diambil dari sumber lain atau instansi lain secara tidak langsung yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini data sekunder terdiri atas, data tentang struktur organisasi kerja, dokumentasi dan foto-foto wilayah perkebunan, dan dokumen lainnya baik dokumen pribadi maupun dokumen resmi yang berhubungan dengan keperluan penelitian di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.

3.5. Interpretasi data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian diedit,dikategorisasi dan kemudian di paparkan secara sistematis sesuai dengan fokus penelitian yaitu, Eksistensi dan Mobilitas Sosial Karyawan Perempuan. Seiring dengan deskripsi dan temuan data dilapakan dilakukan interpretasi data dengan merujuk pada persepektif sosiologis yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Sosiologi Masyarakat Perkebunan dan Sosiologi Gender.


(47)

3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian

No. Kegiatan Bulan Ke

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi *

2 Penyusunan Proposal Penelitian

* *

3 Seminar Proposal Penelitian

*

4 Revisis Proposal Penelitian

*

5 Penelitian Ke Lapangan * * * *

6 Pengumpulan data dan analisis

* * * *

7 Bimbingan * * * *

8 Penulisan Laporan Akhir *

9 Sidang Meja Hijau *

3.7 Keterbatasan Penelitian

1. Informan merupakan pekerja karyawan Unit Usaha Tinjowan, jadi mengharuskan peneliti untuk mewawancarai karyawan baik laki-laki dan perempuan saat mereka bekerja dan diteui ditempat kerja mereka. Ada yang dikantor ataupun dilapangan.


(48)

1. Peneliti dianggap mahasiswa yang sedang magang atau PKL, jadi harus mematuhi semua peraturan yang berlaku, menjaga kerahasiaan data, melapor ke bagian pengamanan setiap kali mau ambil data dan masuk ke suatu bagaian pekerjaan karyawan, dan mengurus surat menyurat secara formalitas di PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan.

2. Pada saat mau mewawancarai Manajer Unit Usaha Tinjowan, tidak bisa dilakukan berhubung kesibukan dan waktu itu Manajer sedang memasuki masa pensiun jadi tidak bisa dikonfirmasi untuk dilakukan wawancara, yang kemudian peneliti dilimpahkan ke Assiten bagian SDM dan Umum untuk melakukan riset dan pengambilan data.


(49)

BAB. IV

TEMUAN DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan

4.1.1 Sejarah

Unit Usaha Tinjowan adalah salah satu unit usaha dari PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) yang terletak di Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Bergerak dibidang usaha Perkebunan Kelapa Sawit dan Pebgolahan yang menghasilkan Minyak sawit (CPO) dan inti sawit (PK). Pada mulanya unit usaha Tinjowan adalah milik pemerintahan Belanda Hadis Vereniging Amsterdam (HVA), yang membuka kebun kopi seluas 106 ha pada tahun 1917-1942. Komoditi kopi diganti dengan kelapa sawit [ada tahun 1920-1928. Jepang mengambil alih pada tahun 1942-1945. Pemerintah Negara Republik Indonesia (NRI) mengambil alih pada tahun 1945-1947. Hva mengambil alih kembali pada tahun 1947-1958. Pemerintah Indonesia menasionalisasikan menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) pada tahun 1958-1960. Perusahaan berubah menjadi gabungan PPN Sumut III pada tahun1960-1961. Pada tahun 1961-1963 perusahaan berubah menjadi PPN Sumut IV. Perusahaan berubah lagi menjadi PPN Usaha Tanaman V pada tahun 1963-1968. Pada tahun 1968-1971 perusahaan berubah menjadi bagian dari PNP VI. Perusahaan berubagh menjadi PT. Perkebunan Nusantara VI pada tahun 1971-1996. Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 9 tahun 1996, sejak tanggal 1 maret 1996 PT. Perkebunan Nusantara VI, VII dan VIII bergabung menjadi PT.


