Perilaku Seksual LANDASAN TEORI

berpelukan merupakan bentuk perilaku seksual yang sering dilakukan remaja. f. Berciuman ringan kening, pipi Berciuman ringan atau disebut juga ciuman kering biasanya dilakukan pada bagian tertentu yang tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual seperti pipi, kening dan tangan. g. Saling memeluk Perilaku ini dapat menimbulkan perasaan aman, nyaman dan tenang dan dapat menimbulkan rangsangan seksual jika menyentuh bagian yang sensitif Purnawan, 2004. Berpelukan atau saling memeluk meliputi memeluk dan merangkul. h. Berciuman bibirmulut dan lidah Berciuman yang termasuk dalam kategori berat terdiri atas beberapa jenis ciuman. Sarwono 2008 menyebutkan adanya kissing dan necking sebagai beberapa bentuk perilaku seksual. Kissing merupakan berciuman yang dilakukan untuk menimbulkan rangsangan. Ciuman seperti pada bibir umumnya disertai dengan rabaan pada beberapa bagian sensitif yang dapat meningkatkan rangsangan seksual. Adapun ciuman dapat dilakukan dengan bibir tertutup seperti pada umunya. Menurut Rathus, Nevid, dan Fichner- Rathus 2008 berciuman kissing dapat menjadi isyarat kasih sayang tanpa makna erotik terhadap pasangan, keluarga, ataupun teman dekat. Ciuman pada bibir dapat berupa ciuman dengan memasukkan lidah ke dalam mulut pasangan atau deep kissing ataupun hanya sekedar menempelkan bibir pada bibir pasangan atau simple kissing Rathus, Nevid, Fichner- Rathus, 2008. Namun dapat juga dilakukan dengan mulut dan bibir terbuka, menggunakan lidah atau biasa disebut french kiss. Adapula necking yaitu berciuman di sekitar leher ke bawah. Necking merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan ciuman disekitar leher dan pelukan yang lebih mendalam. i. Meraba dan mencium bagian sensitif Sarwono 2011 mengatakan bahwa meraba merupakan aktivitas seksual dimana salah satu dari pasangan atau keduanya meraba bagian payudara atau alat kelamin sebagai alat untuk mendapatkan kepuasan tanpa bersenggama. j. Menempelkan alat kelamin Merupakan perilaku menggesek-gesekkan bagian tubuh yang sensitif, seperti payudara dan organ kelamin. Perilaku ini merupakan langkah yang lebih mendalam dari necking. Jenis perilaku ini termasuk merasakan dan mengusap-usap kemaluan, baik di dalam atau di luar pakaian. k. Oral seks Merupakan aktivitas seksual dengan cara memasukan alat kelamin ke dalam mulut lawan jenis. l. Intercourse senggama Merupakan aktivitas seksual dengan memasukan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita. Purnawan, 2004. Sarwono 2011 mengatakan bahwa intercourse adalah bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan pria dan wanita yang ditandai dengan penis pria yang ereksi masuk ke dalam vagina untuk mendapatkan kepuasan seksual. Berdasarkan teori di atas dapat dikatakan bahwa perilaku seksual tergolong menjadi dua yaitu perilaku seksual yang dilakukan sendiri dan perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain. Bentuk perilaku seksual yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk perilaku seksual yang dilakukan dengan orang lain sebagai wujud interaksi. 3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Menurut Sarwono 2011 faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seksual pada remaja adalah: a. Pengetahuan Reproduksi pada masa remaja semakin matang dan berkembang. Pada masa ini sebaiknya remaja mendapat pengarahan dari tua terkait kesehatan reproduksi, namun kurangnya pengarahan dari orang tua dan sekitar terkait akibat dari perilaku seksual membuat mereka sulit mengendalikan dorongan dari dalam dan luar diri dan melakukan perilaku seksual secara bebas tanpa mengetahu akibatnya b. Meningkatnya Libido Seksual Dengan munculnya pubertas dan kemangan secara biologis pada diri seorang remaja, maka motivasi dan energy seksual juga meningkat. Hal ini penting untuk mengisi peran sosial remaja dalam masyarakat. c. Media Informasi Berkembangnya media informasi dengan adanya kecanggihan teknologi dan internet membuat rangsangan seksual meningkat. Remaja cenderung ingin coba-coba dan meniru apa yang sudah dilihatnya terutama terkait hal-hal baru khususnya terkait seksual yang belum diketahuinya secara lengkap. d. Norma Agama Norma yang ada pada agama tetap melarang adanya hubungan seksual sebelum menikah. Pada masyarakat yang sifatnya modern, larangan tersebut meningkat menjadi berciuman dan masturbasi untuk menghindarkan remaja dari kecenderungan melanggar norma tersebut. e. Orang Tua Sikap orang tua yang masih menabukan seks terhadap anak- anak cenderung menciptakan jarak antara anak dan orang tua. Hal ini membuat remaja menjadi kurang terbuka dan pengetahuan remaja terhadap seksualitas menjadi berkurang. f. Pergaulan Semakin Bebas Faktor ini banyak terjadi di beberapa kota besar dimana terdapat kebebasan pergaulan antar jenis kelamin. Jika pergaulan ini tidak dipantau dengan baik oleh orang tua, maka kemungkinan perilaku seksual yang terjadi akan semakin tinggi terutama di kota- kota besar atau di daerah dengan pergaulan yang semkain bebas. Selain itu, terdapat faktor lain yang dapat membentuk perilaku seksual pada remaja yaitu budaya. Dikatakan dalam beberapa penelitian bahwa budaya memberikan pengaruh pada perilaku seksual seperti misanya penelitian Ounjit 2014 yang mengungkapkan hasil bahwa terdapat berbagai bentuk perilaku seksual yang dilakukan pada remaja di Thailand dikarenakan budaya setempat yang sudah mulai memudar dan munculnya budaya baru.