(50)

Perkebunan Nusantara IV (Persero). (Selayang Pandang PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan Tahun 2014)

4.1.2 Letak Georgrafis

Secara Geografis, terletak di Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun, dan berjarak +/- 26 km dari Kota Kisaran (kabupaten Asahan) serta terletak 25 m diatas permukaan laut, dan juga +/- 25 km dari pinggir laut. Di sekeliling Unit Usaha Tinjowan terdapat berapa Perkebunan Negara dan Swasta lainnya, yaitu PT. Perkebunan Nusantara III Kebun Dusun Ulu, PTPN IV Kebun Padang Matinggi, PTPN IV Kebun Aek Nauli, PT. London Sumatera kebun Sei Bejangkar dan PT. Bakrie Sumatera Plantation. Topografi tanah datar dan bergelombang, dan jenis tanah adalah Podsolik Kuning. Luas areal 4.047 Ha.

4.1.3 Kondisi Sosial Ekonomi Karyawan

Status pekerja sebagai karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan secara umum terbagi kedua bagian, yaitu karyawan Pimpinan dan Karyawan Pelaksana. Jumlah karyawan sebanyak 614 orang (karyawan perempuan 135 dan karyawan laki-laki 479 orang) untuk karyawan pelaksana, dan karyawan pimpinan sebanyak 16 orang (15 orang laki-laki dan 1 orang perempuan) termasuk Manajer Unit. Untuk seorang perempuan karyawan pimpinan tersebut adalah menduduki posisi kepala sekolah SMP Yapendak Tinjowan. Secara keseluruhan, karyawan pelaksana bersama dengan istri tidak bekerja dan tanggungan 3 anak berjumlah 1.642 orang. Para karyawan mendapatkan fasilitas untama berupa rumah pemondokan karyawan yang terdapat di


(51)

emplasmen, afdeling I s/d V untuk karyawan pelaksana dan kompleks perumahan staf untuk karyawan pimpinan. Adapun beberapa fasilitas umum yang didapat para karyawan pimpinan dan pelaksana baik karyawan perempuan dan laki-laki anatara lain :

1. Rumah Pemondokan Karyawan (rumah pondok) bersama listrik dan airnya

2. Sarana ibadah (masing-masing) unit di afdeling I s/d V dan emplasmen ada 1 unit dan gereja ada 3 unit.

3. APD (alat pelindung diri)

4. Sarana olahraga (berupa lapangan tenis, voli, bulu tangkasi, sepak bola) dan stadion gelora Tinjowan.

5. Perobatan/perawatan di rumah sakit.

6. Pengajian MTSI dan IKBI (ikatan keluarga besar isti) 7. Program Persatuan Umat Kristaen (PUK).

Fasilitas tersebut diatas, didapat oleh seluruh karyawan Unit Usaha Tinjowan. Selain itu, ada juga fasilitas Koperasi Karyawan. KOPKAR Mandiri Tinjowan memberikan pelayana kepada anggota yang berjumlah 635 orang (januari 2014) berupa : simpan pinjam jangka pendek, jangka panjang, konsumsi hanya dipusatkan di emplasmen dan di afdeling tidak ada Kedai Rangsum. Setiap tahunnya SHU, koperasi dibagikan kepada setiap anggota. Beberapa dari istri karyawan tersebut bekerja sebagai PNS, ada juga yang berdagang (wiraswasta) dengan membuka kedai didepan rumahnya, selain itu juga berternak sapi untuk menambah penghasilan keluarga karyawan tersebut. Dalam hal lain, status karyawan ada yang hanya suami yang menjadi karyawan laki-laki dan istrinya tidak bekerja (ITB) dan tanggungan sebanyak 3 anak termasuk istri, kemudian untuk status istri yang bekerja menjadi karyawan perempuan dianggap lajang hanya


(52)

menanggung dirinya sendiri. Untuk suami istri yang bekerja sebagai karyawan baik suami yang menanggung anak dan istri menangung dirinya sendiri. Para karyawan sudah memiliki kendaraan sendiri seperti sepeda motor dan ada beberapa yang sudah memiliki mobil pribadi. Untuk fasilitas pendidikan untuk anak, di Unit Usaha Tinjowan terdapat :

1. TK. Ria Sari Tinjowan

2. SMP Swasta Yapendak Tinjowan 3. Untuk anak karyawan.

4. Untuk tingkat SD terdapat 3 sekolah dasar negeri (1,2 dan 4) di emplasmen

5. Untuk tingkat SMP Negeri ada di Kecamatan Ujung Padang, dan MTS Nurul Hikmah Tinjowan

6. Untuk tingkat SMA Negeri Ujung Padang yang ada di kecamatan, MTS Nurul Hikmah dan MAN Ujung Padang.

Infrastruktur jalan berupa jalan perkebunan yang sebagian ada yang di pitron dan sebagian sudah di aspal kasar. Terdapat 1 tower telekomunikasi di dekat Pabrik Kelapa Sawit di Emplasmen dan tanki air. Di kawasan emplasmen terdapat pasar (pajak) yang diadakan setiap gajian karyawan, yaitu dua kali sebulan. Untuk pemakaman muslim dan kristen terdapat di kompleks Rumah Sakit. Dan untuk kawasan emplasmen, perumahan staf dan kompleks rumah sakit secara administratif masuk ke nagori Tinjowan dan dipimpin oleh kepala desa Tinjowan. Masyarakat perkebunan Unit Usaha Tinjowan untuk emplasmen dapat terbagi dua, yaitu kawasan secara daerah administratif yaitu Nagori Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang, Kabupaten Simalungun dan daerah perkebunan PT. Perkebunan Nusantara IV (persero) Unit Usaha Tinjowan dibawah


(53)

naungan Manajer Unit dan bagian SDM dan Umum untuk bagian yang mengerti dan memahami kondisi sosial karyawan dan masyarakat perkebunan Unit Usaha Tinjowan.

Pembagian wilayah daerah perkebunan unit usaha Tinjowan:

a. Emplasmen (bagian pekerja Pabrik kelapa sawit, kantor Unit Usaha Tinjowan, gudang, pengamanan, SMP Yapendak, Rumah Sakit,pembuangan limbah)

b. Afdeling I s/d V untuk bagian pekerja lapangan (tanaman kelapa sawit da pembibitan yang waktu dalam penelitian ini pembibitan sedang tidak ada)

c. Namun pembagian wilayah daerah tersebut tidak terbatas untuk para pekerja karyawan yang dikantor ataupun yang dilapangan. Karena di bagian afdeling juga ada kantor dan di emplasmen juga terdapat tanaman kelapa sawit.

Para karyawan pergi kerja dengan menggunakan kendaraan mereka masing-masing dengan sepeda motor, baik karyawan yang kerja di bagian kantor ataupun yang kerja di lapangan. Fasilitas tambahan seperti kendaraan dinas diberikan untuk karyawan yang akan bertugas dinas luar ke kantor pusat atau ke unit usaha perkebunan lainnya. Untuk kondisi ekonomi para karyawan dapat digolongkan kelas menengah, seperti yang diungkapkan bapak Mirvan Ariza, SH (26 tahun) selaku assisten SDM dan Umum Unit Usaha Tinjowan :

“karyawan disini dapat dikategorikan mereka ke kelas ekonomi menengah, karena gaji mereka juga dapat dibilang tercukupi untuk kebutuhan mereka sehari-haridan apalagi kalau mereka yang bekerja dua orang atau suami istri sebagai karyawan disini” (wawancara, dikantor SDM)

Selain fasilitas untuk memenuhi kebutuhan bulanan yang dapat dilakukan di waktu “pajakan”, para karyawan juga terkadang sering berbelanja ke Ujung Padang,


(54)

seperti untuk belanja pagi hari untuk keperluan sehari-hari, seperti belanja sayur dan ikan walau ada juga kedai-kedai sampah disekitaran rumahnya. Istilahnya di Ujung padang ini, kawasan kota kecamatan, yang terdapat pertokoan untuk memenuhi kebutuhan dan perlengkapan rumah tangga para karyawan, dan jika barang yang diinginkan tidak didapat maka mereka terkadang juga pergi ke Kota Kisaran untuk berbelanja keperluan rumah tangga sendiri dan keperluan pekerjaan dikantor juga. Secara umum, para karyawan gajian dua kali sebulan yaitu gajian kecil (pertenghan bulan) dan gajian besar (awal bulan) yang biasanya dibayarkan kepada para karyawan. Kegiatan sosial yang biasa dilakukan karyawan dan terutama karyawan perempuan dan istri karyawan adalah perwiritan dan pengajian untuk ibu-ibu yang muslim baik di bagian emplasmen atau afdeling untuk perwiritan laki-laki/bapak-bapak dimalam hari yaitu malam jum’at ataupun perwiritan perempuan/ibu-ibu di siang hari ada yang hari minggu, jum’at atau hari kamis. Untuk hari-hari kebesaran setiap umat beragama,sepeti peringatan Maulid, isra’ mi’raj, muharram untuk karyawan yang muslim, dan peringatan natal, tahun baru, paskah untuk karyawan yang kristen. Namun para karyawan tetap menjaga toleransi antar umat beragama, yang secara keseluruhan hampir 70 persen beragama islam dan 30 persen beragama kristen. Untuk suku, terdapat Jawa, Batak, Aceh, Minang, dan lain-lain.