C. Remaja

1. Definisi Remaja Dalam masa perkembangan setiap indivudu melewati masa remaja. Masa remaja sering pula disebut adolesensi bahasa latin adolescere = adultus ; menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa Gunarsa, 2003. Menurut Papalia, Olds, Fieldman 2009, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Menurut Gunarsa 2003 remaja juga diartikan sebagai manusia yang masih di dalam perkembangannya menuju kedewasaan baik jasmani maupun psikisnya. Adapun dalam masa perkembangannya, terdapat berbagai hal dari diri individu yang ikut berkembang. Menurut Papalia, Olds, dan Feldman 2009, masa remaja merupakan masa transisi perkembangan dari kanak- kanak menuju dewasa yang mengandung perubahan besar secara fisik, kognitif, dan psikososial yang saling berkaitan. Dari beberapa pendapat mengenai remaja dan rentang usianya, dapat dikatakan masa remaja merupakan transisi seseorang dari masa kanak-kanak menuju dewasa serta mengalami perkembangan baik secara fisik, kognitif, psikososial, otonomi, harga diri, dan keintiman. Hal ini diperkuat dengan oleh pernyataan transisi perkembangan pada masa remaja berarti sebagian perkembangan masa kanak-kanak masih dialami namun sebagian kematangan masa dewasa sudah dicapai Hurlock, 1990. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa remaja adalah masa transisi individu dari anak-anak menuju dewasa dengan berbagai perubahan baik secara fisik, kognitif, psikososial, otonomi, harga diri, dan keintiman. 2. Tahap Perkembangan Remaja Secara global masa remaja berlangsung antara usia 12-21 tahun, namun beberapa ahli memiliki persepsi yang berbeda terkait rentang usia remaja. Menurut Papalia Fieldman 2014, masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun. Hurlock 1990 membagi masa remaja menjadi dua yaitu remaja awal pada rentang usia 13 hingga 16 atau 17 tahun dan remaja akhir pada rentang usia 16 atau 17 tahun hingga 20 tahun. Gunarsa 2006 mengemukakan pendapatnya tentang batas-batas usia anak, remaja dan dewasa bertitik tolak pada batas usia remaja yang menyatakan bahwa remaja merupakan masa transisi antara masa anak -anak dan masa dewasa yakni antara 12-21 tahun. Monks 2002 berpendapat bahwa secara global masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun merupakan masa remaja awal, 15-18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan 18- 21 tahun merupakan masa remaja akhir. Sedikit berbeda dengan beberapa ahli sebelumnya, WHO membagi masa remaja menjadi dua yaitu masa remaja awal pada usia 10- 14 tahun dan remaja akhir apda usia 15-20 tahun. Di Indonesia, batasan remaja yang mendekati batasan PBB tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun Sarwono, 2008. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa masa remaja berada pada usia 12 sampai 24 tahun dan terdiri atas tiga tahap yaitu remaja awal, remaja madya, dan remaja akhir. Dalam penelitian ini peneliti menggunaka remaja dengan rentang usia 19 sampai 24 tahun atau remaja akhir dengan pertimbangan kematangan psikologis dan cara berpikir remaja ketika mengisi kuesioner terutama kuesioner terkait perilaku seksual karena pernyataan yang diberikan cukup terbuka. 3. Remaja dan Perilaku Seksual Masa remaja merupakan masa transisi seorang individu yang diikuti dengan adanya perubahan dan perkembangan baik secara fisik maupun emosionl. Salah satu perkembangan dan perubahan individu ditandai dengan adanya pubertas yaitu masa dimana organ reproduksi pada manusia sudah matang yang ditandai dengan adanya menstruasi pada perempuan dan mimpi basah pada laki. Pubertas terjadi pada individu saat masuk pada tahap masa remaja awal. Berkembangnya individu secara biologis bukan hanya dari organ seksual saja namun juga hormon-hormon di dalam tubuh yang memungkinkan munculnya dorongan seksual yang masih asing bagi remaja McClintock and Herd, 1996, dalam Steinberg, 2002. Di masa remaja ini, konsentrasi hormon- hormon tertentu dapat berkembang dramatis Roa., et al, 2010, dalam Santrock 2003 Santrock 2011 berpendapat bahwa masa remaja adalah masa eksplorasi dan eksperimen seksual, masa fantasi dan realitas seksual, masa mengintegrasikan seksualitas ke dalam identitas seseorang. Remaja memiliki rasa ingin tahu dan seksualitas yang hampir tidak dipuaskan.