Hal lainnya karena para karyawan menempati rumah dinas (rumah pondok), maka mereka juga harus menjaga fasilitas tersebut, seperti menjaga kebersihan baik rumah dan perkarangannya, dan juga menjaga kondisi fisik rumah pondok tersebut. Dan untuk karyawan yang memiliki hewan ternak untuk menjaganya agar tidak merusak wilayah tanaman kelapa sawit, jadi harus digembala ditempat yang aman agar tidak merusak tanaman kelapa sawit,merusak perkarangan rumah karyawan dan merusak fasilitas umum


(55)

lainnya milik PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan. Secara umum, karyawan terbagi atas bagian kerja :

a. Pekerja atau karyawan dilapangan

b. Bagian kantor (SMP Yapendak. Rumah Sakit dan tata usaha, dan kantor di setiap afdeling)

c. Pabrik Kelapa Sawit d. Pengaman.

Tabel 4. Komposisi karyawan berdasarkan jenis kelamin dan bagian kerja di PT. Perkebunan Nusantara IV Unit Usaha Tinjowan.

No. Bagian Pekerjaan

Karyawan Pelaksana Jumlah Total

% Laki – laki Perempuan

Frekuwnsi % Frekuensi %

1 Dinas Tanaman 4 0,65 1 0,16 5 0,81

2 Kantor Tata Usaha

13 2,12 7 1,14 20 3,26

3 Gudang 4 0,65 0 0 4 0,65

4 SDM dan Umum

13 2,12 14* 2,28 27 4,40

5 Pengamanan 18 2,93 0 0 18 2,93

6 Transport 13 2,12 0 0 13 2,12

7 Teknik sipil 14 2,28 20* 3,26 36 5,54


(56)

9 Bengkel umum 16 2.61 0 0 16 2,61

10 Bengkel listirk 6 0,98 0 0 6 0,98

11 PKS 65 10,59 0 0 65 10,59

12 Pengolahan 18 2,93 5 0,81 23 3.74

13 Afdeling I 59 9,61 17 2,77 76 12,38

14 Afdeling II 62 10,10 17 2,77 79 12,87

15 Afdeling III 57 9,28 16 2,61 73 11,89

16 Afdeling IV 56 9,12 15 2,44 71 11,56

17 Afdeling V 50 8,14 20 3,25 70 11,40

18 Bibitan 4 0,65 3 0,48 7 1,14

Jumlah Total 479 78,01 135 21,99 614 100

Data diambil dari bagian SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan.

Dari tabel data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah yang ditandai bintang merupakan keterangan untuk jumlah komposisi karyawan perempuan dibagian kerja tersebut paling banyak jumlahnya, yaitu bagian SDM dan Umum, Teknik Sipil (dikantor),dan yang ditandai dengan garis bawah merupakan jumlah karyawan laki-laki yang paling banyak, yaitu dibagian kerja Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Unit Usaha Tinjowan. Adapun terlihat bahwa komposisi karyawan berdasarkan jenis kelamin dan bagian kerja,secara posisi yang menjadi mayoritas adalah karyawan dengan jenis kelamin laki-laki,karena diposisi tersebut merupakan bagian kerja dilapangan dan dibagian pabrik (lebih maskulin pekerjaannya),sedangkan karyawan perempuan terutama berada diposisi kerja bagian kantor dan lebih feminim pekerjaannya.


(57)

Jabatan atau posisi kerja untuk karyawan Pimpinan (baik perempuan dan laki-laki, sebagai berikut :

Karyawan pimpinan laki-laki,dengan posisi atau jabatan : 1. Manajer Unit

2. Kepala Dinas Tanaman

3. Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan 4. Kepala Dinas Tata Usaha

5. Assisten tanaman 6. Assisten tanaman 7. Assisten tanaman 8. Assisten tanaman 9. Asssiten tanaman 10.Assisten teknik pabrik 11.Assisten pengolahan 12.Assisten pengolahan 13.Assisten pengolahan 14.Assisten SDM dan Umum 15.Perwira pengaman (laki-laki)

Sedangkan karyawan pimpinan perempuan berada pada posisi atau jabatan : 1. Kepala Sekolah SMP Swasta Yapendak


(58)

Terdapat 16 posisi jabatan untuk karyawan pimpinan, dan 15 diantaranya dijabati atau diduduki oleh laki-laki, dan hanya satu posisi atau jabatan Kepala Sekolah Yapendak yang diduduki oleh karyawan pimpinan perempuan di Unit Usaha Tinjowan. Keterangan untuk assisten tanaman berjumlah 5 untuk setiap afdeling I s/d V. Secara kebetulan, untuk posisi atau jabatan karyawan pimpinan perempuan yang biasa dijabati yaitu jabatan Kepala Sekolah Yapendak, untuk posisi jabatan karyawan pimpinan lainnya masih didominasi secara kebetulan oleh karyawan dengan jenis kelamin laki-laki. Untuk posisi atau jabatan karyawan pimpinan baik perempuan ataupun laki-laki, harus sudah memiliki pendidikan tinggi dan gelar kesarjanaan baik S1 ataupun S2 di PT. Perkebunan Nusantara IV. Unit Usaha Tinjowan. Keterangan untuk masa kerja atau pensiun secara umur, untuk karyawan pelaksana laki-laki dan perempuan pensiun umur 55 tahun dan karyawan pimpinan umur 56 tahun, dan penghargaan masa kerja diberikan kepada karyawan untuk masa kerja 25 tahun dan 30 tahun (jubelium).

Untuk jenjang pendidikan atau pendidikan yang ditamatkan dan dimiliki karyawan perempuan dan laki-laki,memiliki persentasi sebagai berikut :

Tabel. 5. Persentasi pendidikan yang ditamatkan karyawan. Pendidikan yang ditamatkan Persentasi

SD 15%

SMP 5%

SMA 65%

Sarjana 10%


(59)

Adapun golongan karyawan ini terkait dan menggambarkan jenjang karir dan stratifikasi pekerjaan karyawan laki-laki dan perempuan,baik statusnya sebagai karyawan pimpinan ataupun pelaksana di PT. Perkebuana Nusantara IV. (Persero).

Tabel. 6. Jenjang kepangkatan karyawan terdiri dari 6 (enam) strata. Sebagai berikut :

Strata Pangkat Golongan

I Pelaksana Pratama Pelaksana Muda

IA IB

II Juru Pratama

Juru Muda

IC ID III Penyelia Pratama

Penyelia Muda Penyelia Madya Penyelia Utama IIA IIB IIC IID IV Pengatur Pratama

Pengatur Muda Pengatur Madya Pengatur Utama IIIA IIIB IIIC IIID

V Penata Madya

Penata Utama

IVA IVB

VI Pembina Madya

Pembina Utama

IVC IVD Sumber data : buku perjanjian kerja bersama (2010-2011)


(60)

Selanjutnya,golongan karyawan merupakan aspek yang dinilai dalam penentuan gaji pokok karyawan. Karena strata golongan karyawan tersebut juga memiliki tingkatan untuk semua karyawan bisa naik golongan dari satu tingkat ke tingkat berikutnya.

Tabel.7. Gaji Pokok Karyawan berdasarkan Golongan IA-II D,untuk karyawan pelaksana : PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero).

Ruang Golongan

I.A I.B I.C I.D II.A II.B II.C II.D

723.750 766.831 847.248 959.257 1.097.113 1.255.073 1.427.395 1.588.228 726.622 772.574 858.883 970.774 1.111.472 1.272.307 1.447.499 1.611.205 729.494 778.319 864.479 982.231 1.125.833 1.289.539 1.467.604 1634.182 732.365 784.062 879.094 993.720 1.140.193 1.308.770 1.487.708 1.657.157 735.239 789.808 881.711 1.005.208 1.154.553 1.324.002 1.507.811 1.680.134 738.108 795.551 890.328 1.016.697 1.168.913 1.341.235 1.527.916 1.703.111 740.983 801.294 898.944 1,028.184 1.183.273 1.358.467 1.548.020 1.726.085 743.854 807.039 907.560 1.039.673 1.197.833 1.375.699 1.568.125 - 746.728 812.782 916.174 1.051.160 1.211.993 1.392,930 - - 749.597 818.525 924.789 1.082.848 1.226.353 1.410.184 - - 752.470 824.471 933.405 1.074.137 1.240.715 - - - 755.342 830.014 942.023 1.085.624 - - - - 758.214 836.759 950.839 - - - - - 761.085 841.502 - - - -

763.959 - - - -


(61)

Terdapat istilah –per atau skala yang dituliskan setelah angka golongan,istilah tersebut digunakan untuk melihat skala dan gaji pokok seorang karyawan,,dan skala pr tersebut yang membedakannya setiap golongan bukan berbeda diperlakukan untuk diberikan kepada karyawan. Dalam hal ini kesempatan naik golongan karyawan semua sama dan terbuka untuk karyawan laki-laki dan perempuan,baik karyawan pelaksana dan karyawan pimpinan. Dengan skala tersebut,naik dengan penilaian minimal satu tahun,jadi naik per satu dan seterusnya terhitung bekerja selama setahun,dan terus dilakukan peng-auditan atau penilaian data kenaikan golongan karyawan oleh bagian SDM dan UMUM Unit Usaha Tinjowan.

Selanjutnya tentang kehidupan sosial ekonomi karyawan dan masyarakat perkebunan juga dapat dikatakan masyarakat yang konsumtif, hal ini terlihat dengan kemampuan gaji mereka dan mereka juga bisa membeli keperluan sehari-hari dan pelengkap rumah tangga, seperti sepeda motor,perlengkapan elektronik dan mobil walau mereka membelinya dengan sistem kredit. Hal ini diutarakan juga menurut bapak Mirvan Ariza, SH. Selaku Assisten SDM dan Umum :

“mereka juga tergolong masyarakat yang konsumtif bukan tidak bisa mereka sebenarnya untuk membeli helikopter namun karena perilaku konsumtif mereka sendiri...”

Kehidupan sosial ekonomi karyawan di Unit Usaha Tinjowan menggambarkan bahwa karyawan memiliki gaji tetap yang didapat setiap bulanannya secara bersama dengan dibayar atau gajian dua kali,hal ini disebut dengan istilah gajian besar dan gajian kecil dan gajian kecil ini sebutan untuk pinjaman,yang jumlahnya lebih kecil dari gajian besar,bisa setengahnya jumlah gaji yang diterima digajian besar.


(62)

4.1.4 Visi dan Misi PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Visi

“Menjadi perusahaaan agribisnis perkebunan yang tangguh dan mampu bersaing,baik disektor hulu dan hilir ditingkat nasional dan regional.”

Misi

a. Menjalankan usaha agribisnis perkebunan dibidang perkebunan kelapa sawit (komoditi utama),teh serta menghasilkan produk minyak sawit,inti sawit,teh jadi,serta produk turunannya yang berkualitas,untuk memberikan kepuasan kepada pelanggan.

b. Meningkatkan daya saing produk secara terus menerus yang didukung sistem,cara kerja dan lingkungan kerja mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk peningkatan produktifitas dan efisiensi.

c. Menghasilkan laba yang berkesinambungan untuk menjamin pertumbuhan,perkembangan dan kesehatan perusahaan serta memberikan manfaat dan nilai tambah yang optimal bagi pemegang saham,karyawan dan serta keholder lainnya.

d. Mengolah usaha secara propessional untuk meningkatkan nilai perusahaan dengan berpegang teguh pada nilai-nilai etika bisnis dan senantiasa berpedoman pada tata kola perusahaan secara sehat.

e. Memberikan perhatian dan peran yang sungguh-sungguh dalam membangn kemitraan dan pengembangan masyarakat serta kelestarian lingkungan hidup.


(63)

Tema Kerja Tahun 2014

Tahun tata kelola terbaik unggul dalam produktifitas dan biaya.”

4.1.5 Struktur Organisasi Unit Usaha Tinjowan

Adapun struktur organisasi kerja menggambarkan posisi kerja dan jabatan karyawan,bagian kerja dan stratifikasi pekerjaan karyawan pelaksana dan karyawan pimpinan.


(64)

4.2Profil Informan Penelitian 4.2.1 Karyawan Perempuan

1. Nama : Jemina br. Semibiring

Umur : 54 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Kristen (protestan)

Pendidikan terakhir : Sekolah Pendidikan Guru,Tebing Tinggi

Jabatan/golongan pekerjan : Krani Arsip bagian SDM dan Umum – II D

Lama masa bekerja : 33 tahun

Jumlah anak : 3 (satu perempuan dan dua laki-laki)

Status pekerjaan : Karyawan pelaksana (tetap)

Bidang pekerjaan : Bagian arsip (administrasi)

Mulai bekerja dari tahun 1981. Ibu Jemina, pertama kali masuk menjatuhkan lamaran ke pusat PNP 6 di Pabatu, testing dan ada 5 orang dan hanya 2 orang yang diterima, satu dirinya ke kebun Tinjowan dan satu lagi ke kebun Ajamu, dan pertama kali menjadi Guru TK di kebun Tinjowan. Berpenghasilan +/- 2.500.000/bulan (gaji pokok), dan catu beras. Menjadi karyawan perempuan dan sekaligus ibu rumah tangga yang single parent, tidak memutuskan semangat dirinya untuk terus berkarir. Pernah mengalami pemindahan posisi kerja dari Guru TK ke Posisi kerja bagian SDM dan Umum bagian arsip, 24 tahun menjadi guru TK tahun 1981 dan kemudian tahun 2004


(1)

Perusahaan tetap konsisten melaksanakan peraturan agar tidak terjadi permasalahan yang berkaitan dengan ketidakadilan gender,terus mengawasi secara professional setiap kinerja perempuan untuk memberikan penghargaan lebih kepada karyawan perempuan yang bekerja secara professional,namun tetap adil antara kebijakan karyawan perempuan dan laki-laki di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero)

Jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa melaporkannya ke ketua SPBUN basis Tinjowan,karena SPBUN sebagai wadah sapirasi semua karyawan perempuan dan laki-laki di PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Tinjowan.


(2)

129

Sumber Lain :

Buku Perjanjian Kerja Bersama Periode 2010-2011.

Simanjuntak, Junjungan SBP. 2013. Bahan ajar Sosiologi Industri.

Makalah Masyarakat Perkebunan. 2013. Keterlibatan Perempuan dalam Perkebunan. Makalah Sosiologi Gender. 2013. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Melalui PUG dan MDGs.

Data Kantor Dinas Tata Usaha Kebun Tinjowan. Oktober 2013. Mengenai Kekuatan Tenaga Kerja dan tanggunngan, Peta Situasi Kebun Tinjowan, dan Struktur Organisasi Kerja Kebun Tinjowan.


(3)

Sumber Lain :

Buku Perjanjian Kerja Bersama Periode 2010-2011.

Simanjuntak, Junjungan SBP. 2013. Bahan ajar Sosiologi Industri.

Makalah Masyarakat Perkebunan. 2013. Keterlibatan Perempuan dalam Perkebunan. Makalah Sosiologi Gender. 2013. Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Melalui PUG dan MDGs.

Data Kantor Dinas Tata Usaha Kebun Tinjowan. Oktober 2013. Mengenai Kekuatan Tenaga Kerja dan tanggunngan, Peta Situasi Kebun Tinjowan, dan Struktur Organisasi Kerja Kebun Tinjowan.


(4)

130 Lampiran dokumentasi penelitian.

Gambar 1. Wawacara dengan informan ibu Jemina,di kantor SDM Unit Usaha Tinjowan

Gambar 2. Karyawan perempuan sedang bekerja merawat tanaman “garuk rumput”,di deket wilayah perbatasan kabupaten.


(5)

Gambar 3. Karyawan perempuan sedang bekerja di kantor tata usaha,waktu jam istirahat jadi terlihat kosong. Waktu “wolon”.


(6)

132 Gambar 5. Rumah “pondok” karyawan blok VI Emplasmen Tinjowan

Gambar 6. Pabrik dan tempat pengumpulan buah hasil panel setelah ditimbang.